Anda di halaman 1dari 1

Tugas Malignant Hyperthermia

Clara Aila Octaviani / 01073200069

Koas Anestesi Februari – Maret 2021

Malignant Hyperthermia

Malignant hyperthermia adalah kondisi mengancam jiwa dimana terjadi peningkatan


suhu tubuh yang biasanya dikarenakan adanya respon hipermetabolik terhadap
penggunaan pelumpuh otot depolarisasi secara bersamaan dan anestesi umum inhalasi kuat
dan mudah menguap. Obat pelumpuh otot yang terlibat biasanya yaitu suksinilkolin;
inhalation anesthetic yang sering yaitu halothane, sedangkan anesthetics lain yaitu
isoflurane, sevoflurane, desflurane dapat pula terlibat. Kombinasi obat-obatan ini
menyebabkan reaksi yang serupa pada pasien dengan distrofi otot dan miotonik.

Mekanisme yang terlibat mungkin dapat disebabkan adanya potensiasi kalsium yang
diinduksi anestesi dari retikulum sarkoplasma otot rangka pada pasien yang rentan.
Akibatnya, reaksi biokimia yang diinduksi kalsium dipercepat, menyebabkan kontraksi otot
yang parah dan peningkatan laju metabolisme, yang kemudian menyebabkan asidosis
pernapasan dan metabolik. Dalam respon terhadap asidosis, pasien yang bernapas secara
spontan dapat mengalami takipnea yang hanya terkompensasi parsial.

Malignant hyperthermia dapat berkembang selama anestesi atau pada periode awal
pascaoperasi. Tanda klinis bervariasi bergantung pada jenis obat yang digunakan dan
kerentanan pasien. Kekakuan otot, terutama di rahang, diikuti oleh takikardia, aritmia
lainnya, takipnea, asidosis, syok, dan hipertermia. Hiperkapnia (terdeteksi oleh peningkatan
end-tidal CO2) mungkin merupakan tanda awal. Suhu biasanya ≥ 40C dan mungkin sangat
tinggi (>43C). Urin mungkin tampak coklat atau berdarah jika telah terjadi rhabdomyolisis
dan mioglobinuria.

Dalam mendiagnosa hyperthermia malignant diduga melalui adanya gejala tipikal


dalam waktu 10 menit sampai beberapa jam setelah anestesi inhalasi dimulai. Diagnosis
awal dapat dibantu oleh adanya kekakuan otot rahang, takipnea, takikardia, dan
peningkatan end-tidal CO2. Dalam mengkonfirmasi, belum terdapat tes yang dapat
dilakukan, namun pasien dianjurkan untuk menguji adanya komplikasi, meliputi
elektrokardiogram, tes darah lengkap, dan tes urin untuk melihat adanya mioglobinuria.

Anda mungkin juga menyukai