ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui proses mediasi yang dilakukan oleh
Brimob Polda Jabar dalam menyelesaikan kasus perceraian. Metode penelitian
menggunakan metode deskriptif yang analisisnya dilakukan secara kualitatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan praktek
lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksaan proses mediasi ini
menggunakan saluran hirarki yakni sesuai urutan tingkatan atau jenjang jabatan
serta diberikan tiga kali kesempatan untuk melaksanakan sidang mediasi yang
setiap tahapannya terdapat jeda waktu tiga bulan. Kegagalan mediasi dikarenakan
tidak adanya keinginan dari kedua pihak untuk memperbaiki, penghambat
dikarenakan kurangnya fasilitas sarana prasarana yang memadai dan faktor
pendukung dipengaruhi dengan adanya Perkap No. 9 Tahun 2010 telah mengatur
perihal nikah,talak,cerai dan rujuk. Dengan menggunakan konseling keluarga
tingkat keberhasilan mediasi dapat menunjukan hasil yang lebih optimal, banyak
pasangan memilih untuk rujuk kembali.
Kata Kunci : Mediasi Perceraian; Polisi; Konseling; Keluarga.
ABSTRACT
This paper aims to find out the mediation process carried out by the West Java Police Mobile
Brigade in resolving divorce cases. The research method uses descriptive methods whose analysis
is done qualitatively. Data collection techniques carried out by observation, interviews, and field
practice. The results showed that the implementation of the mediation process uses a hierarchical
channel that is in the order of the level or level of position and is allowed three times to carry out
a mediation session at each stage there is a three-month interval. The mediation failure was due
to the lack of willingness from both parties to improve, the obstacle was due to the lack of adequate
infrastructure and the supporting factors were influenced by Perkap No. 9 of 2010 has arranged
regarding marriage, divorce, divorce, and reconciliation. By using family counseling the mediation
success rate can show more optimal results, many couples choose to reconcile.
Keywords: Divorce Mediation; Police; Counseling; Family.
Diterima: Januari 2020. Disetujui: Februari 2020. Dipublikasikan: Maret 2020. 77
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
PENDAHULUAN
Pada awalnya pihak kesatuan Brimob memberikan bimbingan dan nasehat kepada
kedua calon mempelai, untuk memahami tugas dan tanggungjawab masing-
masing sebagai pasangan anggota Brimob. Namun jika tengah perjalanan bahtera
rumahtangga terdapat pasangan yang berkonflik hingga mengarah keperceraian
maka bimbingan dan nasehat akan diberikan kembali melalui sidang mediasi.
Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang tepat, efektif,
dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk memperoleh
penyelesaian yang memuaskan serta berkeadilan (Pasal 1 Perma Nomor 1 Tahun
2016).
Permasalahan keluarga yang sering muncul didalam keluarga anggota
Brimob diantaranya berasal dari faktor eksternal dan internal. Adapun faktor
eksternal permasalahan keluarga berasal dari pengaruh keadaan luar, seperti ikut
campur keluarga besar baik dari pihak suami maupun pihak istri kedalam
perjalanan rumah tangga anggota, tugas-tugas berat menjadi tekanan tersendiri
yang dirasakan oleh anggota. Sedangkan untuk faktor internal permasalahan
keluarga timbul dari perilaku individu itu sendiri, seperti halnya kemampuan
manajemen qolbu dalam menjaga prilaku dan kesetiaan pada pasangan.
Pengelolaan keuangan yang kurang bijak dilakukan oleh istri atau suami, dengan
mengikuti gaya hidup mewah yang tidak seimbang dengan penghasilan yang
didapat suami, contohnya berbelanja barang yang dianggap tidak terlalu
dibutuhkan mencerminkan sikap pemborosan ataupun membeli barang-barang
yang bernilai beli mahal sehingga diluar jangkauan penghasilan bulanan. Selain itu
ada juga kasus yang sering terjadi yakni perselingkuhan, baik dilakukan oleh pihak
suami maupun pihak istri.
Jika permasalahan keluarga tersebut sudah tidak dapat diselesaikan lagi oleh
pasangan suami istri itu sendiri dan keluarga, maka otomatis akan berkembang
menjadi sebuah konflik rumah tangga besar dan berkelanjutan hingga terjadi
pelaporan ke pihak kedinasan Satuan Brimob dan dibutuhkan pihak ketiga sebagai
pihak mediator, diantaranya pihak Bimrohtal sebagai penasehat keagamaan,
Provost sebagai Penindakan peraturan, Komandan sebagai pertanggungjawaban
atas tindakan yang dilakukan anggotanya, dan Renmin pencatatan hasil dan
dokumentasi.
Cara mediasi Brimob Polda Jabar dengan menyelesaikan sengketa melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu
oleh mediator dengan menggunakan pendekatan teknik konseling keluarga.
Konseling Keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga untuk
mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya,
melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan
perilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula
78 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
terhadap anggota keluarga lainnya. Cara komunikasi yang digunakan mediator
Brimob Polda Jawa Barat menggunakan beberapa teknik konseling keluarga,
diantaranya teori konseling psikoanalisa, teori konseling client centered dan teori
konseling gestalt, Teknik mendengar seluruh keluh kesah yang dirasakan dari
masing-masing pihak, sehingga hasil yang didapat memandang dinamika
kepribadian manusia, perkembangan kepribadian, kesadaran dan ketidaksadaran,
ciri komunikasi ini bisa diklasifikasikan kedalam teori konseling psikoanalisa.
Teknik client centered digunakan pula untuk membantu anggota yang
bermasalah dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan dan memecahkan
masalah, mengembangkan kepribadiannya secara menyeluruh serta memiliki
kemampuan untuk memecahkan permasalahannya sendiri. Teknik lain yang
digunakan yakni teori gestalt dimana dengan terbentuknya kepribadian klien
secara menyeluruh, klien dapat menyadari sepenuhnya kelebihan dan kelemahan
dirinya sehingga klien tidak akan lagi tergantung pada orang lain, tetapi ia dapat
berdiri sendiri dan menentukan pilihannya sendiri sekaligus mampu mengemban
tanggung jawab. Hal inilah yang akan membantu pasangan yang berkonflik untuk
menemukan sumber permasalahan.
Setelah diketahui sumber dari konflik keluarga tersebut, maka pihak satuan
akan memberi beberapa jalan keluar untuk tetap mempertahankan hubungan
perkawinan pasangan tersebut. Jalan keluar yang diberikan pun sesuai dengan
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi, oleh karena itu mayoritas anggota
Brimob yang mengajukan permohonan perceraian pada akhirnya akan memilih
rukun kembali karena dirasa akar dari permasalahan sudah dapat diselesaikan.
Namun jika jalan keluar yang diberikan kepada pasangan tetap tidak
menyelesaikan permasalahan maka keputusan akhir yakni menerbitkan surat
permohonan cerai yang dirujukkan ke Polda Jawa Barat sehingga proses
selanjutnya akan di lakukan oleh pihak psikologi Polda Jabar.
Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah
dengan rumusan masalah: Bagaimana tahapan mediasi yang dilakukan oleh Mako
Satuan Brimob Polda Jawa Barat? Bagaimana upaya mediator dalam memediasi
keluarga yang akan bercerai di Mako Satuan Brimob Polda Jawa Barat? Apa faktor
penghambat dan faktor pendukung mediasi di Mako Satuan Brimob Polda Jawa
Barat dalam menanggulangi kasus perceraian? Bagaimana hasil pencapaian
mediasi sebagai proses konseling keluarga yang dilakukan oleh Mako Satuan
Brimob Polda Jawa Barat dalam menanggulangi kasus perceraian?
Penelitian tentang konseling keluarga pernah dilakukan oleh; Pertama,
penelitian dilakukan oleh Sumarwiyah Sumarwiyah, Edris Zamroni, dan Richma
Hidayati (2015) dengan judul Solution Focused Brief Counseling (SFBC)” Alternatif
Pendekatan dalam Konseling Keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan
dalam keluarga seringkali ditimbulkan oleh salah satu anggota keluarga sehingga
pendekatan bimbingan difokuskan pada anggota yang bermasalah tersebut. Kedua,
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 79
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
LANDASAN TEORITIS
Perceraian adalah berpisahnya dua orang insan (antara laki-laki dan perempuan)
yang sebelumnya sudah ada perjanjian atau akad nikah (Sulaiman Rasjid, 1996:
401). Ketika pasangan suami istri merasa jenuh atau bosan saat menjalani
kehidupan rumah tangganya niscaya hal tersebut merupakan pertanda awal dari
kegagalan rumah tangga, kejenuhan yang dikaitkan dengan sejumlah persoalan
80 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
yang bermacam-macam dapat melemahkan hubungan keluarga dan hubungan
suami istri serta membukakan pintu untuk hal-hal yang negative seperti perceraian
(Butsainah, As-Sayyid Al-Iraqi, 2005: 86).
Islam hanya mengijinkan perceraian kerena tidak ada jalan lain untuk keluar
dari lingkaran ketegangan yang terus menerus dalam rumah tangga. Lagi pula
sesudah dipertimbangkan bahwa bercerai itulah jalan yang terbaik bagi mereka
dari pada terus menerus hidup dalam perselisihan, dalam konflik keluarga, yang
hidup membara kalbu dalam suatu rumah tangga (Yayan Sopyan, 2012: 173).
Walaupun dalam ajaran islam ada jalan penyelesaian terakhir yaitu perceraian,
namun perceraian adalah suatu hal yang meskipun boleh dilakukan tetapi sangat
dibenci Allah SWT (satria effendi, 2004: 96). sesungguhnya pada hakikatnya
masalah yang dialami oleh manusia adalah wujud cobaan dan ujian dari Allah
untuk menguji keteguhan iman dan kesabaran umat manusia. hal ini sudah jelas
di dalam Al-Qur'an yakni QS Al-Baqarah ayat 155
َّ َٰ ت َوبَش ِِر ٱل
َصبِ ِرين ٖ َولَن َۡبلُ َونَّكُم بِش َۡي ٖء ِم َن ۡٱلخ َۡوفِ َو ۡٱل ُجوعِ َون َۡق
ِ ِۗ ص مِنَ ۡٱۡل َ ۡم َٰ َو ِل َو ۡٱۡلَنفُ ِس َوٱلث َّ َم َٰ َر
١٥٥
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar” (Depag, 2012: 22)
Berdasarkan ayat diatas sudah jelas bahwa sesungguhnya Allah memberikan
cobaan kepada manusia baik dari segi sosial, ekonomi, politik dan psikologi yang
dapat membawa pengaruh besar didalam keluarga. sehingga manusia dituntut
untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan berbagai potensi
secara optimal, agar dapat menyelesaikan masalah yang terjadi didalam keluarga,
maka diperlukan pihak ketiga (mediator) yang dapat memberikan nasehat dan
pembinaan. Pihak ketiga ini bisa berasal dari tokoh masyarakat, tokoh agama,
konselor, psikiater, atau bahkan diperoleh dari lembaga pemerintahan yang
berwenang dan bertugas dalam pembinaan keutuhan rumah tangga.
Mediator dapat kita temukan disegala tempat, keluarga, sahabat,
guru/ustadz, atau pada instansi Kepolisian perihal mediator pada mediasi
memiliki peraturan tersendiri, yakni mengacu pada Peraturan Kapolri (Perkap)
Nomor 9 tahun 2010 tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR) yang
didalamnya telah diatur pejabat yang berwenang dan memberikan izin serta tata
cara nikah, talak, cerai, dan rujuk.
Mediasi berasal dari bahasa latin, Mediare yang berarti berada ditengah.
makna ini menunjukan pada peran yang ditapilkan pihak ketiga sebagai mediator
dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para
pihak (Abbas, 2009: 1-2). Dengan adanya mediasi maka upaya damai sebagai
building block penting sebelum perceraian benar-benar terjadi menjadi semakin
kokoh (http://mediator-anggoro.blogspot.com/2012/03/mediasi-keluarga-dan-
tantangannya-bagi_html. pd Jum'at, 29 November 2013 00.30).
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 81
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 83
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
dan harus dilaksanakan oleh setiap anggota, karena Brimob memiliki visi dan misi
“Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan”. Melalui motto pengabdian itu diharapkan
anggota Brimob Polri dapat memahami tugas-tugas yang diembannya serta
terpatri dalam dirinya nilai-nilai kemanusiaan untuk diinternalisasikan dan
diimplementasikan sebagai pedoman hidup dalam rangka pengabdiannya kepada
bangsa dan negara.
Oleh karenanya, dalam setiap penugasan Brimob, arahnya semata-mata
untuk kepentingan masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan di depan
hukum. Oleh karena itu dalam kehidupan pribadi masing-masing personel
diberikan hak dan kesempatan untuk membangun hubungan rumah tangga
dengan pasangan yang telah dipilih agar dapat memberikan kebahagiaan dan
ketenangan dalam menyeimbangkan hidupnya. Namun sehubungan dengan hal
tersebut banyak pasangan yang tidak dapat memahami tugas suami sebagai
anggota, jika berkelanjutan maka menimbulkan suatu permasalahan didalam
keluarga.
Permasalahan yang sering muncul didalam keluarga anggota Brimob
diantaranya berasal dari faktor eksternal dan internal. Adapun faktor eksternal
permasalahan keluarga berasal dari pengaruh keadaan luar, seperti ikut campur
keluarga besar baik dari pihak suami maupun pihak istri kedalam perjalanan rumah
tangga anggota, tugas-tugas berat menjadi tekanan tersendiri yang dirasakan
anggota. Sedangkan untuk faktor internal permasalahan keluarga timbul dari
perilaku individu itu sendiri, seperti halnya kemampuan manajemen qolbu dalam
menjaga perilaku dan kesetiaan pada pasangan.
Pengelolaan keuangan yang kurang bijak dilakukan oleh istri atau suami
dengan mengikuti gaya hidup mewah yang tidak seimbang dengan penghasilan
yang didapat suami, contohnya berbelanja barang yang dianggap tidak terlalu
dibutuhkan mencerminkan sikap pemborosan ataupun membeli barang-barang
yang bernilai beli mahal sehingga diluar jangkauan penghasilan bulanan, kasus
yang sering terjadi yakni perselingkuhan, baik dilakukan oleh pihak suami maupun
pihak istri. Jika permasalahan keluarga tersebut sudah tidak dapat diselesaikan lagi
oleh pasangan suami istri itu sendiri dan keluarga, maka otomatis akan
berkembang menjadi sebuah konflik rumah yang tangga besar dan berkelanjutan
hingga terjadi pelaporan ke pihak kedinasan Satuan Brimob dan dibutuhkan pihak
ketiga sebagai pihak mediator (Walgito, 2002: 62).
Tahapan Mediasi Yang Dilakukan
Terdapat 2 faktor yang menyebabkan perceraian (T.O. Ihromi, 1999: 156) yaitu
faktor yuridis dan faktor kebiasaan individu Yaitu faktor yang dikemukakan
berdasarkan alasan yang dinyatakan sah secara hukum sebagaimana ditentukan
dalam pasal 39 ayat (2) UU No.1 tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam pasal 19
PP No. 9 tahun 1975, yaitu: Salah satu faktor berbuat zinah atau menjadi
84 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
Meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain diluar kemampuannya; Mendapat hukuman penjara selama 5 tahun
atau hukuman yang lebih berat setelah pernikahan; Salah satu pihak melakukan
kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; Salah satu
pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami/istri; Antara suami istri terus menerus menjadi
perselisihan dan pertengkaran, tidak ada harapan hidup rukun kembali dalam
rumah tangga; Suami beralih agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Faktor kebiasaan individu yakni alasan yang dinyatakan karena
ketidakcocokan lahir dan batin suatu pasangan namun tidak diatur dalam undang-
undang, seperti halnya bercerai dikarenakan alasan tidak mempunyai anak akibat
terjadi kemandulan pada salah satu pasangan, suami/istri melakukan hubungan
seksual yang tidak normal dan diluar kebiasaan atau memiliki kelainan orientasi
seksual, adanya perbedaan visi atau pandangan hidup dan lain-lain.
Brimob Polda Jawa Barat memiliki beberapa seksi mediator yang mengikuti
sidang mediasi, 1) Komandan Dan Wakil Komandan Beserta Istri, Tugas yang
diemban oleh setiap komandan adalah membina setiap anggotanya, sehinga ketika
terdapat masalah perceraian komandanlah yang menjadi konselor utama bagi
anggota. Pada saat agenda mediasi pertama komandan yang akan mengonseling
anggota yang bermasalah adalah komandan pleton, dimana 1 pleton membawahi
3 regu sedangkan 1 regu membawahi 12 anggota. Pada agenda mediasi kedua
komandan dan wakil komandan kompi beserta istri yang akan menjadi mediator
masalah rumah tangga ini. Komandan kompi memiliki tanggungjawab terhadap
manggota yang lebih banyak yaitu 7 pleton atau 84 anggota.
Jika mediasi kedua masih gagal maka masih tersisa mediasi ketiga atau bisa
disebut mediasi terakhir didalam Markas Komando Brimob Polda Jawa Barat
dimana yang menjadi mediator adalah komandan dan wakil komandan batalyon
beserta istri selaku Bhayangkari. Ketika kedua pasangan bersih kukuh untuk
mengakhiri hubungan dengan perceraian komandan akan memberi peringatan
mengenai dampak yang akan terjadi pada kepangkatan anggota. 2) Provost,
merupakan Divisi Profesi dan Pengamanan (Div.Propam) yang dipakai oleh
organisasi Polri pada salah satu struktur organisasinya sesuai Kep. Kapolri
Nomor: Kep/54/X/2002. Provost mempunyai tanggungjawab kepada masalah
pembinaan profesi dan pengamanan di lingkungan internal organisasi Polri dan
ditugaskan sebagai penyelidik dalam menegakan disiplin dan ketertiban dengan
cara mengawasi dan mengusut anggota pada lingkup kepolisian yang bermasalah.
3) Perencanaan dan Administrasi (Renmin) merupakan salah satu bagian dari Biro
Operasi (Roops) yang menjadi unsur pengawas dan pembantu pimpinan pada
tingkat Polda yang berada dibawah Kapolda. Renmin bertugas menyusun
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 85
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
mendengarkan pihak yang bermasalah, baik dari pihak suami maupun istri untuk
menyampaikan keluhan-keluhan dan permasalahan yang dihadapi dalam keluarga
tersebut. Dengan cara mendengarkan maka mediator dapat mengetahui inti
permasalahan yang menjadi penyebab timbulnya konflik sehingga mediator dapat
mengklasifikasikan permasalahan yang terjadi (Lutfi, 2008:71) Langkah ini sangat
diperlukan untuk mengambil tindakan pemetaan sebagai langkah lanjutan mediasi.
Dalam sesi mendengarkan, mediator juga melakukan pengamatan terhadap
ekspresi wajah dan gerak-gerik pasangan yang mengalami konflik. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar masalah tersebut
mempengaruhi kehidupan pasangan anggota yang berkonflik dalam rumah
tangganya, artinya mediator menangkap segala permasalahan yang terjadi dari
pihak-pihak yang berkonflik, untuk selanjutnya mengambil kesimpulan dan
mengklasifikasikan masalah agar nantinya tidak ada kesalahan dalam mengambil
tindakan.
Diberikannya juga nasehat kepada pasangan yang berkonflik terkait dengan
masalah yang dihadapi dan memberikan pemahaman tentang makna yang tersirat
didalam masalahnya baik dampak positif maupun negatif yang akan ditimbulkan
dari keputusan cerai tersebut, sehingga pasangan tersebut bisa bersikap lebih bijak,
tenang, sabar, serta dapat berpikir secara jernih, agar tidak mengambil keputusan
yang salah dan disesali kedepannya.
Setiap permasalahan yang dihadapi oleh pasangan anggota, pihak mediator
memberikan wacana tindakan dan alternatif jalan keluar sebagai pemecahan
permasalahan yang ada. Oleh karena itu pengklasifian masalah diperlukan guna
mendapatkan solusi yang tepat dan benar. Secara keseluruhan motivasi juga di
berikan guna membangun mental pasangan anggota agar dapat mengembangkan
potensi yang ada pada diri masing-masing pasangan, sehingga mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selanjutnya mediator juga memberikan
arahan tindakan apa yang harus segera dilakukan oleh pihak-pihak yang berkonflik
sebagai bukti nyata penyelesaian permasalahan.
Berdasarkan pendapat dari tim mediator Brimob, (Bapak IPTU Ali
Mahmudi (Provost Satuan Brimob), Bapak Bripka Asep Juhana (Provost Densus
Gegana), Bapak H. Agus Nurkholiq S.Ag., SE., MA. (Ketua BP4R Rohaniawan)
pada tenggang waktu yang berbeda), mengungkapkan bahwa penyabab terjadinya
perceraian ada bermacam-macam, tetapi hanya enam macam masalah penyebab
perceraian yang sering muncul dalam konflik rumah tangga pasangan suami-istri
yang direkomendasikan kepada peneliti, diantaranya yaitu: masalah ekonomi,
adanya orang ketiga, gagal komunikasi dalam keluarga namun over media sosial,
tidak terpenuhi hak suami istri, nikah sirih dibelakang istri, hyper sex. Berikut
penyebab perceraian dan solusi yang diberikan oleh mediator kepada pasangan
yang berkonflik dapat dilihat pada tabel 1.
88 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
Tabel 1.
Pemetaan Kasus dan Solusi Masalah Penyebab Perceraian
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 89
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
90 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
perceraian atau kedua belah pihak yang berselisih masih mau mendengar nasehat
dari mediator.
Hasil Yang Dicapai Mediasi Sebagai Proses Konseling Keluarga
Dari semua teknik konseling keluarga yang digunakan dalam memediasi, mediator
telah berusaha semaksimal mungkin guna mendamaikan kembali pasangan yang
sedang berkonflik, dengan cara melakukan home visit, mendiskripsikan masalah
klien, memberikan nasehat, meminta klien untuk intropeksi diri misalnya
memperbaiki sikap atau perbuatan yang kurang baik atau tidak disukai oleh
pasangan, memberikan motivasi untuk menumbuhkan gairah hidup pasangan,
memberikan pandangan tentang dampak yang akan ditimbulkan dari masalah
tersebut baik dampak positif atau negatif, namun jika hasil akhirnya tetap
perpisahan yang menjadi solusi, maka mediator tidak melarangnya karena semua
keputusan berada di tangan keluarga tersebut. Dibuktikan dengan data yang
masuk pada Kepala Sub. Bagian Perencanaan dan Administrasi (Subbag. Renmin)
dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Urusan Administrasi (Urmin) bertugas
menyelenggarakan kegiatan administrasi umum personel dan materi logistik
menunjukan bahwa kasus permohonan peceraian sejak tahun 2015 hingga 2017
terdapat terdapat 65 pasangan yang berkonflik dengan berbagai latar belakang
kasus yang berbeda-beda dari yang ringan hingga yang dianggap berat. Setelah
melewati beberapa tahap konseling atau mediasi perceraian hasilnya 11 pasangan
yang tetap memutuskan untuk cerai dan 54 pasangan memilih untuk
rujuk/berdamai lagi, hal itu terjadi juga atas campur tangan pihak BP4R dan
Provost bidang seksi penyidikan (Riksa) dalam menangani masalah
keluarga. Setiap keputusan akan membuahkan hasil berupa resiko dan
konsekwensi, termasuk setiap pasangan yang melakukan perceraian akan
merasakan dampak yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak dari
keluarga, Jika hubungan pernikahan putus karena perceraian maka berakibat
pernikahan jadi dihapus, harta bersama dibagi dua antara suami istri, istri menjadi
lebih mandiri, memberikan tunjangan nafkah kepada mantan istri dan anak-anak
sesuai putusan hakim selama dia belum menikah, kekuasaan orang tua terhadap
anak berakhir dan anak akan berubah menjadi dibawah perwalian, hakim
menentukan wali bagi anak-anak yang masih dibawah umur, Jika pihak anggota
Brimob yang dianggap bersalah atas perceraian ini, maka hukuman disiplin akan
diterapkan. Mulati (2012: 90-91).
Pengaruh negatif juga akan muncul dan diderita oleh semua pihak setiap
yang merasakan perceraian, diantaranya rasa trauma karena perceraian seringnya
lebih besar dari pada dampak kematian, karena sebelum dan pasca perceraian
sudah timbul rasa sakit dan tekanan emosional serta mengakibatkan celaan sosial.
Dalam setiap kasus perceraian anak selalu menjadi korban dalam perpecahan
hubungan orang tuanya karena dalam kesehariannya anak akan merasa kaget,
sedih, cemas, marah atau bingung pada saat yang bersamaan. Anak juga akan lebih
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 91
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
92 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
PENUTUP
Setiap keputusan yang diambil akan membuahkan hasil berupa resiko dan
konsekwensi, termasuk setiap pasangan yang memilih kembali rujuk atau tetap
melakukan perceraian Dari materi yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Konseling perkawinan merupakan proses
pemberian bantuan terhadap orang yang memiliki masalah dengan perkawinannya
agar dalam menjalankan kehidupan perkawinan dan rumah tangga selaras dengan
ketentuan Allah SWT untuk membentuk keluarga sakinah mawadah warohma
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akherat. Namun apabila
perkawinan dirasa sudah tidak dapat dipertahankan lagi maka perceraian menjadi
jalan keluar dan penyelesaian dari permasalahan rumah tangga. Adapun tahapan
mediasi yang dilakukan terhadap keluarga anggota Brimob yang bermasalah
dengan melalui tiga tahapan proses mediasi sesuai urutan tingkatan dan jenjang
jabatan. Dari ketiga tahapan mediasi yang dilakukan tersebut masing-masing
memberikan jeda waktu kurang lebih tiga bulan, empat bulan hingga lima bulan
seiring dengan melihat ada atau tidaknya perkembangan perubahan hubungan
bagi pasangan yang berkonflik.
Kedua, Upaya mediator dalam memediasi keluarga yang akan bercerai
menggunakan strategi mediasi sebagai berikut: mendengarkan dari masing-masing
pihak, mengamati ekspresi wajah dan gerak-gerik, pemetaan masalah pemberian
nasehat pada pihak yang berkonflik, membantu memberikan wacana sebagai jalan
keluar permasalahan serta memberi motivasi dan arahan untuk tindakan nyata, tak
luput juga pemberian hukuman sesuai prosedur bagi anggota yang terbukti
bersalah. Sebagaimana berdasarkan pemetaan penyebab kasus yang sering timbul
dan solusi pemecahan masalah dalam kasus perceraian dikarenakan oleh beberapa
masalah, salah satu contoh permasalahan yakni masalah ekonomi, faktor ini sering
menjadi pemicu dalam keretakan rumah tangga oleh karena itu wacana solusi yang
ditawarkan dari instansi Brimob yakni dengan memberikan kebijakan untuk
memperoleh pekerjaan sampingan diluar jam dinas kepolisian yang bertujuan
untuk membantu menopang kehidupan biaya rumah tangga anggota. Banyak juga
solusi yang ditawarkan untuk kasus lain, namun permasalahan ekonomilah yang
sering muncul di Brimob Polda Jabar.
Ketiga, Faktor Yang menyebabkan proses mediasi gagal dalam perkara
perceraian yakni dengan tidak hadirnya salah satu pihak dalam forum mediasi
dikarenakan tidak adanya keinginan dari para pihak untuk menempuh jalur
mediasi sebagai upaya mempertahankan keutuhan rumah tangga, disamping itu
sikap suami yang sudah memberi talak tiga kepada istri dan sudah siap menerima
resiko dan hukuman dari instansi juga memberikan kontribusi atas gagalnya
proses mediasi. Sedangkan faktor penghambat proses mediasi dalam perkara
perceraian dipengaruhi oleh minimnya sarana dan pra sarana yang dimiliki oleh
instansi Brimob baik berupa ruangan khusus mediasi sekaligus tenaga ahli di
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 93
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
bidangnya sebagai konselor. Selain itu adanya perasaan malu bagi keluarga yang
bercerai sehingga tidak terbuka dengan mediator mengenai permasalahannya serta
kurangnya perhatian dan antusias para keluarga yang akan bercerai dalam
mengikuti proses mediasi tersebut.Adapun faktor pendukung mediasi
dipengaruhi oleh adanya Perkap Nomor 9 tahun 2010 yang mengatur perihal
nikah, talak, cerai dan rujuk sehingga menghambat terjadinya kasus perceraian
yang terjadi di kalangan keluarga Brimob, selain itu juga bagi kedua pihak yang
berselisih masih mau mendengar nasihat mediator sangat membantu gagalnya
proses perceraian.
Keempat, Hasil pencapaian mediasi sebagai proses konseling keluarga yang
dilakukan oleh Mako Satuan Brimob Polda Jawa Barat dalam menanggulangi
kasus perceraian dengan menggunakan metode konseling keluarga ini sekitar 80%
berhasil rujuk dari seluruh jumlah kasus yang ditangani. Sehingga dari upaya
tersebut mediator berhasil mengembalikan pasangan dari keluarga yang
bermasalah untuk bersatu kembali serta melanjutkan hubungan pernikahannya
dan mendapatkan jalan keluar dari segala sumber permasalahan yang dihadapi.
Sedangkan 20% selebihnya tetap melanjutkan proses perceraian sehingga terdapat
resiko dan konsekwensi yang besar harus ditanggung oleh masing-masing pihak
serta keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, A. (2015). Pemanfaatan Konseling Keluarga Eksperensial untuk
Penyelesaian Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal EDUCATIO:
Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1). https://doi.org/10.29210/1201528
Anggoro. (2010). Mediasi keluarga dan tantangannya bagi mediator, diakses 29
November 2013, dari http://mediator-anggoro.blogspot.com/
2012/03/mediasi-keluarga-dan-tantangannya-bagi_html.
Butsainah, A. (2005). Menyingkap Tabir Perceraian. Jakarta, Pustaka AlSofwa.
LAILI, F. M. (2015). Penerapan Konseling Keluarga untuk mengurangi
kecanduan Game online pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21
Surabaya. Jurnal BK UNESA, 5(1).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/10396/10144
Lutfi, M. (2008). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sari, A. (2016). Konseling Keluarga untuk Mencegah Perceraian. Jurnal
EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1). https://doi.org/
10.29210/12016253
Siregar, R. (2015). Urgensi konseling keluarga dalam menciptkan keluarga
sakinah. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Islam, 2(1), 77-91.
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/262/1/ Risdawati% 20Siregar. pdf
94 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96
Mediasi Perceraian Melalui Konseling Keluarga Brimob Polda Jabar
Sopyan, Y. (2012). Islam Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum
Nasional, Jakarta: Wahana Seseta Intermedia.
Sumarwiyah, S., Zamroni, E., & Hidayati, R. (2015). Solution Focused Brief Counseling
(SFBC): Alternatif Pendekatan dalam Konseling Keluarga. Jurnal Konseling
GUSJIGANG, 1(2). https://doi.org/10. 24176/jkg.v1i2.409
Surya, M. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy.
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96 95
V. Vionita., C. Saefullah., Z. Muttaqin.
96 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 08(1) (2020) 77-96