Perencanaan Dan Pengelolaan Waduk Serta
Perencanaan Dan Pengelolaan Waduk Serta
Aaron Petrova A
Universitas Brawijaya
PERENCANAAN DAN
PERHITUNGAN WADUK
WRE’12 #rongewurolas
AARON PETROVA A (125060400111003-64)
BAB II
LANDASAN TEORI
Limpahan
masuk (inflow), kapasitas waduk, pelepasan yang terkendali (release) dan keandalan yang
ditemukan.
2.1.2. Tampungan-tampungan Dalam Waduk
Bagian-bagian pokok sebagai ciri fisik suatu waduk adalah sebagai berikut:
1. Tampungan berguna (usefull storage), menurut Seyhan (Seyhan, 1979:24), adalah
volume tampungan diantara permukaan genangan minimum (Low Water Level =
LWL) dan permukaan genangan normal (Normal Water Level = NWL).
2. Tampungan tambahan (surcharge storage) adalah volume air diatas genangan normal
selama banjir. Untuk beberapa saat debit meluap melalui pelimpah. Kapasitas
tambahan ini biasanya tidak terkendali, dengan pengertian adanya hanya pada waktu
banjir dan tidak dapat dipertahankan untuk penggunaan selanjutnya (Linsey,
1985:65).
3. Tampungan mati (daed storage) adalah volume air yang terletak dibawah permukaan
genangan minimum, dan air ini tidak dimanfaatkan dalam pengoperasian waduk.
4. Tampungan tebing (valley storage) adalah banyaknya air yang terkandung di dalam
susunan tanah pervious dari tebing dan lembah sungai. Kandungan air tersebut
tergantung dari keadaan geologi tanah.
5. Permukaan genangan normal (normal water level/NWL), adalah elevasi maksimum
yang dicapai oleh permukaan air waduk.
6. Permukaan genangan minimum (low water level/LWL), adalah elevasi terendah bila
tampungan dilepaskan pada kondisi normal, permukaan ini dapat ditentukan oleh
elevasi dari bangunan pelepasan yang terendah.
7. Permukaan genangan pada banjir rencana adalah elevasi air selama banjir maksimum
direncanakan terjadi (flood water level/FWL).
8. Pelepasan (realese), adalah volume air yang dilepaskan secara terkendali dari suatu
waduk selama kurun waktu tertentu.
9. Periode kritis (critical periode), adalah periode dimana sebuah waduk berubah dari
kondisi penuh ke kondisi kosong tanpa melimpah selama periode itu. Awal periode
kritis adalah keadaan waduk penuh dan akhir periode kritis adalah ketika waduk
pertama kali kosong.
Tampungan Efektif
Tampungan Mati
Dasar Sungai MOL Saluran Pengambilan
banjir normal
Sumber : http://pustaka.pu.go.id
2.1.4. Usia Guna Waduk
Usia guna waduk adalah masa manfaat waduk dalam menjalankan fungsinya,
sampai terisi penuh oleh sedimen kapasitas tampungan matinya. Dalam penjelasan ini
untuk memprediksikan usia guna waduk berdasarkan pada dua cara, yaitu:
1. Perkiraan Usia Guna Berdasarkan Kapasitas Tampungan Mati (Dead Storage)
Perhitungan ini berdasarkan pada berapa waktu yang dibutuhkan oleh sedimen
untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui besarnya kapasitas
tampungan mati dan besarnya kecepatan laju sedimen yang mengendap, maka akan
diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi pada daerah tampungan mati.
Semakin bertambah umur maka semakin berkurang kapasitas tampungan matinya, yang
kemudian akan mengganggu pelaksanaan operasional waduk. Sehingga hal ini
merupakan acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas tampungan mati tersebut akan
penuh.
Rangkaian aliran
terkendali D(t)
Tamp.aktif C
limpahan
ds (2.1)
I Q
dt
TUGAS BESAR PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN WADUK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN – FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
AARON PETROVA A (125060400111003-64)
dengan:
I = debit yang masuk ke permulaan bagian memanjang palung sungai (m3/dt)
Q = debit yang keluar dari akhir bagian memanjang palung sungai (m3/dt)
s = besarnya tampungan (storage) dalam bagian memanjang palung sungai yang
ditinjau (m3)
dt = periode penelusuran (detik, jam atau hari)
Kalau penelusurannya duibah dari dt menjadi ∆t maka:
I1 I 2
I =
2
Q1 Q2
I =
2
dS = S2 – S1
sehingga rumus (2.1) dapat diubah menjadi:
I1 I 2 Q Q2
I = + 1 = S2 – S1 (2.2)
2 2
Dalam mana indeks-indeks 1 merupakan pada saat permulaan periode
penelusuran, dan indeks-indeks 2 merupakan keadaan pada akhir peroide penelusuran.
Dalam persamaan (2-2) tersebut, I1 dan I2 dapat diketahui dari hidrograf debit
masuk yang diukur besarnya Q1 dan S1 diketahui dari periode sebelumnya. Q2 dan S2
tidak diketahui.
Ini berarti diperlukan persamaan kedua. Kesulitan terbesar dalam penelusuran
banjir lewat palung sungai ini terletak pada mendapatkan persamaan kedua ini. Pada
penelusuran banjir lewat waduk, persamaan tersebut lebih sederhana, yaitu Q2 = f (S2).
Tetapi pada penelusuran lewat palung sungai besarnya tampungan tergantung
pada debit masuk dan debit keluar. Persamaan yang menyangkut kepada debit masuk dan
debit keluar. Persamaan yang menyangkut hubungan S dan Q pada palung sungai hanya
berlaku untuk hal-hal yang khusus, yang bentuknya adalah sebagai berikut:
S = k {x I + (1-x) Q}
k dan x ditentukan oleh hidrograf debit masuk dan debit keluar yang masing-
masing diamati pada saat bersamaan, sehingga hanya berlaku untuk bagian memanjang
palung sungai yang ditinjau.
Faktor x merupakan faktor penimbang (weight) yang besarnya berkisar antara 0
dan 1, biasanya lebih kecil dari 0,5 dan dalam banyak hal besarnya kira-kira sama dengan
0,3 serta tidak berdimensi.
Q C.B.H 2
dengan:
C = koefisien debit bangunan pelimpah (1,7 – 2,2 m1/2/dt)
B = panjang ambang bangunan pelimpah (m)
H = tinggi energi di atas ambang bangunan pelimpah
Pada umumnya kecepatan air di waduk di depan ambang bangunan pelimpah
sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Kalau fasilitas pengeluarannya berupa
terowongan, maka harus diperhitungkan terhadap dua macam keadaan:
1. Pada saat seluruh panjang terowongan belum terisi penuh oleh air, sehingga masih
belum berupa aliran alur terbuka. Dalam hal ini digunakan rumus kontinuitas Q =
V.A, dimana V menggunakan rumus Manning.
2. Pada saat seluruh panjang terowongan penampang atau profil alirannya terisi penuh
oleh air,sehingga terjadi aliran tekan atau aliran pipa. Dalam hal demikian kecepatan
airnya ditentukan oleh perbedaan tinggi tekanan di permulaan dan ujung terowongan.
Perbedaan tekanan tersebut merupakan penjumlahan dari kehilangan energi yang
dipengaruhi oleh bentuk inlet terowongan, kekasaran dinding terowongan, adanya
penyempitan atau pelebaran dalam terowongan, adanya belokan dan bentuk outlet
terowongan.
Pada suatu elevasi muka air setinggi kurang lebih 1,5 kali diameter terowongan di
atas sumbu terowongan di hulu inlet terjadi peralihan dari aliran alur bebas menjadi aliran
tekan. Karena peralihan tersebut tidak dapat ditentukan pada ketinggian yang tepat.
besarnya kehilangan air akibat perkolasi yang dipengaruhi oleh luas muka air pada elevasi
tertentu.
Dari persamaan lengkung kapasitas tinggi dapat ditentukan tinggi muka air waduk
dengan persamaan:
H = Ch.S0,5……………………...……….………………...(2.7)
dengan:
A = luas muka air waduk (km2)
S = volume tampungan total (m3)
Ch = koefisien
Jika kehilangan turut diperhitungkan, kehilangan ini dikalikan luasan untuk
mendapatkan volume kehilangan. Persamaan lengkung kapasitas luasan waduk dapat
dinyatakan:
A= Ca.S0,5 ………...……………………………………….(2.8)
dengan:
A = luas muka air waduk (km2)
S = volume tampungan total (m3)
Ca = koefisien
Volume (106
m³)
Gambar 2.4. Lengkung Kapasitas Waduk Peudada
Sumber : http:/pustaka.pu.go.id
Volume
Volume (m3)
e. Metode ini seperti pada karakteristik aliran tetapi hanya dipilih bulan tertentu sebagai
dasar perencanaan.
f. Metode Q rata-rata minimum.
Penentuan debit andalan dengan metode ini berdasar data debit rata-rata bulanan
yang minimum ini biasanya dipakai untuk:
1. DPS dengan fluktuasi debit maksimum dan minimum tidak terlalu besar dari tahun
ke tahun.
2. Kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode karakteristik aliran.
Menurut Suyono Sosrodarsono (1980:204), terminologi debit dinyatakan sebagai
berikut:
1. Debit air cukup (affluent), yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95
hari dalam setahun (peluang keandalan 26,02%).
2. Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185 hari
dalam setahun (peluang keandalan 50,68%).
3. Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275 hari dalam
setahun (peluang keandalan 75,34%).
Debit air kering, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 355 hari dalam
setahun (peluang keandalan 97,30).
dengan:
X = debit rata-rata
n = jumlah tahun
Xi,b = data debit pada tahun ke-i dan bulan ke-b
2. Perhitungan standar deviasi
1/2
1 b 2
Sd =
n 1 i 1
Xi X …………..…………….............(2.16)
3. Perhitungan koefisien korelasi antar aliran dalam waktu i. dan waktu i.-1
n
X
i 1
i, b , X i,b 1 n.X b .X b 1
rj = ............................................(2.17)
Sd b .Sd b 1.n 1
Persamaan aliran sintetis:
q1,b = X b +
rb.Sd b
Sd b 1
q i,b 1 X b 1 + t i,b .Sd b . 1 rb2 ….......(2.18)
dengan:
qi,b = debit hasil pembangkitan untuk bulan b dan tahun ke-I
Xb , Xb-1 = rerata debit pada bulan b
rb , rb-1 = korelasi untuk bulan b dan bulan b-1
Sdb , Sdb-1 = standar deviasi bulan b dan bulan b-1
ti,b = bilangan random bulan b
qi,b-1 = debit pada tahun ke-i dan bulan b
2.4.3. Uji Hipotesis
n 1 n x i x
k 2
i 1
F1 = ………….....….…………….(2.19)
x
k n
2
ij xi x j x
i 1 j1
k 1 k x j x
k 2
i 1
F2 = ……………..……...……….(2.20)
x
k n
2
ij xi x j x
i 1 j1
dengan:
XI = harga rata-rata untuk bulan i
t =
x1 x2 ....................................(2.21)
1 1
N1 N 2
N1 1 s12 N 2 1 s2 2
= ...................(2.22)
N1 N 2 2
cabang turun. Bentuk umum hidrograf ini dikendalikan oleh faktor-faktor meteorologis
(jumlah dan intensitas curah hujan, dan lain-lain), agihan (agihan areal dan waktu curah
hujan) dan tanah. Karena itu, hidrograf merupakan salah satu tanggapan aliran sungai
terhadap masukan curah hujan.
Hidrograf outflow spillway adalah grafik hubungan antara debit outflow spillway
dan waktu. Penentuan outflow spillway harus memperhitungkan liku debit diatas spillway.
Untuk waduk kecil, besarnya debit antara hidrograf inflow dan outflow hampir sama, nilai
puncak dan perbedaan waktu mencapai nilai puncak antara hidrograf outflow dan inflow
tidak begitu jauh, jadi debit inflow yang masuk ke inflow cenderung untuk segera dibuang
dalam jumlah yang sama.
Untuk waduk besar, besarnya debit antara hidrograf inflow dan outflow
memperlihatkan perbedaan yang besar, nilai puncak dan perbedaan waktu mencapai nilai
puncak antara hidrograf outflow dan inflow cukup jauh, jadi debit inflow yang masuk ke
waduk cenderung ditampung terlebih dahulu, atau dengan kata lain outflow dibuang
dalam waktu yang lebih lama. Waduk besar baik digunakan sebagai pengendali banjir.
2.6.2. Kehilangan Air di Waduk Akibat Evaporasi
2.6.2.1. Umum
Evaporasi adalah proses perubahan fisik yang mengubah suatu cairan atau bahan
padat menjadi gas melalui proses perpindahan panas. Besarnya harga evaporasi sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang terkadang tidak merata di seluruh daerah
(Suyono, 1980:57).
Volume kehilangan air di waduk karena evaporasi dihitung dengan rumus:
Vew = Ev(t) x A(t) x t x 10 ……………………..(2.25)
dengan:
Vew = volume evaporasi di waduk (m3)
Ev(t) = evaporasi rata-rata yang tercatat di alat ukur (mm/hari)
A(t) = luas genangan waduk (km2)
t = jumlah hari (hari)
Sedangkan kehilangan air di sungai karena evaporasi diperhitungkan dengan
asumsi bahwa keliling basah pada penampang sungai dalam kondisi jenuh dan bersifat
impermeabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ves = Ev(t) x L(t) x P x t ………………………………….(.2.26)
dengan:
Ves = volume evaporasi di sungai (m3)
produksi yang optimal pemberian air harus sesuai dengan jadwal dengan jumlah dan
waktu yang diperlukan tanaman.
Dalam pembangunan proyek irigasi banyaknya air diperlukan untuk pertanian
harus diketahui dengan tepat, sehingga pemberian air irigasi dapat diefisienkan dengan
maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pemakaian air irigasi adalah:
a. Jenis tanaman
b. Cara pemberian air
c. Jenis tanah
d. Cara pengolahan dan pemeliharaan saluran serta bangunan (dengan
memperhitungkan kehilangan air berkisar 30% - 40%)
e. Waktu tanam yang berturutan yang berselang lebih dari dua minggu sehingga
memudahkan pergiliran air
f. Pengolahan tanah
g. Iklim dan cuaca, meliputi; curah hujan, angin, letak lintang, kelembaban, dan suhu
udara
2.6.3.2. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan total air irigasi yang diukur pada pintu pengambilan dalam satu
periode adalah hasil kali kebutuhan air disawah dengan faktor efisien dan jumlah hari
dalam satu periode penanaman.
Rumus yang digunakan:
WR.A.T
DR = ………………………………….(2.27)
Ki.1000
dengan:
DR = kebutuhan air irigasi pada pitu pengambilan (m3).
WR = kebutuhan air disawah (mm/hari).
A = luas sawah yang diairi (ha).
Ki = efisiensi irigasi (%).
T = periode waktu pemberian air (hari).
= jumlah hari dalam 1 periode x 24 jam x 3600 detik.
Perkiraan kebutuhan air disawah:
a. Untuk tanaman padi
NFR = Cu + Pd + NR + P – Re …….. ………………(2.28)
baku mutu air biasanya untuk menetapkan taraf-taraf batas bagi berbagai bahan
kandungan yang dapat disetujui sesuai dengan tujuan pemanfaatan atau pemanfaatan-
pemanfaatannya.
Baku mutu air biasanya didasarkan pada salah satu atau beberapa hal dibawah ini:
1. Praktik yang diterapkan atau yang sudah berjalan
2. Perolehan (baku tersebut harus dapat diperoleh dengan mudah atau dengan wajar)
3. Pemukiran ilmiah dengan mempergunakan informasi terbaik yang ada
4. Percobaan-percobaan
5. Pengalaman berdasarkan akibat terhadap manusia
Dibawah ini disajikan nilai-nilai baku air minimum berdasarkan ciri-cirinya menurut
“Drinking Water Standard And Guidelines”.
tertutup. Meskipun energi yang diberikan pada turbin impuls adalah semata-mata energi
kinetik sedangkan turbin reaksi juga memanfaatkan tekanan disamping energi kinetik,
tetapi kedua jenis turbin tersebut tergantung kepada perubahan momentum dari air,
sehingga gaya dinamiklah yang berputar atau runner dari turbin tersebut.
Untuk PLTA pada umumnya turbin yang dipakai biasanya turbin reaksi. Pada
dasarnya turbin reaksi dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Turbin Francis
2. Turbin baling-baling
Pada turbin Francis yang biasa air masuk kedalam rumah siput dan bergerak
kedalam runner melalui sederet sudut pengatur dengan celah-celah penyempitan yang
mengubah tinggi tekanan menjadi tinggi kecepatan.
Turbin baling-baling adalah suatu mesin yang digerakkan oleh gerakan aksial
dengan runnernya diletakkan di dalam saluran tertutup. Ada satu jenis lagi turbin reaksi
yang sering dipakai yaitu turbin kaplan. Turbin kaplan adalah suatu turbin baling-baling
dengan daun baling-baling yang dapat bergerak dan gerak majunya dapat diatur agar
sesuai dengan kondisi operasi yang baik.
2.6.5.3. PLTA di Waduk
PLTA di waduk adalah PLTA yang mempunyai tampungan air yang ukurannya
cukup untuk memungkinkan penampungan air kelebihan musim hujan guna musim
kemarau yang dimaksud untuk mengatur pastinya aliran air yang lebih dari pada aliran
alamiah minimum. Suatu PLTA aliran sungai biasanya hanya mempunyai kapasitas
waduk yang terbatas dan hanya dapat mempergunakan air bila memang datang.
Suatu pengembangan tenaga air umumnya meliputi sebuah bangunan sadap, suatu
pipa saluran (pipa pesat) untuk mengaliri air ke turbin, turbin-turbin dengan mekanisme
pengaturnya, generator pelengkapan kontrol dan tombol penghubung, rumah peralatan,
transfromator dan jarak transmisi ke pusat-pusat distribusi.
Dalam waduk, biasanya PLTA dibangun dengan dilengkapi pompa untuk
membangkitkan energi untuk beban puncak, tetapi pada waktu-waktu tertentu diluar itu
airnya dipompa dari kolam air buangan ke kolam hulu untuk pemanfataan yang akan
datang. Pompa ini memiliki nilai ekonomis tambahan bagi jaringan daya yang
bersangkutan. Penentuan PLTA di waduk dapat diperhitungkan tanpa memperhatikan
tampungan (ROR = Run Of River) atau dengan memperhatikan tampungan harian:
a. PLTA di waduk tanpa tampungan (ROR) dengan menggambarkan lengkung durasi
atau hubungan antar debit dengan presentasi waktu