Anda di halaman 1dari 15

Evaluasi Hipertensi, Proteinuria, dan Kelainan Berat Badan pada Remaja di Italia yang

Berpartisipasi dalam Hari Ginjal Sedunia

Yuri Battaglia a Pasquale Esposito b Salvatore Corrao c


Luigi Russo d Alessandro Balducci e Alda Storari a

Domenico Russo f On behalf of the Italian Kidney Foundation “FIR-Onlus”

a Divisi Nefrologi dan Dialisis, Universitas-Rumah Sakit St. Anna, Ferrara, Italia;
b Unit Nefrologi, Fondazione IRCCS Policlinico San Matteo, Pavia, Italia; c Internal
Unit Kedokteran, National Relevance and High Specialization Hospital Trust, Palermo, Italia;
d Unit Nefrologi, Ospedale del Mare, Naples, Italia; e Fondazione Italiana del Rene Onlus, Roma, Italia; f
Departemen Kesehatan Masyarakat, Unit Nefrologi, Universitas Federico II, Napoli, Italia

Kata kunci

Indikator antropometri · IMT · Proteinuria · Hipertensi · Obesitas · Remaja

ABSTRAK

Pendahuluan: Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day / WKD) dipromosikan oleh Yayasan
Ginjal di Italia (Italian Kidney Foundation) dan Perhimpunan Nefrologi di Italia (Italian Society
of Nephrology) untuk meningkatkan kesadaran, mendeteksi, pencegahan, dan pengobatan
penyakit ginjal. WKD di Italia memusatkan perhatian pada "Proyek di Sekolah" dengan
menyaring siswa yang sekarang belajar ditahun kelima di sekolah menengah. Tujuan utama dari
"Proyek di Sekolah" adalah untuk menilai keberadaan hipertensi (HTN) dan proteinuria pada
remaja yang sehat; serta untuk mengevaluasi potensi keterkaitan antara kelebihan berat badan,
obesitas (keduanya diukur dengan metode antropometrik yang berbeda), tingkat tekanan darah
(BP), dan proteinuria. Tujuan tambahannya adalah menilai perkiraan mengenai kesadaran
tentang beberapa topik nefrologi. Metode: Populasi penelitian terdiri dari siswa berusia 17
hingga 19 tahun. HTN didefinisikan sebagai Tekanan Darah Sistolik (Systolic Blood
Pressure/SBP) ≥140 mm Hg dan / atau Tekanan Darah Diastolik (Dyastolic Blood
Pressure/DBP) ≥90 mm Hg. Hipertensi Sistolik Terisolasi (Isolated Systolic Hypertension/ ISH)
didefinisikan sebagai SBP ≥140 mm Hg dan DBP <90 mm Hg; Hipertensi Diastolik Terisolasi
sebagai SBP <140 mm Hg dan DBP ≥90 mm Hg; hipertensi sistolik dan diastolik sebagai SBP
≥140 mm Hg dan DBP ≥90 mm Hg; pra-hipertensi sebagai SBP> 120 mm Hg tetapi <140 mm
Hg atau DBP> 80 mm Hg tetapi <90 mm Hg; dan Tekanan Darah optimal sebagai SBP ≤120
mm Hg dan DBP ≤80 mm Hg. Tes urine dilakukan dengan dipstik; subjek dianggap sebagai
proteinuria ketika dipstik urin positif (proteinuria ≥30 mg / dL). Berat badan, tinggi badan, dan
lingkar pinggang (Waist Circumference/WC) diukur; Indeks massa tubuh (IMT), rasio pinggang-
ke-tinggi (waist-to-height ratio /WHtR), dan Conicity Index (Ci) dihitung. Menurut IMT,
klasifikasi berikut diadopsi: berat badan kurang (<18,5 kg / m2), berat badan normal (18,5-24,9
kg / m2), kelebihan berat badan (25-29,9 kg / m2), obesitas kelas I (30-34,9 kg) / m2), obesitas
kelas-II (35-39,9 kg / m2), obesitas kelas-III (≥40 kg / m2). Hasil: Data dari 12.125 siswa
(45,6% laki-laki) dievaluasi. HTN ditemukan pada 1.349 peserta (11,1%; 61,1% laki-laki), dan
ISH hadir pada 7,4%. Kegemukan (24,1%) dan obesitas kelas-I (6%), -II (3,6%), dan -III (1%)
ditemukan pada peserta yang memiliki hipertensi. Dibandingkan dengan peserta dengan tekanan
darah normal, peserta hipertensi memiliki BMI lebih tinggi (p <0,001), WC (p <0,001), dan
WHtR (p <0,001); sedangkan Ci tidak berbeda (p = 0,527). Analisis regresi linier multivariat
menunjukkan bahwa WC dan IMT merupakan prediktor SBP dan DBP abnormal (p <0,001) baik
pada pria maupun wanita. Proteinuria ditemukan pada 14,8, 13,8, 14,7, dan 14,7% dari semua
subjek dengan berat badan normal, kelebihan berat badan, obesitas, dan semua subjek. Selain itu,
tidak ada hubungan yang ditemukan antara berat badan, proteinuria, dan TD. Kesimpulan:
Penelitian ini menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas secara signifikan
berhubungan dengan HTN pada remaja di Italia. Prediktor untuk SBP dan DBP adalah IMT dan
WC. Kejadian proteinuria sangat mirip dengan HTN, tetapi tidak terkait dengan indikator
antropometri atau HTN.

Pendahuluan

Hari Ginjal Sedunia (WKD) adalah kampanye global yang dipromosikan oleh Federasi
Internasional Yayasan Ginjal (International Federation of Kidney Foundations /IFKF) dan
International Society of Nephrology (International Society of Nephrology/ISN) yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, penemuan, pencegahan, dan pengobatan penyakit ginjal [1]. Di
Italia, WKD direncanakan dan dilaksanakan oleh Fondazione Italiana del Rene (FIR; National
Kidney Foundation of Italy atau Yayasan Ginjal Nasional Itali), bekerja sama dengan Persatuan
Nefrologi di Itali (Italian Society of Nephrology /SIN) dan Palang Merah Italia [2]. WKD di
Italia berfokus pada 2 proyek: “Square Project” (Proyek Persegi) dan “School Project” (Proyek
Sekolah) [3]. Dalam Square Project, orang-orang dewasa dari populasi umum diseleksi [4].
Sedangkan pada School Project adalah survei epidemiologi berbasis sekolah termasuk siswa
yang menghadiri tahun kelima mereka di sekolah menengah. Proyek ini secara eksklusif
dilakukan oleh ahli nefrologi Italia yang berpartisipasi dalam WKD.

Relevansi penapisan remaja yang sehat bergantung pada fakta bahwa populasi ini jarang
dievaluasi oleh dokter anak atau dokter umum kecuali jika pada remaja tersebut terdapat
penyakit yang jelas. Selain itu, remaja sendiri memiliki harapan hidup yang lebih panjang
dibandingkan orang dewasa; akibatnya, mereka juga terpapar faktor risiko untuk waktu yang
lebih lama dibandingkan orang dewasa [5]. Oleh karena itu, adanya deteksi dini terhadap
kelainan biokimia dan klinis pada remaja dapat mencegah atau mengurangi risiko penyakit
ireversibel yang dapat muncul beberapa tahun kemudian. Contohnya adalah kasus penyakit yang
ditandai dengan tidak adanya gejala yang relevan seperti hipertensi (HTN) dan proteinuria.
Tekanan darah tinggi berkembang menjadi HTN di masa dewasa, terutama pada remaja dengan
kecenderungan memiliki berat badan berlebih [6, 7]. Kehadiran proteinuria merupakan penanda
awal penyakit ginjal dan faktor risiko independen untuk kejadian kardiovaskular.

Tujuan utama dari School Project adalah untuk menilai, pada remaja yang sehat, adanya
keberadaan HTN dan proteinuria; serta untuk mengevaluasi hubungan yang berpotensi antara
kelebihan berat badan, obesitas (keduanya diukur dengan metode antropometri yang berbeda),
kadar TD, dan proteinuria. Tujuan tambahannya adalah untuk menilai perkiraan mengenai
kesadaran tentang fungsi ginjal, transplantasi ginjal, proteinuria, dialisis, dan tekanan darah.

Bahan dan Metode

Ini adalah laporan pada data yang dikumpulkan dari siswa sekolah menengah di Italia
(kisaran usia: 17–19 tahun), yang berpartisipasi dalam Hari Ginjal di Italia dari 2008 hingga
2016. Persetujuan secara tertulis diperoleh dari semua peserta serta dari orang tua untuk siswa di
bawah umur. Data tentang usia dan jenis kelamin dicatat. Tekanan darah dinilai dengan
auskultasi dan dicatat, menggunakan sphygmomanometer dengan manset yang sesuai untuk
lingkar lengan, setelah siswa tetap duduk dan istirahat selama 5 menit. Pengukuran dilakukan di
lengan kanan dengan posisi manset setinggi jantung. TD sistolik (SBP) ditentukan pada
permulaan bunyi Korotkoff (fase I), dan TD diastolik (DBP) saat menghilangnya bunyi
Korotkoff (fase V). Partisipan Hipertensi (PH) apabila mereka didapati dengan SBP ≥140 mm
Hg dan / atau DBP ≥90 mm Hg.

Hipertensi sistolik terisolasi (ISH), hipertensi diastolik terisolasi, hipertensi sistolik dan
diastolik, pra-hipertensi, dan tekanan darah optimal didefinisikan sebagai SBP ≥140 mm Hg dan
DBP <90 mm Hg; SBP <140 mm Hg dan DBP ≥90 mm Hg; SBP ≥140 mm Hg dan DBP ≥90
mm Hg; SBP> 120 mm Hg tetapi <140 mm Hg atau DBP> 80 mm Hg tetapi <90 mm Hg; dan
SBP ≤120 mm Hg dan DBP ≤80 mm Hg. Denyut jantung diukur dengan metode palpasi di
pergelangan tangan (palpasi di arteri radial) dan menghitung jumlah denyut dalam 1 menit.

Tes urin dilakukan dengan menggunakan dipstick untuk urin untuk menilai ada atau
tidaknya proteinuria. Hasil positif didasarkan pada perubahan warna yang sesuai dengan bagan
warna yang disediakan oleh produsen strip uji. Subjek dianggap proteinuria ketika dipstik urin
positif untuk proteinuria ≥30 mg / dL.

Berat badan dan tinggi badan diukur. Indeks massa tubuh (IMT) dihitung sebagai berat
(kg) / tinggi2 (m2). Menurut IMT, berat badan normal adalah dari 18,5 hingga 24,9 kg / m2,
berat badan kurang <18,5 kg / m2, kelebihan berat badan dari 25 menjadi 29,9 kg / m2, obesitas
kelas I dari 30 menjadi 34,9 kg / m2, obesitas kelas-II dari 35 menjadi 39,9 kg / m2, dan obesitas
kelas-III ≥40 kg / m2. Lingkar pinggang (WC) diukur dengan menggunakan pita antropometri
yang terbuat dari serat kaca di titik tengah antara tulang rusuk terakhir dan puncak iliaka. Angka
WC normal dianggap <88 cm pada wanita dan <102 cm pada pria. Rasio pinggang-ke-tinggi
(WHtR) dihitung dengan membagi WC (cm) dengan tinggi (cm). Indeks kerucut (Ci) ditentukan
dengan menggunakan persamaan matematika berikut [8]:

Lingkar Pinggang (m)


Ci = Berat Badan(kg)
√ Tinggi Badan(m)

Konsumsi kopi dan kebiasaan merokok dengan tembakau didapatkan melalui wawancara
dari subjek penelitian dan dicatat sebagai jumlah cangkir dan rokok yang dikonsumsi setiap hari.
Pertanyaan yang diajukan terkait topik-topik berikut: kesadaran fungsi ginjal, penyakit
ginjal, dialisis, transplantasi ginjal, arti kata proteinuria, relevansi pengukuran TD, dan sumber
informasi.

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat SPSS-22. Statistik deskriptif


termasuk frekuensi dan persentase atau rata-rata dengan kesalahan deviasi standar (SD) untuk
hasil demografi, karakteristik kesehatan, dan urinalisis. Analisis varian atau tes χ2 digunakan
untuk menilai perbedaan dalam karakteristik dasar. Regresi linier digunakan untuk
mengevaluasi hubungan kategori IMT, Ci, WC, dan WHtR dengan proteinuria dan TD setelah
masing-masing disesuaikan untuk pembaur potensial.

Hasil

Dari tahun 2008 hingga 2016, sebanyal 12.125 peserta (45,6% laki-laki) mengambil
bagian dalam School Project yang dilaksanakan pada saat WKD. Data yang terkait dievaluasi
baik secara agregat dan dibagi antara berdasarkan jenis kelamin atau berdasarkan 4 wilayah Italia
- yaitu, Utara, Tengah, Selatan, dan Kepulauan. Beberapa karakteristik partisipan, tingkat TD,
dan antropometri dilaporkan pada Tabel 1. Ditemukan HTN pada 1.349 (11,1%) partisipan
(61,1% laki-laki), lebih spesifiknya ditemukan ISH pada 7,4%, hipertensi diastolik terisolasi
pada 1,6%, dan sistolik dan hipertensi diastolik pada 2,1% dari semua siswa. Tidak ada
perbedaan BP yang ditemukan di antara 4 wilayah Italia (Gbr. 1). Kegemukan, obesitas kelas-I,
-II, dan -III pada HP ditemukan masing-masing pada 24,1, 6, 3,6, dan 1%. Dibandingkan dengan
peserta dengan tingkat tekanan darah normal, pada peserta hipertensi memiliki IMT yang lebih
tinggi (p <0,001), WC (p <0,001), dan WHtR (p <0,001); sedangkan Ci tidak berbeda (p = 0,527).
Analisis regresi linier multivariat menunjukkan bahwa WC adalah prediktor SBP, DBP, denyut jantung
tinggi (p <0,001) pada pria dan wanita (Gbr. 2-4), sedangkan IMT adalah prediktor SBP dan DBP di
seluruh kohort (Gbr. 5). 74,2 dan 62,2% dari semua siswa telah menjalani urinalisis dan memiliki
pengukuran tekanan darah sebelum WKD sebagai bagian dari pemeriksaan rutin yang direncanakan
oleh dokter mereka.
Total TD normal Pre-HTN ISH IDH SDH Nilai P
(n = 9,055)
(n = 12,125) (n = 1,721) (n = 903) (n = 182) (n = 264)

Laki-laki, % 45.6 39.2 59 76.4 46.8 60.2 <0.001


Umur, tahun 18.5 (18.4–18.5) 18.4 (18.4–18.5) 18.5 (18.4–18.6) 18.5 (18.4–18.6) 18.8 (18.5–19.1) 18.8 (18.6–19) <0.001
IMT, kg/m2 22.4 (22.3–22.5) 22 (21.9–22.1) 23.1 (22.91–23.3) 24 (23.7–24.3) 22.7 (21.9–23.5) 25.7 (24.8–26.5) <0.001
Kebiasaan merokok, % 26.9 27.7 27 22.7 30.6 17.4 0.005
SBP, mm Hg 117.3 (117–117.7) 111 (110.7–111.2) 130.4 (130.2–130.7) 145.4 (144.7–146.1) 125.9 (124.4–127.4) 148.1 (146.3–149.9) <0.001
DBP, mm Hg 70.2 (70–70.4) 67.8 (67.6–68.0) 74.2 (73.7–74.7) 75.3 (74.7–76) 91.6 (90.9–92.2) 92.9 (92–93.8) <0.001
Daerah asal, % <0.001
Utara 16 74.2 13.5 8.8 1.7 1.7
Pusat 12.4 65.5 19.9 10.5 2.3 1.8
Selatan 63.3 79.9 11.7 5.5 1.2 1.7
Kepulauan 8.2 78.6 15.1 5.1 0.3 0.8
Tekanan nadi, mm Hg 47.1 (46.8–47.4) 43.1 (42.9–43.4) 56.3 (55.7–56.8) 70.1 (69.2–70.9) 34.3 (32.8–35.8) 55.1 (53.6–56.7) <0.001
Detak jantung, detak/min 74.7 (74.4–74.9) 73.7 (73.4–73.9) 76.5 (75.7–77.3) 78.9 (77.8–80.0) 77.8 (74.9–80.6) 80.9 (78.6–83.2) <0.001
Lingkar pinggang, cm 82.3 (82–82.5) 81.2 (80.9–81.5) 84.3 (83.5–85.1) 87.8 (86.6–88.9) 83.9 (81.1–86.6) 91.7 (89.0–94.4) <0.001
Laki-laki 85.1 83.7 86.6 88.9 86.5 93.6
Perempuan 80.1 79.7 81.1 84.5 81.6 88.9
WHtR 0.4 (0.4–0.5) 0.4 (0.4–0.5) 0.4 (0.4–0.5) 0.5 (0.4–0.6) 0.5 (0.4–0.6) 0.5 (0.4–0.6) <0.001
Conicity index 1.2 (1.1–1.3) 1.2 (1.1–1.3) 1.2 (1.1–1.3) 1.2 (1.1–1.3) 1.2 (1.1–1.3) 1.2 (1.1–1.3) ns
Berat badan normal, % 72.9 75.1 68.7 65.3 66 55 <0.001
Berat badan kurang, % 8.4 9.7 5.8 2.4 8.3 1.9 <0.001
Berat badan berlebih, % 15.6 13.1 21.5 24.6 22.9 25 <0.001
Obesitas kelas I, % 2.4 1.8 2.9 5.7 1.8 10.6 <0.001
Obesitas kelas II, % 0.6 0.3 0.9 1.8 0 5.6 <0.001
Obesitas kelas III, % 0.1 0 0.2 0.2 0.9 1.9 <0.001
Proteinuria, % 14.7 14.5 14.4 14.8 14.7 14.9 Ns
Tabel 1. Karateristik Peserta Penelitian
Data dilaporkan sebagai rata-rata (interval kepercayaan 95%) kecuali diindikasikan lain. Nilai p diperoleh dengan analisis varians atau
uji χ2 antar subtipe hipertensi. TD, tekanan darah; DBP, tekanan darah diastolik; IDH, hipertensi diastolik terisolasi; ISH, hipertensi
sistolik terisolasi; pra-HTN, pra-hipertensi; SBP, tekanan darah sistolik; SDH, hipertensi sistolik dan diastolik; WHtR, rasio pinggang-
tinggi.
Gambar 1. Tekanan darah dibagi atas dasar 4 wilayah Italia - yaitu, Utara, Pusat,
Selatan, dan Kepulauan

Dipstik urin tidak dilakukan pada 10% kelompok karena adanya penolakan atau pada
peserta penelitian sedang mengalami menstruasi bersamaan. Pada dipstik urin, proteinuria
ditemukan pada 14,7% dari seluruh kelompok dibandingkan dengan 14,8, 13,8, dan 14,7% pada
subjek dengan berat badan normal, kelebihan berat badan, dan obesitas. Dalam analisis regresi
linier multivariat, tidak ditemukan hubungan antara proteinuria, indikator antropometri, dan
kadar TD.

Didapati pada sebagian besar siswa sadar akan peran dan fungsi ginjal (89%), arti
penyakit ginjal kronis (70%), dialisis (65,3%), dan transplantasi (75,2%); sedikit siswa yang
mengetahui arti kata proteinuria (6,6%). Hampir semua siswa menyadari pentingnya
pengendalian HTN. Sumber informasi adalah orang tua (31%) dan guru (38%) tetapi bukan
dokter umum (6,9%), media (4,9%), dan internet (2,2%).

Jumlah rata-rata konsumsi kopi per hari adalah 1,82 ± 1,04, dan laki-laki yang merupakan
perokok berat (8,17 ± 4,8 batang per hari) dibandingkan perempuan (6,4 ± 4,3). Tidak ada
perbedaan dalam karakteristik klinis dan kebiasaan yang ditemukan di antara 4 wilayah Italia.
Gambar. 2. Analisis regresi linier multivariat: DBP / SBP dan lingkar pinggang
pada pria.
Gambar. 3. Analisis regresi linier multivariat: SBP / DBP dan lingkar pinggang pada
wanita

Diskusi

Data penelitian ini memiliki beberapa kepentingan klinis. Tingkat SBP dan / atau DBP
yang abnormal ditemukan pada 11,1% dari populasi yang diskrining; lebih dari setengah dari
semua HP (61,1%) adalah laki-laki. Persentase HTN, diamati selama School Project mirip
dengan yang dilaporkan oleh orang lain (10,2%) pada siswa sekolah pertama [9]. Temuan
menarik dalam penelitian ini adalah persentase pelajar dengan ISH (66,9% dari seluruh HP
dengan prevalensi tinggi pada pria). ISH tampaknya sering terjadi pada remaja dan dewasa muda
[9, 10]. Signifikansi klinis ISH pada remaja dan dewasa muda masih diperdebatkan [11]; Namun,
ISH dikaitkan dengan risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskular dan kematian
jantung koroner [12].

Meskipun hampir semua peserta yang mengikuti School Project menyadari pentingnya
mengukur TD, hanya sedikit lebih dari setengah jumlah peserta (62,2%) yang sesekali mengukur
TD. Temuan ini sesuai dengan data yang dilaporkan oleh da Silva et al. [13] dalam survei dengan
lingkup lebih kecil di mana hanya 28,6% dari 1.215 siswa Brasil yang tekanan darahnya diukur
tetapi tidak dilakukan selama konsultasi medis. Data ini menunjukkan bahwa pengukuran TD
bukanlah prosedur yang dimasukkan ke dalam praktik klinis meskipun pedoman menunjukkan
bahwa TD harus diukur setidaknya setiap tahun pada remaja yang sehat dan lebih sering pada
mereka yang memiliki faktor risiko seperti berat badan abnormal atau proteinuria [6] . Penjelasan
yang paling mungkin untuk inersia ini adalah bahwa remaja, seperti halnya dengan orang
dewasa, tidak diukur tekanan darahnya kecuali mereka mempunyai suatu atau beberapa gejala
[14]. Deteksi dini dan normalisasi kadar TD abnormal pada remaja dapat mencegah terjadinya
HTN menetap berikutnya, terutama di antara subjek dengan proteinuria yang tidak diketahui atau
dengan kecenderungan untuk bertambah berat badan berlebih [11, 14, 15].

Kelebihan berat badan dan obesitas muncul di 15,6 dan 3,1% dari semua siswa. Hasil ini
konsisten dengan persentase kelebihan berat badan (15,6%) dan obesitas (2,3%) yang diamati
pada remaja Italia secara umum [16]. Hubungan antara tekanan darah tinggi dan berat badan
abnormal dapat dijumpai bahkan pada subjek usia muda. Obesitas telah diidentifikasi sebagai
faktor risiko penting untuk perkembangan penyakit kardiovaskular. Memang, remaja yang
kelebihan berat badan memiliki kemungkinan tinggi untuk tetap kelebihan berat badan atau
bahkan berkembang menjadi obesitas dan mengidap HTN saat dewasa [17]. Dalam kasus ini,
gaya hidup sehat yang sesuai, pencarian yang cermat untuk penyebab terjadinya proteinuria,
pengobatan yang tepat, dan tindak lanjut yang teratur dapat menormalkan tekanan darah dan /
atau mencegah penyakit ginjal yang nyata dengan akibat penurunan fungsi ginjal.

Berdasarkan pemeriksaan dipstik urin, proteinuria terdapat pada 14,7% dari seluruh
jumlah siswa kami, dan persentasenya serupa pada subjek dengan berat badan normal (14,8%),
kelebihan berat badan (13,8%), dan obesitas (14,7%). Selain itu, tidak ada hubungan yang
ditemukan antara perubahan berat badan, proteinuria, dan TD. Ada hasil yang bertentangan
tentang hubungan antara perubahan berat badan dan proteinuria. Rutkowski dkk. [18]
menemukan albuminuria pada 16% remaja di Polandia; kejadian albuminuria lebih sering terjadi
pada mereka dengan berat badan normal tetapi tidak terkait dengan faktor risiko kardiovaskular
yang diperhitungkan. Terdapat sebuah Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional
(National Health and Nutrition Examination Survey/NHANES) [19], sebuah studi berbasis
populasi termasuk 2.515 remaja, melaporkan prevalensi albuminuria yang lebih rendah (0,3%)
pada remaja yang kelebihan berat badan dibandingkan dengan yang tidak kelebihan berat badan
(8,7%). Penjelasan yang mungkin untuk temuan ini adalah bahwa subjek dengan berat badan
normal lebih mungkin melakukan olahraga 24 jam sebelum pengumpulan urin, yang
menyebabkan mikroalbuminuria fisiologis [20]. Meskipun hasil yang bertentangan, obesitas
pada remaja telah dikaitkan dengan albuminuria, resistensi insulin, HTN, dan dislipidemia yang
semuanya merupakan faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko kejadian
kardiovaskular di masa depan [21, 22].

Mekanisme patofisiologis yang mendasari hubungan potensial antara proteinuria dan


obesitas belum sepenuhnya dipahami. Terdapat suatu kemungkinan yaitu Insulin mungkin
mengganggu beberapa titik dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron, meningkatkan
aktivitasnya meskipun terjadi retensi natrium dan ekspansi volume. Sensitivitas insulin yang
berkurang (menyebabkan kadar insulin plasma yang lebih tinggi) dapat menyebabkan kerusakan
vaskular dan cedera ginjal [23]. Oleh karena itu, resistensi insulin pada obesitas yang
berkepanjangan dari masa remaja menjadi predisposisi kejadian kardiovaskular dan gangguan
fungsi ginjal di masa dewasa.

Dalam praktik klinis, kelainan berat badan biasanya dilaporkan sebagai nilai IMT. Untuk
penilaian jumlah lemak tubuh dan distribusinya, standar emasnya adalah computed tomography
atau magnetic resonance, tetapi biaya tinggi dari metode ini membatasi kemungkinan dipakai
sehari-hari dalam praktik klinis [24]. Kecenderungan banyak penulis adalah untuk
memperhitungkan indikator antropometri selain IMT, terutama dalam menilai hubungan dengan
tingkat TD, prevalensi HTN dan ISH, risiko kardiovaskular, sindrom metabolik, dan penyakit
ginjal kronis [25-28]. Ada pendapat kontroversial tentang indikator antropometri yang optimal
untuk membedakan jumlah lemak tubuh dan distribusinya, dan untuk menilai hubungan antara
TD dan distribusi lemak tubuh [28, 29]. Ada bukti yang menunjukkan bahwa lebih penting
mengukur obesitas abdominal daripada obesitas umum untuk evaluasi risiko kesehatan pada
dekade pertama kehidupan.

Indikator IMT memprediksi lemak secara keseluruhan tetapi cenderung melebih-lebihkan


jumlah lemak tubuh pada subjek dengan massa otot tinggi; WC dan Ci mengidentifikasi lemak
yang terletak di wilayah tengah tubuh; Ci lebih banyak digunakan dalam penelitian dengan
populasi orang dewasa; WHtR mempertimbangkan proporsi perbandingan lemak sentral dengan
tinggi badan individu [30, 31]. Dalam penelitian ini, WC dan IMT tetapi bukan Ci adalah
prediktor yang dapat diandalkan untuk SBP dan DBP, yang menunjukkan bahwa tidak hanya
berat dan tinggi badan yang harus dicatat pada orang muda selama konsultasi medis.

Ada beberapa hambatan dalam penelitian kami. Sebuah spesimen urin tunggal dapat
mengalami variasi acak dan proteinuria transien dari berdiri dalam jangka waktu lama atau
olahraga [32]; Namun, proteinuria pengukuran tunggal mencerminkan kondisi kronis pada 63%
populasi umum [33]. Urine dikumpulkan setiap saat sepanjang hari, sedangkan urine pancaran
tengah pertama di pagi hari mungkin lebih dipilih untuk penilaian proteinuria dan urinalisis [34].
Proteinuria dideteksi dengan dipstik urin, sedangkan rasio albumin-kreatinin urin umumnya
dianggap lebih tepat dalam menilai kadar proteinuria. Namun, dipstik urin adalah alat diagnostik
yang sederhana dan lebih murah dalam pemeriksaan kesehatan masyarakat (seperti halnya
dengan School Project) dibandingkan dengan rasio albumin-kreatinin yang lebih mahal [35, 36].
Untuk HTN sering telah didiagnosis atas dasar satu pengukuran TD, daripada rata-rata 2
pembacaan pada 2 kesempatan yang mungkin lebih baik dalam menentukan tingkat TD [6].
Namun, prosedur ini tidak mungkin diterapkan mengingat desain studi dari School Project
berlangsung setengah hari.
Gambar 4. Analisis regresi linier multivariat: denyut jantung dan lingkar pinggang pada
wanita (merah) dan pria (biru).

Gambar. 5. Analisis regresi linier multivariat: SBP / DBP dan IMT di seluruh
kohort.

Kesimpulan

Kelebihan berat badan dan obesitas, dievaluasi melalui berbagai indikator antropometri,
hadir dengan persentase pada HP yang signifikan. Indikator IMT dan WC adalah prediktor
antropometri yang signifikan dari SBP dan DBP. Proteinuria ditemukan dalam persentase yang
mirip dengan HTN, tetapi tidak terkait dengan indikator antropometri.

Pernyataan Etika

Penelitian ini dilakukan secara etis sesuai dengan Deklarasi Asosiasi Medis Dunia
Helsinki. Persetujuan tertulis diperoleh dari semua peserta serta dari orang tua siswa di bawah
umur.

Pernyataan Pengungkapan

Penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki konflik kepentingan.

Sumber Pendanaan

Tidak ada.

Kontribusi Penulis

Y.B. dan P.E. berkontribusi pada konsepsi dan desain studi dan penyusunan naskah.

S.C., A.S., dan L.R. berkontribusi pada analisis dan interpretasi data.

D.R. dan A.B. telah terlibat dalam merevisi naskah secara kritis untuk konten intelektual
yang penting.

Anda mungkin juga menyukai