MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Perpajakan
Oleh
A. ANJAK PIUTANG
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
Keterangan :
a. Penjual (klien) menjual barang kepada pembeli (customer) secara kredit
dengan jangka waktu pendek.
Kas
Terutang dari
Factor
Kerugian atas
123.000.000
15.000.000*
12.000.000**
Penjualan
Piutang
Piutang Usaha
*5% x Rp 150.000.000
Piutang Usaha
Terutang kepada
150.000.000
15.000.000
PT LMNTRIX
Pendapatan
12.000.000
Pembiayaan
150.000.000
Kas
123.000.000
**3% x Rp 150.000.000
Dalam mengakui penjualan piutang, PT LMNTRIX mencatat kerugian sebesar
Rp12.000.000. Laba bersih faktor adalah selisih antara pendapatan pembiayaan,
RP12.000.000, dengan jumlah setiap piutang yang tidak dapat ditagih.
Apabila periode telah berakhir maka DMOB Factors, Inc akan mengembalikan hasil
yang ditahan oleh faktor, dengan asumsi tidak ada penyesuaian piutang yang
mungkin, maka:
PT LMNTRIX
Kas Rp. 15.000.000
Terutang dari Faktor Rp. 15.000.000
Rp. 15.000.000
Ilustrasi
PT LMNTRIX melakukan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang
sebesar $500.000 kepada DMOB Factors, Inc. DMOB Factors, Inc. mengenakan
beban pembiayaan sebesar 8% dari jumlah piutang usaha dan menahan sebesar
10% dari jumlah piutang usaha. Telah ditentukan bahwa jaminan dari penjual
PT LMNTRIX
123.000.000
dari 15.000.000
Factor
Finance Charge
12.000.000
Utang kepada
150.000.000
12.000.000
123.000.000
Faktor
Dalam kasus ini, risiko dan reward masih tetap pada PT LMNTRIX sehingga transfer
ini disebut pinjaman karena piutang yang ditransfer tidak berpindah kepemilikan. PT
LMNTRIX terus mengakui piutang itu ada pembukuannya dan transaksinya
diperlakukan sebagai pinjaman. Apabila terjadi risiko kegagalan pembayaran oleh
pihak ketiga maka PT LMNTRIX yang akan menanggung risiko tersebut. Apabila
terdapat penerimaan dari pihak ketiga atas piutang tersebut, PT LMNTRIX akan
mengurangi langsung pada akun utang kepada faktor pada keadaan yang sama akun
piutang usaha pada DMOB Factor Inc juga akan berkurang.
Apabila periode telah berakhir maka DMOB Factors, Inc akan mengembalikan hasil
yang ditahan oleh faktor, dengan asumsi tidak ada penyesuaian piutang yang
mungkin, maka:
PT LMNTRIX
Kas Rp. 15.000.000
Terutang dari Faktor Rp. 15.000.000
Rp. 15.000.000
Aspek Perpajakan
Perlakuan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai yang berlaku
saat ini atas transaksi anjak piutang yang dilakukannya adalah sebagai berikut:
Pajak Penghasilan dari Sisi Client. Berdasarkan Surat Direktur Jendral Pajak No.
S- 78/PJ-311/1996 tanggal 19 April 1996 perihal Pembebasan PPh Pasal 23 atas
Penghasilan yang diperoleh perusahaan anjak piutang, ditegaskan bahwa
penghasilan dari perusahaan anjak piutang yang dilakukan perusahaan
pembiayaan baik yang diterima berupa diskon, service charge dan provisi tidak
dikenakan pemotongan PP Pasal 23 oleh perusahaan yang membayarkan. Lebih
lanjut dalam PMK No. 141/PMK.03/2015 tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana
Dimaksud dalam Pasal 23 ayat 1 huruf C angka 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 Sebagaimana Telah Beberapa kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008, tidak disebutkan bahwa jasa anjak piutang termasuk jasa
yang dikenai PPh Pasal 23. Hal ini berarti Client tidak boleh memotong Pajak
Penghasilan Pasal 23 yang terhutang oleh factor serta bagi client peraturan ini
tidak mempunyai pengaruh apapun.
Pasal 4 A ayat (3) Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
seperti yang tercantum pada Buku PPN versi 2015, dijelaskan bahwa jasa anjak
piutang merupakan salah satu jasa yang tidak dikenai PPN.
B. FINANCE LEASE
Dari Sisi Lessee
Pada tanggal 1 Januari 2015, PT LMNTRIX (Lesses) menandatangani
kontrak sebuah mesn selama 4 tahun dengan PT DMOB (Lessor). Nilai wajar
mesin saat awal sewa sebesar Rp 150.000.000, tanpa nilai residu. PT LMNTRIX
mulai menggunakan mesin tersebut pada tanggal 2 Januari 2015. Pada akhir masa
sewa, mesin dikembalikan ke PT DMOB yaitu pada tanggal 31 Desember 2018.
PT DMOB menetapkan pembayaran sewa dilakukan secara tahunan tiap awal
periode mulai 2 Januari 2015 sebesar Rp 41.933.445. PT LMNTRIX membayar
biaya langsung awal sebesar Rp 10.000.000 di luar pembayaran sewa. Tingkat
bunga implisit yang ditetapkan PT DMOB sebesar 8% (diketahui oleh PT
LMNTRIX) sedangkan tingkat bunga inkremental bagi PT LMNTRIX adalh
Rp 41.933.445
3,5770969
Rp150.000.000
Rp150.000.000
5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya
tanpa perlu modifikasi secara material. Karena ini tidak terpenuhi karena tidak
terdapat informasi terkait.
Maka jurnalnya yaitu:
2 januari 2015
160.000.000
Penerimaan
Pendapatan
Pengurangan
Sewa
Bunga (8%)
Pokok Piutang
41.933.445
41.933.445
41.933.445
41.933.445
8.645.324
5.982.275
3.106.181
41.933.445
33.288.121
35.951.170
38.827.264
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tanggal 2 januari 2015 ada 2 baris
karena pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di awal masa sewa,
sehingga seluruh pembayaran merupakan pelunasan pokok. Beban bunga
dihitung dari 8% dikali labilitas sewa pada tangggal pembayaran sebelumnya.,
sehingga tidak ada beban bunga yang diakui pada tanggal 2 januari 2015.
Beban bunga belum terjadi jika waktu belum berjalan dar awal masa sewa.
Pengurangan pengurangan pokok liabilitas diperoleh dari selisih antara
pembayaran sewa dengan beban bunga. Atas pembayaran tersebut PT
LMNTRIX mencatat jurnalnya sebagai berikut:
2 januari 2015
41.933.445
Kas
41.933.445
Beban Penyusutan
40.000.000
Akumulasi Penyusutan
40.000.000
Pembayaran sewa berikutnya adalah tanggal 2 januari 2016. Namun,
sesuai prinsip akrual, pada akhir tahun 2010 PT LMNTRIX harus mengakui
Piutang
Sewa
150.000.000
108.066.555
74.778.434
38.827.264
0
beban bunga terkait jumlah yang akan dibayar pada awal tahun 2011 dengan
jurnal:
31 Desember 2015
Beban Penyusutan
8.645.324
Utang Bunga
8.645.324
Pada saat pembayaran tanggal 2 januari 2016. PT LMNTRIX tinggal
menghapus utang bunga yang sudah diakui pada akhir tahun lalu (asumsi tidak
ada jurnal pembalik), yaitu:
2 januari 2016
33.288.121
8.645.324
Kas
41.933.445
Untuk selanjutnya, jurnal yang dicatat sama dan nilainya mengacu pada
tanggal selanjutnya dalam tabel. Sedangkan pada akhir masa sewa, PT
LMNTRIX mengembalikan aset sewaa kepada PT DMOB dan menghentikan
pengakuan, yaitu:
31 Desember 2018
Akumulasi Penyusutan
160.000.000
Rp
Rp
Rp
41.933.445
Karena perhitungan pembayaran sewa berdasarkan nilai wajar sewa aset
sewaan maka nilai piutang atau nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum yang akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan ditambah
nilai residu (jika ada) akan sama dengan nilai wajar aset sewaan. Berdasarkan
analisis perjanjian sewa dikategorikan sebagai sewa pembiayaan. Pada awal
masa sewa lessor akan mencatat sebagai berikut:
2 januari 2015
150.000.000
Aset
150.000.000
Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya, sebaiknya menggunakan tabel
amortisasi seperti pada tabel di bawah. Pada dasarnya nilai tabel yang berada di
bawah sama dengan tabel yang telah dijelaskan di atas, karena tingkat bunga
yang digunakan keduanya sama yaitu 8%. Perbedaannya hanya pada istilah
pembayaran, beban, dan liabilitas yang diganti dengan penerimaan,
pendapatan, dan piutang.
Tabel Amortisasi bagi Lessor-Tanpa Nilai Residu
Tanggal
2/1/15
2/1/15
2/1/16
2/1/17
2/1/18
Penerimaan
Pendapatan
Pengurangan
Sewa
Bunga (8%)
Pokok Piutang
41.933.445
41.933.445
41.933.445
41.933.445
8.645.324
5.982.275
3.106.181
41.933.445
33.288.121
35.951.170
38.827.264
Kas
41.933.445
Piutang
Sewa
150.000.000
108.066.555
74.778.434
38.827.264
0
Piutang Bunga
8.645.324
Pendapatan Sewa Pembiayaan
8.645.324
Piutang bunga pada jurnal di atas juga dapat menggunakan akun piutang sewa
pembiayaan. Penggunaan akun piutang bunga bertujuan agar dapat dibedakan
dengan poko piutang sewanya. Pada saat pembayaran tanggal 2 januari 2016,
PT DMOB tinggal menghapus piutang bunga yang sudah diakui pada akhir
tahun lalu (asumsi tidak ada jurnal pembalik), sebagai berikut:
31 Desember 2016
Kas
41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan
33.288.121
Putang Bunga
8.645.324
OPERATING LEASE
Berdasarkan soal diatas, apabila dikategorikan sebagai sewa operasi maka,
jurnalnya:
Dari sisi lessee
2 januari 2015
Beban Sewa
Kas
41.933.445
41.933.445
2 januari 2015
Kas
41.933.445
Pendapatan Sewa
41.933.445
dilaksanakan.
pelaksanaan
opsi
Perlakuan
adalah
PPh
sama
dengan pelaksanaan
opsi
adalah
sama
dengan
= 15 Bunga
=
15 8.645 .324
= 1.296.799 (dibulatkan)
Jurnal untuk mencatat PPh pasal 23 dari sisi lessee adalah sebagai berikut:
2 januari 2015
Kas
1.296.799
Utang PPh 23
1.296.799
Sedangkan, dari sisi lessor:
2 januari 2015
Beban PPh 23
Kas
1.296.799
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1.296.799
10 150.000 .000
= 15.000.000
Dari sisi lesse
2 januari 2015
PPN Masukan
15.000.000
Kas
15.000.000
Dari sisi lessor
(No entry)
ASPEK PAJAK OPERATING LEASE
Pajak Penghasilan (PPh)
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 23 huruf (b) poin 1
menyatakan bahwa sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta dikenai pajak sebesar 2% dari jumlah bruto.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1. Dalam pasal 1 ayat 4 dan 5 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-05/PJ/1994,
penyerahan jasa dalam transaksi SGU tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee
adalah penyerahan jasa yang terutang PPN, karena lessor sebagai perusahaan
jasa persewaan barang dengan demikian Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2. Pengalihan barang dalam transaksi SGU tanpa hak opsi bukan merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) karena pengalihan barang tersebut
adalah dalam rangka persewaan biasa.
3. Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai Penggantian sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1A ayat 1 huruf (b) UU PPN yang menyatakan bahwa
yang termasuk dalam pengertian penyerahan barang kena pajak salah satunya
adalah pengalihan barang kena pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan
atau perjanjian sewa guna usaha (leasing).
4. PPN yang dimaksud merupakan pajak keluaran bagi lessor dan merupakan
pajak masukan bagi lessee dalm hal lessee adalah PKP. PPN yang dibayar saat
perolehan BKP yang disewa gunakan merupakan PPN Masukan yang dapat
dikreditkan dengan PPN Keluaran lessor.
Perhitungan Pajak
PPh Pasal 23 = 2 Nilai Bruto
= 2 150.000.000
= 3.000.000
PPN
10 150.000 .000
= 15.000.000
Dari sisi lesse
2 januari 2015
PPN Masukan
15.000.000
Kas
15.000.000
Dari sisi lessor
2 januari 2015
3.000.000
Kas
3.000.000
2 januari 2015
Kas
15.000.000
PPN Keluaran
15.000.000