Anda di halaman 1dari 102

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

KELOMPOK 1 SHIFT A 2018

1. Sunani 260110180002
2. Maya Andani 260110180003
3. Asilla Mauri R K 260110180004
4. Nyai Ayu S.S.P.H 260110180005
5. Kaila Keyshia M 260110180006
6. Nisrina Nurfadilah 260110180007
7. Yunitasya Guspira 260110180008
8. Anugerah Yu’tika 260110180009
9. Grace Natasha H 260110180010
10. Kurniawati Rahayu 260110180011

PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM SEDIAN LIKUID DAN SOLIDA


TAKSONOM
I RIMPANG
KUNYIT
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
 
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.

(Winarto, 2004)
RIMPANG
KUNYIT

Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat dengan


ukuran 10-15cm yang banyak memiliki manfaat. Bagian utama
kunyit adalah rimpangnya yang berwarna kekuningan dan
berada didalam tanah (Hartati & Balittro, 2013).
  Nama daerahnya diantaranya Sumatera (Kakunye,
Kunyet, Gayo), Jawa (Kunyir, Kunir), Kalimantan (Kunit),
Sulawesi (Kuni), Nusa Tenggara (Kunyit), Maluku (Kurlai),
Irian (Rame), dll (CCRC Farmasi UGM, 2014).
MORFOLOG
I DAN
KANDUNGA
N KIMIAMorfologi kunyit yaitu bagian rimpangnya mempunyai bentuk bercabang, terdiri dari
RIMPANG
rimpang induk (umbi kunyit) dan cabang rimpang (tunas). Tunasnya berjumlah banyak
dengan bentuk berbuku-buku pendek, lurus, melengkung (Winarto, 2004).
KUNYIT
 
Kandungan kimianya terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin dll sekitar 3-4%, minyak
atsiri 2-5% seperti seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron, bisabolene, dll. Lalu
terdapat arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tannin, dan damar. Serta mengandung mineral
seperti magnesium, besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, dll (CCRC Farmasi
UGM, 2014).
Biosintes
Kurkumin
Sintesis kurkumin terjadi melalui beberapa tahap melalui reaksi
Claisen dan enzim. Prekursor yang digunakan yaitu feruoyl-CoA
yang diperpanjang oleh malonyl-CoA. Dengan bantuan dari enzim,
S-CoA melekat pada karbon terminal berubah menjadi gugus
hidroksil. Kemudian dengan reaksi Claisen yang lainnya diaktifkan
dengan dekarboksilasi, feruloyl-CoA lainnya ditambahkan dengan
produk Claisen awal menghasilkan prouduk akhir kurkumin
(Dewick, 2009).
Biosintes
Kurkumin
01
AKTIVITAS
FARMAKOLOG
I SIMPLISIA
Aktivitas Farmakologi Rimpang Kunyit
sebagai Anti Iritasi Usus Besar

Kurkumin merupakan senyawa kimia


utama dalam kunyit yang dapat diperoleh
dari hasil ekstraksi rimpang kunyit (Araujo &
Leon, 2001). Kurkumin merupakan zat
pemberi warna kuning pada kunyit yang
juga
  berfungsi sebagai anti inflamasi,
antioksidan, hepatoprotektif, dan antikanker
(Krup et al., 2013).
Aktivitas Farmakologi Rimpang
- Kunyit
STUDI EMPIRIS
DI India digunakan untuk memudahkan proses pencernaan dan memperbaiki usus (Shan dan Iskandar, 2018)
- DI Jawa Tengah dapat menyembuhkan radang umbai usus buntu dan menyembuhkan sakit perut (Syarif et.al, 2011)
- Sebagai peluruh empedu, antidiare dan merangsang keluarnya angin perut (Sudarsono et.al, 1996)

STUDI PRAKLINIS
- Obat pencernaan
- Dapat menstimulasi kantong empedu untuk menghasilkan empedu, yang dapat membantu meningkatkan pencernaan
- Kunyit mengurangi gejala kembung dan gas pada orang yang menderita gangguan pencernaan
- Bubuk kunyit meningkatkan sekresi musin pada kelinci sehingga dapat bertindak sebagai gastropektan terhadap iritasi
(Rahul et.al, 2018)
- Ekstrak etanol rimpang kunyit 200mg/KgBB dapat meningkatkan tinggi kripta dan jumlah sel Goblet mukosa rektum
tikus. (Lidia et al,2019),

STUDI KLINIS
- Memiliki aktivitas terhadap Irritable Bowel Syndrome yang merupakan kondisi kronis yang ditandai oleh kram, nyeri
abdominal, gas, diare dan kostipasi
- Tablet ekstrak kunyit diberikan kepada dua kelompok pasien, prevalensi IrBS berkurang sebanyak 53% untuk kelompok
pertama dan 60% untuk kelompok kedua serta terdapat penurunan gejala pada kedua kelompok pasien (Bundy et al,
2004).
Back Up Slide
Aktivitas Farmakologi Rimpang Kunyit
sebagai Anti Iritasi Usus Besar
  Berdasarkan hasil penelitian (Lidia et al,2019),
diperoleh kesimpulan bahwa pemberian DSS
berpengaruh terhadap penurunan rata-rata tinggi
kripta, jumlah sel Goblet dan penipisan lapisan
mukosa rektum tikus. Sedangkan perlakuan Ekstrak
etanol rimpang kunyit 200mg/KgBB dapat
meningkatkan tinggi kripta dan jumlah sel Goblet
mukosa rektum tikus.
Pada kripta Lieberkuhn rektum terdapat sel
Goblet yang berfungsi menghasilkan musin. Musin
yang dihasilkan oleh sel Goblet berperan sebagai
pelindung lumen pada saluran pencernaan
(Johansson et al., 2013)
02
PEMERIKSAAN
KUALITAS
SIMPLISIA
SIMPLISI
A

• Bagian tumbuhan: Rimpang


• Nama spesies beserta author:
Curcuma domestica Val. atau
Curcuma longa Linn.
• Nama suku: Zingiberacae
• Senyawa identitas: Curcumin

(FHI, 2008)
IDENTITAS
SIMPLISIA
IDENTITAS
b. Uji Mikroskopis
SIMPLISIA
Ditimbang Simplisia secukupnya yang
telah disortasi dan dibuat serbuk
Diatas objek glass diletakkan serbuk
dan ditetesi oleh kloralhidrat 2-3 tetes
a. Uji Makroskopis
Ditutup dengan kaca penutup objek
glass berisi simplisia tersebut
Dilihat warna, rasa, dan bau
simplisia Diamati preparat dibawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran tertentu
Disesuaikan dengan literatur Didapatkan Fragmen-fragmen simplisia
yang telah diamati
(FHI, 2008)
IDENTITAS
MENURUT
LITERATUR
SIMPLISIA
(FHI, 2008)
Makroskopik: berupa kepingan ringan HASIL JURNAL
rapuh, warna kuning jingga-kuning
cokelat, bau khas kunyit, rasa agak pahit PENELITIAN
dan agak pedas hingga menimbulkan
rasa tebal, bentuk hampir bundar sampai
bulat panjang, kadang bercabang.

Mikroskopik: jaringan gabus, sel


parenkim berisi bahan berwarna kuning,
berkas pengangkut, rambut penutup,
butir amilum dan sel parenkim berisi
amilum.

(FHI, 2008); Praborowo et al, 2019)


IDENTITAS
SIMPLISIA
b. Uji Makroskopis
Simplisia difoto dengan ukuran 7x10cm diatas kertas putih (A4)
yang tidak memantulkan cahaya dengan posisi landscape

Pada 1/3 bagian kiri kertas, simplisia disebarkan. 2/3


bagian sisanya simplisia disusun teratur.
Diberikan skala pada bagian kanan bawah (pakai
computer)

Simplisia yang difoto harus yang digunakan dalam


pengujian.
(FHI, 2008)
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA
(Makroskopik
)
HASIL
(FHI, PRAK
200 TIKU
8) M
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA
(Mikroskopik
)

HASIL
(FHI, PRAK
200 TIKU
8) M
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA

Hasil praktikum tidak


teramati adanya sel
parenkim berisi bahan
berwarna kuning
(FHI,
200
8)
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA

Hasil praktikum
tidak teramati
adanya berkas
pengangkut
(FHI,
200
8)
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA

HASIL
(FHI, PRAK
200 TIKU
8) M
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA

(FHI, HASIL
(Dwiyanti &
200 Indriyani, PRAKT
8) 2017) IKUM
dengan
IDENTITAS Syarat FHI (2008)
SIMPLISIA

(FHI, HASIL
200 PRAKT
8) IKUM
IDENTITAS OGRAFI
LAPIS
SIMPLISIA TIPIS
 
IDENTITAS OGRAFI
LAPIS
SIMPLISIA
MENURU TIPIS
T Pola Kromatografi

LITERAT Parameter:
• Fase gerak : Kloroform P-methanol P (95:5)
UR • Fase diam : Silika gel 60 F254
• Larutan Uji : 5% dalam etanol P, gunakan
(FHI, larutan uji KLT seperti yang tertera
Kromatografi <61>
pada

2008) • Larutan Pembanding : Kurkumin 0,1% dalam etanol P


• Volume Penotolan : Totolkan masing-masing 2µL
larutan uji dan larutan pembanding
• Deteksi : UV366
IDENTITAS OGRAFI
LAPIS
SIMPLISIA
MENURU TIPIS
T
LITERAT
UR
(FHI,
2008)
IDENTITAS SIMPLISIA
Pembuatan Larutan Uji KLT

Digerus simplisia pada mortar sampai halus.

Ditimbang 0,25 mg serbuk simplisia.

Dilarutkan serbuk simplisia dalam 10 mL etanol dan dimasukkan ke dalam


botol vial.
Dipanaskan vial yang berisi larutan simplisia pada air panas selama 10
menit.

(FHI, 2008)
IDENTITAS SIMPLISIA
Pembuatan Larutan Pembanding

Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan

Dilarutkan kurkumin 0,1% dalam etanol p

Didapat larutan kurkumin 10 mL

(FHI, 2008)
IDENTITAS SIMPLISIA
Penjenuhan Bejana

Diletakkan kertas saring dengan tinggi 18 cm ke dalam bejana


kromatografi (lebar kertas saring sama dengan lebar bejana).
Dimasukkan larutan pengembang yaitu Kloroform P : Metanol P (95:5) ke
dalam bejana, hingga tingginya 0,5 – 1 cm dari dasar bejana.
Ditutup kedap dan dibiarkan kertas saring tercelup pada dasar bejana dan
basah seluruhnya.

(FHI, 2008)
IDENTITAS SIMPLISIA (FHI, 2008)
Prosedur KLT

Ditotolkan larutan uji dan larutan pembanding pada plat dengan jarak 1,5
– 2 cm dari tepi bawah lempeng, biarkan kering.
Diletakkan plat pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak
disebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana.
Didalam bejana larutan pengembang harus mencapai tepi bawah lapisan
penjerap, totolan jangan sampai terendam, bejana ditutup.
Dibiarkan fase gerak terelusi sampai batas rambat, keluarkan plat dan
keringkan di udara, amati bercak dengan UV 254nm dan 366nm.
Diukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang
gelombang untuk tiap bercak yang diamati, hitung nilai Rf atau Rx.
Disemprot bercak dengan penampak bercak dan bandingkan antara
kromatogram uji dan kromatogram pembanding (jika perlu)
1. PARAMETER
NON SPESIFIK
PARAMETER
STANDAR NON
a. Susut Pengeringan
SPESIFIK SIMPLISIA
Ditimbang 2 gram simplisia, dimasukkan ke botol timbang dangkal
bertutup yang telah dipanaskan pada suhu 105oC
Diratakan sampel dalam botol dengan digoyangkan botol hingga didapan
lapisan setebal 5-10 mm, kemudian ditimbang.
Dimasukkan ke dalam oven (sampel dalam botol )dengan suhu 105oC
hingga bobot botol tetap
Didinginkan botol dalam desikator hingga suhu ruang dalam dalam
keadaan tertutup, lalu ditimbang sampai didapat bobot konstan.

Didapat nilai % susut pengeringan


(FHI, 2008)
PARAMETER
STANDAR NON
a. Susut Pengeringan
SPESIFIK
- Tujuan : Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang
SIMPLISIA
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
- Rumus:

Hasil penelitian: 10,7%


Syarat FHI (2008): tidak lebih dari 10%

(FHI, 2008); Praborowo et al, 2019)


PARAMETER
STANDAR NON
b. Kadar Abu Total
SPESIFIK SIMPLISIA
2DDitimbang 2 gram serbuk simplisia, dimasukkan ke dalam krus yang
telah ditara.
Dipijarkan krus berisi serbuk simplisia dalam tanur dengan suhu dinaikan
secara bertahap hingga 600 +- 25oC hingga bebas karbon.
Dikeluarkan krus dari tanur lalu didinginkan dalam desikator hingga suhu
ruang.

Ditimbang kadar abu sampai bobot konstan.

Didapat nilai % kadar abu total


(FHI, 2008)
PARAMETER
b. Kadar AbuSTANDAR
Total NON
SPESIFIK
- Tujuan : Memberikan gambaran kandungan mineral dan
anorganik internal dan eksternal yang berasal dari proses
SIMPLISIA
awal sampai terbentuknya ekstrak.
- Rumus:

Hasil Penelitian: 5,42%


Syarat FHI (2008): tidak lebih dari 8,2%

(FHI, 2008); Praborowo et al, 2019)


PARAMETER STANDAR
NON c.SPESIFIK
Kadar Abu Tidak Larut Asam
SIMPLISIA
Didihkan abu hasil kadar abu total dengan 25 mL HCl encer selama 5
menit.
Disaring abu dengan kertas saring bebas abu lalu dicuci dengan air panas
agar terkumpul abu yang tidak larut asam.
Dikeluarkan krus dari tanur lalu didinginkan dalam desikator hingga suhu
ruang.

Ditimbang Kembali kadar abu tidak larut asam hingga bobot konstan.

Didapat nilai % kadar abu tidak larut asam


PARAMETER
STANDAR NON
c. Kadar Abu Tidak Larut Asam
SPESIFIK
- Tujuan : Memberikan gambaran kandungan mineral
SIMPLISIA
dan anorganik internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
- Rumus:

Hasil Penelitian: 0,69%


Syarat FHI (2008): tidak lebih dari 0,9%

(FHI, 2008); Praborowo et al, 2019)


2. PARAMETER
SPESIFIK
PARAMETER
STANDAR SPESIFIK
a. Kadar Sari Larut Air
SIMPLISIA
Dimasukkan 5 gram serbuk simplisia ke dalam labu bersumbat, kemudian
dilarutkan dalam 100 mL aquadest jenuh kloroform.
Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dan dibiarkan selama 18 jam,
kemudian disaring.
Diambil sebanyak 20 mL kemudian filtrat diuapkan hingga kering dalam
cawan penguap yang telah dipanaskan dan ditara.
Dipanaskan sisa filtrat (residu) pada suhu 105˚C hingga bobot tetap.
Kemudian dihitung kadar sari larut airnya.

Didapat nilai % kadar sari larut air


(FHI, 2008)
PARAMETER
STANDAR
a. Kadar Sari LarutSPESIFIK
Air
- Tujuan : Memberikan gambaran awal jumlah
senyawa kandunganSIMPLISIA
yang terlarut dalam pelarut air.
- Rumus:

Hasil Penelitian: 15,2%


Syarat FHI (2008): tidak kurang dari 11,5%

(FHI, 2008); Praborowo et al, 2019)


PARAMETER
STANDAR
a. KadarSPESIFIK
Sari Larut Etanol
SIMPLISIA
Dimasukkan 5 gram serbuk simplisia ke dalam labu bersumbat,
kemudian dilarutkan dalam 100 mL etanol 95%.
Dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, dan dibiarkan selama 18 jam,
kemudian disaring.
Diambil sebanyak 20 mL kemudian filtrat diuapkan hingga kering dalam
cawan penguap yang telah dipanaskan dan ditara.
Dipanaskan sisa filtrat (residu) pada suhu 105˚C hingga bobot tetap.
Kemudian dihitung kadar sari larut airnya.

Didapat nilai % kadar sari larut etanol


(FHI, 2008)
PARAMETER
STANDAR
b. Kadar Sari Larut Etanol
SPESIFIK
- Tumbuhan: memberikan gambaran awal jumlah senyawa
SIMPLISIA
kandungan yang terlarut dalam pelarut etanol.
- Rumus:

Hasil Penelitian: 49,9%


Syarat FHI (2008): tidak kurang dari 11,4%

(FHI, 2008); Praborowo et al, 2019)


SIMPLISIA DARI
JURNAL
PENELITIAN
Tidak Memenuhi
syarat DENGAN SYARAT
Memenuhi syarat
FHI
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat

Memenuhi syarat
(Praborowo et al, 2019)
03
PEMERIKSAAN
KUALITAS
EKSTRAK
Monografi Ekstrak Kental Rimpang Kuyit
No. Parameter Syarat
1. Organoleptis Ekstrak kental; warna kuning; bau
khas; rasa agak pahit.
2. Kadar kurkuminoid tidak kurang dari 33,90%dihitung
sebagai kurkumin
3. Kadar air Tidak lebih dari 17%

4. Abu total Tidak lebih dari 3,5%

5. Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 1,5%

(Depkes RI, 2008)


Parameter Spesifik
Ekstrak
Organoleptis
Ekstrak

Dilihat warna, bau dan rasa pada ekstrak

Dilihat kesesuaian identitas Ekstrak dengan FHI

Uji organoleptik ekstrak didapatkan


bentuk liquid kental dengan warna kuning
kecoklatan dan aroma khas menyengat

(Pratama, et al, 2015)


Kromatografi Lapis Tipis
Larutan uji Masing-masing sebanyak 10,0 mg ekstrak
etanol dan ekstrak terpurifikasi kunyit
dilarutkan dalam 10,0 ml etanol p.a dalam
labu ukur 10,0 ml.
Larutan pembanding Kurkumin 0,1 % dalam etanol P

Fase diam Silika gel 60 F254


Fase gerak kloroform : etanol : asam asetat
glasial (94 : 5 : 1)

Detektor UV 366 nm

(Azizah dan Salamah, 2013)


Kromatografi Lapis Tipis
Pelat silica gel disiapkan dengan ukuran tertentu, kemudian ekstrak
cair dan larutan pembanding ditotolkan menggunakan pipa kapiler,
lalu dibiarkan beberapa menit sampai kering

Plat silika dimasukkan kedalam bejana kromatografi yang sebelumnya


telah dijenuhkan dengan eluen.

Kemudian dielusi, dan diberhentikan saat eluen sampai ke batas garis.

Pola kromatogram diamati dibawah sinar UV 366 nm,lalu dihitung Rf

(Azizah dan Salamah, 2013)


Kromatografi Lapis Tipis

(Azizah dan Salamah, 2013)


Pola Dinamolisis
Kertas saring Whatman berdiameter 10 cm, dilubangi dan dilingkari
titik pusatnya

Dipasang sumbu yang terbuat dari kertas saring

Kertas saring ditutupkan pada cawan petri yang berisi ekstrak cair

Ditunggu sampai 10menit, kemudian diamati

(Pratama, et al, 2015)


Pola Dinamolisis

Diameter 1 2 cm dengan warna kuning

Diameter 2 3 cm dengan warna cokelat

Diameter 3 3,7 cm dengan warna kuning

Diameter 4 4,8 cm dengan warna bening

(Pratama, et al, 2015)


Parameter Non-Spesifik
Ekstrak
Kadar Air Ekstrak

Kadar Air
Dimasukan sejumlah ekstrak kedalam labu yang telah di bersihkan dan dikeringkan
Kemudian ditambahkan 200 ml toluene, hubungkan dengan alat
Dituangkan toluene kedalam labu penerima melalui alat pendingin. Lalu dipanaskan labu
dengan hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluene mendidih, kemudian disuling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap
detik,
Kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes perdetik
Setelah semua air tersuling, tabung penerima dibiarkan mendingin hingga suhu kamar
Setelah air dan toluene memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air
dalam %
(Depkes RI, 2008)
Kadar Abu Total Ekstrak
Ekstrak sebanyak 3 gram ditimbang lalu diletakkan kedalam
krus porselin yang telah dipijarkan dan ditara

Ekstrak diratakan, lalu dipijarkan hingga arang habis dan


terbentuk abu selama ± 6 jam pada 600°C

Didinginkan dan ditimbang hingga bobot nya tetap

Dihitung kadar abu total ekstrak

(Prabowo, et al, 2019)


Kadar Abu Tidak Larut Asam
Penetapan kadar abu total dilakukan dengan abu yang didapat dari
kadar abu total ekstrak ditambah 25 mL HCl encer P (10%)

Dididihkan selama 5 menit

Abu yang tidak larut dalam asam dikumpulkan dengan cara disaring
dengan kertas saring bebas abu

Cuci dengan air panas,lalu dipijarkan pada tanur selama ± 6 jam pada
600°C dan ditimbang hingga bobotnya tetap

Dihitung kadar abu tidak larut asam


(Prabowo, et al, 2019)
(Prabowo, et al, 2019)
Bobot Jenis
Piknometer

Piknometer ditimbang dengan volume tertentu dalam keadaan kosong

Piknometer diisi penuh dengan air dan ditimbnag ulang. Ditetapkan kerapatan air
Piknometer dikosongkan dan dikeringkan, kemudian diisi penuh dengan ekstrak, lalu
ditimbang.

Dihitung bobot jenisnya

Bobot jenis ekstrak yang didapat adalah sebanyak 0,815g/ml

(Pratama, et al, 2015)


Parameter Spesifik
Parameter Syarat Hasil Ket.
Organoleptis Ekstrak kental; warna kuning; Liquid kental dengan warna M
bau khas; rasa agak pahit. kuning kecoklatan dan aroma
khas menyengat
Pola Kromatogram

Pola Dinamolisis
Rumus Perhitungan Parameter Non
Spesifik
Parameter Non-spesifik

Parameter Syarat Hasil Keterangan


Kadar air < 17% 8,89% M
Abu total < 3,5% 0,36% M
Abu tidak < 1,5% 10,81% TM
larut asam
Bobot jenis 0,815 g/ml
04
FORMULASI
SEDIAAN
Formula yang digunakan :
FORMUL
Ekstrak Kental
Aerosil
150 mg
216 mg
ASI
SEDIAA
Laktosa 245 mg
Gelatin 6,5 mg
Mg Stearat 6,5 mg
Aquadest q.s

( Suyono dan Nurhaini,2014 ) N


Formulasi dibuat dengan bobot 650 mg tiap tablet
DAFTAR PUSTAKA
Araujo CAC, &Leon LL. 2001. Biological Activities of Curcuma longa L. Mem Inst Oswaldo Crus, Rio
de Janeiro.96(5):723- 728.
Azizah, B., dan Salamah, N. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik Dan Perbandingan Kadar
Kurkumin Ekstrak Etanol Dan Ekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit.. Jurnal
IlmiahKefarmasian Vol.3 (1) :21-30
Dean, J. 1995. Analytical Chemistry Handbook. USA: Mc Graw-Hill Inc.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta: Departeman Kesehatan Republik
Indonesia.
Dwiyanti, D., & Indriyani, S. 2017. Morfologi, Anatomi, dan Uji Histokimia Rimpang Curcuma
aeruginosa Roxb;, Curcuma longa L., dan Curcuma heyneana Valeton dan Zijp. Jurnal
Ilmu-ilmu Hayati. Vol 17(2): 123-133.
Johansson MEV, Sjovall H & Hansson GC. 2013. The Gastrointestinal Mucus System in Health and
Disease. Nat Rev Gastroenterol Hepatol.10(6): 352-361
Krup V, Prakash HL & Harini A. 2013. Pharmacological Activities of Turmeric (Curcuma longa
Linn.): A Review. J Homeop Ayurv Med.2(4).
DAFTAR PUSTAKA
Lidia Maziyyatun Nikmah, Susantin Fajariyah, Mahriani.2019. Efek Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit
(Curcuma longa) terhadap Struktur Histologi Rektum Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
Diinduksi Dextran Sodium Sulphate (DSS). Jurnal ILMU DASAR, Vol.20 No. 1: 13-18
Prabowo., H., Cahya,I., Arisanti, C., Smirana,P. 2019. Standarisasi Spesifik dan Non- Spesifik
Simplisia dan Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.). Jurnal Farmasi
Udayana Vol. 8 (1): 29-35.
Pratama, A., Maharani, P., Larasati, N., Ramadhani, S., Shyntia,F., Shavira, R., dan Puspasari, P.
2015. Isolasi Senyawa Kurkumin Dari Curcumae Domesticae Rhizoma. Fakultas Farmasi Unpad.
Suyono,E dan Nurhaini, R.2014. Formulasi Tablet Ekstrak Kunyit ( Curcuma Domestica Val) Dengan
Variasi Bahan Pengikat.CERATA Journal Of Pharmacy Science.Vol.5(1)
-Minyak Atsiri-

01
Metode Isolasi
Minyak Atsiri
Alat dan Bahan
Alat :
• Corong pisah
• Distiller
• Kondensor
• Microwave
• Pembangkit steam
• Thermometer

Bahan :
• Daun serai wangi
• Air

(Feriyanto et al, 2013)


Prosedur
Memasukkan daun
Isolasi Menyalakan
pemanas
microwave dan
yang telah Memanaskan air
mengatur daya Menghitung waktu
ditimbang pada pada labu leher
microwave sesuai distilasi mulai tetes
labu distilasi leher dua untuk
dengan variabel pertama keluar dari
tiga dengan digunakan sebagai
suhu40ooCdan condensor
penambahan air pembangkit steam
bersamaan dengan
sebagai pelarut.
itu diatur putaran
timernya.

Menampung Mengambil minyak


Mengambil minyak
minyak tersebut tiap 20 menit
yang bebas dari Menampung distilat
pada tabung reaksi dengan mengatur
kandungan air dalam corong
dan di simpan putaran timer
tersebut lalu pemisah dan
dalam freezer untuk microwave. Lalu
melakukan analisa memisahkan
mendapatkan menghentikan
terhadap minyak minyak dari air
minyak yang bebas proses setelah 120
yang dihasilkan
dari air. menit.

(Feriyanto et al, 2013)


Identifikasi Minyak
Atsiri
Pemeriksaan Organoleptis, meliputi pemeriksaan warna, bau dan rasa.
• Pemeriksaan warna
Dilakukan dengan melihat langsung minyak atsiri hasil destilasi
secara visual.
• Pemeriksaan bau
Dilakukan dengan mencium bau minyak atsiri yang menguap diatas
kertas saring.
• Pemeriksaan rasa
Dilakukan dengan meneteskan minyak atsiri pada ujung lidah
kemudian dibuang.

Lely et al, 2017)


02
Pemeriksaan
Kualitas
Minyak Atsiri
Pemeriksaan karakteristik minyak atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon
nardus L)

Tujuan Pemeriksaan karakteristik


Pemeriksaan karakteristik Warna, Bobot jenis, Indeks bias,
minyak atsiri bertujuan untuk Kelarutan dalam etanol,
mengetahui kualitas dari minyak Bilangan asam , Putaran optik
atsiri yang dihasilkan.

(Susetyo dan Reny, 2004)


Metode dan Hasil

Alat
 Tabung reaksi,  Refrakrometer
 pipet gondok,  termometer,
 kertas atau karbon  gelas ukur 50 mL,
berwarna putih ukuran 20  gelas ukur tertutup10 mL
cm x 30 cm, atau 25 mL,
 neraca analitik,  buret,
 penangas air,  corong kaca,
 piknometer,  labu erlenmeyer, gelas
 Polarimeter kimia.

(Susetyo dan Reny, 2004).


Metode dan Hasil

Bahan
 Minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L),
 etanol 95%,
 KOH,
 Indikator fenolftalein,
 AgNO3,
 NaCl.

(Susetyo dan Reny, 2004).


1 Pemeriksaan Warna
Warna

Dimasukkan Sebanyak 10 mL minyak atsirike dalam


tabung reaksi (hindari adanya gelembung udara).

Disandarkan tabung reaksi tersebut pada kertas atau karton


berwarna putih.  Kuning pucat sampai dengan kuning
kecoklat-coklatan
 Persyaratan mutu SNI 06-3953-19
yaitu warnya kuning pucat sampai
Diamati warna dengan jarak pengamatan mata ± 30 cm. kuning kecoklat-coklatan.

(Wibowo et al, 2016)


2 Bobot Jenis
Bobot Jenis
Hasil penelitian bobot
Ditimbang piknometer dengan volume jenis yang didapat pada
tertentu dalam keadaan kosong. jurnal yaitu 0,897.

Diisi penuh piknometer dengan air dan Kualitas minyak atsiri


ditimbang ulang. baik karena memenuhi
syarat Standard
Dikosongkan piknometer dan diisi penuh Nasional Indonesia
dengan minyak atsiri, lalu ditimbang. (SNI 06-3953-1995),
yaitu bobot jenis harus
berada pada rentang
Ditentukan kerapatan minyak atsiri 0,880 - 0,922.

(Wibowo et al, 2016)


3 Indeks Bias
Indeks Bias
Catatan :

Dialirkan air melalui refractometer agar alat ini berada pada


 Suhu tidak boleh berbeda
suhu dimana pembacaan akan dilakukan
lebih dari ± 2°C dari suhu
referensi dan harus
dipertahankan dengan
Diatur suhu tidak boleh berbeda lebih dari ± 2°C toleransi ± 2°C.

 Sebelum minyak atsiri


ditaruh di dalam alat, minyak
Dimasukkan minyak atsiri ke dalam alat atsiri tersebut harus berada
pada suhu yang sama
dengan suhu dimana
pengukuran akan dilakukan.
Dilakukan pembacaan apabila suhusudah stabil (Wibowo et al, 2016)
3 Indeks Bias
Hasil Penelitian Syarat Sumber

1,468 1,468 - 1,475 Badan Standar


Nasional

 Indeks bias dari suatu zat merupakan perbandingan dari sinus sudut jatuh dan sinus sudut sinar
pantul dari cahaya yang melalui suatu zat (Susetyo dan Reny, 2004)
 Nilai indeks bias bergantung pada jumlah nilai karbon dan jumlah ikatan rangkap (Susetyo dan
Reny, 2004).
 Semakin tinggi nilai indeks bias, menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki kualitas yang
baik.

(Wibowo et al, 2016)


4 Kelarutan dalam etanol
Kelarutan dalam etanol

Diukur Sebanyak 1 mL minyak atsiri dengan teliti didalam


gelas ukur yang berukuran 10 mL atau 25 mL

Ditambahkan etanol 80% setetes demi setetes

Dikocok sampai diperoleh suatu larutan yang bening

Dibandingkan kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan


larutan pembanding Bila larutan tidak bening
4 Kelarutan dalam etanol
Uji kelarutan dalam etanol memberikan gambaran apakah suatu minyak larut
atau tidak. Semakin mudah larut minyak dalam etanol maka semakin banyak
kandungan senyawa polar dalam minyak (Susetyo dan Reny, 2004).

 Kelarutan minyak sereh yaitu 1 : 2 yang berarti 1 mL minyak atsiri larut dalam 2 mL
etanol 80%.
 Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung senyawa terpena teroksigenasi lebih
mudah larut dalam alkohol dari pada yang mengandung terpena tak teroksigenasi.
 Semakin besar kelarutan minyak atsiri pada etanol maka kualitas minyak atsirinya
semakin baik. (Wibowo et al, 2016)
Syarat Standar Mutu Minyak
4 Atsiri Sereh
5 Bilangan Asam
Bilangan Asam

Dilarutkan sebanyak 4 g ± 0,05 g minyak atsiri


didalam 5 mLetanol netral pada labu saponifikasi

Ditambahkan 5 tetes larutan fenolftalein sebagai


indikator

Dititrasi larutan tersebut dengan kalium hidroksida


0,1 N sampai warna merah muda.

(Wibowo et al, 2016)


5 Bilangan asam
 Bilangan asam adalah ukuran dari lemak bebas serta dihitung berdasarkan berat
molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.
 Bilangan asam menunjukan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.
 Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas minyak atsiri, yaitu
senyawa-senyawa tersebut dapat merubah bau khas dari minyak atsiri.
 Oksidasi komponen komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat
membentuk asam karboksilat sehigga akan menambah nilai bilangan asam suatu nilai
bilangan atsiri.
 Standar mutu untuk bilangan asam minyak atsiri sereh menurut ketentuan EOA
(Essential Oil Association) adalah 2,95-4,13. (Susetyo dan Reny, 2004).
6 Putaran Optik

 Pada umumnya minyak atsiri bersifat optis aktif sehingga dapat memutar


bidang polarisasi cahaya.
 Struktur molekul minyak atsiri tersusun dari banyak atom C asimetrik.
 Putaran optik merupakan sifat fisika suatu zat atau senyawa yang
merupakan ukuran aktivitas optik yang disebabkan oleh adanya interaksi
cahaya dengan zat atau senyawa yang dianalisis. (Gunawan dan Mulyani,
2004)
6 Putaran Optik

Jenis
Polarimeter Polarimeter Manual Polarimeter Digital
Analis dapat mengamati bidang visual Analis hanya memasukan sampel dan
yang berbeda melalui teleskop.Tabung menekan tombol, kemudian menunggu
ditempatkan ke dalam chamber hasil pembacaan dalam bentuk digital.
Cara pengukuran dan terdapat roda control
Pembacaan untuk mengatur kecerahan. Jika sudah
dilakukan zero pada alat dan sampel
dimasukkan ke dalam tabung, maka skala
teleskop dapat dicatat dan pengukuran
selesai.
Jenis Polarimeter Digital
Polarimeter Manual
Polarimeter
Polarimeter manual bersifat subjektif, Polarimeters digital otomatis hanya
artinya pembacaan tergantung pada mengharuskan pengguna untuk menekan
penglihatan analis.Polarimeter tombol dan menunggu pembacaan digital.
Sifat Pembacaan
ini mengharuskan pengguna untuk secara Polarimeter digital otomatis dengan cepat
fisik menggunakan matanya untuk menghasilkan hasil yang akan ditampilkan
menilai "penyelarasan" dan sudut rotasi. pada display alat dan akurat.
Polarimeter manual ini harus Sedangkan pada polarimeter digital
mengkondisikan sampel di luar instrumen otomatis yang modern telah memasukkan
terlebih dahulu agar suhunya sesuai Peltier Elements untuk secara aktif
Suhu dengan yang dipersyaratkan mengontrol suhu. Teknik khusus seperti
(menggunakan instrument lain untuk tabung sampel yang dikontrol suhu
mengkondisikan suhu sampel).  mengurangi kesalahan pengukuran dan
memudahkan pengoperasian.
6 Putaran Optik

Syarat Putaran Optik


Sumber Standar
Minyak Atsiri Hasil Penelitian (derajat)

SNI 06-3953-1995
Minyak Sereh Wangi (-1°) (-1°) sampai (+11°)

(Ferdayanti et al, 2014)


03
Pemeriksaan
Komponen
Minyak Atsiri
PEMERIKSAAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI
MENGGUNAKANA METODE GC-MS

Pengukuran dilakukan pada


kondisi sebagai berikut:
Sampel Minyak Atsiri Sereh

Diambil 1 μL
Diinjeksikan ke dalam sistem
kromatografi gas

Kromatogram sampel

(Ruwindya, 2019;Feriyanto et al, 2013)


HASIL PEMERIKSAAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI
MENGGUNAKANA METODE GC-MS

(Ferdayanti et al, 2014)


HASIL PEMERIKSAAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI
MENGGUNAKANA METODE GC-MS

(Feriyanto et al, 2013)


04
Aktivitas
Minyak Atsiri
1. Antibakteri
Kandungan sitronelal, geraniol, dan sitronelol dalam minyak atsri daun sereh mampu
menghambat aktivitas bakteri (Luangnarumitchai etal, 2007)
- antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureusdan Eschericia coli (ni Made etal,
2016)
- antibakteri dalam menghambat bakteri Enterococcus faecalis (Mario etal, 2015)
Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureusdan Eschericia
minyak atsiri sereh memiliki
coli aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dengan
variasi konsentrasi yang
berbeda meskipun aktivitasnya
lebih rendah dari pada obat
antibiotik yang biasa digunakan
yaitu amoxycilin (kontrol positif).

semakin besar konsentrasi yang digunakan, maka semakin besar pula daya hambat yang diberikan

(ni Made etal, 2016)


2. Antijamur
- antijamur terhadap jamur Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes dan Candida
albicans (Nilda etal, 2018)
- antifungal terhadap jamur Colletotrichum sp. (Magdaulih etal, 2014)
senyawa aktif yang mempunyai potensi sangat besar sebagai antijamur dalam sereh adalah
sitronelal dan linalool, diikuti oleh α-pinen, β-pinen dan menthone. Sitronelal dan geraniol
merupakan senyawa yang bersifat antijamur. Keduanya termasuk kelompok terpenoid yang
tergolong monoterpen yang mampu menekan pertumbuhan jamur patogen. Senyawa-senyawa
ini dapat menghambat proses metabolisme jamur sehingga akan mengganggu pertumbuhan
jamur (Nilda etal, 2018)
Hasil uji aktivitas antijamur terhadap jamur
Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes
Larutan uji minyak atsiri dibuat dengan konsentrasi 5%,
1%, 0,5%, 0,25% dan 0,1% yang dilarutkan dalam etanol.
dan Candida albicans Sebagai kontrol positif digunakan ketokonazol 2% dan
kontrol negatif digunakan etanol.

Hasil uji aktifitas antijamur minyak atsiri sereh wangi


terhadap Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes dan Candida albicans memperlihatkan
terbentuknya zona bening disekeliling cakram, besarnya
dimeter hambat yang terbentuk dapat dilihat pada tabel
(Nilda etal, 2018)
3. Bahan baku dalam industri kosmetik, sabun, dan digunakan sebagai bahan
baku pembuatan senyawa-senyawa ionon.
Ionon adalah golongan senyawa-senyawa aromatis sintetik yang banyak digunakan
sebagai pewangi dalam berbagai macam parfum dan kosmetika. Ionon memiliki bau
seperti violet yang intensif dan tahan lama (Guenther et.al.,1970).
4. Rapelen (Aktivitas menolak nyamuk)
Repelen digunakan untuk mengusir nyamuk untuk terhindar dari gigitannya sebagai
vektor penyebaran penyakit. (Wibowo etal, 2016)
Hasil uji
aktivitas
repelen

Dari keempat minyak atsiri yang memiliki daya repelen mendekati pembanding
yaitu minyak atsiri pada sereh dengan daya repelen sebesar 96,26%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang digunakan,
maka semakin besar daya repelennya, sehingga semakin sedikit jumlah nyamuk
yang akan hinggap untuk menghisap darah.
Dilihat dari segi aktivitas, tampak bahwa minyak atsiri pada sereh dapur bisa
dijadikan sebagai antinyamuk. Aroma yang ditimbulkan oleh pada sereh dapat
memberikan pengaruh pada sistem pernapasan nyamuk (Wibowo, 2016)
Daftar Pustaka
Andiani, C. N., dkk. 2017. IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI
SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL.
Techno. Vol.18(1):23-27.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia. Minyak Sereh. Mutu Dan
Cara Uji. SNI 06-2385- 1995, Jakarta
CCRC Farmasi UGM. 2014. Kunyit (Curcuma longa Linn.). Available online at
https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=345. [Diakses pada 21 Mei 2020].
Dewick, P.M. 2009. Medical Natural Product: A Biosynthetic Approach 3 rd Edition. United
Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Didik Gunawan & sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam. Bogor: Penebar Swadaya.
EOA. 1975. Essential Oil Association of U.S.A., Inc, New York. Ketaren, S. 1987. Minyak Atsiri
Ferdayanti, M., Sastrohamidjojo,A dan Riyanto. 2014. Pemekatan Sitronelal Dalam Minyak
Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus L.) Dengan Fraksinasi Distilasi Dan Identifikasi
Menggunakan KG-SM. Indonesian Journal of Chemical Research. Vol. 1(2)
Feriyanto, Y. E., dkk. Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi
(Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air dengan
Pemanasan Microwave. JURNAL TEKNIK POMITS. Vol.2(1):93-97.
Guenther, E., 1970, The Essential Oil Vol. I., Robert E Krieger Publishing, USA.
Lely, N., Reni, I.P., dan Yunita, L.I. 2017. Efektivitas Antijamur Kombinasi Ketokonazol dengan Minyak
Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle). IJAS. Vol 7 (2) : 10-15.
Luangnarumitchai, S., Lamlertthon, S., & Tiyaboonchai, W. 2007. Antimicrobial activity of essential
oils against five strains of Propionibacterium acnes. Mahidol University Journal of
Pharmaceutical Sciences. 34:60-64
Magdaulih, E., Nasril N. dan Periadnadi. 2014. Aktivitas Antifungal Minyak Atsiri Cymbopogon nardus
L. dan Elettariopsis slahmong Lim. Terhadap Jamur Colletotrichum sp. Menyerang
Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Biologi Universitas Andalas 3(2) : 97 –
102 (2): 219-227.
Hartati, S.Y., & Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat Lainnya. Warta
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19 : 5
- 9.
Mario S. Howarto, Pemsi M. Wowor, Christy N. Mintjelungan. 2015. Uji Efektifitas Antibakteri
Minyak Atsiri Sereh Dapur Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Terhadap
Bakteri Enterococcus Faecalis. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, (2)
Nilda Lely, Hetty Sulastri, Sari Meisyayati. 2018. Aktivitas Antijamur Minyak Atsiri Sereh Wangi
(Cymbopogon Nardus (L.) Rendle). Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana. Vol 1 (1).
Ni Made Puspawati, I Wayan Suirta, dan Saeful Bahr. 2016. Isolasi, Identifikasi, serta uji
aktivitas antibakteri pada minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt). Jurnal
Kimia. Vol 10
Ruwindya, Y. 2019. Optimasi Metode Analisis Minyak Atsiri Sereh Wangi Secara Kromatografi
Gas. Indonesian Journal of Chemical Analysis. Vol.2(2):54-59.
Safwan, Sapto, Y., dan Suwidjiyo, P. 2014. Uji Aktivitas Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma
Longa Linn) Pada Tikus Sprague Dawley Model Demensia. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol
2(2) : 20-26.
SNI. 1995. Standar Nasional Indonesia Minyak Sereh Wangi. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Susetyo R., dan Reny H. 2004. Kiat Menghasilkan Minyak Sereh Wangi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Wibowo, D. P., Rustamsyah, A dan Kurniawan, Y. 2016. Karakterisasi Dan Aktivitas Repelen
Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L), Akar Wangi ( Vetiveria zizanoides L.),
Nilam (Pogestemon Cablin), Cengkeh (Syzgium aromaticum) Asal Kabupaten Garut
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Betina. Jurnal Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik. Vol
13(2).
Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp 2 - 12.
Bundy, R., Walker A.F., Middleton R.W. dan Booth J. 2004. Turmeric extract may improve irritable
bowel syndrome symptomology in otherwhise healthy adults : a pilot study. Journal of
Alternative and Complementary Medicine. Vol 10(6) : 1015 – 1018

Rahul, K. V., Kumar, P., Maurya, R. K., Kumar, V. Verma, R. B., dan Singh, R. K. 2018. Medicinal
Properties of Turmeric : A review. International Journal of Chemical Studies. Vol 6(4): 1354 –
1357.

Shan, C.Y. dan Iskandar, Y. 2018. Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Kunyit
(Curcuma longa L.). Farmaka. Vol16 (2): 547- 555.

Sudarsono, Agus, dan Didik, G. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta : UGM.

Syarif, P., Suryotomo, B., dan Soeprapto, H. 2011. Deskripsi dan Manfaat Tanaman Obat di Pedesaan
Sebagai Upaya Pemberdayaan Apotik Hidup (Studi Kasus di Kecamatan Wonokerto). Pena
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Vol 21 (1): 21-32.

Anda mungkin juga menyukai