Anda di halaman 1dari 31

ILUSTRASI KASUS

Seorang anak laki-laki datang dengan keluhan sakit kepala


Kompetensi :
3A
Topik Materi

• Hipertensi pada Anak:


Definisi, Klasifikasi, Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi, Diagnosis,
Tatalaksana

• Hipertensi Krisis
Hipertensi pada Anak
Muhammad Hatta
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UMSU
PENDAHULUAN
• Anggapan masyarakat: Hipertensi hanya terjadi pada orangtua atau dewasa.

Anak-anak bisa mengidap hipertensi, Seringkali


Prevalensi obesitas ↑, hipertensi yang terjadi pada orang dewasa sudah
khususnya usia sekolah dimulai sejak masa anak.

• Anak laki-laki (15%-19%) > Anak perempuan (7%-12%).


• Ras Hispanik dan Negro > kulit putih.
DEFINISI & KLASIFIKASI

• Tahun 2017, American Academy of Pediatrics (AAP) melakukan


perbaikan batasan dan klasifikasi hipertensi sebelumnya yang
Hipertensi dikeluarkan oleh The Fourth Report on The Diagnosis,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children
and Adolescent (2004).
Tabel 1.
Klasifikasi Hipertensi pada anak menurut AAP tahun 2017

Anak Usia 1-13 tahun Anak usia ≥ 13 tahun


Tekanan darah normal Sistolik dan diastolik < persentil 90 < 120/80 mmHg

Tekanan darah meningkat Sistolik dan diastolik ≥ persentil 90 120/<80 mmHg


tetapi < persentil 95, atau120/80mmHg -129/< 80 mmHg
tetapi < persentil 95
Hipertensi tingkat 1 Sistolik dan Diastolik diantara persentil 95 dan 130/80 mmHg
persentil 95 + 12 mmHg, atau 130/80 mmHg -138/89 -138/89 mmHg
mmHg
Hipertensi tingkat 2 Sistolik atau Diastolik ≥ persentil 95 + 12 mmHg, atau ≥140/90mmHg
≥140/90 mmHg

Sumber : Pedoman AAP tahun 2017


ETIOLOGI
>>Usia remaja (85-95%)
Asimptomatik
EtiologiKomplek:
Primer/Esensial
-fx Predisposisi: Ras, kelamin, riw keluarga/genetik
Hipertensi

-fx yg mempengaruhi: konsumsi garam, merokok, alkohol,


stres dan Obesitas

>>Usia < 6tahun (Preadolescen)


Etiologi terbanyak:
-Penyakit Parenkim Ginjal & Struktur Ginjal & Penyakit
Sekunder Renovaskular (60%)
-Koartasio Aorta(20%)
-Penyakit Endokrin dll (10%)
PATOFISIOLOGI

 BP= CO x TPR

 CO= HR x SV
TPR
 Besarnya SV dipengaruhi:
 Volume akhir diastolik
Hypertension
ventrikel (preload).
 Beban akhir ventrikel
(afterload).
 Kontraktilitas jantung

BP: Blood Pressure


CO: Cardiac Output
TPR: Total Pheriferal Resistance
SV: Stroke Volume
HR: Hearth Rate
DIAGNOSIS

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
• Riwayat Perinatal dan Keluarga
 Hipertensi pada keluarga
 BBLR
 Prematur

• Riwayat Asupan Makanan


 Asupan tinggi natrium

• Riwayat Aktivitas Fisik

• Riwayat Psikososial
 Riwayat penganiayaan, perundungan, depresi, dan kecemasan, serta persepsi tubuh.

• Riwayat Penggunaan Obat-Obatan dan Faktor Lingkungan


 kontrasepsi oral, stimulan sistem saraf pusat, kortikosteroid dan dekongestan
(pseudoefedrin dan fenilpropanolamin).
 Paparan terhadap timah, merkuri, ftalat maupun merkuri.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik lengkap dan Status Gizi
• TD diukur di keempat ekstremitas.
• Biasanya TD 10 - 20 mmHg lebih tinggi pada tungkai dibandingkan dengan lengan.
• Hal yang perlu diperhatikan selama pengukuran TD anak:

1. Anak telah beristirahat 3-5 menit dgn lingkungan tenang dan posisi kaki tidak menyilang, serta bagian punggung
menyandar pada kursi. Tidak melakukan olahraga 30 menit sebelumnya dan tidak konsumsi obat stimulan
adrenergik (seperti obat flu).
2. Anak posisi duduk dgn lengan kanan diletakkan pada posisi setinggi jantung, pada bayi dilakukan dlm posisi
telentang. Pasien dan pemeriksa tidak diperbolehkan berbicara selama dilakukan pemeriksaan.
3. Sblm mulai pemeriksaan auskultasi, stetoskop ditempatkan di arteri brachialis pada fossa antecubiti dan jarak
manset 2-3 cm di atas fossa antecubiti. Manset dikembangkan sampai 20-30 mmHg di atas denyut radialis
menghilang. Penurunan tekanan dilakukan setiap 2-3 mmHg perdetik. Fase pertama (Korotkoff I) dan fase akhir
(Korotkoff V) dari suara yang terdengar merupakan tekanan sistolik dan tekanan distolik. Jika bunyi Korotkoff
terdengar sampai 0 mmHg, maka bunyi Korotkoff IV yang diambil sebagai tekanan diastolik atau ulangi pemeriksaan.
4. Pada pemeriksaan tungkai, pasien dalam posisi prone (telungkup). Manset dgn ukuran sesuai ditempatkan pada
pertengahan paha. Stetoskop ditempatkan pada arteri popliteal. Tekanan sistolik lebih tinggi 10-20 mmHg daripada
tekanan arteri brachialis.
5. TD diukur menggunakan manset yang sesuai dengan panjang lengan atas anak. Panjang manset harus melingkupi
minimal 80% lingkar lengan atas, sedangkan lebar manset harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (atau minimal 2/3
jarak antara akromion dan olekranon). Bila manset yang digunakan terlalu sempit akan menghasilkan angka terlalu
tinggi, sebaliknya bila manset yang digunakan terlalu lebar akan menghasilkan angka pengukuran lebih rendah.
https://youtu.be/bYcCkiXJA_Q?si=lF2Qzxc8WcU_jDzs
https://www.youtube.com/watch?v=Edc4tb0IGuY&list=PPSV

Keterangan Gambar:
A. Penandaan akromion.
B. Peletakan pita ukur yang benar untuk
mengukur panjang lengan atas.
C. Peletakan pita ukur yang salah.
D. Penandaan titik tengah panjang lengan
Gambar 1. Penentuan ukuran manset atas.
untuk mengukur tekanan darah Sumber: Pedoman AAP tahun 2017
• Sfigmomanometer atau tensimeter: alat untuk
mengukur TD arteri, tdd manset, balon tensi, selang
atau tubing dan tabung skala air raksa.
• Ada 2 jenis tensimeter:
1. Tensimeter manual :

Rekomendasi AAP 2017:


 Jika fx risiko hipertensi (-)
 Pemeriksaan TD /thn stlh usia > 3 thn.
 Utk deteksi dini hipertensi asimtomatik,
2. Automatic Ambulatory Blood Pressure
serta cegah komplikasi jangka pendek dan
Monitoring (ABPM)  dapat dilakukan saat panjang.
anak beraktivitas sehari-hari dan dilakukan  Jika fx risiko+ (obesitas, konsumsi obat
selama 24 jam. meningkatkan TD, penyakit ginjal, riw.
koartasio aorta atau diabetes)
 Pemeriksaan TD dilakukan /kunjungan.
• 2 metode yang biasa digunakan untuk pengukuran
TD pada anak: ABPM dan pengukuran TD biasa.

• Kapan pemeriksaan TD dilakukan teratur pada


anak????
Tabel 4. Faktor yang memengaruhi tekanan
darah selama pengukuran
Pengukuran TD dengan alat digital
• Pengukuran dgn alat digital ≈ teknik
auskultasi.
• keuntungan lebih cepat, dapat
mengurangi kesalahan pemeriksa.
• Apabila TD terukur tinggiulangi 2x dan
ambil rata-ratanya.
• Jika TD masih > persentil 90  ulangi
dengan teknik auskultasi.
• Bila TD normalulangi pemeriksaan
1x/thn.
• Bila TD ↑  periksa ulang TD dalam
waktu 6 bulan.
Sistem Tubuh Pemeriksaan fisik Kemungkinan Etiologi

Tanda vital Takikardia hipertiroid, pheocromocytoma (PCC), neuroblastoma

Penurunan denyut pada ekstremitas bawah, Koarktasio aorta


Penurunan tekanan darah pada ekstremitas bawah
Antropometri Retardasi pertumbuhan, obesitas obesitas trunkal
(tinggi dan berat (IMT tinggi) gagal ginjal kronis, sindrom Cushing, sindrom resistansi insulin
badan)
Mata proptosis, perubahan pada retina hipertiroid

Telinga, hidung hipertrofi adenotonsilar, riwayat mengorok Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), Sleep Disorder Breathing (SDB)
dan tenggorokan
Kepala dan leher wajah khas (Elfin facies, Moon facies) Williams Syndrome, Cushing Syndrome.
goiter Hipertiroid
webbed neck Sindrom turner
Kulit pucat, flushing, diaphoresis PCC
jerawat, Sindrom Cushing
hirsutisme, striae Penggunaan steroid berlebihan
u Kerusakan Target Organ Sekunder

neurofibromatosis
bercak café-au-lait tuberous sclerosis
adenoma lupus sistemik
sebaceum diabetes melitus tipe II
bercak malar
acanthosis nigricans
Hematologi pucat, sickle cell anemia penyakit ginjal

Toraks, jantung nyeri dada , palpitasi, dyspnea saat aktivitas penyakit jantung
sindrom turner
widely space-nipples penyakit jantung, koarktasio aorta
murmur jantung lupus sistemik (perikarditis)
friction rub

Abdomen massa di abdominal Tumor wilms, neuroblastoma, PCC, renal artery stenosis (RAS)
bruit pada epigastrium, area flank ginjal yang terpalplasi Polycystic kidney disease, hidronefrosis, multicystic dysplastic kidney
Genitourinari genital ambigu, virilisasi genitalia Hiperplasia adrenal kongenital
hematuria, edema Penyakit ginjal
Ekstremitas bengkak sendi Lupus sistemik, penyakit kolagen vaskular
kelemahan otot hiperaldosteronisme, Sindrom Liddle
7
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Ekokardiografi  Indikasi: LVH +/-,
hipertensi persisten meski diberikan terapi
adekuat, hipertrofi konsentrik ventrikel kiri,
atau penurunan fraksi ejeksi.

• USG Ginjal Indikasi: anak usia < 6 tahun


atau anak dgn urinalisis atau fungsi ginjal
abnormal.

• Computed Tomographic Angiography (CTA),


Magnetic Resonance Angiography (MRA)
dan Renografi Indikasi: klinis kecurigaan
RAS atau USG Doppler menunjukkan RAS.
TATALAKSANA
• Tujuan: kurangi risiko jangka pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular
dan kerusakan organ target.

• Selain menurunkan TD dan meredakan gejala klinis, harus diperhatikan faktor lain:
kerusakan organ target, faktor komorbid, obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok,
dan intoleransi glukosa.

• Tujuan akhir pengobatan hipertensi sesuai AAP tahun 2017: menurunkan TD < persentil
ke-90 atau < 130/80 mmHg pada remaja berdasarkan usia dan tinggi badan anak.

• Tatalaksana dibagi 2 :Non-farmakologis dan Farmakologis  bergantung pada usia anak,


tingkat hipertensi dan respons terhadap pengobatan.
TATALAKSA
NA
1. Pengobatan Non-Farmakologis: Mengubah Gaya Hidup
 Tatalaksana awal: Turunkan BB, diet rendah lemak dan garam, olahraga teratur, hentikan rokok dan alkohol.
 Diet rendah garam: -1,2 g/hari pada usia 1-8 thn.
-1,5 g/hari pada usia > 8 thn.
 Konsumsi makanan mengandung kalium dan kalsium
 Anak tidak kooperatif dan tetap tidak dapat mengubah gaya hidup pertimbangkan untuk th/ anti hipertensi.

2. Farmakologis
 The National High Blood Pressure Education Program (NHBEP) Working Group on High Blood Pressure in Children
and Adolescents:
Pemberian antihipertensi harus ikuti aturan berjenjang (step-up), dimulai dengan satu obat pada dosis terendah
ditingkatkan bertahap hingga mencapai efek terapetik, atau muncul efek samping, atau bila dosis maksimal
telah tercapai  obat kedua boleh diberikan, dianjurkan gunakan obat yg mekanisme kerjanya berbeda.
 Beberapa keadaan hipertensi pada anak yang merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi:
a. Hipertensi simtomatik.
b. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan proteinuria.
c. Hipertensi sekunder.
d. Diabetes melitus.
e. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan gaya hidup.
f. Hipertensi tingkat 2.
• Pada hipertensi kronis atau kurang
terkontrol, masalah lebih rumit Perlu
obat antihipertensi kombinasi utk
pantau kenaikan TD.
• Prinsip dasar th/ anti hipertensi
kombinasi gunakan obat dgn tempat
dan mekanisme kerja berbeda,
pemilihan obat harus sederhana,
gunakan obat dengan masa kerja
panjang  obat cukup diberikan 1x
atau 2x/hari.
• Lama th/ tdk diketahui pasti, bbrp
perlukan th/ jangka panjang, keadaan
lain dapat membaik sec singkat.
• Bila TD terkontrol dan tdk ada
kerusakan organobat diturunkan
bertahap dihentikan dgn pengawasan
ketat stlh penyebab diatasi, TD dipantau
ketat dan berkala karena penderita dpt
kembali alami hipertensi di kemudian
hari.
Kedaruratan
Medis HIPERTENSI KRISIS
Definisi & Klasifikasi

• Hipertensi krisis: TD diastolik >120 mmHg dan atau sistolik >180 mmHg, atau setiap tingkat hipertensi
yang disertai komplikasi ensefalopati hipertensi, dekompensasio kordis, atau kelainan retina berupa
perdarahan atau edema papil.

• Hipertensi krisis pada BALITA: TD meningkat 50% dari nilai TD normal atau 1,5x batas atas TD normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin.

• Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1984)
(berdasarkan Klinis):
1.Hipertensi emergensi
2.Hipertensi urgensi
• Hipertensi emergensi: Hipertensi yang berkaitan dgn gejala yang mengancam jiwa dan
atau kerusakan organ target (otak, jantung, ginjal, mata).  Perlu turunkan TD segera
(bila perlu dlm 1 jam) utk batasi komplikasi.

 Termasuk hipertensi emergensi : hipertensi ensefalopati, gangguan intrakranial akut


(perdarahan intrakranial, trombosis pembuluh darah otak, perdarahan subaraknoid,
trauma kepala), sindrom iskemik miokard (ggl jantung dgn edema paru, diseksi aorta
akut), ggl ginjal akut, peningkatan katekolamin (feokromositoma krisis).
 Hipertensi ensefalopati: hipertensi yg menimbulkan ggn fungsi otak akut, ditandai
dgn penurunan kesadaran, disfungsi SSP, dan biasanya reversibel dgn antihipertensi.

• Hipertensi urgensi : Hipertensi tanpa disertai gejala klinis atau kerusakan organ target yg
bermakna, tetapi dpt progresif menjadi hipertensi emergensi. Hipertensi urgensi perlukan
penurunan TD segera dalam waktu 12 hingga 24 jam.

 Termasuk hipertensi urgensi : hipertensi akselerasi (accelerated hypertension) yaitu


peningkatan TD yang cepat dibandingkan keadaan hipertensi sebelumnya, hipertensi
maligna, hipertensi perioperatif.
Tatalaksana Hipertensi Krisis

• Tata laksana hipertensi krisis :


Berikan antihipertensi onset cepat
 Beri nifedipin/oral atau sublingual th/ antihipertensi nikardipin atau klonidin /i.v
 Bolus hidralazin/i.v bila nikardipin dan klonidin tdk tersedia
 Pada hipertensi kronik turunkan TD sebesar 20-30% dalam waktu 60-90 menit.
Atasi kelainan organ target (otak, jantung, retina)
 Deteksi kelainan otak, jantung, mata, dan ginjal tatalaksana sesuai dgn kelainan.
Cari dan tanggulangi penyebab hipertensi
 Mayoritas penyebab hipertensi pada anak adalah kelainan renoparenkim dan
renovaskular  pemeriksaan pertama dilakukan thd keadaan ini.
Terapi suportif.
 Restriksi garam, dukungan keluarga dll.
Daftar Pustaka
1. Nelson Textbook of Pediatrics. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. WB Saunders
Company, Phildelphia, Pensylvania 2004, 17th edition.
2. Park's Pediatric Cardiology for Practitioners, Park MK, Salamat M. Elsevier, 2014, 6th
Edition.
3. Buku Ajar Kardiologi Anak. Sastroasmoro S, Madiyono B. Badan Penerbit IDAI, Jakarta
1994.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/4613/2021
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Pada Anak.
5. UKK Nefrologi IDAI, Konsensus Tatalaksana Hipertensi pada Anak, IDAI, 2011.
6. Pardede SO. Hipertensi Krisis pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 4, Desember 2009.

30
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai