Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yunitasya Guspira

NPM : 260110180008
Shift : A 2018

A case report of hyperthyroid-associated thymic hypertrophy in a child,


presenting as an anterior mediastinal mass
Massa mediastinal anterior memiliki karakteristik radiologis yang
menunjukkan hipertrofi timus dan menurun dengan terapi antitiroid (RG 2017).
Meskipun hipertrofi timus merupakan manifestasi hipertiroidisme yang diketahui,
kasus pada jurnal tersebut adalah kasus pada pasien termuda yang dilaporkan. Dalam
kasus tertentu, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, gambaran
radiologis, dan respons terhadap terapi antitiroid tanpa memerlukan biopsi timus atau
timektomi.
Seorang pasien yang merupakan anak laki-laki berusia 8 tahun mengalami
demam ringan dan batuk selama 1 minggu. Tidak ada riwayat keringat malam, sesak
napas, atau demam berkepanjangan. Pasien tersebut telah kehilangan berat badan
sebesar 7 kg dalam 3 bulan sebelumnya tetapi tidak mengeluh kelelahan atau lemah.
Pemeriksaan fisik menunjukkan: tinggi, 148 cm; berat, 36 kg; HR, 138 / menit, dan BP
126/75. Pemeriksaan dinyatakan negatif dengan tidak adanya pembesaran kelenjar
getah bening yang signifikan, pola pernapasan normal, suara napas simetris, tidak ada
rales, dan tidak ada mengi. Hasil rontgen menunjukkan massa mediastinal anterior dan
pasien dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut. Pemeriksaan awal menunjukkan jumlah sel
darah putih (CBC) 16.300 / mcl, hemoglobin 13,2 g/dl, dan jumlah trombosit
475.000/mcl.
Serologi jamur untuk Aspergillus, Blastomyces, Coccidioides, dan antigen
Histoplasma dalam urin negatif. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang negatif untuk
leukemia dan limfoma namun menunjukkan granuloma non-spesifik yang jarang sekali
terjadi. Noda jamur pada aspirasi sumsum tulang negatif. CT scan dada, perut, dan
panggul dengan kontras oral dan intravena menunjukkan timus yang membesar dengan
tampilan yang halus dan homogen.
Data Klinis :
Uji Lab Data Pasien Normal Range Keterangan
FT 4 5,3 ng/dl 0,7 – 1,1 ng/dl Tinggi
T3 541 ng/dl 76 – 270 ng/dl Tinggi
TSH <0,01 µIU/mL 0,4 – 6,2 µIU/mL Rendah
TSI 347% 0 – 129% Tinggi
Darah putih (CBC) 16.300 / mcl 4.300-10.800/mcL Tinggi
Hemoglobin 13,2 g/dl 11,5 g/dL Tinggi
Trombosit 475.000/mcl 140.000 - Tinggi
450.000/mcl
Sumber : (Achuo-Egbe et al, 2011)

Hormon tiroid berpengaruh pada sistem kardiovaskular baik pada sistem


jantung maupun pada pembuluh darah. Sudah banyak penelitian yang mengatakan
bahwa hormon tiroid berpengaruh langsung pada tekanan darah. Baik pada keadaan
kelainan ataupun pada keadaan normal (euthyroid). Pada hipertiroidsme maupun
hipotiroidisme berhubungan langsung dengan kejadian hipertensi (Chen et al, 2012).
Triidothyronine (T3), yang merupakan bentuk aktif dari hormon tiroid setelah
berubah dari T4, meningkatkan HR dan CO melalui sistem RAA. Hipertiroidisme
berhubungan dengan peningkatan dari tekanan darah sistolik. Sedangkan, pasien
dengan hipotiroidisme mengalami penurunan dari CO, yang menjadikan pasien
tersebut mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Berdasarkan penelitian
Winter et al, penyebab paling sering yang menyebabkan 14 hipertensi sekunder pada
kelompok middle-aged adults salah satunya adalah hipo atau hipotiroidisme (Winter et
al, 2013).
Pasien kemudian didiagnosis dengan hipertrofi timus yang berhubungan
dengan hipertiroidisme. Dia memulai pengobatan antitiroid dengan methimazole dan
propranolol, berdasarkan dosis pediatrik. Ukuran massa timus tetap stabil selama
beberapa bulan pertama karena obat dititrasi untuk mendapatkan efeknya. Lima bulan
setelah dimulainya pengobatan, FT4 dan T3 masing-masing menurun menjadi 1,9 ng /
dl dan 258 ng / dl, sedangkan kadar TSH meningkat menjadi 0,04 μlU / mL. CT scan
menunjukkan massa mediastinum yang relatif stabil dengan regresi ringan terutama
pada batas mediastinal kiri.
Propanolol digunakan dengan indikasi hipertensi; feokromositoma; angina;
aritmia, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, takikardi ansietas, dan tirotoksikosis
(tambahan); profilaksis setelah infark miokard; profilaksis migren dan tremor esensial
(Pionas, 2020). Sedangkan methimazole adalah agen antitiroid thionamide yang
menghambat sintesis hormon tiroid. Methimazole diindikasikan untuk pengobatan
hipertiroidisme pada pasien dengan penyakit Graves atau gondok multinodular toksik
yang tiroidektomi atau terapi yodium radioaktif bukanlah pilihan pengobatan yang
tepat. Methimazole juga diindikasikan untuk perbaikan gejala hipertiroid dalam
persiapan tiroidektomi atau terapi yodium radioaktif (Drugbank, 2020).
Setelah 17 bulan pengobatan dengan obat antitiroid, fungsi tiroid menunjukkan
gambaran jantung dan mediastinum yang normal tanpa bukti pelebaran mediastinum
yang menyebabkan hipertrofi timus. Tes fungsi tiroid serial tetap normal, dan massa
mediastinum belum muncul kembali di 2 tahun berikutnya. Anak tersebut secara klinis
eutiroid, tumbuh dan berkembang dengan baik.
Daftar Pustaka

Achuo-Egbe, Yvette Nchung, Irene Hong-McAtee, and Vlad C. Radulescu. 2011. A


Case Report of Hyperthyroid-Associated Thymic Hypertrophy in a Child,
Presenting as an Anterior Mediastinal Mass. European Journal of
Pediatrics 170(7): 937–40.
Chen H, Xi Q, Zhang H, Song B, Liu X, Mao X, et al. 2012. Investigation of Thyroid
Function and Blood Pressure in School-Aged Subjects Without Overt
Thyroid Disease. Endocrine. Vol. 41(1): 122–129.
Drugbank. 2020. Methimazole. Tersedia secara online
https://go.drugbank.com/drugs/DB00763. [Diakses pada tanggal 15
Oktober 2020].
Pionas. 2020. Propanolol. Tersedia secara online http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-
sistem-kardiovaskuler-0/23-antihipertensi/234-beta-bloker. [Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2020].
RG, Ahmed. 2017. Hyperthyroidism and Developmental Dysfunction. Archives of
Medicine. Vol. 9(4): 6–7.
Winter K.H, Tuttle L a., Viera A.J. 2013. Hypertension. Prim Care Clin Off Pract. Vol.
40(1): 179 –194.

Anda mungkin juga menyukai