• Hipertensi Krisis
Hipertensi pada Anak
Muhammad Hatta
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK UMSU
PENDAHULUAN
• Anggapan masyarakat: Hipertensi hanya terjadi pada orangtua atau dewasa.
BP= CO x TPR
CO= HR x SV
TPR
Besarnya SV dipengaruhi:
Volume akhir diastolik
Hypertension
ventrikel (preload).
Beban akhir ventrikel
(afterload).
Kontraktilitas jantung
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
• Riwayat Perinatal dan Keluarga
Hipertensi pada keluarga
BBLR
Prematur
• Riwayat Psikososial
Riwayat penganiayaan, perundungan, depresi, dan kecemasan, serta persepsi tubuh.
1. Anak telah beristirahat 3-5 menit dgn lingkungan tenang dan posisi kaki tidak menyilang, serta bagian punggung
menyandar pada kursi. Tidak melakukan olahraga 30 menit sebelumnya dan tidak konsumsi obat stimulan
adrenergik (seperti obat flu).
2. Anak posisi duduk dgn lengan kanan diletakkan pada posisi setinggi jantung, pada bayi dilakukan dlm posisi
telentang. Pasien dan pemeriksa tidak diperbolehkan berbicara selama dilakukan pemeriksaan.
3. Sblm mulai pemeriksaan auskultasi, stetoskop ditempatkan di arteri brachialis pada fossa antecubiti dan jarak
manset 2-3 cm di atas fossa antecubiti. Manset dikembangkan sampai 20-30 mmHg di atas denyut radialis
menghilang. Penurunan tekanan dilakukan setiap 2-3 mmHg perdetik. Fase pertama (Korotkoff I) dan fase akhir
(Korotkoff V) dari suara yang terdengar merupakan tekanan sistolik dan tekanan distolik. Jika bunyi Korotkoff
terdengar sampai 0 mmHg, maka bunyi Korotkoff IV yang diambil sebagai tekanan diastolik atau ulangi pemeriksaan.
4. Pada pemeriksaan tungkai, pasien dalam posisi prone (telungkup). Manset dgn ukuran sesuai ditempatkan pada
pertengahan paha. Stetoskop ditempatkan pada arteri popliteal. Tekanan sistolik lebih tinggi 10-20 mmHg daripada
tekanan arteri brachialis.
5. TD diukur menggunakan manset yang sesuai dengan panjang lengan atas anak. Panjang manset harus melingkupi
minimal 80% lingkar lengan atas, sedangkan lebar manset harus lebih dari 40% lingkar lengan atas (atau minimal 2/3
jarak antara akromion dan olekranon). Bila manset yang digunakan terlalu sempit akan menghasilkan angka terlalu
tinggi, sebaliknya bila manset yang digunakan terlalu lebar akan menghasilkan angka pengukuran lebih rendah.
https://youtu.be/bYcCkiXJA_Q?si=lF2Qzxc8WcU_jDzs
https://www.youtube.com/watch?v=Edc4tb0IGuY&list=PPSV
Keterangan Gambar:
A. Penandaan akromion.
B. Peletakan pita ukur yang benar untuk
mengukur panjang lengan atas.
C. Peletakan pita ukur yang salah.
D. Penandaan titik tengah panjang lengan
Gambar 1. Penentuan ukuran manset atas.
untuk mengukur tekanan darah Sumber: Pedoman AAP tahun 2017
• Sfigmomanometer atau tensimeter: alat untuk
mengukur TD arteri, tdd manset, balon tensi, selang
atau tubing dan tabung skala air raksa.
• Ada 2 jenis tensimeter:
1. Tensimeter manual :
Telinga, hidung hipertrofi adenotonsilar, riwayat mengorok Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), Sleep Disorder Breathing (SDB)
dan tenggorokan
Kepala dan leher wajah khas (Elfin facies, Moon facies) Williams Syndrome, Cushing Syndrome.
goiter Hipertiroid
webbed neck Sindrom turner
Kulit pucat, flushing, diaphoresis PCC
jerawat, Sindrom Cushing
hirsutisme, striae Penggunaan steroid berlebihan
u Kerusakan Target Organ Sekunder
neurofibromatosis
bercak café-au-lait tuberous sclerosis
adenoma lupus sistemik
sebaceum diabetes melitus tipe II
bercak malar
acanthosis nigricans
Hematologi pucat, sickle cell anemia penyakit ginjal
Toraks, jantung nyeri dada , palpitasi, dyspnea saat aktivitas penyakit jantung
sindrom turner
widely space-nipples penyakit jantung, koarktasio aorta
murmur jantung lupus sistemik (perikarditis)
friction rub
Abdomen massa di abdominal Tumor wilms, neuroblastoma, PCC, renal artery stenosis (RAS)
bruit pada epigastrium, area flank ginjal yang terpalplasi Polycystic kidney disease, hidronefrosis, multicystic dysplastic kidney
Genitourinari genital ambigu, virilisasi genitalia Hiperplasia adrenal kongenital
hematuria, edema Penyakit ginjal
Ekstremitas bengkak sendi Lupus sistemik, penyakit kolagen vaskular
kelemahan otot hiperaldosteronisme, Sindrom Liddle
7
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Ekokardiografi Indikasi: LVH +/-,
hipertensi persisten meski diberikan terapi
adekuat, hipertrofi konsentrik ventrikel kiri,
atau penurunan fraksi ejeksi.
• Selain menurunkan TD dan meredakan gejala klinis, harus diperhatikan faktor lain:
kerusakan organ target, faktor komorbid, obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok,
dan intoleransi glukosa.
• Tujuan akhir pengobatan hipertensi sesuai AAP tahun 2017: menurunkan TD < persentil
ke-90 atau < 130/80 mmHg pada remaja berdasarkan usia dan tinggi badan anak.
2. Farmakologis
The National High Blood Pressure Education Program (NHBEP) Working Group on High Blood Pressure in Children
and Adolescents:
Pemberian antihipertensi harus ikuti aturan berjenjang (step-up), dimulai dengan satu obat pada dosis terendah
ditingkatkan bertahap hingga mencapai efek terapetik, atau muncul efek samping, atau bila dosis maksimal
telah tercapai obat kedua boleh diberikan, dianjurkan gunakan obat yg mekanisme kerjanya berbeda.
Beberapa keadaan hipertensi pada anak yang merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi:
a. Hipertensi simtomatik.
b. Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan proteinuria.
c. Hipertensi sekunder.
d. Diabetes melitus.
e. Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan gaya hidup.
f. Hipertensi tingkat 2.
• Pada hipertensi kronis atau kurang
terkontrol, masalah lebih rumit Perlu
obat antihipertensi kombinasi utk
pantau kenaikan TD.
• Prinsip dasar th/ anti hipertensi
kombinasi gunakan obat dgn tempat
dan mekanisme kerja berbeda,
pemilihan obat harus sederhana,
gunakan obat dengan masa kerja
panjang obat cukup diberikan 1x
atau 2x/hari.
• Lama th/ tdk diketahui pasti, bbrp
perlukan th/ jangka panjang, keadaan
lain dapat membaik sec singkat.
• Bila TD terkontrol dan tdk ada
kerusakan organobat diturunkan
bertahap dihentikan dgn pengawasan
ketat stlh penyebab diatasi, TD dipantau
ketat dan berkala karena penderita dpt
kembali alami hipertensi di kemudian
hari.
Kedaruratan
Medis HIPERTENSI KRISIS
Definisi & Klasifikasi
• Hipertensi krisis: TD diastolik >120 mmHg dan atau sistolik >180 mmHg, atau setiap tingkat hipertensi
yang disertai komplikasi ensefalopati hipertensi, dekompensasio kordis, atau kelainan retina berupa
perdarahan atau edema papil.
• Hipertensi krisis pada BALITA: TD meningkat 50% dari nilai TD normal atau 1,5x batas atas TD normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin.
• Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1984)
(berdasarkan Klinis):
1.Hipertensi emergensi
2.Hipertensi urgensi
• Hipertensi emergensi: Hipertensi yang berkaitan dgn gejala yang mengancam jiwa dan
atau kerusakan organ target (otak, jantung, ginjal, mata). Perlu turunkan TD segera
(bila perlu dlm 1 jam) utk batasi komplikasi.
• Hipertensi urgensi : Hipertensi tanpa disertai gejala klinis atau kerusakan organ target yg
bermakna, tetapi dpt progresif menjadi hipertensi emergensi. Hipertensi urgensi perlukan
penurunan TD segera dalam waktu 12 hingga 24 jam.
30
Terima Kasih