Karya Tulis
Disusun Sebagai
Syarat Penilaian
Ekstrakulikuler
Pramuka
Disusun Oleh
Disusun Oleh:
Nimas Putri Ayuningtyas
Menyetujui :
Kagudep
Haryana S.Pd.
NIP.19721015 201406 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmad, taufik, serta
hidayah-Nya, sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “PERAN KEPRAMUKAAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA” ini tepat
waktu.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Semua pihak
yang telah memberikan motivasi dan berbagai bantuan, sehingga menunjang terselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan, agar penulis dapat memperbaiki makalah selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 .Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1. Pendidikan Karakter............................................................................... 3
2.2. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Keberadaban Bangsa............. 5
2.3. Pentingnya Pendidikan Karakter Bangsa............................................... 7
2.4.Peran Kepramukaan dalam Pendidikan Karakter Bangsa....................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 14
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 14
5.2 Saran....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia Indonesia sangat dirasakan karena
degradasi moral yang terus menerus terjadi pada generasi bangsa ini dan nyaris membawa
bangsa ini pada kehancuran. Degradasi moral, baik secara pribadi, masyarakat maupun dalam
kehidupan berbangsa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya: Nilai budaya bangsa yang
mulai pudar, nilai-nilai kehidupan telah bergeser dari tatanannya, budaya malu hampir musnah
pada tiap tingkatan masyarakat, melemahnya kemandirian bangsa, dan manajemen keterbatasan
perangkat. Budaya korupsi yang seakan telah mengakar pada kehidupan bangsa ini mulai dari
tingkat kampung hingga pejabat tinggi negara, penyalahgunaan dan peredaran narkoba yang
semakin menjalar, tawuran antar pelajar dan berbagai kejahatan yang telah menghilangkan rasa
aman setiap warga, merupakan bukti nyata akan degradasi moral generasi bangsa ini.
Dalam menghadapi problem yang begitu rumit dan kompleks seperti itu diperlukan adanya
peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya terlatak pada karakter individu tersebut.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan
penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan Tinggi.
Memang tidak mudah untuk mengubah keadaan, tetapi paling tidak posisi pendidikan sebagai
pilar pembentuk karakter bangsa merupakan upaya yang tepat. Salah satunya dengan
kepramukaan. Namun, tidak sedikit orang yang memandang kepramukaan hanya dengan sebelah
mata. Mereka menganggap kepramukaan hanya sebuah kegiatan yang penuh dengan aturan dan
hanya bersenang-senang.
Untuk itu, makalah ini disusun untuk mengetahui betapa pentingnya pendidikan karakter bangsa
dan mengubah pandangan segelintir orang yang menganggap pramuka hanya sebagai kegiatan
bersenang-senang semata. Makalah ini juga mencoba menjelaskan bagaimana peran
kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini sebagai
berikut :
1.2.1. Apa pengertian pendidikan karakter?
1.2.2. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa?
1.2.3. Bagaimana pentingnya pendidikan karakter bangsa?
1.2.4. Bagaimana peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa?
1.3.TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1.3.1. Mengetahui apa itu pendidikan karakter
1.3.2. Mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa.
1.3.3. Mengetahui pentingnya pendidikan karakter bangsa.
1.3.4. Mengetahui peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendidikan Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat (Irianto, 2011). Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu (Munif, 2012).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi kebiasaan serta ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976), pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi
mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya. Sedangkan dalam Wikipedia pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Nampaknya pengertian tersebut sama dengan yang dikemukakan oleh Prof. H.
Mahmud Yunus dalam Munif (2012) bahwa pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih
untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan
akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling
tinggi, agar si anak hidup bahagia serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi
dirinya dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui proses pembelajaran, kegiatan bimbingan,
pengajaran dan/atau latihan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk peranannya di masa yang akan datang.
Dari masing-masing penjelasan antara karakter dan pendidikan tersebut, setelah kita
menghubungkannya maka pendidikan karakter itu sendiri merupakan usaha sadar dan terencana
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi dari masing-masing individu untuk
membentuk suatu pemikiran yang tertanam dalam dirinya sebagai suatu kebiasaan. Tentunya
tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri lebih kearah yang positif.
Secara umum karakteristik setiap individu didasari dengan delapan jenis kecerdasan (Munif,
2012). Kedelapan jenis kecerdasan tersebut meliputi: spasial visual, linguistic, interpersonal,
musical, natural, body kinestetik, intrapersonal dan logis matematik. Yang biasa juga disebut
SLIM N BILL. Setiap kecerdasan tersebut dapat dilatih dengan kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan jenis kecerdasan yang akan dikembangkan.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari.
“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda
menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik
bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan
dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema
A M.Ed dalam Irianto 2011).
Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia
dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah
karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian
bangsa”. (Andian: 2010). Pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas belum berhasilnya
sistem pendidikan menciptakan lulusan yang memiliki keseimbangan kompetensi antara
kemampuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap (apektif) yang sebenarnya telah
menjadi philosophy dalam ranah pendidikan Indonesia. Pendidikan masih menekankan pada
kompetensi kognitif, sedangkan aspek psikomotorik presentase implementasinya masih relatif
kecil, apalagi aspek apektif.
Andian (2010) menyatakan bahwa “munculnya gagasan program pendidikan karakter di
Indonesia, bisa dimaklumi. Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut,
pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab
soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah”. Lebih lanjut, Andian memberikan
contoh bahwa “banyak pakar bidang moral dan agama yang sehari-hari mengajar tentang
kebaikan, tetapi perilakunya tidak sejalan dengan ilmu yang diajarkannya. Sejak kecil, anak-anak
diajarkan menghafal tentang bagusnya sikap jujur, berani, kerja keras, kebersihan, dan jahatnya
kecurangan. Tapi, nilai-nilai kebaikan itu diajarkan dan diujikan sebatas pengetahuan di atas
kertas dan dihafal sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam kertas
soal ujian.”
DAFTAR PUSTAKA