A case report of hyperthyroid-associated thymic hypertrophy in a child,
presenting as an anterior mediastinal mass Massa mediastinal anterior memiliki karakteristik radiologis yang menunjukkan hipertrofi timus dan menurun dengan terapi antitiroid (RG 2017). Meskipun hipertrofi timus merupakan manifestasi hipertiroidisme yang diketahui, kasus pada jurnal tersebut adalah kasus pada pasien termuda yang dilaporkan. Dalam kasus tertentu, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan respons terhadap terapi antitiroid tanpa memerlukan biopsi timus atau timektomi. Seorang pasien yang merupakan anak laki-laki berusia 8 tahun mengalami demam ringan dan batuk selama 1 minggu. Tidak ada riwayat keringat malam, sesak napas, atau demam berkepanjangan. Pasien tersebut telah kehilangan berat badan sebesar 7 kg dalam 3 bulan sebelumnya tetapi tidak mengeluh kelelahan atau lemah. Pemeriksaan fisik menunjukkan: tinggi, 148 cm; berat, 36 kg; HR, 138 / menit, dan BP 126/75. Pemeriksaan dinyatakan negatif dengan tidak adanya pembesaran kelenjar getah bening yang signifikan, pola pernapasan normal, suara napas simetris, tidak ada rales, dan tidak ada mengi. Hasil rontgen menunjukkan massa mediastinal anterior dan pasien dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut. Pemeriksaan awal menunjukkan jumlah sel darah putih (CBC) 16.300 / mcl, hemoglobin 13,2 g/dl, dan jumlah trombosit 475.000/mcl. Serologi jamur untuk Aspergillus, Blastomyces, Coccidioides, dan antigen Histoplasma dalam urin negatif. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang negatif untuk leukemia dan limfoma namun menunjukkan granuloma non-spesifik yang jarang sekali terjadi. Noda jamur pada aspirasi sumsum tulang negatif. CT scan dada, perut, dan panggul dengan kontras oral dan intravena menunjukkan timus yang membesar dengan tampilan yang halus dan homogen. Data Klinis : Uji Lab Data Pasien Normal Range Keterangan FT 4 5,3 ng/dl 0,7 – 1,1 ng/dl Tinggi T3 541 ng/dl 76 – 270 ng/dl Tinggi TSH <0,01 µIU/mL 0,4 – 6,2 µIU/mL Rendah TSI 347% 0 – 129% Tinggi Darah putih (CBC) 16.300 / mcl 4.300-10.800/mcL Tinggi Hemoglobin 13,2 g/dl 11,5 g/dL Tinggi Trombosit 475.000/mcl 140.000 - Tinggi 450.000/mcl Sumber : (Achuo-Egbe et al, 2011)
Hormon tiroid berpengaruh pada sistem kardiovaskular baik pada sistem
jantung maupun pada pembuluh darah. Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa hormon tiroid berpengaruh langsung pada tekanan darah. Baik pada keadaan kelainan ataupun pada keadaan normal (euthyroid). Pada hipertiroidsme maupun hipotiroidisme berhubungan langsung dengan kejadian hipertensi (Chen et al, 2012). Triidothyronine (T3), yang merupakan bentuk aktif dari hormon tiroid setelah berubah dari T4, meningkatkan HR dan CO melalui sistem RAA. Hipertiroidisme berhubungan dengan peningkatan dari tekanan darah sistolik. Sedangkan, pasien dengan hipotiroidisme mengalami penurunan dari CO, yang menjadikan pasien tersebut mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Berdasarkan penelitian Winter et al, penyebab paling sering yang menyebabkan 14 hipertensi sekunder pada kelompok middle-aged adults salah satunya adalah hipo atau hipotiroidisme (Winter et al, 2013). Pasien kemudian didiagnosis dengan hipertrofi timus yang berhubungan dengan hipertiroidisme. Dia memulai pengobatan antitiroid dengan methimazole dan propranolol, berdasarkan dosis pediatrik. Ukuran massa timus tetap stabil selama beberapa bulan pertama karena obat dititrasi untuk mendapatkan efeknya. Lima bulan setelah dimulainya pengobatan, FT4 dan T3 masing-masing menurun menjadi 1,9 ng / dl dan 258 ng / dl, sedangkan kadar TSH meningkat menjadi 0,04 μlU / mL. CT scan menunjukkan massa mediastinum yang relatif stabil dengan regresi ringan terutama pada batas mediastinal kiri. Propanolol digunakan dengan indikasi hipertensi; feokromositoma; angina; aritmia, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, takikardi ansietas, dan tirotoksikosis (tambahan); profilaksis setelah infark miokard; profilaksis migren dan tremor esensial (Pionas, 2020). Sedangkan methimazole adalah agen antitiroid thionamide yang menghambat sintesis hormon tiroid. Methimazole diindikasikan untuk pengobatan hipertiroidisme pada pasien dengan penyakit Graves atau gondok multinodular toksik yang tiroidektomi atau terapi yodium radioaktif bukanlah pilihan pengobatan yang tepat. Methimazole juga diindikasikan untuk perbaikan gejala hipertiroid dalam persiapan tiroidektomi atau terapi yodium radioaktif (Drugbank, 2020). Setelah 17 bulan pengobatan dengan obat antitiroid, fungsi tiroid menunjukkan gambaran jantung dan mediastinum yang normal tanpa bukti pelebaran mediastinum yang menyebabkan hipertrofi timus. Tes fungsi tiroid serial tetap normal, dan massa mediastinum belum muncul kembali di 2 tahun berikutnya. Anak tersebut secara klinis eutiroid, tumbuh dan berkembang dengan baik. Daftar Pustaka
Achuo-Egbe, Yvette Nchung, Irene Hong-McAtee, and Vlad C. Radulescu. 2011. A
Case Report of Hyperthyroid-Associated Thymic Hypertrophy in a Child, Presenting as an Anterior Mediastinal Mass. European Journal of Pediatrics 170(7): 937–40. Chen H, Xi Q, Zhang H, Song B, Liu X, Mao X, et al. 2012. Investigation of Thyroid Function and Blood Pressure in School-Aged Subjects Without Overt Thyroid Disease. Endocrine. Vol. 41(1): 122–129. Drugbank. 2020. Methimazole. Tersedia secara online https://go.drugbank.com/drugs/DB00763. [Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020]. Pionas. 2020. Propanolol. Tersedia secara online http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2- sistem-kardiovaskuler-0/23-antihipertensi/234-beta-bloker. [Diakses pada tanggal 15 Oktober 2020]. RG, Ahmed. 2017. Hyperthyroidism and Developmental Dysfunction. Archives of Medicine. Vol. 9(4): 6–7. Winter K.H, Tuttle L a., Viera A.J. 2013. Hypertension. Prim Care Clin Off Pract. Vol. 40(1): 179 –194.