TOR Day 2 Session 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

!

TERM OF REFERENCE

TRAINING ON THE LAW OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES (TERM)


BLS FH UI 2018

DIVISI ENERGY AND MINERAL RESOURCES

"Understanding Mining Industry from Business and Legal Perspective"

Day 2 Session 2

"Pengangkutan dan Penjualan Hasil Tambang dari Perspektif Hukum"

I.! DASAR PEMIKIRAN


Hasil tambang adalah sebuah komoditas yang melimpah di Indonesia. Hasil
tambang tersebut diolah dan dipakai untuk berbagai keperluan serta manfaat.
Salah satu manfaat dari hasil tambang adalah bagian yang sudah diolah tersebut
dapat diperjualbelikan. Hasil jual beli tersebut akan menghasilkan banyak manfaat
positif, salah satunya adalah bertambahnya keuntungan negara. Tidak sedikit
investor, baik dalam negeri maupun asing yang turut serta dalam transaksi jual
beli dalam usaha pertambangan, mengingat bagaimanapun prinsip dasar dalam
jual beli dalam hal ini adalah kepentingan yang perlu dipenuhi oleh beberapa
negara. Hal ini didorong karena, pada dasarnya, hasil tambang merupakan sesuatu
yang timbul secara alami karena konsekuensi logis dari letak geografis suatu
negara, sehingga memiliki kekayaan alam berupa hasil tambang. Di Indonesia,
terdapat berbagai jenis hasil tambang yang dapat ditemukan di Indonesia dan
terkait transaksinya selalu mengacu pada “pengangkutan” dan “penjualan”.

Pengangkutan dalam transaksi jual beli hasil tambang merupakan suatu hal
yang penting. Secara bahasa, pengangkutan adalah sebuah usaha membawa,
mengantar, atau memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain.1
Dalam hal hasil tambang, pengangkutan bermakna tambang yang dipindahkan
dari posisi semula di tempat penambangan lalu dipindahkan ke tempat pengolahan
atau kepada pihak pembeli. Untuk menjaga kestabilan, kelancaran serta keamanan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
1
KBBI, ANGKUT, https://www.kbbi.web.id/angkut, diakses 8 Juni 2018.

!
!

pengangkutan maka terdapat peraturan yang mengatur mengenai pengangkutan


hasil tambang. Pada dasarnya, peraturan ini lebih ingin menunjukan kewajiban
serta syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum mendapat Izin Usaha Produksi
(“IUP”) dan Izin Usaha Jasa Pertambangan (“IUJP”) dimana izin ini diperlukan
bagi suatu badan untuk melakukan pengangkutan hasil tambang. Peraturan yang
dimaksud adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 22
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan,
dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Hal-hal
terkait IUJP ini sangat penting untuk diatur dan dibuat dalam suatu produk
perundang-undangan, mengingat ketentuan ini dapat menentukan apakah suatu
badan atau subjek hukum sudah cukup memadai atau belum cukup matang untuk
menjadi pihak yang melakukan pengangkutan dalam bidang pertambangan.
Dalam proses jual beli, tentu ada dua pihak yaitu pihak penjual dan pembeli.
Begitu pula di dalam transaksi jual beli tambang. Namun yang ingin disorot disini
adalah sisi penjual dan pengangkutnya. Untuk mendapatkan semacam ketetapan
tentu tidak bisa sembarangan pihak berperan menjadi penjual atau pengangkut.
Jika ingin melakukan transaksi maka kalau menurut Peraturan Menteri ESDM
Nomor 22 Tahun 2018 secara implisit ingin mengindikasikan bahwa jika punya
izin usaha yang sesuai baru bisa melaksanakan kegiatan sesuai dengan usaha yang
memang telah diajukan dan disetujui jadi misalnya jika ijin hanya untuk
memurnikan, berarti itu tidak termasuk pengangkutan (misalnya) sehingga pihak
perusahaan yang bersangkutan tidak boleh melakukan aktivitas semacam itu.
Peraturan Menteri Perdagangan No. 82 Tahun 2017 tentang Ketentuan
Penggunaan Angkutan laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor
Barang Tertentu (“Permendag 82/2017”), turut mempengaruhi jasa pengangkutan
dalam pengangkutan hasil tambang dimana Permendag 82/2017 mewajibkan

!
!

seluruh aktivitas ekspor batu bara dan minyak sawit menggunakan kapal
berbendera Indonesia mulai Mei 2020.2

Sama halnya dengan pengangkutan, penjualan juga diatur yaitu pada


Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018
tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara ("Permen ESDM No.
25 Tahun 2018"). Terkait dengan penjualan dalam bidang usaha pertambangan
mineral dan batubara, dikenal sebuah “harga patokan” yang secara sederhana bisa
dikatakan sebagai harga yang ditetapkan sebagai acuan dalam transaksi jual beli
dan biasanya lahir dari sebuah kesepakatan. Baik transaksi jual beli di mineral
logam maupun batubara, keduanya memiliki sebuah harga patokan yang diatur
dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 44 Tahun
2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Patokan Penjualan Mineral
Logam dan Batubara ("Permen ESDM No. 44 Tahun 2017"). Sebelum ada
peraturan tersebut, mengenai harga patokan berlaku Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 7 tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Patokan
Penjualan Mineral Logam dan Batubara ("Permen ESDM No. 7 Tahun 2017").
Terdapat beberapa perubahan pada Permen ESDM No. 44 Tahun 2017, salah
satunya dapat dilihat pada Pasal 5 yang menyatakan bahwa harga patokan mineral
logam ditetapkan oleh Menteri untuk masing-masing jenis komoditas mineral
logam.3 Berbeda dengan yang dinyatakan sebelumnya dalam Permen ESDM No.7
Tahun 2017, bahwa Harga Patokan Mineral logam ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atas nama Menteri untuk masing-masing jenis komoditas mineral logam.4
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
2
Dara Aziliya, “Buana Lintas Lautan (BULL) Rambah Bisnis Pengangkutan Batu Bara,”
http://market.bisnis.com/read/20180621/192/808215/buana-lintas-lautan-bull-rambah-bisnis-
pengangkutan-batu-bara, diakses 10 July 2018
!
3
Indonesia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tata
Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara, Nomor PM 44 Tahun 2017, Ps.
5.
4
Indonesia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral tentang Tata Cara Penetapan Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara Nomor PM 7
tahun 2017.

!
!

Perbedaan terlihat dalam hal bahwa yang berwenang untuk menentukan Harga
Patokan Dari Mineral logam ini adalah Menteri bukan lagi Direktur Jenderal.
Tidak jauh berbeda, dari Harga Pokok Mineral, harga pokok batubara pun juga
demikian, dalam Pasal 7 Permen ESDM No. 7 Tahun 2017, terdapat pergeseran
wewenang dari Direktur Jenderal kepada Menteri untuk menetapkan Harga
Patokan Batubara. Selain pergeseran kewenangan pihak penentuan harga patokan,
terdapat banyak hal lain terkait harga patokan yang dibahas secara komprehensif,
seperti susunan formula yang menjadi dasar penetapan Harga Pokok Mineral
berdasarkan formula apa, lalu diperinci juga mengenai hasil tambang yang masuk
dalam kelompok mineral logam dan batubara apa saja, juga indeks harga luar
yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan penetapan harga patokan.
Seperti yang diketahui, kekayaan hasil tambang di Indonesia sangatlah
berlimpah. Tambang sebagai salah satu sumber daya alam itu harus diprioritaskan
terlebih dahulu untuk kebutuhan industri pengolahan dalam negeri. Kewajiban
memasok kebutuhan barang dalam negeri itulah yang disebut dengan Domestic
Market Obligation ("DMO").5 DMO ini diatur dalam Permen ESDM No. 25
Tahun 2018. Kebijakan ini sesungguhnya merupakan penerapan secara langsung
dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa seluruh
kekayaan alam yang ada di Indonesia itu diutamakan dan diperuntukan bagi
rakyat Indonesia terlebih dahulu. Oleh sebab itu, dengan adanya DMO maka
rakyat Indonesia secara tidak langsung telah menjadi prioritas dalam rangka
pemenuhan kebutuhannya. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral telah
menerbitkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral setiap
tahunnya tentang batas minimum kewajiban penjualan batubara untuk kebutuhan
dalam negeri bagi para perusahaan pertambangan batubara. Kebijakan DMO ini
dirasa sangat efektif untuk menjamin tersedianya batubara antara lain, untuk
kebutuhan PLTU, bahan bakar pabrik semen, pupuk, pulp serta industri metalurgi
dalam negeri. Adapun pemanfaatan batubara domestik pada umumnya
menggunakan batubara kalori rendah dengan kalori sekitar 4.000-6.500 Kkal/kg
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
5
Himpunan Mahasiswa Tambang, "Domestic Market Obligation Minerba,"
http://hmt.mining.itb.ac.id/domestic-market-obligation-minerba, diakses pada 26 Mei 2018.!

!
!

GAR.6 Dari pernyataan tersebut, maka dapat benar-benar terlihat dampak dari
kebijakan ini telah membuat perubahan yang cukup signifikan dalam sektor-
sektor yang memerlukan sumber daya batubara sebagai salah satu penyokongnya.
Kebijakan Kementerian ESDM yang dimaksud dalam hal ini seperti Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 K/20/MEM/2018 tentang
Penetapan Persentase Minimal Penjualan Batubara untuk Kepentingan dalam
Negeri Tahun 2018.
Perusahan-perusahaan yang menghasilkan tambang ini telah tergabung
dalam Badan Usaha Penambang Mineral dan Batubara ("BUPMB"). Dengan
adanya DMO, BUPMB wajib menjual Mineral dan Batubara kepada Pemakai
Mineral Dalam Negeri dan Pemakai Batubara Dalam Negeri, diantaranya:
1.! Pemakai mineral sebagai bahan baku antara lain untuk pemurnian logam,
peleburan logam, pengolahan mineral bukan logam, dan pengolahan
batuan.
2.! Pemakai mineral secara langsung pada sektor industri pengolahan dan
sektor konstruksi.
3.! Pemakai batubara sebagai bahan baku antara lain untuk pengolahan
logam, pembuatan briket batubara, peningkatan mutu batubara, pencairan
batubara, dan penggasan batubara.
4.! Pemakai batubara sebagai bahan bakar pada sektor industri, sektor
pembangkit listrik, sektor usaha kecil, dan sektor rumah tangga.7
Namun hal ini dirasa sulit, mengingat para pengusaha dalam usaha pertambangan
tidak selalu bisa menjual mineral dan batubara hanya di dalam negeri saja.
Sebagai pelaku ekonomi, Indonesia juga harus mengekspor hasil tambang untuk
mendapatkan keuntungan dan menjalin kerjasama dengan negara lain, hal ini juga
selaras dengan cita-cita bangsa Indonesia itu sendiri. Mengenai ekspor hasil
tambang ini telah diatur dalam Permen ESDM No. 25 Tahun 2018 dan Peraturan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
6
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara 2015-2019 (Jakarta: Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, 2015), hlm. 8.
7
Himpunan Mahasiswa Tambang, "Domestic Market Obligation Minerba,"
http://hmt.mining.itb.ac.id/domestic-market-obligation-minerba, diakses 26 Mei 2018.

!
!

Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan


Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara. Setidaknya, terdapat 3 (tiga) hasil tambang
dalam ekspor hasil tambang, yaitu hasil tambang mentah, setengah jadi dan jadi.
Banyak yang menyayangkan ketika Indonesia sebagai negara dengan salah satu
cadangan mineral terbesar di dunia, memilih untuk melakukan ekspor, bukan
memanfaatkan untuk mengolah hasil tambang mentah. Padahal, dari hasil
pengolahan mineral mentah tersebut terdapat kandungan-kandungan hasil
tambang lain yang juga bisa dimanfaatkan.

Dengan meningkatnya kegiatan pertambangan di Indonesia, pemahaman


mengenai pengangkutan dan penjualan hasil tambang dari perspektif hukum
sangat diperlukan. Oleh karena itu, Divisi Energy and Mineral Resources,
Business Law Society Fakultas Hukum Universitas Indonesia Periode 2018
sebagai Badan Semi Otonom, menyelenggarakan TRAINING ON THE LAW OF
ENERGY AND MINERAL RESOURCES (TERM) 2018 dengan tema
"Understanding Mining Industry from Business and Legal Perspective" sebagai
sarana kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan praktis dan teoritis serta
memperluas wawasan mahasiswa Indonesia tentang aspek hukum dalam kegiatan
pertambangan pada umumnya dan peraturan perundang-undangan mengenai
pertambangan pada khususnya.

II.! TUJUAN KEGIATAN


Adapun yang menjadi tujuan dari kegiatan TRAINING ON THE LAW OF
ENERGY AND MINERAL RESOURCES (TERM) BLS FH UI 2018 ini ialah:

1.! Pengenalan hukum pertambangan di Indonesia.


2.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman hukum mengenai kegiatan
usaha pertambangan.
3.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman bisnis mengenai kegiatan
usaha pertambangan.

!
!

4.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai tata cara pemberian


wilayah pertambangan.
5.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai jenis perizinan
yang ada dalam kegiatan usaha pertambangan.
6.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai aspek pengolahan
dan pemurnian hasil tambang.
7.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengangkutan dan
penjualan hasil tambang dari perspektif hukum.
8.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai investasi dan
divestasi dalam industri pertambangan.
9.! Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai merger, akuisisi,
dan holding BUMN dalam industri pertambangan.
10.!Memberikan pengetahuan dan pemahaman secara praktikal mengenai
Contract Drafting perusahaan pertambangan.
11.!Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai penyelesaian
sengketa dalam industri pertambangan.

III.! NAMA KEGIATAN


Nama kegiatan adalah TRAINING ON THE LAW OF ENERGY AND
MINERAL RESOURCES (TERM) BLS FH UI 2018.

IV.! TEMA KEGIATAN


Tema dari kegiatan ini adalah “Understanding Mining Industry from Business
and Legal Perspective”.

V.! BENTUK KEGIATAN


Kegiatan ini bernama TRAINING ON THE LAW OF ENERGY AND
MINERAL RESOURCES (TERM) BLS FH UI 2018 dengan tema
"Understanding Mining Industry from Business and Legal Perspective".
Training akan berlangsung dalam bentuk pelatihan yang diberikan oleh para
pembicara yang mengisi materi. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan

!
!

pemahaman tentang kegiatan pertambangan di Indonesia dari perspektif hukum


dan bisnis kepada para peserta khususnya mahasiswa fakultas hukum, sehingga
para peserta dapat mengetahui dan memahami aspek hukum dan bisnis dari
kegiatan pertambangan baik dari segi materil maupun praktikal. Acara akan
diselenggarakan selama 4 (empat) hari, dengan rangkaian kegiatan sebagai
berikut:

Hari Pertama

1.!Sesi 1 : Pengantar Industri Pertambangan Minerba di Indonesia dari


Aspek Hukum dan Bisnis
2.! Sesi 2 : Tata Cara Pemberian Wilayah, Izin Usaha Pertambangan (IUP)
dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)

Hari Kedua

1.!Sesi 1 : Aspek Hukum dalam Pengolahan dan Pemurnian Hasil


Tambang
2.! Sesi 2 : Pengangkutan dan Penjualan Hasil Tambang dari
Perspektif Hukum

Hari Ketiga

1.! Sesi 1 : Investasi dan Divestasi dalam Industri Pertambangan


2.! Sesi 2 : Merger dan Akuisisi dalam Industri Pertambangan, serta
Pembahasan Holding BUMN Pertambangan

Hari Keempat

1.! Sesi 1: Contract Drafting Perusahaan Pertambangan


2.! Sesi 2: Dispute Settlement on Mining Industry

Yang mana di dalam kegiatan ini pembicara akan menyampaikan materi dengan
rangkaian yang terdiri dari:

!
!

1.! Materi Pengangkutan dan Penjualan Hasil Tambang dari Perspektif


Hukum
Penyajian materi mengenai pengangkutan dan penjualan hasil tambang
dari perspektif hukum mulai dari hubungan antar pemilik izin dan
pengangkut, harga patokan mineral logam, harga patokan batubara,
Domestic Market Obligation, hingga ekspor mineral mentah.

2.! Sesi Diskusi


Pada sesi ini peserta Training akan diberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan oleh
pembicara dan berdiskusi dengan pembicara terkait materi yang telah
disampaikan.

VI.! HARAPAN
Berdasarkan dasar pemikiran di atas, kami berharap bahwa dalam TRAINING
ON THE LAW OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES (TERM) BLS
FH UI 2018 ini dapat disampaikan oleh pembicara hal-hal terkait mengenai:

1.! Pengetahuan secara umum mengenai pengangkutan dan penjualan hasil


tambang.
2.! Pihak-pihak yang boleh melakukan penjualan dan pengangkutan hasil
tambang.
3.! Kebijakan hukum dalam pengangkutan hasil tambang.
4.! Kebijakan hukum dalam penjualan hasil tambang.
5.! Pengaturan serta penetapan harga patokan mineral dan batubara.
6.! Penerapan Domestic Market Obligation di Indonesia.
7.! Kelebihan dan kekurangan ekspor mineral mentah dan batu bara
8.! Ketentuan pengangkutan ekspor mineral dan batu bara.

VII.! SASARAN KEGIATAN


Sasaran peserta TRAINING ON THE LAW OF ENERGY AND MINERAL
RESOURCES (TERM) BLS FH UI 2018 terdiri dari:

!
!

1.! Mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Indonesia (Strata 1)


2.! Mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Lainnya (Strata 1)
3.! Lulusan Fakultas Hukum (Strata 1)
4.! Mahasiswa Aktif Universitas di Indonesia
5.! Umum

VIII.!TEMPAT DAN WAKTU KEGIATAN


Hari, tanggal : Selasa, 28 Agustus 2018
Waktu : 13.00 - 16.00 WIB
Tempat : Aula Terapung, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Depok.

IX.! RUNDOWN ACARA


WAKTU KEGIATAN

13.00 - 13.05 Pembukaan

13.05 - 13.10 Pengenalan & Pembacaan Curriculum Vitae Moderator

13.10 - 13.15 Pengenalan & Pembacaan Curriculum Vitae Pembicara

Penjelasan Pengangkutan dan Penjualan Hasil Tambang


13.15 - 13.25
Secara Umum

Pemaparan Mengenai Pihak Mana saja yang Dapat


13.25 - 13.40
Melakukan Penjualan dan Pengangkutan Hasil Tambang

Ketentuan Pengangkutan Hasil Tambang, Pihak yang Dapat


Melakukan Pengangkutan Hasil Tambang dan Tantangan
13.40 - 14.00
Hukum di Indonesia. Serta Regulasi dan Peran Perusahaan
Pengangkutan sebagai Usaha Jasa Pertambangan

Ketentuan Penjualan Hasil Tambang, Pihak yang Dapat


14.00 - 14.15 Melakukan Penjualan Hasil Tambang dan Tantangan
Hukumnya di Indonesia.

!
!

14.15 - 14.30 Pengaturan Harga Patokan Mineral dan Batubara

14.30 - 14.45 Penerapan Domestic Market Obligation di Indonesia

Pandangan Mengenai Kelebihan dan Kerugian Ekspor


14.45 - 15.55 Mineral Mentah dan Ketentuan Ekspor Mineral dan
Batubara

Pemaparan Ketentuan Pengangkutan Ekspor Mineral dan


14.55 - 15.10
Batu Bara

15.10 - 15.45 Sesi Tanya Jawab

Penutupan Sesi Kedua & Pemberian Plakat Kepada


15.45 - 16.00
Pembicara

Anda mungkin juga menyukai