Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyusun proposal yang berjudul “ANALISIS
PEMBERIAN TUNJANGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP JUMLAH
PAJAK TERUTANG (STUDI KASUS PADA CV. TIRTHA OASE PERDANA)” tepat pada
waktunya. Penyusunan proposal ini guna untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh nilai UAS Semester 5.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna, masih
terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengalaman penulis.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan
oleh penulis. Akhir kata penulis berharap proposal yang disusun ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2020

(I Gusti Ayu Putri Novyadinda Biasama)


DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Pajak

2.1.2 Sistem Pemungutan Pajak

2.1.3 Pajak Penghasilan

2.1.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

2.1.5 Penghasilan Kena Pajak (PKP)

2.1.6 Pajak Penghasilan Pasal 21

2.1.7 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan yang
Dipotong PPh Pasal 21

2.1.8 Penerapan Tarif dan PPh Pasal 21 Terutang

2.1.9 Perancangan Pajak

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

2.3 Kerangka Pikir

2.4 Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi Penelitian

3.2 Objek Penelitian

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.5 Teknik Analisis Data


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 maka sejak
tahun 1984 sistem pemungutan pajak yang secara umum mengalami perubahan
yang sangat mendasar yaitu dari “official assessment system” berubah menjadi “self
assessment system”. Dengan self assessment system maka wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk menghitung sendiri, memperhitungkan sendiri, membayar atau
menyetor sendiri dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya sesuai dengan
Undang-Undang perpajakan. Sedangkan aparatur perpajakan (fiskus) sesuai tugas
dan kewenangannya mempunyai kewajiban untuk memberikan pembinaan,
pelayanan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh wajib pajak.
Menurut Pasal 21 UU Pajak Penghasilan, pajak yang dikenakan atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan perpajakan atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri.
Wajib pajak mengidentifikasikan pembayaran pajak sebagai beban yang
mempengaruhi laba (profit margin) yang akan mempengaruhi tingkat pengembalian
atas investasi sehingga wajib pajak akan berusaha untuk mengoptimalkan beban
tersebut. Upaya untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah
pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan dapat dilaksanakan dengan manajemen pajak. Fungsi-
fungsi manajemen pajak berupa perencaaan pajak, pelaksanaan kewajiban
perpajakan, dan pengendalian pajak.
Perencanaan terhadap PPh Pasal 21 tidak hanya mampu untuk
mengefisiensikan pajak perusahaan, penambahan kesejahteraan karyawan akan
mampu mendorong semangat kerja karyawan yang pada akhirnya meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Terdapat 3 metode perhitungan PPh Pasal 21 yang dapat dilakukan oleh
perusahaan yaitu :
1. Gross Basis Method
Metode perhitungan pajak dimana jumlah PPh Pasal 21 yang terutang
ditanggung oleh karyawan sendiri.
2. Net Basis Method
Metode perhitungan PPh Pasal 21 dimana pajak ditanggung oleh pemberi
kerja.
3. Gross Up Basis Method
Pemberian tunjangan pajak kepada pegawai sebesar jumlah pajak
kepada pegawai sebesar jumlah pajak yang terutang.

CV. Tirtha Oase Perdana adalah perusahaan yang memiliki kualifikasi usaha
Distributor Minuman dengan jumlah pegawai 155 orang pada akhir tahun 2018. Sejak awal
berdirinya, dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dalam pemotongan PPh 21
perusahaan memiliki kebijakan Net Basis Method. Cara ini sangat menguntungkan bagi
karyawan karena mengakibatkan take home pay yang diterima karyawan akan lebih besar.
Sedangkan bagi perusahaan cara ini kurang menguntungkan karena biaya PPh Pasal 21
yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak bisa diakui dalam fiscal karena merupakan kategori
penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan da harus dikoreksi positif. Hal ini akan
menambah jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) perusahaan secara otomatis menambah
beban pajak penghasilan perusahaan. Sehingga menurut manajemen perlu diadakan
perubahan kebijakan dalam pemilihan metode perhitungan PPh Pasal 21.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitan ini adalah bagaimanakah analisis perencanaan
pemberian tunjangan pajak penghasilan pasal 21 terhadap jumlah pajak terutang
(Studi Kasus Pada CV. Tirtha Oase Perdana)?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan

Anda mungkin juga menyukai