Anda di halaman 1dari 17

Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Program ” KOTA TANPA KUMUH ” atau disingkat KOTAKU merupakan


Program Penanggulangan dan Pencegahan Kekumuhan di lingkungan Perkotaan untuk
tingkat kawasan / lingkungan permukiman dengan penekanan khusus pada penataan
sarana lingkungan dan kualitas hunian yang direncanakan dan dibangun dengan
pendekatan kolaboratif antara bottom up approach (partisipasi masyarakat) dan top
down approach (partisipasi pemda dan stakeholders lainnya). Sebagai program
peningkatan dari program KOTAKU, prinsip-prinsip dasar KOTAKU, pendekatan
TRIDAYA dan good governance tetap dipertahankan keterpaduannya dengan tujuan
mewujudkan pembangunan berbasis komunitas (community based development) yang
berkelanjutan (sustainable). Untuk mewujudkan ”keberlanjutan” (sustainability)
pembangunan permukiman seperti yang diharapkan, dibutuhkan tiga syarat utama,
yakni :

 Perubahan perilaku (attitude);


 Pengelolaan masyarakat sendiri (self community management);
 Inovasi dan kreativitas masyarakat (enterpreneurship);

Berangkat dari latar belakang inilah perlu disusun suatu dokumen perencanaan
yang terintegrasi dan sinergi dengan program pemerintah berupa dokumen Rencana
Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) di wilayah pendampingan Program
KOTAKU yang ada di Kabupaten Bondowoso dengan mengacu aspek partisipatif
masyarakat. Dokumen pencanaaan ini nantinya dapat berfungsi sebagai pedoman
dalam penataan lingkungan permukiman di Kabupaten Bondowoso, terutama untuk
lingkungan permukiman di Desa Kembang, dengan tetap memperhatikan
keberlanjutannya sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan demi
terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Melalui rencana ini diharapkan
pertumbuhan dan perkembangan lingkungan permukiman yang tidak terkontrol dapat
dikendalikan sehingga menciptakan pola pembangunan yang berwawasan

I. 1
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, penanganan permasalahan kumuh juga


mendukung terwujudnya agenda pembangunan dunia mengenai pembangunan
berkelanjutan atau yang di sebut SDG’s. SDGs (Sustainable Development Goals)
adalah agenda pembangunan dunia mengenai pembangunan berkelanjutan yang
bertujuan untuk kesejahteraan manusia dan planet bumi. Di dalam SDGs terdapat 17
tujuan dengan 169 target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan.
Tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) antara lain :

1) TanpaKemiskinan,
2) Tanpa Kelaparan,
3) Kehidupan sehat dan Sejahtera,
4) Pendidikan Berkualitas,
5) Kesetaraan Gender,
6) Air bersih & Sanitasi layak,
7) Energi Bersih dan Terjangkau,
8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur,
10) Berkurangnya Kesenjangan,
11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan,
12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab,
13) PenangananPerubahan Iklim,
14) Ekosistem Lautan,
15) Ekosistem Daratan,
16) Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh dan
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

Melalui program KOTAKU, diharapkan mampu terjadi sinkronisasi untuk


mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s) antara lain yaitu :
1) Tanpa Kemiskinan,
2) Tanpa Kelaparan,
3) Kehidupan sehat dan Sejahtera
4) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dapat di wujudkan melalui
pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan (livelihood) dimana dilakukan
pengembangan ekonomi local dan menanggulangi permasalahan yang
menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga tercipta sebuah
pertumbuhan ekonomi lokal yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

I-2
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

5) Air bersih & Sanitasi layak dan

6) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan dapat diwujudkan melalui rencana


pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesui indikator yang
tercantum dalam Permen PU No. 02 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Kelurahan Dabasah sebagai penerima program KOTAKU diharapkan telah


memenuhi tiga syarat utama di atas, dikarenakan telah berproses dari masyarakat yang
digolongkan tidak berdaya menjadi masyarakat yang mandiri (menuju madani) seperti
saat ini. Dengan demikian, masyarakat diharapkan mampu mendukung transformasi
menuju masyarakat madani melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan
sinergi antara Pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat serta kegiatan
membangun kemitraan sebagai upaya untuk mengakses berbagai peluang dan sumber
daya yang dibutuhkan masyarakat.masyarakat melalui latihan-latihan (exercises)
perubahan prilaku / cara pandang ke arah yang lebih baik, berorganisasi, pemrograman
dan perencanaan kegiatan dan yang terakhir adalah latihan melakukan channeling.
Dengan modal sosial di atas, dalam program KOTAKU ini masyarakat Kelurahan
Dabasah diajak untuk berencana membangun tatanan kehidupan berdasarkan visi masa
depan yang dibangun bersama.

Program KOTAKU tidak hanya menghasilkan perencanaan Makro


(pengembangan lingkungan permukiman kelurahan) dan perencanaan Mikro (Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Prioritas berbasis Komunitas) namun juga
dilakukan Pemasaran Kawasan Prioritas yg telah memiliki RTBL berbasis komunitas.
RPLP (Rencana Penataan Lingkungan Permukiman ) akan berisi informasi dasar yang
terkait dengan aspek lingkungan seperti penataan ruang, pengelolaaan dan pengadaan
prasarana dan sarana lingkungan, kemudian aspek sosial berupa kondisi pelayanan
sosial masyarakat dan kelembagaan pelayanan public serta aspek ekonomi yang akan
menggali potensi dan komoditi ekonomi yang sejalan dengan kebutuhan prasarana
pendukung dan lembaga pengelolanya.

Sedangkan untuk dinas yang terkait (seperti: Dinas Tata Kota, Dinas Tata
bangunan dan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup/ BAPPEDALDA, BAPPEDA,

I-3
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

dsb) yang bertanggung jawab untuk pengembangan dan pengelolaan utilitas


kota/kabupaten dapat memberikan arahan dan masukan agar RPLP dapat
menghasilkan perencanaan tata ruang kelurahan/desa yang terintegrasi dan
berkesinambungan dengan sistem pengembangan infrastruktur atau jaringan utilitas
kota/kabupaten secara keseluruhan serta mampu menjadi bagian dari RPI2JM dan
RTBL dalam lingkup yang lebih luas.

Guna mengacu pada prinsip perencanaan berbasis komunitas atau buttom up


planning RPLP harus disepakati oleh warga masyarakat dan kesepakatan tersebut
disahkan oleh BKM, Fasilitator PLP, serta TA PLP. Sebelum disahkan oleh ketiga
pihak tersebut, RPLP perlu dikonsultasikan dengan Dinas Tata Kota, Bappeda dan
Dinas LH/Bappedalda untuk memastikan bahwa RPP tersebut telah selaras dan
terintegrasi dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan kota/kabupaten
secara keseluruhan dan untuk mengelola lingkungan secara baik.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

Secara umum disebutkan tujuan dari penyusunan RPLP (Rencana Penataan


Lingkungan Permukiman) adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat
yang harmonis dengan lingkungan hunian yang sehat, tertib, selaras, berjatidiri dan
lestari. Dengan tujuan khusus yang akan diwujudkan: Masyarakat yang sadar akan
pentingnya tinggal di permukiman yang tertata selaras dengan ling- kungan yang lebih
luas dan tanggap bencana, Masyarakat yang berbudaya sehat, bersih, dan tertib
pembangunan Masyarakat yang mampu secara kreatif dan inovatif melakukan
perencanaan, dan pengelolaan pembangunan lingkungan permukiman mereka. Tata
kelembagaan kelurahan yang efektif dan efisien dalam menerapkan tata
kepemerintahan yang baik (good governance). Adapun maksud dan tujuan dilakukan
kajian Rencana Penatan Lingkungan Permukiman (RPLP) adalah:

1.2.1 TUJUAN

Tujuan kegiatan penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman


(RPLP) Kelurahan Dabasah adalah mereview kembali dokumen rencana
penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman kelurahan sebagai bagian dari

I-4
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

peningkatan kualitas lingkungan permukiman bagi kawasan permukiman kumuh


kelurahan yang berbasis pada tujuan pembangunan dunia yang berkelanjutan (SDGs)
. Tujuan dari kegiatan ini dapat diterjemahkan sebagai perbaikan dalam menyusun
strategi dan skenario penanganan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh
dengan peningkatan kapasitas pada tataran operasional/implementasi melalui cara
pemberdayaan/ perkuatan yang lebih komprehensif dan terintegrasi kepada seluruh
pelaku (stakeholders) yang juga merupakan bentuk upaya perwujudan tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs.) dan juga Mendukung target Pemerintah Untuk
tercapainya pembangunan Berkelanjutan (SDG’S) sesuai amanah Perpes no 59 tahun
2017 tentang PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN

1.2.2 SASARAN

Sasaran kegiatan penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman


(RPLP) kelurahan Penanggungan adalah menghasilkan suatu dokumen rencana
penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman kelurahan sebagai bagian dari
peningkatan kualitas lingkungan permukiman bagi kawasan permukiman kumuh
kelurahan. Sasaran dari kegiatan ini dapat diterjemahkan sebagai penyusunan strategi
dan skenario penanganan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh dengan
peningkatan kapasitas pada tataran operasional/implementasi melalui cara
pemberdayaan/ perkuatan yang lebih komprehensif dan terintegrasi kepada seluruh
pelaku (stakeholders) dan mampu menjawab permasalahan sesuai tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs.)

1.3 LINGKUP KEGIATAN

1.3.1 RUANG LINGKUP WILAYAH

Ruang Lingkup wilayah dari penyusunan Rencana Penataan Lingkungan


Permukiman (RPLP) ini adalah Kelurahan Dabasah dengan luas 99,597 Ha yang
terdiri dari 8 RW dan 33 RT. Sedangkan, secara spasial untuk lokasi kegiatan
penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) berada di kawasan
permukiman kumuh yang tersebar di Kelurahan Dabasah sesuai SK Bupati
Bondowoso Nomor: 188.45/510/430.6.2/2016. tentang Penetapan Lokasi

I-5
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Bondowoso.


Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Dabasah tersebut ada di kawasan Gang
Cinta yaitu di RW009 meliputi RT037, RT038, RT039, RT040 juga di kawasan
Kampung Templek RW006 meliputi RT025, RT026, RT027; RW007 meliputi
RT028, RT029, RT030 total luasan lokasi kawasan kumuh di kelurahan Dabasah
sesuai SK Kumuh tahun 2016 yaitu ±14,43 Ha

1.3.2 RUANG LINGKUP KAJIAN

Ruang lingkup kegiatan dari penyusunan Rencana Penataan Lingkungan


Permukiman (RPLP) ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat (LKM, TIPP,
Relawan, dll) desa/kelurahan, dan konsultan pendamping;
2. Merumuskan visi dan misi permukiman oleh masyarakat desa/kelurahan
yang tetap diintegrasikan dengan visi dan misi pemerintahan di tingkat
desa/kelurahan ataupun kabupaten/kota;
3. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan masalah pada kondisi
eksisting desa/kelurahan terkait lingkungan permukiman;
4. Menyusun konsep, strategi, dan rencana aksi penanganan penataan
lingkungan permukiman desa/kelurahan yang tetap diintegrasikan dengan
kebijakan-kebijakan di tingkat desa/kelurahan ataupun kabupaten/kota;
5. Mengkonsultasikan dan mensosialisasikan perencanaan penanganan
penataan lingkungan permukiman desa/kelurahan;
6. Melegalkan dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
tingkat desa/kelurahan hingga diakui pada tingkat kota/ kabupaten.
7. Mampu menjawab permasalahan sesuai tujuan pembangunan berkelanjutan
(SDGs.)

I-6
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

 Tahap Persiapan
- Menyiapkan Data ; Output
 Kesiapan Peta Dasar Dan Peta Sebaran Kumuh
 Dokumen-Dokumen Kebijakan Tata Ruang Dan Perencanaan
Permukiman Kota
- Memetakan Narasumber ; output

I-7
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

 Memetakan Kebutuhan Narasumber Dari Pemerintah Desa, Masyarakat


Dan Praktisi
 Organisasi Waktu Dan Kegiatan
- Persiapan Dan Pemantapan Rencana Kerja
- Penyusunan Desain Survey Dan Format Kegiatan
 Tahap Kajian Kebijakan
- Mendiskusikan Gambaran Umum Desa/Kelurahab ; output :
 Mengkaji Kondisi Kota Dari Aspek Geografis, Demografis, Topografis,
Sosial Ekonomi Budaya Dan Kebencanaan
- Memahami Kebijakan Kota ; output :
 Mengkaji Semua Aspek Kebijakan Dan Aturan Pemda Yang Ada Dalam
Dokumen-Dokumen Kota Seperti Rtrw, Rdtrk, Ssk, Rp3kp Dll
 Tahap Mengkaji Profil Permukiman Kumuh desa/kelurahan ; Output
- Mempelajari Fenomena Kumuh desa/kelurahan ; Output: Mengkaji
Sebaran Lokasi Kumuh Dan Lokasi Berpotensi Kumuh , Menyimpulkan
Akar Masalah Dari Penyebab Kekumuhan Permukiman desa/kelurahan.
 Tahap Konsep Penanganan dan Pengembangan ; Output
- Memahami deliniasi skala kawasan (klastering kawasan Kota) yang
terdapat di Kelurahan/Desa
- Memahami tema kawasan yang masuk clustering dan yang tidak masuk
clustering
- Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan permukiman di setiap RT
lokasi kumuh yang masuk clustering kota dan atau yang tidak masuk
clustering kota
- Merumuskan kebutuhan pengembangan kawasan permukiman umuh
- Merumuskan skenario penangan dan pengembangan dari kawasan kumuh
 Tahap Menyusun RENCANA AKSI ; Output
- Merumuskan kebutuhan berdasarkan visi dan permasalahan singkron
dengan kegiatan kawasan perencanaan tingkat kota.
- Merumuskan desain teknis skala lingkungansinkron dengan skala kawasan
/ kota di kawasan perencanaan terpilih

I-8
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

- Merumuskan kesepakatan dan rencana aksi penanganan kumuh di kawasan


prioritas termasuk didalamnya indikasi program dan kegiatan skala
lingkungandengan sumber pembiayaan kolaborasi
 Uji Publik ; Output
- Melakukan uji publik hasil perencanaan penanganan kumuh
tingkat kelurahan sinergi dengan perencanaan kumuh kota.

1.4 METODOLOGI

Metodologi pelaksanaan penusunan dokumen RPLP adalah berbasis


masyarakat. Artinya bahwa perencanaan wilayah melibatkan peran serta masyarakat
secara penuh, mulai dari penguatan dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam
perencanaan, penggalian data hingga perencanaan wilayah.

Alur kegiatan penyusunan Dokumen RPLP adalah sebagai berikut :

I-9
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

1. Sosialisasi awal (SOSWAL) dan Rembuk Kesiapan Masyarakat (RKM)


Program KOTAKU yang menghasilkan :
- Relawan dan sosialisasi;
- Pembentukan dan penguatan TIPP.

2 Membangun visi dan misi dan FGD RPK (7 + 1 indikator ) di tingkat


desa/kelurahan. Yang bertujuan untuk menggugah olah rasa dan pola pikir
tentang kondisi di wilayah Desa/Kelurahan

3 Penyiapan Tim PS
Proses penyiapan tim PS (Pemetaan Swadaya) ini meliputi :
1. Penggalangan relawan dan pembentukan Tim PS
2. Penguatan Tim PS melalui pelatihan dan bimbingan

I - 10
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

3. Penyiapan instrumen survei


4 Analisa Hasil Kajian 5 Tematik;
5 Penyusunan Konsep dan Strategi Penanganan;

6 Rencana Aksi
1.4.1 Metode Pendekatan
Metode pendekatan dari penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman (RPLP) ini adalah sebagai berikut :

1. Strategic Planning
Perencanaan yang pembuat keputusan adalah masyarakat dan pihak-pihak
terkait (stakeholder) yang dibantu oleh para ahli perencana sebagai fasilitator proses,
dengan tingkat komprehensivitas mencakup pengkajian seluruh aspek, bukan hanya
pada isu-isu strategis saja yang ditangani, dimana hasilnya berupa rencana secara
menyeluruh tidak hanya fisik yang juga memperhitungkan ketersediaan sumber daya.
Perencanaan ini memuat beberapa aspek sebagai berikut :
a. Perumusan visi dan misi;
b. Pengkajian lingkungan eksternal;
c. Pengkajian lingkungan internal;
d. Perumusan isu-isu strategis;
e. Penyusunan strategi penanganan.
Dalam penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) ini
menggunakan pendekatan strategis yang mengarah pada pencapaian visi dan misi
permukiman yang telah dirumuskan terlebih dahulu yang selanjutnya didukung
dengan pengkajian pada lingkungan internal maupun ekternal serta perumusan isu-isu
strategis terkait lingkungan permukiman dan kemudian dilakukan penyusunan
strategi penangananganya.

2. Participatory Planning
Perencanaan yang pembuat keputusan adalah masyarakat dan pihak-pihak
terkait (stakeholder) yang bila diperlukan dapat dibantu oleh para ahli perencana
sebagai fasilitator proses, dengan tingkat komprehensivitas, proses, dan hasilnya
terserah pada kesepakatan atau bisa mengikuti proses strategic planning.

I - 11
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional menjelaskan bahwa perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan, terutama
masyarakat yang diposisikan sebagai subyek pembangunan. Pelibatan masyarakat
tersebut dimaksud untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki, serta
untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana
pembangunan. Dalam penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
(RPLP) ini menggunakan pendekatan partisipatipatif yang melibatkan berbagai pihak,
terutama masyarakat yang dibutuhkan perannya paling besar, sehingga nantinya
perencanaan berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat itu sendiri.

3. Integrated Planning
Perencanaan yang mengandung uraian secara menyeluruh yang terpadu dengan
perencanaan yang sudah ada sebelumnya. Perencanaan ini memuat beberapa aspek
sebagai berikut.
a. Penerapan perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan;
b. Pengefektifan perencanaan pada tataran sektor atau di lingkungan pemerintah
daerah;
c. Sinkronisasi perencanaan nasional maupun perencanaan regional;
d. Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran.
Dalam penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) ini
menggunakan pendekatan integrasi dengan maksud seluruh tahapan dalam
perencanaan ini dalam perumusan visi dan misi permukiman ataupun dalam
penyusunan rencana kegiatan harus diintegrasikan dengan kebijakan-kebijakan yang
telah ada sebelumnya, pada tingkatan kabupaten/kota hingga desa/kelurahan.

1.4.2 Metode Pengumpulan Data


Penggalian data Primer :
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil survei primer, di
mana survei primer adalah survei yang dilakukan secara langsung dalam
memperoleh data. Metode yang dapat dilakukan dalam survei primer adalah
menggunakan metode wawancara, penyebaran kuisioner atau melihat kondisi

I - 12
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

eksisting secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari survei primer
antara lain jumlah sarana prasarana, kondisi fisik bangunan, tata guna lahan,
kondisi permukiman, garis sempadan, kepadatan bangunan, keteraturan
bangunan, jumlah lantai dan ketinggian bangunan, sistem jaringan jalan
(Transportasi), sistem jaringan drainase, sistem jaringan air bersih/ air minum,
persampahan, karakteristik perekonomian ( Ekonomi Unggulan ) , potensi dan
permasalahan terkait data-data tersebut dan sebagainya.

Penggalian data Sekunder :


Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil survei
sekunder. Survei sekunder adalah survei yang dilakukan untuk memperoleh
data-data berupa dokumen tertulis yang diperoleh dari instansi-instansi maupun
lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan untuk
mendukung proses pengolahan data dalam perencanaan. Data sekunder dapat
berupa :
1. RTRW Kabupaten Bondowoso;
2. RDTRK Kecamatan Bondowoso;
3. Kependudukan meliputi data demografi, mata pencaharian, sosial,
budaya tahun 2013, 2014, 2015;
4. RISPAM Kabupaten Bondowoso;
5. Masterplan PERSAMPAHAN Kabupaten Bondowoso;
6. Dokumen SSK Kabupaten Bondowoso.

1.4.3 Metode Analisa


1. Analisa 5 (lima) kajian tematik yaitu :
a. Daya Dukung Daya Tampung
- Perbandingan eksisting dengan standart daya dukung lahan (untuk melihat
kondisi sekarang apakah terlampaui atau tidak) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

I - 13
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

Keterangan :
1. Konsumsi lahan minimal adalah standart kebutuhan lahan paling minimal, jadi
asumsinya bila jumlah penduduk adalah 10.000 atau dibawah 10.000 maka
kebutuhan lahan minimal adalah 0,1;
2. Jika luas lahan RT dibagi jumlah penduduk hasilnya adalah dibawah 0,1 maka lokasi
tersebut terlampaui kepadatanya (negatif);
3. Jika luas lahan RT dibagi jumlah penduduk hasilnya adalah diatas 0,1 ha maka lokasi
tersebut belum terlampaui kepadatanya/masih bagus (positif)

- Prediksi jumlah pendudukan sampai lima tahun kedepan, proyeksi penduduk


dengan (metode eksponensial) dengan rumus di bawah ini :

Model Eksponensial
Pt  Po(1  r ) n

Dimana :
Pt : Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po : Jumlah penduduk pada tahun awal
r : Tingkat pertambahan rata-rata pertahun (%)
n : Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar

b. Sarana dan Prasarana


Teknik Kajian :
1. Analisa Proyeksi
Perbandingan kebutuhan dengan ketersediaan, Analisa proyeksi kebutuhan
sarana dan prasarana 5 tahun kedepan. Analisa kebutuhan fasilitas dilakukan

I - 14
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

untuk menentukan jenis dan jumlah fasilitas dan luas tanah yang dibutuhkan
untuk masing-masing fasilitas. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan SNI 03-
1733-1989, berikut ini ketentuan jumlah fasilitas yang dibutuhkan pada
masing-masing jenis fasilitas :
1. Fasilitas Perumahan
Dengan penduduk pendukung sekitar 5 jiwa/KK. Tipe rumah yang
diprediksikan dibedakan menjadi 3 macam yaitu tipe besar, sedang dan kecil
dengan perbandingan 1 : 3 : 6 dari jumlah rumah keseluruhan yang
direncanakan.
2. Fasilitas Pendidikan
Untuk tingkat taman kanak-kanak (TK) penduduk pendukungnya sekitar
1.250 jiwa, sekolah dasar (SD) 1.600 jiwa, sekolah menengah lanjutan
pertama (SMP) 4.800 jiwa, sekolah menengah atas (SMU/SMK) 4.800 jiwa.
3. Fasilitas Kesehatan
Untuk jenis posyandu 1250 jiwa, balai pengobatan 2.500 jiwa,
BKIA/Klinik Bersalin 30.000 jiwa, puskesmas pembantu 30.000 jiwa,
apotik 30.000 jiwa, praktek dokter 5.000 jiwa, rumah sakit 240.000 jiwa.
4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Untuk warung 250 jiwa, toko 250 jiwa, pasar 30.000 jiwa, bengkel dan
servis 1000 jiwa.
5. Fasilitas Olah Raga dan Rekreasi
Untuk taman bermain anak 250 jiwa, Taman skala dusun 2.500 jiwa,Taman
skala desa 30.000 jiwa, lapangan sepak bola 3.000 jiwa dan lapangan bola
voli 1.500 jiwa.
6. Fasilitas Pemerintahan/Umum
Untuk balai pertemuan 2.500 jiwa, pos hansip 2.500 jiwa, kantor
desa/kelurahan 30.000 jiwa, MCK 25 KK atau 150 Jiwa.
7. Fasilitas Peribadatan
Untuk musholla 250 jiwa, masjid dusun 2.500 jiwa, masjid desa 30.000
jiwa.
8. Analisa identifikasi pola pergerakan aktifitas masyarakat dalam pemanfaatan
sarana dan prasarana;

I - 15
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

9. Mengidentifikasi potensi dan masalah sarana dan prasarana;


10. Pemetaan permasalahan dan sarana pelayanan sarana.

2. Tata Guna Lahan


Analisa tata guna lahan antara lain :
1. Mengidentifikasi kecenderungan perubahan penggunaan lahan;
2. Identifikasi dan pemetaan permasalahan penggunaan lahan, kepadatan dan
keteraturan bangunan, faktor penyebabnya.

3. Sosial Ekonomi
1. Analisa Sosial Kependudukan
a. Identifikasi mata pencaharian penduduk;
b. Identifikasi penduduk MBR dan Non MBR;
c. Identifikasi kelembagaan ;
d. Pemetaan permasalahan kependudukan;

2. Analisa Ekonomi
a. Analisa pola pergerakan penduduk ( dari sisi perekonomian );
b. Identifikasi potensi dan permasalahan ekonomi unggulan;
c. Pemetaan permasalahan ekonomi;

4. Resiko Bencana
Analisa resiko bencana antara lain :
1. Identifikasi permasalahan bencana, faktor penyebab dan solusi permasalahan;
2. Pemetaan resiko bencana;

5. Super Impose
Analisa Super Impose bertujuan untuk menentukan lokasi prioritas
penanganan dengan menggunakan 5 (lima) variabel :
1. Daya Dukung dan Daya Tampung;
2. Sarana dan Prasarana;
3. Tata Guna Lahan;

I - 16
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman SDGs

Kelurahan Dabasah 2020

4. Sosial Ekonomi;
5. Resiko Bencana.

Dengan memetakan permasalahan lima variabel di atas selanjutkan dilakukan


super impose/metode overlay maka akan di dapat lokasi dengan permasalahan
terbanyak yang selanjutnya akan menjadi lokasi perioritas penanganan.

1.5 OUTPUT KEGIATAN

Tersusunnya alternatif konsep penanganan permukiman (pemugaran, peremajaan dan


permukiman kembali/relokasi) sesuai visi/gagasan/cita-cita masyarakat dan sesuai
dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs)

I - 17

Anda mungkin juga menyukai