Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bank merupakan lembaga intermediary yang berkewajiban untuk
menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada pihak yang kekurangan dana berupa pinjaman atau kredit.
Dalam pelaksanaannya segala kegiatan perbankan mengandung berbagai macam
resiko, salah satunya adalah risiko kredit yaitu kemungkinan kredit tersebut
menjadi gagal bayar atau tidak tertagih sehingga bank harus melakukan tindakan
penyelamatan kredit bermasalah tersebut dengan Restrukturisasi Kredit atau
Penyelesaian Kredit. Penyelamatan kredit ini dilakukan untuk meminimalisir
kerugian yang akan diterima oleh bank. Restrukturisasi Kredit adalah tindakan
penyelamatan kredit bermasalah dengan cara mengubah syarat, tipe, dan struktur
kredit, namun dengan beberapa catatan yaitu (1) masih ada itikad baik dari debitur,
(2) usaha debitur masih memiliki prospek ke depannya, (3) cash flow positif (4)
kesulitan membayar angsuran. Dengan adanya restruk ini diharapkan nasabah
dapat membayar kembali kewajibannya. Sedangkan Penyelesaian Kredit adalah
tindakan penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank dengan cara pelunasan
kredit dan penjualan agunan baik secara bawah tangan ataupun lelang.
Berdasar pada Pasal 11 ayat 2 UU no 4 tahun 1998 mengenai Hak
Tanggungan disebutkan bahwa “Pemegang hak tanggungan pertama mempunyai
hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek hak tanggungan apabila debitur
cedera janji”. Atas dasar ini,salah satu upaya yang dilakukan BRI untuk melakukan
penyelesaian/pengembalian kredit bermasalahadalah melalui penjualan agunan
dengan cara lelang eksekusi atau lelang non eksekusi sukarela.
Dalam prakteknya, penyelesaian kredit ritel komersial hingga akhir bulan
Agustus melalui lelang agunan di BRI menunjukan angka yang menurun dari tahun
2013 dibandingkan dengan tahun 2014 sebagaimana diagram berikut ini :

1,800,000
1,600,000
1,400,000
1,200,000 RESTRUKTURISASI

1,000,000 PENYELESAIAN

800,000 LELANG

600,000 DAMPAK LELANG

400,000 LAINNYA
200,000
-
DES'12 - AGS'13 DES'13 - AGS'14

Diagram 1.1 Perbandingan Realisasi Recovery NPL Kredit Ritel Komersial


Tahun 2013 dengan Tahun 2014 (Yoy).

Data di atas menunjukkan masih rendahnya penjualan agunan melalui


lelang yang diadakan oleh pihak bank. Hal tersebut dapat disebabkan beberapa
faktor yaitu antara lain bisa dikarenakan karena; a) pemasaran / marketing yang
kurang, b) daya beli dan harga lelang yang ditetapkan, c) dari sisi pengadaan dan
monitoring lelang yang masih belum maksimal.
Dalam hal pelaksanaan lelang yang belum maksimal dapat ditunjukkan
dengan frekuensi lelang yang masih relatif rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari
data sebagai berikut :
Pelaksanaan Lelang Selindo Hasil Lelang (Rp.Ribu)
Total Nilai
NO Kanwil Jumlah Penyerahan/ Laku Dampak
Frekuensi Total
debitur Nilai Limit Lelang Lelang
(Rp.Ribu)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)=(6)+(7)

TOTAL 958 2,903 1,775,486,016 153,300,644 154,525,894 307,826,539


Sumber : data Divisi RPKB Kantor Pusat Tahun 2014
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka untuk memudahkan
monitoring lelang baik untuk agunan ekstrakomtable maupun intrakomtable juga
untuk meningkatkan frekuensi lelang yang dimaksudkan untuk meningkatkan laba
perusahaan maka diperlukan sebuah sistem interface untuk menghubungkan,
mengingatkan (reminder), serta untuk penjadwalan ulang lelang secara otomatis (by
system).

1.2 IdentifikasiMasalah
Sistem monitoring dan pelaporan hasil lelang yang diterapkan selama ini
oleh pihak kantor pusat terhadap kantor wilayah dan kantor wilayah terhadap
kantor cabang maupun sebaliknya dilakukan secara manual yaitu Divisi RPKB
kantor pusat mengeluarkan ketentuan mengenai laporan pelaksanaan lelang yang
berisi aturan bahwa GH RPKB Selindo diminta untuk mengirimkan laporan
pelaksanaan lelang, baik lelang ritel maupun menengah intrakomtable dan
ekstrakomtable paling lambat tanggal 10 setiap bulannnya. Berdasarkan aturan
tersebut kanca dan kanwil mengirimkan laporan hasil lelang melalui surat kepada
kanwil dan divisi RPKB kantor pusat. Sistem monitoring dan pelaporan hasil lelang
ini dinilai kurang efektif karena Divisi RPKB bisa mengetahui rekapitulasi laporan
pelaksaan hasil lelang jikaKanwil mengirimkan laporan tersebut, demikian pula
dengan Kanwil harus terlebih dahulu mengkoordinir laporanpelaksanaan lelang
kanca dibawah supervisinya.Selain itu, selama ini format pelaporan yang
digunakan oleh masing-masing kanca dan kanwil belum seragam tergantung
kreativitas masing-masing kanwil.
Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan suatu sistem yang berfungsi
untuk mempermudah monitoring dan penyajian data secara lebih sistematis,
akurat, dan dapat diakses kapan saja saat dibutuhkanya itu Aplikasi Monitoring
Lelang Agunan baik untuk kredit yang intrakomptable maupun ekstrakomtable
melalui interface antara aplikasi Brinets Ekstrakomtable dengan Brinets dan LAS
sehingga dapat meningkatkan efektivitas recovery dari hasil lelang. Adapun
permasalahan utama yang dibahas oleh penulis pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana menciptakan konsep atau sistem aplikasi monitoring hasil lelang
yang efektif baik untuk kredit intrakomptable maupun ekstrakomptable?
2. Bagaimana manfaat adanya aplikasi monitoring hasil lelang bagi BRI?

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk memfokuskan pembahasan masalah dalam pembuatan makalah ini,
penulis membatasi pembahasan mengenai konsep sistem aplikasi monitoring hasil
lelang agunan baik untuk kredit intrakomptable maupun ekstrakomptable. Adapun
data agunan pada aplikasi ini diperoleh dari interface antara Aplikasi Monitoring
Lelang Agunan dengan aplikasi Brinets Ekstrakomtable untuk data agunan
ekstrakomptable sedangkan untuk data agunan intrakomptable diperoleh dari
Brinets dan LAS.
Fokus pada aplikasi ini berupa report dan tindak lanjut berupa reminder
untuk pelaksanaan lelang awal dan lelang ulang. Early Warning Sign pada aplikasi
ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan frekuensi pelaksanaan lelang
sehingga recovery hasil lelang dapat lebih optimal.Melalui pembahasan tersebut,
makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi BRI untuk
melakukan monitoring secara efektif terhadap hasil lelang baik kredit
intrakomptable maupun kredit ekstrakomptable.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lelang
Lelang mengandung unsur-unsur yang tercantum dalam defenisi jual beli
adanya subjek hukum, yaitu penjual dan pembeli, adanya kesepakatan antara
penjual dan pembeli tentang barang dan harga; adanya hak dan kewajiban yang
timbul antara pihak penjual dan pembeli. Esensi dari lelang dan jual beli adalah
penyerahan barang dan pembayaran harga.
Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, disebutkan :
“Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang”.
Penjualan lelang tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi
termasuk perjanjian bernama di luar KUHPerdata. Penjualan Lelang dikuasaí oleh
ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai jual beli yang diatur dalam
KUHPerdata Buku III tentang Perikatan. Pasal 1319 KUHPerdata berbunyi, semua
perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan
suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum. Pasal 1319 membedakan
perjanjian atas perjanjian bernama (nominaat) dan perjanjian tidak bernama
(innominaat).
2.1.2 Ketentuan Pelaksanaan Lelang
Pelaksanaan lelang yang akan dilakukan harus dipenuhi beberapa unsur
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Lelang adalah suatu bentuk penjualan barang.
b. Penentuan harga bersifat kompetitif karena cara penawaran harga yang
khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan dan naik-naik atau
c. secara turun-turun dan/atau secara tertutup dan tertulis tanpa member
prioritas kepada pihak manapun untuk membeli.
d. Pembeli tidak dapat ditunjuk sebelumnya, keceuali kepada para calon
peminat lelang dengan penawaran tertinggi yang telah melampaui harga
limit dapat ditunjuk sebagai pemenang/pembeli.
e. Memenuhi unsur publisitas, karena lelang adalah penjualan yang bersifat
transparan.
f. Dilaksanakan pada suatu saat dan tempat tertentu sehingga bersifat cepat,
efisien dan efektif.
2.1.3 Fungsi dan Jenis Lelang
A. Fungsi Lelang
Fungsi Lelang dibedakan atas fungsi privat dan fungsi public adalah :
1. Fungsi Privat
Lelang merupakan institusi pasar yang mempertemukan penjual dan
pembeli, maka lelang berfungsi memperlancar arus lalu lintas
perdagangan barang. Fungsi ini dimanfaatkan untuk memberikan
pelayanan penjualan barang kepada masyarakat/pengusaha yang
menginginkan barangnya dilelang, maupun kepada peserta lelang.
2. Fungsi Publik
a. Memberikan pelayanan penjualan dalam rangka pengamanan
terhadap asset yang dimiliki/dikuasai oleh negara untuk
meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi pengelolaannya.
b. Memberikan pelayanan penjualan barang yang bersifat cepat, aman
tertib dan mewujudkan harga yang wajar.
c. Mengumpulkan penerimaan negara dalam bentuk bea lelang dan
uang miskin.
B. Jenis Lelang
Jenis Lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual
dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang, dibedakan antara
Lelang Eksekusi dan Lelang Non Eksekusi.
1. Lelang Eksekusi
Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan
pengadilan atau dokumen-dokumen lain, yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dipersamakan dengan itu, dalam
rangka membantu penegakan hukum, antara lain: Lelang Eksekusi
Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Lelang Eksekusi Pengadilan,
Lelang Eksekusi Pajak, Lelang Eksekusi Harta Pailit, Lelang Eksekusi
Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi
dikuasai/tidak dikuasai Bea Cukai lelang, Eksekusi Barang Sitaan Pasal
45 Kitab Undang-undang Acara Hukum Pidana (KUHAP), Lelang
Eksekusi Barang Rampasan, Lelang Eksekusi Barang Temuan, Lelang
Eksekusi Fidusia, Lelang Eksekusi Gadai.
2. Lelang Non Eksekusi
a. Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
Negara atau barang Milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah
(BUMN/D) yang oleh peraturan perundang-undangan diwajibkan
untuk dijual secara lelang termasuk kayu dan hasil hutan lainnya dari
tangan pertama.
b. Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang untuk melaksanakan
penjualan barang milik perorangan,kelompok masyarakat atau badan
swasta yang dilelang secara sukarela oleh pemiliknya, termasuk
BUMN/D berbentuk persero.
2.1.4 Kriteria Agunan Lelang
Kriteria agunan yang dapat dilelang dan pinjaman yang dapat diselesaikan
melalui lelang berdasarkan SE Nomor S.31-DIR/ADK/09/2007 Perihal Ketentuan
Lelang Agunan, yaitu :
A. Lelang Eksekusi
1. Kriteria Agunan
- Marketable, diprioritaskan ada calon pembelinya
- Agunan telah dilakukan penilaian ulang
- Agunan telah diikat secara sempurna
- Obyek yang akan di lelang sebaiknya kosong
2. Kriteria Pinjaman
- Pinjaman dengan kolektibilitas Macet atau Ekstracomptable
- Pinjaman tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan
restrukturisasi
- Debitur tidak kooperatif atau on will
- telah diberikan surat peringatan 3 (tiga) kali sesuai ketentuan BRI
B. Lelang Non Eksekusi Sukarela
1. Kriteria Agunan
- Marketable
- Agunan telah dilakukan penilaian ulang
- Agunan tidak dalam sengketa dengan pihak lain/ketiga
- Agunan telah diikat maupun belum diikat secara sempurna
2. Kriteria Pinjaman
- Pinjaman dengan kolektibilitas Kurang Lancar dan Ekstracomptable
- Debitur dan pemilik agunan, kooperatif
2.1.5 Kewenangan Pelaksanaan Lelang
Kewenangan lelang terkait dengan lembaga yang ditunjuk untuk melakukan
lelang. Dalam hal ini lembaga lelang yang ditunjuk dibagi menjadi dua berdasarkan
penyelanggaranya, antara lain adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kewenangan Untuk Lelang Barang Jaminan Kredit Bank

2.1.6 Proses Pelaksanaan Lelang


Mengingat dalam rangkaian kegiatan pelelangan terdapat kegiatan-kegiatan
yang melibatkan BRI baik secara aktif maupun pasif, maka Pejabat kredit harus
memahami rangkaian kegiatan lelang tersebut, sebagaimana dijabarkan dibawah ini:
A. Permohonan Lelang
Permohonan lelang diajukan secara tertulis oleh Unit Kerja BRI yang
bersangkutan kepada Kepala KPKNL atau Pemimpin Balai Lelang di
wilayah kerja tempat agunan objek lelang berada, dengan disertai dokumen
persyaratan lelang sebagaimana dijelaskan dalam point VII.B. tentang
Dokumentasi Lelang.
Dalam hal penyelenggaraan lelang menggunakan jasa Pra Lelang Balai
Lelang maka dalam surat permohonan tersebut diatas harus menyebutkan
Balai Lelang yang ditunjuk.
B. Dokumentasi Lelang
Dokumen yang diperlukan untuk persyaratan melakukan Lelang
Eksekusi adalah :
1. Daftar Barang yang akan dilelang
2. jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum pelaksanaan
lelang jangka waktu bagi calon pembeli untuk melihat, meneliti secara
fisik barang yang akan dilelang
3. jangka waktu pembayaran harga lelang
4. jangka waktu pengambilan / penyerahan barang oleh pembeli.
5. Perincian hutang / jumlah kewajiban debitur yang harus dipenuhi;
6. Fotocopy Surat peringatan kepada debitur wanprestasi
7. Fotocopy surat pemberitahuan pelaksanaan lelang kepada debitur
dan/atau pemilik barang
8. Fotocopy Perjanjian Kredit;
9. Fotocopy bukti kepemilikan/hak
10. Fotocopy akta pengikatan agunan yang akan dilelang (APHT/
Sertifikat Fidusia/Perjanjian Gadai
11. Khusus untuk Lelang Eksekusi Pengadilan : fotocopy teguran kepada
tereksekusi, putusan dan/atau penetapan Pengadilan, penetapan sita
dan Berita Acara Sita.
2.1.7 BRINETS (BRI Integrated Network and Information System)
Pengertian BRINETS menurut SK S.31-DIR/TSI/07/06 merupakan core banking
system BRI yang dipergunakan : Kantor Cabang Khusus BRI, Kantor Cabang BRI, Kantor
Cabang Pembantu BRI, BRI Unit BRINETS, Kanwil BRI, Kanins BRI, Sendik BRI,
Pusdiklat BRI, dan beberapa Divisi di Kantor Pusat BRI untuk kegiatan operasional dengan
konsep sentralisasi. Untuk dapat masuk ke aplikasi ini sistem akan menanyakan user ID dan
password, dimana menu-menu yang dapat diakses disesuaikan dengan kewenangan masing-
masing user ID. BRINETs dipergunakan untuk melakukan kegiatan operasional yang
meliputi pelayanan terhadap nasabah, pembukuan, administrasi dan pelaporan, baik untuk
kepentingan internal dan eksternal BRI. (SE S.16-DIR/LYN/06/2009). Adapun aplikasi
BRINETS yang dipergunakan oleh unit kerja BRI adalah sebagai berikut:
A. BRINETS- Branch Delivery System (BDS)
Merupakan aplikasi front end yang dipergunakan untuk mendukung kegiatan
operasional bank di beberapa unit kerja BRI yang meliputi transaksi finansial
maupun non finansial dengan basis aplikasi menggunakan Branch Delivery System
(BDS).
B. BRINETS-WEB
Merupakan aplikasi front end yang dipergunakan untuk mendukung kegiatan
operasional bank di beberapa unit kerja BRI yang meliputi transaksi finansial
maupun non finansial dengan basis aplikasi menggunakan WEB.
C. BRINETS-Silverlake Integrated Banking Sistem (SIBS)
Merupakan aplikasi khusus untuk aplikasi trade finance yang dipergunakan dalam
kegiatan back office baik kegiatan finansial maupun non finansial dengan basis
aplikasi Silverlake Integrated Banking Sistem (SIBS).
2.1.8 Kewenangan pada BRINETS
Security tertinggi untuk mengelola kewenangan transaksi pada sistem BRINETS pada
unit kerja yang bersangkutan adalah SA (system administrator).SA pada BDS dikenal
dengan user ID SYST, pada WEB dikenal dengan user ID SYST000, dan pada SIBS dikenal
dengan user TFCSADMIN. Kewenangan yang ada di user ID SYST meliputi user profile
maintenance, transaction limit configuration, dan transaction setup maintenance atau
transaction builder.
2.1.9 LAS (Loan Approval System)
Aplikasi Loan Approval System (LAS) adalah suatu sistem aplikasi untuk
proses bisnis/pinjaman dimana semua input data debitur/pinjaman sampai dengan
persiapan pencairan kredit dilakukan secara otomasi oleh sistem. LAS
menggantikan beberapa kegiatan dalam proses prakarsa dan analisis kredit yang
semula dilakukan secara manual menjadi proses secara otomasi.
2.1.10 User LAS
Menurut ketentuan S.23-DIR/LYN/09/2008 terdapat beberapa tingkatan
dalam penggunaan user LAS antara lain diklasifikasikan ke dalam beberapa
tingkatan berikut ini :
A. User di Kantor Wilayah
1. Komite Kredit Kanwil dipegang oleh salah satu anggota komite dengan
surat penunjukan oleh Komite Kredit Kanwil, kewenangan tersebut
berlaku selama ybs menjadi anggota Komite Kredit Kanwil.
2. Pemimpin Wilayah
3. Wakil Pemimpin Wilayah
4. Group Head ARK
5. Group Head RPKB Kanwil
6. Staf Analis Risiko Kredit Kanwil
7. Staf RPKB Kanwil
8. Account Officer Kanwil
9. Bagian Administrasi Kredit Kanwil
B. User di Kantor Cabang
1. Pemimpin cabang
2. Manajer Pemasaran
3. Senior Account Officer
4. Account Officer
5. Administrasi Kredit
6. Manajer Bisnis Mikro
7. Asisten Manajer Bisnis Mikro
C. User di Kantor Cabang Pembantu
1. Pemimpin Cabang Pembantu
2. Account Officer
3. Fungsi Administrasi Kredit
D. User di BRI Unit
1. Kepala BRI Unit
2. Mantri
3. Customer Service
2.1.11 Proses Interface ke BRINETs
Setelah Perjanjian Kredit ditandatangani, maka ADK melakukan pengisian
Data Kredit ke dalam LAS. ADK melakukan interface data LAS ke Brinets untuk
mendapatkan Nomer Rekening dan CIF (untuk debitur baru), atau perubahan
jangka waktu / plafond untuk debitur perpanjangan/suplesi dalam menu
pengisian data kredit setelah putusan dalam LAS.

2.2 Hubungan Teori dengan Fakta


Makalah ini berfokus pada kebutuhan internal yaitu terkait dengan monitoring
lelang agunan dan segala informasi agunan yang selama ini masih menggunakan
manual. Penulis lebih menggunakan pendekatan kepada uker-uker yang kurang
aktif dalam melakukan lelang agunan (data frekuensi lelang). Untuk melakukan
optimalisasi Brinets Ekstrakomtable. Dengan dilakukannya optimalisasi ini
diharapkan setiap Uker, Kanwil, dan Kanpus dapat melakukan monitoring lelang
secara real time online terhadap semua jenis agunan baik yang bersifat
ekstrakomtable maupun intrakomtable. Manfaat yang didapat oleh BRI adalah
frekuensi lelang yang meningkat dan juga monitoring terhadap agunan yang akan
dilelang bisa terkoordinasi dengan baik. Hal ini juga dimaksudkan sebagai sarana
untuk menurunkan angka NPL Cabang. Penulis menggunakan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis efektifitas untuk menganalisis
posisi BRI serta Brinets Ekstrakomtable yang dioptimalisasi.
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Brinets Ekstrakomtable
Brinets Ekstrakomtable merupakan media yang digunakan oleh BRI untuk
mengelompokkan agunan kredit yang akan dilakukan lelang kepada publik.
Namun masih terdapat beberapa kekurangan di dalamnya, antara lain
1. Brinets Ekstrakomtable hanya berisi agunan-agunan yang sudah
dihapusbuku (ekstrakomtable) dan tidak berlaku untuk pinjaman yang
belum dihapusbuku (intrakomtable).
2. Belum ada penjadwalan otomatis terhadap lelang ulang agunan baik
ekstrakomtable maupun intrakomtable.
3. Pelaporan agunan intrakomtable sebagai monitoring yang akan dilelang
kepada Kanwil dan Kanpus masih bersifat manual atau dikirim melalui surat
atau email.

3.2 Pelaporan dan Pendaftaran Agunan Lelang Ke KPKNL


Pelaporan dan pendaftaran agunan lelang yang diterapkan oleh BRI adalah
dengan menggunakan formulir pengajuan secara manual. Pengajuan secara manual
memiliki beberapa permasalahan, antara lain
1. Bagi Uker yang tidak tidak berdekatan dengan kantor KPKNL akan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penerimaan berkas
pendaftaran lelang.

3.3 Permasalahan Monitoring Agunan Secara Manual


Monitoring agunan lelang oleh Uker, Kanwil dan Kanpus selama ini adalah
dengan menggunakan media cetak atau dengan kata lain setiap uker mengirim
laporan monitoring agunan lelang tiap bulannya secara rutin
(B.199/RPK/PKR/11/2009). Monitoring dengan cara seperti ini memiliki beberapa
kekurangan antara lain, proses pengiriman yang lama dan tidak terdapat recording
data yang telah lalu, sehingga untuk mendapatkan data lelang yang lalu harus
mencarinya secara manual atau ditelusur satu per satu dari uker masing-masing.
Dengan bertambah banyaknya uker dari tahun ke tahun akan membuat laporan
yang dilaporkan kepada Kantor Pusat akan semakin banyak, sehingga maintenance
terhadap berkas-berkas tersebut akan semakin sulit, belum termasuk ketika akan
melakukan monitoring maka dibutuhkan data terdahulu (history data) akan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan kompilir data tersebut.

3.4 Permasalahan Penentuan Penjadwalan Lelang Ulang


Proses pengajuan lelang kepada KPKNL ditunjukkan dengan flowchart sebagai
berikut:

Putusan Persiapan Penyerahan ke Penetapan tanggal


Penyelesaian Berkas Kantor Pelayanan lelang paling
Pinjaman Lelang. Kekayaan Negara cepat 1 hari
dengan Syarat dan Lelang setelah
Lelang Parate kelengkapan (KPKNL) pemeriksaan dan
Eksekusi Berkas setempat. berkas telah
Lelang: dinyatakan
lengkap

Tahap Pelaksanaan Lelang Catatan: Khusus


Catatan: HT, Tanggal
pelaksanaan lelang Pengiriman surat
 SKPT harus sudah selesai penetapan lelang
paling cepat 32-34
 Harus dibawa sertifikat asli hari setelah berkas dan surat
agunan bila ada peserta lelang lelang dinyatakan pengantar
lengkap pembuatan SKPT
kepada pemohon
lelang
Proses pengumuman lelang
Jangka waktu pengumuman: Pengiriman surat
1. Hak Tanggungan pemberitahuan
 Pengumuman pertama (selebaran) 15 hari lelang ke debitur
sebelum pengumuman kedua tindasan KPKNL Pengurusan
 Pengumuman kedua (media massa) 14 hari SKPT
sebelum pelaksanaan lelang melalui BPN
2. Fidusia setempat oleh
Pengumuman Lelang hanya sekali, 6 hari pemohon
sblm pelaksanaan lelang lelang

Gambar 3.1 Flowchart pengajuan lelang pertama


Gambar flowchart di atas menunjukkan bahwa jadwal lelang ditentukan oleh
pihak KPKNL setelah ADK mengajukan permohonan lelang. Penentuan tanggal
lelang paling cepat satu hari setelah dokumen lengkap dan tanggal pelaksanaan
lelang paling cepat ±1 bulan setelah pengajuan lelang. Jika agunan tidak laku dalam
pelaksanaan lelang pertama maka akan dilakukan lelang tahap berikutnya hingga
agunan tersebut dapat terjual. Namun pada prakteknya seringkali lelang ulang
tersebut terlewatkan dikarenakan kurangnya maintenance dan monitoring terhadap
agunan yang akan dilelang. Dampak yang timbul dari terlewatnya lelang ulang
tersesbut adalah Uker terkait harus melakukan pendaftaran lelang dari awal lagi
dimana harus mengulang proses pengajuan kredit dari awal yang tentu saja
prosesnya akan lebih lama dan lebih rumit dari pada pelaksanaan lelang.

3.5 Permasalahan Pendaftaran Lelang Secara Manual


Pendaftaran lelang yang dilakukan selama ini adalah dengan mengirimkan surat
permohonan secara manual disertai dengan berkas-berkas yang diperlukan untuk
permohonan pengadaan lelang. Kendala yang timbul adalah ketika uker tersebut
tidak berdekatan dengan lembaga penyelenggaraan lelang (KPKNL) maka akan
memakan waktu yang cukup lama dikarenakan proses pengiriman tersebut. resiko
yang lain dari pengiriman melalui manual adalah hilangnya berkas atau tidak
terkirimnya berkas permohonan ke tempat tujuan.

3.6 Proses Input Agunan Pada Sistem Monitoring Lelang (Intrakomtable)


Proses input agunan intrakomtable hampir mirip dengan ekstrakomtable, sumber
data yang diambil adalah dari LAS (Loan Approval System). Prakarsa lelang untuk
pinjaman yang masih bersifat intrakomtable dilakukan oleh AO dengan
menggunakan LAS pada modul “penyelesaian” kemudian klik lelang. Ketika uker
telah menentukan kebijakan untuk dilelang maka data nasabah akan langsung
terkoneksi ke dalam Sistem Monitoring Lelang (SML), kemudian dapat dilakukan
tindak lanjut pelaksanaan lelang.
3.7 Re-Desain dan Optimalisasi Brinets Ekstrakomtable dengan Menambahkan
Komponen Intrakomtable.
Lelang agunan yang masuk dalam kategori ekstrakomtable dapat dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Brinets Ekstrakomtable. Seperti yang telah
disebutkan di atas bahwa aplikasi ini hanya dapat memuat lelang agunan yang
bersifat ekstrakomtable. Dengan adanya re-desain dan penambahan komponen
intrakomtabel maka aplikasi yang baru nantinya akan lebih optimal. Gambar
Flowchart untuk input agunan yang bersifat intrakomtable adalah sebagai berikut.

Prakarsa Masuk ke dalam ADK melakukan proses Selesai


penyelesaian (AO) database Sistem input penambahan jadwal melakukan input
menggunakan Monitoring lelang agunan dengan dan memeriksa
modul penyelesaain Lelang agunan Sistem Monitoring Lelang berkas
di LAS Agunan kelengkapan
dokumen maka
di kiri ke pemutus
Tolak
Setuju

Otomatis terhapus Kembalikan Ke AO Kembalikan ke ADK


dari Sistem untuk dilakukan untuk di roses tindak
Monitoring Lelang review kembali lanjut lelang
agunan, masuk apakan akan benar-
benar dilakukan
kembali ke LAS lelang / restruk

Maintenance terkait Mendapat tgl lelang Melakukan


dengan : dari KPKNL > input pendaftaran
1.Jadwal lelang tgl lelang ke Sistem lelang ke
2.Hasil Lelang Monitoring Lelang lembaga lelang
3.Keterangan Lelang Agunan (KPKNL)

Gambar 3.2 Flowchart Pengajuan Lelang Intrakomtable dengan


Sistem Monitoring Lelang Agunan

3.8 Penjadwalan Otomatis dan Maintenance Data Setelah Pelaksanaan Lelang


Agunan Intrakomtable dan Ekstrakomtable
Pelaksanaan lelang ditentukan oleh badan penyelenggara lelan atau dalam hal
ini adalah pihak KPKNL. Secara teori uker yang telah melakukan lelang harus
segera melaporkan dan melakukan tindak lanjut jika barang yang dilelang tersebut
laku atau tidak laku. Jika barang tersebut laku maka seharusnya segera dilakukan
tindak lanjut dengan melakukan lelang ulang. Jangka waktu yang ditentukan adalah
dua bulan setelah pelaksanaan lelang pertama/sebelumnya. Namun pada
prakteknya setelah melakukan lelang pertama dan gagal uker tidak selalu untuk
melakukan tindak lanjut untuk lelang kedua/tidak ada monitoring setelah
laksanaan lelang pertama. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem penjadwalan
otomatis sebagai pengingat dan penentuan deadline pelaksanaan lelang ulang.
berikut adalah alur alam penjadwalan lelang ulang secara otomatis.

Pelaksanaan lelang
sudah selesai
dilakukan

Penjadwalan lelang ulang otomatis


akan langsung berjalan 60 hari ke
depan setelah pelaksanaan lelang 1
dilakukan

Laku Tidak laku

Maintenance di Pengajuan pendaftaran


sistem lelang ulang ke KPKNL,
monitoring reminder akan terus
lelang agunan berjalan hingga mendapat
jadwal lelang dari KPKNL

Keluar dari Jadwal lelang sudah


ekstrakomtable masuk, maka reminder
atau akan berhenti secara
intrakomtable otomatis

Gambar 3.3 penjadwalan otomatis setelah pelaksanaan lelang agunan


3.8.1 Proses Maintenance Data Laku Lelang Oleh ADK
Proses ini dilakukan ketika agunan lelang telah laku. Data ini harus di
maintenance oleh ADK sebagai sarana monitoring lelang agunan, alur proses
ditunjukkan pada flowchart di bawah ini:

ADK maintenance di
Barang lelang "laku" monitoring lelang
agunan

masukkan informasi klik di hasil lelang


laku lelang agunan, pilih laku

pilih simpan Selesai

Gambar 3.4 Proses maintenance data laku lelang agunan

3.8.2 Proses Maintenance Data Tidak Laku Lelang Oleh ADK


Proses maintenance data yang tidak laku lelang tetap harus di maintenance jg
oleh uker terkait, apakah tindak lanjutnya berupa lelang ulang atau dengan pilihan
yang lain sesuai dengan kebijakan uker.

ADK klik monitoring akn muncul


Barang "tidak maintenance hasil lelang pop-up untuk
laku lelang" di monitoring , pilih tidak melakukan
lelang agunan laku lelang ulang

masukkan
ADK
data nasabah
mengajukan ke klik simpan
yang akan
KPKNL
dilelang ulang

Anda mungkin juga menyukai