Anda di halaman 1dari 26

DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

BAB VI
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

6.1. KERANGKA PIKIR

6.1.1. Penyusunan DED

Dari tujuan dan sasaran serta lingkup kegiatan dapat disusun suatu
diagram metodologi yang dipergunakan dalam DED Gedung
Serbaguna LANUD.

Pada prinsipnya perencanaan desa dilakukan melalui proses


perencanaan bottom-up pada, dengan pendekatan berbasis
partisipasi masyarakat dan mitigasi bencana, mulai dari survey,
analisis, skenario dan perencanaan (self community survey, self
community analisys, self community planning).

Diagram alir diawali oleh persiapan, meliputi :

1) Penyiapan dan mobilisai personil;

2) Pengurusan ijin survey;

3) Menyusun network planning, rencana survey lapangan dan


time schedule kegiatan;

4) Dan lainnya yang menyangkut persiapan kegiatan.

Setelah persiapan, dilakukan penyiapan peta (mapping) masing-


masing desa yang diperoleh dari dinas atau lembaga terkait (BPN,
NGO) melalui Bappeda untuk nantinya bersama-sama dengan warga
dilakukan klarifikasi dan review mengenai kebenaran peta desa.
Setelah peta masing-masing desa diperoleh kemudian dilakukan
sosialisasi program dan membentuk community based organization

Bab 6 - 1
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

CBO (forum group discussion) untuk menjaring opini/aspirasi


masyarakat, menyusun tujuan dan sasaran perancangan, proses
dan prinsip kerja, membentuk visi kawasan pedesaan.

Pada tahap ini juga dilakukan sosialisasi dan koordinasi pada aparat
pemerintah (camat, aparat kecamatan) dan lembaga-lembaga lain
yang terkait dengan perencanaan desa.

Tahap selanjutnya adalah survey dan pengumpulan data kondisi


sebelum dan setelah bencana, baik survey data sekunder (foto
udara, data kepemilikan lahan, peraturan, kebijakan dan program
maupun survey bersama masyarakat mengenai peruntukan lahan,
kavling perumahan, infrastruktur dan utilitas, fasilitas umum dan
sosial, tipologi bangunan, demografi (jumlah penduduk / Kepala
Keluarga), profil social budaya dan ekonomi, tingkat kerusakan
desa, kebutuhan masyarakat dan lain-lain.

Dari hasil survey kemudian dilakukan analisis tingkat kerusakan


(damage assesment), SWOT dan analisis teknis pada masing-
masing desa. Aspek-aspek yang dianalisis meliputi :

1) Review aspek planologis (konstelasi dan integrasi desa


dengan area sekitar/kota, struktur dan sistem ruang desa,
pola pemanfaatan ruang, pola permukiman dan lingkungan,
peta desa dan kepemilikan lahan);

2) Aspek perumahan;

3) Aspek fasilitas desa;

4) Aspek infrastruktur dan utilitas;

5) Aspek social budaya;

6) Aspek ekonomi masyarakat;

7) Aspek alam dan lingkungan;

8) Aspek mitigasi.

Bab 6 - 2
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

Analisis yang dilakukan meliputi :

1) Kajian kerusakan desa;

2) Review peraturan, kebijakan, program, tata ruang kawasan


serta perencanaan lainnya yang sudah ada;

3) Analisa tata guna lahan dan penilaian konteks sekitar;

4) Analisa pemetaan dan kepemilikan lahan;

5) Analisa sistem desa dan keterkaitan terhadap desa sekitar;

6) Analisa sistim infrastruktur dan utilitas desa serta


keterkaitannya dengan kawasan yang lebih luas;

7) Fasilitas sosial budaya, ekonomi dan peribadatan;

8) Analisa kondisi dan kebutuhan masyarakat;

9) Analisa sistim mitigasi bencana desa;

10) Analisa dampak lingkungan dan perbaikan lingkungan/alam;

11) Kajian pengembangan ekonomi;

12) Melakukan analisa SWOT.

Dari hasil kajian kerusakan desa dan analisis teknis dirumuskan


potensi dan permasalahan desa, kemudian disusun konsep
perencanaan desa, baik mengenai integasi tata ruang makro dan
tata ruang mikro, permukiman yang layak huni, tematik kawasan,
peningkatan ekonomi masyarakat, perlindungan dan pengembangan
alam dan lingkungan maupun pengendalian bencana dan percepatan
evakuasi.

Tahap berikutnya adalah menyusun skenario perencanaan desa


bersama-sama dengan masyarakat untuk menata ulang dan
mengembangkan desa yang lebih baik, meliputi tata ruang desa,
perletakan rumah, infrastruktur dan utilitas, mitigasi desa,
pengembangan ekonomi masyarakat, pengembangan sosial dan

Bab 6 - 3
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

budaya masyakat, pengembangan alam dan lingkungan. Tahap


penyusunan skenario perencanaan desa ini dilakukan sampai terjadi
kesepakatan masyarakat dalam merencanakan desanya.

Setelah skenario perencanaan disepakati oleh masyarakat


dilanjutkan dengan tahapan rencana desa (village planning),
meliputi :

1) Sinkronisasi program yang sedang berjalan,

2) Rencana sistem desa dan rencana struktur ruang;

3) Pemanfaatan lahan untuk rencana rehabilitasi dan


rekonstruksi desa;

4) Rencana pembangunan prasarana dan utilitas;

5) Rencana rehabilitasi dan preservasi lingkungan;

6) Rencana pengembangan ruang ekonomi lokal;

7) Rencana mitigasi;

8) Geographical information sistem (GIS);

9) Program rekonstruksi, indikasi pembiayaan dan pentahapan


pembangunan.

Bersamaan dengan tahapan ini, proses detail engineering design


(DED) infrastruktur dan utilitas desa sudah dapat dimulai.

6.2. METODE PENDEKATAN

6.2.1. Pendekatan Berbasis Masyarakat (Community Based


Approach)

Kegiatan dan program perencanaan desa didasarkan atas partisipasi


aktif masyarakat / berbasis masyarakat (community-based
development) atau CBD. Dalam hal ini masyarakat menjadi subyek
sekaligus obyek perencanaan desa, sehingga diharapkan hasilnya

Bab 6 - 4
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

merupakan perencanaan yang sesuai dengan keinginan dan


kebutuhan masyarakat, sekaligus perencanaan yang sesuai dengan
kaidah-kaidah penataan ruang yang lebih baik dan aman bagi
masyarakat desa yang tinggal dan hidup di dalamnya.

Diharapkan perencanaan yang sudah disepakati masyarakat desa


menjadi milik desa sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan
desa yang mengikat secara moral diantara warga desa.

Kerangka kerja perencanaan berbasis masyarakat distrukturkan


berdasarkan dua prinsip berikut :
 Memastikan bahwa semua orang memiliki peluang berpartisipasi
dalam perencanaan yang mengutamakan kesepakatan
(konsensus).
 Memastikan bahwa masyarakat mendapat penjelasan dan
kepahaman mengenai apa yang direncanakan dan disepakati
melalui proses sosialiasi, workshop dan proses lainnya dalam
perencanaan desa.

Tujuan perencanaan berbasis masyarakat adalah sebagai berikut :


 Partisipasi Masyarakat – Untuk mengembangkan sebuah proses
perencanaan yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan
meningkatkan kapasitas lokal untuk perencanaan pembangunan
yang berkelanjutan dan memanfaatkan wawasan, pengetahuan
dan dukungan penduduk lokal.
 Kerjasama – Untuk mendorong/memperkuat kerjasama antar
masyarakat dan keseteraan gender sehingga mempunyai rasa
kepedulian dan rasa memiliki atas pengembangan dan
pembangunan desa.
 Pengembangan Sosial, Budaya dan Ekonomi – Bersama-sama
dengan masyarakat menyusun strategi-strategi pengembangan
sosial, budaya dan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan

Bab 6 - 5
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

mengembangkan peluang-peluang ekonomi yang dimiliki desa


(masyarakat dan alam lingkungan);
 Perlindungan Alam dan Lingkungan – Dengan kesadaran yang
penuh dari masyarakat, memikirkan perlindungan terhadap alam
dan lingkungan untuk jangka panjang dengan cara melindungi,
melestarikan dan meningkatkan sumber-sumber daya alam dan
masyarakat, termasuk lahan pertanian, hutan, air permukaan
dan air bawah tanah, tempat rekreasi dan ruang terbuka hijau,
tempat berpemandangan indah, dan tempat bersejarah.
 Penciptaan Lingkungan yang Aman dan Nyaman– Bersama
dengan masyarakat merencanakan desa sehingga tercipta
lingkungan desa yang aman (terhadap bencana gempa dan
tsunami), asri, indah dan terpenuhi dengan prasarana dan sarana
desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat jangka pendek
maupun jangka panjang.
 Perumahan – Untuk menyediakan perumahan dengan tata letak
dan pola penataan yang lebih baik dan mengikuti kaidah
perencanaan site perumahan;
 Prasarana dan Sarana Desa – Bersama masyarakat
merencanakan peningkatan kualitas pelayanan fisik desa melalui
perencanaan infrastruktur desa dan fasilitas desa yang lebih
terintegrasi, efektif dan efisien untuk skala desa maupun
kawasan di sekitarnya;
 Pembangunan Berkelanjutan – Bersama masyarakat
merencanakan pembangunan desa jangka pendek dan jangka
panjang yang berkelanjutan sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Setiap desa memiliki proses yang unik, tetapi ada beberapa


kesamaan berikut ini :

Bab 6 - 6
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Adanya integrasi/kerkaitan antara rencana-rencana skala


mikro/lingkungan (neighborhood plans) dengan rencana skala
makro/kota.
 Dukungan dari masyarakat untuk mempercepat proses
rehabilitasi dan rekonstruksi desa sehingga dapat kembali pulih
seluruh aktivitas/kehidupan desa.
 Proses perencanaan yang jelas dan dipahami oleh
masyarakat/wakil masyarakat yang terlibat langsung dalam
proses perencanaan.
 Komitmen terhadap implementasi pembangunan desa,
berdasarkan hasil perencanaan yang sudah disepakati.

Perencanaan desa yang berbasis masyarakat, dalam prosesnya


secara garis besar akan melibatkan partisipasi masyarakat melalui :
a. Sosialisasi Dan Pengorganisasian Masyarakat
Proses awal dari perencanaan desa dengan sistem Pembentukan
Kelompok Kerja (POKJA) dari Masyarakat/Community Based
Organization.
b. Survey Bersama Masyarakat (Community Self-Survey)
Langkah berikutnya yang dilakukan tim perencana/fasilitator
desa bersama masyarakat desa untuk mendapatkan gambaran
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
c. Perencanaan Bersama Masyarakat
Merupakan proses akhir dari perencanaan desa yang sebelumnya
dilakukan kesepakatan perencanaan desa melalui penandatangan
Skenario Perencanaan Desa.
d. Program Dan Tahapan Pembangunan
Salah satu produk/hasil dari perencanaan desa adalah munculnya
Program Pembangunan dan Prioritas yang diusulkan masyarakat.

6.2.2. Tahapan Pelaksanaan


Perencanaan Desa

Bab 6 - 7
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

A. Peta Desa (Village Mapping)


Peta Desa didapat dari hasil pengukuran oleh BPN atau NGO dan
menjadi dasar perencanaan desa yang menunjukkan batasan desa
dan persil/kavling warga sebelum tsunami.

Pembuatan Peta Desa ini dilakukan oleh Tim Pemetaan Desa


bersama masyarakat, untuk mengetahui letak dan batas-batas
kepemilikan tanah yang hilang batas fisiknya dan merujuk pada
kondisi topografi, pemanfaatan lahan dan batas administratif.

B. Sosialisasi dan Organisasi Masyarakat


 Untuk menjelaskan tujuan, sasaran, prinsip dan konsep
perencanaan desa.
 Koordinasi dengan kecamatan atau institusi pemerintah
setempat lain yang terkait.
 Membentuk Kelompok Kerja / POKJA CBO untuk perencanaan
desa.
C. Survey
Identifikasi, klasifikasi dan inventarisasi data dan program, baik
kondisi sebelum maupun setelah tsunami, baik data sekunder
maupun data primer, yang terdiri dari :
1. Kebijakan, Peraturan dan Program dari pemerintah dan
institusi lain yang terkait dengan rehabilitasi dan rekonstruksi
:
 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah.
 NGO, Donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dll.

2. Profil Ekonomi, Sosial dan Budaya


a) Demografi :
 Jumlah penduduk, jenis kelamin, umur, dan agama
penghuni lama.
 Penghuni yang akan kembali, dan kapan kembali.

b) Ekonomi : jenis pekerjaan, pendapatan, penghasilan, dll.

Bab 6 - 8
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

c) Sosial dan Budaya :


 Kegiatan sehari-hari.
 Norma serta nilai-nilai agama dan budaya.
 Fasilitas inti yang dapat dengan segera menghidupkan
kembali kegiatan ekonomi dan sosial.

3. Tata Guna Lahan


a) Lahan Budidaya :
Identifikasi letak, persebaran, luasan, kapasitas dan
lingkup pelayanan yang meliputi:
 perumahan,
 fasilitas skala makro yang terkait (pelabuhan, terminal,
dll),
 perdagangan dan Jasa (pasar, pertokoan, perkantoran,
dll),
 industri (home industry, industri sedang dan berat, dll),
 pertanian, perikanan, dll.

b) Lahan Non Budidaya :


Identifikasi lokasi, ukuran, topografi, spesies, dan jenis
tanah (Alam/Lingkungan):
 flora dan fauna,
 daerah yang berubah, tenggelam dan tergenang,
 sungai,
 bukit dan lembah,
 kehutanan,
 taman, mata air, dll.

c) Fasilitas Publik dan Sosial


Identifikasi lokasi, ukuran, persebaran, kapasitas dan
daerah layanan :
 fasilitas peribadatan,
 fasilitas pendidikan,

Bab 6 - 9
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 fasilitas kesehatan,
 fasilitas olahraga,
 balai pertemuan, budaya, dll.

4. Infrastruktur dan Utilitas Umum


a) Jalan dan Transportasi: peta jalan, hirarki dan kelas jalan,
survei jaringan jalan (panjang, lebar, kondisi konstruksi
dan fasilitas jalan), fasilitas jalan (halte, ruang parkir dll),
aksesibilitas.

b) Drainase: peta topografi, peta sungai dan drainase, data


hujan, data pasang tertinggi sungai, data pasang surut
laut, data studi terdahulu, data/peta genangan dan
penyebabnya, jaringan drainase dan bangunan
pelengkapnya (lebar, panjang, kondisi konstruksi dan aliran
air).

c) Air Bersih : data penyediaan air bersih (PDAM, sumur, PAH,


membeli dll), data air bersih dari PDAM (sumber air baku,
kapasitas, tingkat pelayanan, sambungan rumah, peta
jaringan, HU, program pengembangan jaringan), kualitas
air bersih (sumur, sungai, mata air dll), data lapangan
(jaringan dan jenis prasarana, debit, kondisi), dll.

d) Air Limbah : data sistem pembuangan air limbah (on site


sanitation, off site sanitation), data jenis prasarana, data
lapangan (jenis prasarana, jumlah, letak, kondisi), dll.

e) Limbah Padat/Sampah : jenis timbulan sampah (domestik,


non domestik), sistem pengelolaan (terorganisir, individu),
jenis dan jumlah prasarana (wadah, TPS, sarana
pengumpul dll), data lapangan (jenis prasarana, jumlah,
kapasitas, letak, kondisi), dll.

Bab 6 - 10
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

f) Listrik : data listrik dari PLN (kapasitas tersedia, peta


jaringan dan gardu listrik, skala pelayanan, tingkat
pelayanan, dll), jenis prasarana penerangan (listrik PLN,
lampu, sumber lain), data lapangan (jaringan listrik,
prasarana penerangan selain listrik, jumlah, kondisi), dll.

g) Telepon : data telepon dari PT. TELKOM (jaringan telepon,


skala pelayanan, tingkat pelayanan, dll), Jenis prasarana
telekomunikasi (SSt, telepon umum, wartel, dll), data
lapangan (rute jaringan, jenis, jumlah dan kondisi
prasarana).

5. Mitigasi
 Bangunan tahan gempa
 Sempadan dan ketinggian Bangunan
 Lokasi yang aman terhadap gempa
 Faktor-faktor penyebab banyaknya jatuh korban jiwa dari
warga desa
 Langkah-langkah penyelamatan warga desa pada saat
terjadi bencana.
 Rute dan arah penyelamatan
 Tempat dan fasilitas penyelamatan yang tersedia.

6. Pemetaan Lahan (Land Mapping)


 Jaminan hak kepemilikan lahan
Konfirmasi lokasi, ukuran, status, batas-batas, data
kepemilikan berdasarkan pemetaan sebelumnya (oleh YIPD
dan lain yang sudah melakukan pemetaan desa).
 Survey lapangan sebagai pengecekan lapangan, termasuk
mengumpulkan posisi koordinat, perubahan pemanfaatan
lahan, perubahan drainase, perubahan fitur-fitur topografis
dan informasi geografis lain yang berkaitan dengan
perencanaan desa.

Bab 6 - 11
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

D. Analisis (pra dan paska-tsunami)


Analisis ini dikonsentrasikan pada bagaimana dampak kerusakan
terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat,
ruang dan bentuk desa serta prasarana/utilitas, dan bagaimana
pandangan masyarakat mengenai rehabilitasi dan rekonstruksi
desa.
1. Review terhadap terhadap pelaksanaan dan kesesuaian
perencanaan desa yang akan dilakukan dengan Kebijakan,
Peraturan dan Perencanaan makro (Guidelines, RUTR,
RDTRK) yang dikeluarkan oleh :
 Pemerintah Pusat ( Nasional)
 Pemda
2. Kajian Kerusakan Desa
a) Analisis Sistem dan Struktur Ruang Desa :
1) Pola Desa :
 Pola dan komposisi perubahan-perubahan
permukiman
 Pola ruang berbasis ekonomi : desa nelayan, desa
pertanian, dll.
2) Sistem dan Struktur Otoritas Desa
Sistem dan struktur perubahan otoritas desa (Keuchik,
Tetua Adat, Tuha Peut, Panglima Laot, dll.)
3) Struktur Ruang Desa :
Perubahan struktur desa :
 Kerangka desa,
 Hirarki pusat desa, jalan, dll.
 Struktur ruang desa.
4) Integrasi desa dengan daerah sekitarnya
(desa/kecamatan/kota)
Aksesibilitas, jenis layanan transportasi, kegiatan sosial
dan ekonomi desa.

Bab 6 - 12
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

b) Analisis Tata Guna Lahan


 Perubahan tata guna lahan (lahan yang
terendam/tenggelam, terkontaminasi air laut, dl).
 Analisa kesesuaian lahan/ land suitability.
 Kebutuhan akan perumahan dan fasilitas berdasarkan
proyeksi pertumbuhan penduduk.
 Hubungan antara tata guna lahan dengan aktivitas
sosial ekonomi desa.
 Kelayakan teknis dan skema pembiayaan rehabilitasi
lahan budidaya.
 Preservasi lingkungan.

c) Analisis Prasarana dan Utilitas


 Tingkat kerusakan jaringan: terkoneksi, terputus.
 Tingkat kerusakan konstruksi: baik, rusak ringan, rusak
berat.
 Kualitas: baik, tercemar ringan, tercemar berat.

1) Jalan
 Kebutuhan hirarki jalan sehingga berdasarkan
penggunaan ruang dan kebutuhan jalur evakuasi
(escape road).
 Integrasi antara aksessibilitas kawasan dengan luar
kawasan dalam kaitan bangkitan pergerakan pada
kawasan.
 Analisis bangkitan, tarikan, kebutuhan lajur dan lebar
jalur.
 Perhitungan geometrik jalan.
 Perhitungan struktur jalan dan fasilitas jalan.

2) Drainase
 Analisis pemilihan sistem drainase:

Bab 6 - 13
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Sistem grafitasi, apabila muka lahan lebih tinggi


dari muka air banjir tertinggi sungai atau pasang
tertinggi laut.
 Sistem polder, digunakan apabila muka lahan
lebih rendah dari muka air banjir tertinggi sungai
atau pasang tertinggi laut.
 Analisis sistem jaringan drainase dan penanganan
dari genangan/banjir (lay out sistem jaringan
drainase):
 Dianalisis berdasarkan peta jaringan drainase,
sungai yang ada dan rencana blok plan kawasan
(desa).
 Konsep sistem dan jaringan drainase kawasan
(saluran tersier, sekunder, primer).
 Analisis hidrologi, untuk mengetahui intensitas dan
curah hujan.
 Analisis hydraulic, untuk mengevaluasi sistem
drainase agar mendapatkan lay out sistem serta
rincian dimensi dari tiap-tiap saluran.
 Perhitungan debit banjir dan dimensi saluran:
 Penentuan sistem yang akan digunakan, lay out
jaringan drainase (sungai, saluran drainase utama,
sekunder dan tersier).
 Penentuan catchment area setiap ruas saluran,
nilai run of Coeficient (C) berdasarkan tata guna
lahan tiap cacthmen area.
 Penentuan bentuk (dinding tegak, dinding miring,
pipa, dll) dan konstruksi yang digunakan
(pasangan batu, beton, tanah, dll)
 Perhitungan debit banjir dan dimensi saluran
drainase.

Bab 6 - 14
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

3) Air Bersih
 Analisis ketersediaan sumber dan debit air bersih dari
suplai PDAM atau potensi sumber air di kawasan
(mata air, sumur, sungai dll).
 Analisis kualitas air dari sumber yang tersedia.
 Analisis sistem pelayanan menggunakan jaringan
perpipaan PDAM atau menggunakan potensi sumber
air kawasan.
 Perhitungan tingkat kebutuhan air dan prasarananya
berdasarkan kebutuhan air/orang/hari dan debit air
yang tersedia.
 Standar kebutuhan air bersih.

4) Air Limbah
 Analisis penggunaan sistem pengelolaan air limbah
berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat,
kepadatan permukiman, kondisi lahan, air tanah.
 Perhitungan tingkat kebutuhan prasarana
berdasarkan sistem yang digunakan, jumlah
penduduk dan tingkat pelayanannya.
 Kriteria sistem pembuangan setempat (on site
sanitation)
 Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa/ha.
 Kepadatan antara 200-500 jiwa/ha masih
dimungkinkan apabila penduduk tidak
menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih
dan daya resap tanah memenuhi syarat (100-105
cm/det).
 Tersedia lahan untuk tangki septic dan peresapan.
 Tersedia truk tinja untuk penyedotan
 Kriteria sistem pembuangan limbah terpusat (off site
sanitation) :

Bab 6 - 15
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Kepadatan penduduk lebih dari 500 jiwa / ha


 Kepadatan penduduk antara 201- 500 jiwa masih
memungkinkan bila air tanah sudah tercemar,
sebagian besar penduduk menggunakan air tanah,
permeabilitas tanah jelek, penduduk mampu
membayar iuran.
 Cocok untuk daerah yang baru dibangun dan peka
terhadap lingkungan.
 Standar kebutuhan dimensi prasarana sanitasi.

5) Persampahan
 Analisis sistem pengelolaan persampahan, meliputi
organisasi dan manajemen, teknis operasional,
pembiayaan, peraturan maupun peran serta
masyarakat baik melalui penanganan terpusat
maupun setempat.
 Perhitungan timbulan sampah dan tingkat pelayanan
prasarana dan sarana persampahan (tong/bin, bak
sampah, TPS, gerobak sampah, kontainer, dll)
berdasarkan kondisi kawasan, jumlah penduduk,
jenis timbulan sampah dan tata guna lahan.
 Kriteria dasar perhitungan generasi (peningkatan)
sampah :
 Kota Metro/Besar = 3,25 lt/orang
 Kota Sedang = 2,75 - 3,25 lt/orang
 Kota Kecil = 2,5 - 2,75 lt/orang
 Desa = 2,5 lt/orang
 Kriteria Desain proyeksi prasarana dan sarana
persampahan :
 Bin 70 liter untuk jalan umum
 Gerobak 1 m3 = 200 KK/unit

Bab 6 - 16
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Tranfer Depo type II = 2.000


KK/unit
 TPS = 150
KK/unit
 Dump Truk Volume 6 - 8 m3 = 1.600 -
2.000 KK/unit

6) Listrik
 Analisis kebutuhan daya listrik domestik dan non
domestik
 Analisis jaringan listrik kawasan (jaringan tegangan
rendah / JTR, gardu distributor, jaringan tegangan
menengah / JTM).
 Analisis lay put jaringan kabel listrik dan penempatan
gardu listrik.
 Perhitungan jumlah pelanggan (domestik dan non
domestik)
 Kriteria dalam menentukan besarnya kebutuhan
listrik domestik meliputi :
 Perumahan besar : 1.300 watt.
 Perumahan sedang : 900 watt.
 Perumahan kecil : 450 watt.
 Standar kebutuhan beban listrik tiap sektor kegiatan
kawasan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel Standar Kebutuhan Beban Listrik Tiap Sektor Kegiatan


Kawasan
Kegiatan Kebutuhan Beban Satuan
Listrik
Perumahan 62 KVa / Ha
Pariwisata 66 KVa / Ha
Jasa Perdagangan 1200 KVa / Ha
Fasilitas Umum & sosial 150 Kva / Ha

Bab 6 - 17
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

7) Telepon
 Analisis didasarkan pada perhitungan jumlah pemohon
(demand) dan ketersediaan hardware dari PT. Telkom
selaku vendor utama.
 Kapasitas jaringan yang disediakan harus sesuai dengan
lokasi instalasi
 Analisis layout jaringan kabel telepon.
 Perhitungan tingkat kebutuhan prasarana telepon
berdasarkan perkiraan kebutuhan fasilitas telepon
digunakan asumsi :
 1 sambungan telepon dengan penduduk pendukung 10
jiwa
 1 sambungan pelayanan umum dengan penduduk
pendukung 100 jiwa

Tabel Standar Kebutuhan Fasilitas Telekomonikasi


No. Kegiatan Standar
1 Perdagangan dan jasa, Fasum, Fasos, 17 SST/ 100
Pemerintaahn dan Perumahan Penduduk
2 Industri, Pariwisata, Pergudangan. 1 SST/Kapling
( 0.5 Ha )
3  Wartel 30.000 pddk
 Kios Pon Sub/pusat Kegt
 Telepon Umum:
 Coin 1000 pddk.
 Kartu 1000 pddk.

d) Analisis Fasilitas Sosial-Budaya, Ekonomi, dan Peribadatan


 Kebutuhan eksisting dan prediksi kebutuhan masa depan
agar dapat mendukung kegiatan sosial, ekonomi,
budaya/religius masyarakat.
 Jenis, luas, dan jumlah fasilitas berdasarkan proyeksi
populasi baru.
 Aksesibilitas.
 Kebutuhan rehabilitasi bangunan.

e) Analisis Arsitektur Rumah dan Bangunan


 Pertimbangan jenis rumah berdasarkan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat (rumah-rumah inti).

Bab 6 - 18
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Tipologi dan morfologi bangunan Aceh untuk pertimbangan


perencanaan dan perancangan rumah.
 Nilai-nilai budaya setempat berkaitan dengan ruang
arsitektural dan bentuk bangunan.

f) Analisis Pembangunan Ekonomi


1) Berbasis ekonomi desa : “forward” dan “backward linkages”
 Analisis lokasi dan Aksesbilitas
 Analisis pasar
 Kajian kebutuhan peningkatan modal usaha dan pinjaman
 Kapasitas sumber daya manusia
2) Pertanian dan Perikanan
 Kualitas tanah dan air
 Intervensi teknologi yang sesuai
 Peralatan pertanian dan nelayan
 Kapasitas sumber daya manusia dan institusi
pemerintahan lokal
 Nilai-nilai budaya setempat
g) Analisis Peningkatan Kualitas Lingkungan Alami :
 Penyusunan profil lingkungan alami.
 Potensi alami berkaitan dengan mata pencaharian penduduk.
 Dampak kegiatan ekonomi terhadap keberlanjutan
lingkungan.
 Spesies vegetasi/pepohonan yang akan ditanam, sebagai
perlindungan terhadap gelombang tsunami maupun sumber
pendapatan penduduk.

h) Analisis Mitigasi Desa


1) Jalur Penyelamatan
 Mengkaji jalan-jalan eksisting yang dapat dijadikan jalur
penyelamatan (memperpanjang jalan eksisting,
membangun jalan baru, membuat tembusan untuk jalan
buntu)
 Estimasi ROW untuk jalur penyelamatan
 Kecepatan proses evakuasi
2) Daerah pengungsian, Bukit/Bangunan pengungsian,
Lapangan (Escape Area)

Bab 6 - 19
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Ukuran dan dimensi daerah pengungsian/bangunan atau


bukit pengungsian berdasarkan besarnya populasi.
 Lokasi dan aksesibilitas
 Perhitungan tinggi Bukit/ Tanah Lapang dan tempat
Pengungsian berdasarkan jarak dari garis pantai
3) Jalur Hijau
 Lokasi, kepadatan dan jenis vegetasi yang dipilih untuk
jalur hijau.
4) Peringatan Dini dan Kesadaran Masyarakat
 Mekanisme sistem peringatan dini
 Penyuluhan dan pendidikan formal
5) Peraturan Bangunan Tahan Gempa dan Tsunami
 Struktur dan konstruksi rumah
 Lokasi rumah
 Sempadan dan ketinggian bangunan rumah.

i) Pengkajian Kebutuhan Masyarakat (Community Need


Assessment)
Kebutuhan masyarakat jangka pendek dan menengah yang
mencakup semua aspek rekonstruksi. Kegiatan ini akan
dilaksanakan selama proses analisis melalui analisis partisipatori,
yaitu melalui analisis Sebab-Akibat, diskusi Focus-Group, dll.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, untuk program tindakan
yang sifatnya segera, kami akan mengkonsentrasikan pada
analisis :
 Kebutuhan masyarakat berkaitan dengan perumahan,
fasilitas desa dan prasarana:
 Kebutuhan akan rehabilitasi dan konstruksi baru
 Ukuran rumah, tipologi dan morfologi rumah, dll.
 Kebutuhan masyarakat berkaitan dengan pemulihan
ekonomi:
 Kebutuhan akan rehabilitasi pertanian dan perikanan
 Kebutuhan akan fasilitas pertanian dan perikanan, dll.
 Jaminan kepastian kepemilikan lahan

Bab 6 - 20
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

j) Analisis Pemetaan dan Kepemilikan Lahan


 Digitasi fitur-fitur topografis, pemanfaatan lahan dan status
lahan, serta batas administrasi.
 Menyusun layout peta, isi peta, dan rancangan peta dasar.
 Menyusun peta dasar digital.
 Layering data GIS
 Kemungkinan sertifikasi dan jaminan kepastian kepemilikan
lahan
 Konflik kepemilikan (ukuran, batas, kepemilikan, dll)
 Masalah-masalah dan potensi pemanfaatan lahan untuk
fasilitas publik (misalnya untuk daerah pengungsian gempa
bumi dan bukit pengungsian tsunami)

Berdasarkan gambar di atas, proses perancangan GIS adalah tahap


awal dari keseluruhan proses GIS termasuk pengumpulan data dari
berbagai sumber, baik kuantitas maupun kualitasnya. Karena data
GIS didasarkan pada distribusi ruang obyek-obyek di permukaan
tanah, maka sangat penting untuk mendapatkan data berupa peta
jadi dan peta tematik lain.

3. Konsep dan Skenario Perencanaan Desa


Tahap ini sepenuhnya berkaitan dengan partisipasi masyarakat.
Penduduk juga akan didorong bekerja sama dengan tim kami untuk
memformulasikan :
 Visi, misi dan konsep rehabilitasi dan rekonstruksi desa
 Skenario pembangunan ekonomi dan sosial setempat
 Planning brief rekonstruksi spasial
 Skema mitigasi desa
 Konsep preservasi alam dan lingkungan

4. Penyusunan Master Plan


a. Sinkronisasi Program
Sinkronisasi program yang sedang berjalan berkaitan dengan
rehabilitasi dan rekonstruksi antara BRR, pemda, NGO/donor.
b. Sistem Desa dan Rencana Struktur Ruang

Bab 6 - 21
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Rencana pembangunan ekonomi dan sosial setempat


 Perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, peternakan,
industri rumahan, kesetaraan jender, kerukunan
beragama, dll
 Sistem ruang ekonomi dan sosial
 Sistem ruang desa / kelurahan
 Rencana Struktur Ruang

c. Pemanfaatan Lahan untuk Rencana Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Desa
 Perumahan
 Fasilitas sosial ekonomi dan fasilitas umum lainnya.
 Fasilitas peribadatan
 Fasilitas pendidikan
 Fasilitas kesehatan
 Fasilitas olahraga
 Balai warga, dll.
 Perencanaan ruang dan fasilitas prasarana :
 Air bersih, Air Limabh
 Jalan
 Drainase
 Persampahan
 Utilitas :
 Listrik
 Komunikasi
 Rencana Rehabilitasi Lingkungan Alam
 Perikanan dan Perencanaan Pantai
 Pertanian
 Jaminan Kepastian Hak atas Lahan

d. Rencana Pembangunan Prasarana dan Utilitas


 Rencana sistem jaringan dan pengelolaan prasarana desa
 Rencana tingkat kebutuhan prasarana
 Peta jaringan dan rencana bangunan prasarana tipikal

Bab 6 - 22
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Rencana rehabilitasi/perbaikan prasarana yang rusak


akibat tsunami
 Rencana pembangunan dan perbaikan komponen-
komponen prasarana
 Rencana pembangunan komponen prasarana baru yang
sesuai dengan rencana sistem dan jaringan prasarana.

e. Rencana Rehabilitasi dan Preservasi Lingkungan


 Rencana rehabilitasi pantai
 Rencana rehabilitasi daerah tangkapan
 Rencana rehabilitasi dan konservasi bukit dan hutan
 Preservasi alam

f. Rencana Pembangunan Ekonomi Lokal


 Perdagangan dan Jasa
 Pertanian
 Perikanan

g. Rencana Mitigasi terhadap gempa dan tsunami :


 Penyiapan Bukit/Fasilitas Pengungsian (Escape
Hills/facilities) atau EH/F dalam lingkungan desa.
 Jalur evakuasi/pengungsian menuju EH/F dan SA
 Menerapkan Peraturan Bangunan Tahan Gempa
 Membuat jalur-jalur hijau di daerah desa
 Sistem peringatan dini
 Peningkatan kesadaran masyarakat

h. Geographical Information Sistem (GIS)


 Peta-peta GIS.
 Menampilkan data geografis baik spasial maupun non-
spasial

i. Program Rekonstruksi dan Indikasi Pembiayaan


 Perencanaan Pembangunan Desa
 Setiap daerah desa secara spesifik akan ditetapkan
dengan intervensi yang paling sesuai dan efektif antara
lain :

Bab 6 - 23
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Rehabilitation
 Up grading
 New development
 Resettlement
 Renewal
 Indikasi program dan skala prioritas, meliputi : biaya
pembangunan, pentahapan sesuai skala prioritas, aktor
pembangunan (Pemda, Donor dan lain, Masyarakat).

5.2.2. Pengukuran

Survey pengukuran terlebih dahulu dilaksanakan dengan mengkaji laporan


village planning untuk mengetahi gambaran lay out jalan maupun drainase
yang ada dan yang akan direncanakan. Setelah itu dilakukan peninjauan
lapangan dengan berpedoman pada data-data untuk : Mengecek
keberadaan BM, Mencocokan tata letak jaringan jalan, Mencocokan tata
guna lahan, Mencocokan batas-batas petak tersier, batas desa dan
sebagainya.

Pelaksanaan pengukuran meliputi sipat datar (long dan cross section


jaringan jalan dan drainase).
a. Pengukuran Polygon dan Panjang Jaringan
 Pengukuran polygon dilakukan dengan pengambilan titik ikat pada
Bench March (BM) terdekat.
 Patok poligon dipasang pada tiap jarak + 50 meter.
 Tiap sudut poligon diukur dengan universal Theodolite
 Pelaksanaan pengukuran sudut poligon dilakukan secara reliterasi,
yaitu sebanyak 2 seri untuk masing-masing sudut.
 Setiap akan memulai pengukuran, terlebih dahulu dilakukan
pengecekan Theodolite.
 Kesalahan penutup sudut tidak lebih dari n, dimana n adalah
banyaknya titik poligon.
 Semua sisi poligon diukur langsung secara pergi pulang.
 Kesalahan linier tidak lebih dari 1 : 5.000
 Perhitungan poligon dilakukan dengan metode Boudith.

Bab 6 - 24
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Koordinat poligon menggunakan sistem Universal Transver Mercator


(UTM)
 Azimuth poligon diperoleh dari hasil perhitungan 2 buah koordinat
GPS astronomi.
Dari uraian mengenai kerangka horisontal dapat disajikan hasil dari
pengukuran poligon sebagai berikut :
Analisis Pengukuran Sudut
Kesalah
Toleransi Kesimpulan
Jml.Titik an
No.Kri Loka Kesalahan mengenai
Poligon Penutup
ng si Penutup Pengukuran
(n) Sudut
Sudut 10‟‟n Sudut
(„‟)

Analisis hasil Pengukuran Jarak


Fx. Fx.
Ketelitian Toleransi
Jumlah d d
No. Pengukuran Kesalahan
Lokasi jarak sin cos Kesimpulan
Kring Jarak  fx Penutupan
(m)  
=fv2 / d Jarak=1/5.000
(m) (m)
b. Pengukuran Sifat Datar dan Kerangka Vertikal
 Sifat datar dan kerangka vertikal diukur dengan metode
waterpassing
 Jalur pengukuran waterpassing melalui semua patok poligon
 Pengukuran waterpassing dilakukan secara pergi pulang
 Setiap akan memulai pengukuran terlebih dahulu dilakukan
pengecekan alat.
 Rambu ukur yang dipakai memiliki interval skala 1 cm.
 Setiap pembacaan rambu dilakukan pada ketiga benang.
 Selisih antara jumlah beda tinggi hasil ukuran pergi terhadap
jumlah beda tinggi hasil ukuran pulang dalam setiap seksi tidak
lebih dari 8 mm d, dimana d adalah panjang seksi (satuan km).

Bab 6 - 25
DED GEDUNG SERBAGUNA LANUD

 Penghitungan ketinggian dilakukan secara berantai.


 Referensi ketinggian menggunakan titik Bench Mark (BM) yang
terletak didekat lokasi pekerjaan.

Bab 6 - 26

Anda mungkin juga menyukai