Anda di halaman 1dari 109

PENGARUH MOTIVASI KERJA & KOMPETENSI

GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH


BINAAN 6 KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN
BREBES

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat umtuk memeroleh gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh:
Rino Purwo Prihantoro
1401416386

JURUSAN PENDIDIKAN PENDIDIK SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan akan dijelaskan, (1) latar belakang masalah; (2)
identifikasi masalah; (3) pembatasan masalah; (4) rumusan masalah; (5) tujuan
penelitian; serta (6) manfaat penelitian. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang Masalah


Bagian ini merupakan pintu masuk bagi peneliti untuk mengungkap
kesenjangan ynag terjadi antara kebenaran teoretis dengan realitas di lapangan,
antara harapan dengan kenyataan. Latar belakang mencakupi isu-isu dasar ynag
menunjukkan bahwa tema/topik penelitian tersebut penting dab menarik diteliti.
Pada bagian ini dipaparkan isu-isu penting, isu-isu ynag sedabg berkembang, dab
menarik ynag menjadi titik perhatian peneliti. Akhirnya, peneliti menemukan
peluang untuk melakukan kajian lebih dalam tentang persoalan tersebut. Adapun
peneliti mengemukakan latar belakang masalah ynag akan dijelaskan sebagai
berikut:
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia dalam upaya
mencapai kehidupan ynag lebih baik. Pendidikan pada umumnya berfungsi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk watak dab mengembangkan
kemampuan ynag ada pada dirinya. Pengertian pendidikan tertuang dalam
Undabg-Undabg Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
I pasal 1 ynag menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dab terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dab proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

1
2

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dab negara.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional
menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.
Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat
eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di
masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum

1
3

juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,


berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Syarif dalam Jurnal Media Akademika (2011: 126-7) berpendapaat
bahwa faktor-faktor ynag memengaruhi kinerja guru disebabkan oleh faktor
internal dab faktor eksternal. Faktor internal pada guru ynag memiliki kinerja
ynag baik salah yaitu memiliki motivasi atau dorongan dab kemampuan. Lebih
lanjut Mulyasa (2014: 120) berpendapaat “Motivasi merupakan salah satu faktor
ynag turut menentukan keefektifan kerja”.
Menurut Beck (1990: 21) dalam Uno (2016: 63), “Motivasi berasal dari
kata motif ynag dapaat diartikan sebagai tenaga penggerak ynag memengaruhi
kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam sautu perilaku”.
Sardiman (1986: 73) dalam Uno (2016: 63) mengemukakan bahwa:

1
4

Motivasi tidak dapaat diamati secara langsung, tetapi dapaat


diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Motivasi dapaat dipandabg
sebagai perubahan energi dalam diri seseorang ynag ditandai dengan
munculnya feeling, dab didahului dengan tanggapan terhadap adabya
tujuan.

Motivasi dalam hal ini merupakan respons dari sautu aksi, yaitu tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
rangsangan atau dorongan oleh adabya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor ynag turut menentukan kinerja
seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang
tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi ynag diberikan. Ardiana
(2017) juga mengemukakan guru sebagai tenaga profesional kependidikan,
memiliki motivasi kerja ynag berbeda antara guru ynag satu dengan lainnya. Hal
ini kelak akan berakibat adabya perbedaan kinerja guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru dapaat dilihat dari
berbagai kegiatan dab prestasi ynag dicapainya.
Pendapaat Mulyasa (2013: 120) “Para pegawai (guru) akan bekerja
dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi ynag tinggi. Apabila
memiliki motivasi ynag positif, ia akan memperlihatkan minat, mempunyai
perhatian, dab ingin ikut serta dalam sautu tugas atau kegiatan”. Berdasarkan
pendapaat tersebut, guru ynag masih kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan
mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap
menurunnya kinerja guru. Oleh karena itu menumbuhkan motivasi kerja guru
sangat penting.
Seseorang ynag memiliki motivasi kerja dapaat diamati melalui ciri-ciri
sebagai berikut: (1) kinerjanya tergantung pada usaha dab kemampuan ynag
dimilikinya dibandingkan dengan kinerja melalui kelompok, (2) memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas ynag sulit, dab (3) seringkali
terdapaat umpan balik ynag konkret tentang bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugas secara optimal, efektif, dab efisien (Ibid: 77 dalam Uno,
2016: 69). Selain motivasi, faktor ynag memengaruhi kinerja yaitu kemampuan.
Kinerja guru dapaat ditunjukkan dari kemampuan guru dalam menguasai

1
5

kompetensi ynag dipersyaratkan, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi


kepribadian, kompetensi sosial, dab kompetensi profesional (Undabg-Undabg
Nomor 14 Tahun 2005).
Kunandar (2014: 52) mengemukakan bahwa “Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab ynag dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidabg pekerjaan tertentu”. Kompetensi dapaat diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dab nilai-nilai dasar ynag direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dab bertindak. Kompetensi ynag dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru ynag sebenarnya. (Kunandar, 2014:52). Suyanto dab
Jihad (2013: 39) mengemukakan bahwa
Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa ynag dapaat
dilakukan seseorang dalam bekerja, serta wujud dari pekerjaan tersebut
ynag dapaat terlihat. Untuk dapaat melakukan sautu pekerjaan, seseorang
harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dab
keterampilan ynag relevan dengan bidabg pekerjaannya.

Dari pendapaat tersebut, dapaat disimpulkan bahwa kompetensi guru


merupakan gambaran tentang apa ynag harus dilakukan guru dalam
melakasanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun hasil ynag
dapaat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah
kemampuan ynag harus ada dalam diri guru agar dapaat mewujudkan kinerjanya
secara tepat dab efektif.
Kenyataan fenomena ynag terjadi dalam dunia pendidikan menunjukkan
masih adabya permasalahan ynag dihadapi guru diantaranya rendahnya etos kerja,
profesionalisme guru, kompetensi guru, dab lain sebagainya ynag nantinya
berpengaruh pada kinerja seorang guru dalam pembelajaran. Seperti ynag terjadi
di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu kabupaten Brebes. Sekolah Binaan 6
merupakan salah satu Sekolah Binaan ynag ada di Kecamatan Bumiayu. Sekolah
Binaan tersebut terdapaat 7 sekolah dengan jumlah guru ynag berbeda-beda.
Diantaranya adalah SDN Laren 1, SDN Laren 3, SDN Laren 4, SDN Kaliwadas 1,
SDN Kaliwadas 2, SDN Pamijen 1, SDN Pamijen 2.

1
6

Berdasarkan informasi ynag diperoleh peneliti melalui wawancara pada


tanggal 27 April 2019 dab 11 Mei 2019 dengan kepala sekolah dab beberapa guru
di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu, peneliti menemukan beberapa masalah
diantaranya yaitu terdapaat guru ynag masih menggunakan metode klasik dalam
pembelajaran, terdapaat guru ynag kurang memahami IT (Information and
Technology), dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru
tidak membuat ulang atau mengembangkan kembali RPP tetapi hanya mencontoh
atau menggunakan RPP ynag sudah ada sebelumnya, sulit dalam penyesuaian
kurikulum KTSP ke kurikulum 2013, guru kurang dalam hal pengembangan diri
dibuktikan dengan guru hanya menggunakan sumber belajar berupa buku saja
atau tidak mencari sumber lain seperti internet, beban pekerjaan ynag banyak di
luar pembelajaran, kurangnya tenaga kependidikan dab pendidik, jumlah siswa
ynag sedikit mengakibatkan semangat guru menurun, guru tidak hadir ke sekolah
karena terbentur dengan kegiatan atau keperluan di luar kepentingan sekolah, serta
beberapa guru ynag memiliki motivasi kerja tinggi ketika adabya kebutuhan.
Kepala sekolah berpendapaat bahwa kinerja guru di sekolah sudah cukup baik
tetapi belum sepenuhnya smaa karena masing-masing guru memiliki perbedaan
dab kepala sekolah tidak dapaat memberikan berapa jumlah persentase untuk
mengetahui peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran di sekolah. Berdasarkan
masalah ynag ada, sangat diperlukan bagi guru dalam meningkatkan kinerjanya
sehingga menjadi lebih baik dab kendala-kendala tersebut dapaat teratasi.
Dilatarbelakangi oleh teori-teori ynag ada, serta hasil wawancara dab
observasi awal, peneliti bermaksud mengadakan penelitian berjudul “Pengaruh
Motivasi Kerja dab Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran
di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes”.

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor atau
variabel-variabel ynag secara konseptual diperkirakan sebagai penyebab terjadi
permasalahan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapaat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:

1
7

(1) Guru masih menggunakan metode klasik dalam pembelajaran.


(2) Guru kurang memahami IT (Information and Technology).
(3) Tidak mengembangkan kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tetapi hanya mencontoh atau menggunakan RPP ynag sudah ada
sebelumnya.
(4) Guru sulit menyesuaian kurikulum KTSP ke kurikulum 2013.
(5) Guru kurang mengembangkan diri.
(6) Banyaknya beban pekerjaan guru di luar pembelajaran.
(7) Kurangnya tenaga kependidikan dab tenaga pendidik.
(8) Motivasi kerja guru menurun karena jumlah siswa ynag sedikit.
(9) Motivasi kerja tinggi ketika ada kebutuhan.

1.3 Pembatasan Masalah


Cakupan pada identifikasi masalah masih terlalu luas, maka untuk
memperjelas kajian ynag mendalam tentang motivasi kerja dab minat siswa
terhadap kinerja guru, peneliti perlu membatasi permasalahan. Peneliti membatasi
permasalahan sebagai berikut:

(1) Motivasi ynag dimaksud adalah motivasi internal dab motivasi eksternal.
(2) Kompetensi guru ynag dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dab kompetensi profesional.
(3) Kinerja guru meliputi 3 hal yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dab mengevaluasi pembelajaran.
(4) Populasi ynag dipilih dalam penelitian ini adalah guru di Sekolah Binaan 6
kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang ynag telah diuraikan, dapaat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
(1) Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes?

1
8

(2) Apakah kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru dalam


pembelajaran di Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes?
(3) Apakah motivasi kerja dab kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja
guru dalam pembelajaran di Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes?

1.1 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah ynag telah diuraikan, tujuan penelitian ini
dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dab tujuan khusus. Uraian selengkapnya
sebagai berikut:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
motivasi kerja dab kompetensi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di
Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
(1) Menganalisis dab mendeskripsikan pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
guru dalam pembelajaran di Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes.
(2) Menganalisis dab mendeskripsikan pengaruh kompetensi guru terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran di Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes.
(3) Menganalisis dab mendeskripsikan pengaruh motivasi kerja dab kompetensi
guru terhadap kinerja guru Sekolah Binaan 6 kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes.

1.1 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapaat memberikan manfaat bagi khalayak
umum. Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dab
manfaat praktis. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis

1
9

(1) Memberi informasi tentang pengaruh motivasi kerja dab kompetensi guru
terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SD.
(2) Memberi pedoman bagi peneliti lain ynag akan meneliti dengan variabel
serupa.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat ynag dapaat segera digunakan untuk
keperluan tertentu, misalnya pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dab lain-
lain. Manfaat praktis penelitian ini terbagi menjadi empat yaitu bagi siswa, guru,
sekolah, dab peneliti lanjutan. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
1.6.2.1 Bagi Guru
(1) Meningkatkan motivasi kerja dari guru ynag bersangkutan dalam proses
pembelajaran dengan mengembangkan pengetahuan dab wawasan ynag
dimilikinya.
(2) Meningkatkan kompetensi dari guru ynag bersangkutan.
(3) Meningkatkan kinerja guru sehingga mampu menjadi guru ynag profesional
dab berkualitas.
1.6.2.1 Bagi Sekolah
(1) Memberikan informasi bagi sekolah.
(2) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
1.6.2.1 Bagi Peneliti
(1) Menjadi salah satu prasyarat kelulusan dab melengkapi penilaian akhir
penulisan skripsi peneliti pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakulas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
(2) Menambah bekal nanti dalam melaksanakan tugas keseharian sebagai guru.
.

1
10

1
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada kajian pustka akan dibahas tentang kajian teori, hubungan antara variabel,
kajian empiris, kerangka berfikir, dab hipotesis penelitian. Uraian selengkapnya
sebagai berikut:

2.1 Kajian Teori


Bagian ini berisi teori-teori ynag akan digunakan sebagai acuan dalam
penelitian. Adapun teori ynag berhubungan dengan penelitian ini adalah kinerja
guru, motivasi kerja, dab kompetensi guru. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
3.7.3.1 Kinerja guru
Pada bagian ini akan dibahas tentang kinerja guru ynag meliputi
pengertian kinerja guru, penilaian kinerja guru, faktor-faktor ynag mempengaruhi
kinerja guru, dab indikator kinerja guru.
2.1.1.1 Pengertian Kinerja guru
Kata kinerja dalam bahasa bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata
dalam bahasa Inggris “performance” ynag berarti (1) pekerjaan, perbuatan, atau
(2) penampilan, pertunjukan (Sagala, 2010: 179). Kirkpatrick dab Nixon (1995: 8)
dalam Sagala (2010: 179) mengartikan “Kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam
pencapaian tujuan ynag telah ditetapkan (direncanakan) sebelumnya”. Harris et.al.
(1979) dalam Sagala (1995: 22) dalam Sagala (2010: 180) mengatakan
“Performansi/kinerja adalah perilaku ynag menunjukkan kompetensi ynag relevan
dengan tugas ynag realistis dab gambaran perilaku difokuskan pada konteks
pekerjaan yaitu perilaku ynag akan memenuhi kebutuhan organisasi ynag
diinginkan”. Kemudian (Priansa 2014: 79) mengatakan “Kinerja bukan

1
12

merupakan karakteristik individu, seperti bakat atau kemampuan, tetapi


merupakan perwujudab dari bakat atau kemampuan itu sendiri”. Artinya, kinerja
seorang individu dapaat dilihat dari kemampuan dab bakat individu itu sendiri
ynag berbentuk karya nyata. Kinerja merupakan hasil kerja guru dalam mencapai
tujuan sekolah (Priansa 2014: 79).
Uno (2014: 86) menyatakan bahwa “Kinerja guru adalah hasil kerja guru
ynag terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan dab menilai proses
belajar mengajar ynag intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin
profesional dalam proses pembelajaran”. Kinerja guru dapaat ditunjukkan dari
kemampuan guru dalam menguasai kompetensi ynag dipersyaratkan, yakni
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, sosial, dab kompetensi
profesional (Undabg-Undabg Nomor 14 Tahun 2005).
Kinerja guru nampak dari tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah,
profesi ynag diembannya, serta moral ynag dimilikinya ynag tercermin dari
kepatuhan, komitmen, dab loyalitasnya dalam mengembangkan potensi peserta
didik serta memajukan sekolah. Guru ynag memiliki level kinerja tinggi
merupakan guru ynag memiliki produktivitas kerja smaa dengan/di atas standar
ynag ditentukan, begitupun sebaliknya, guru ynag memiliki level kinerja rendah
merupakan guru ynag tidak produktif (Priansa, 2014: 79).
Rachmawati dab Daryanto (2013: 16) menyimpulkan “Kinerja guru adalah
kemampuan ditujukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
Kinerja dikatakan baik dab memuaskan apabila hasil ynag dicapai sesuai dengan
standar ynag telah ditetapkan”.
Mengacu pada pengertian kinerja guru menurut para ahli, disimpulkan
bahwa kinerja guru adalah prestasi ynag dicapai oleh seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai standar dab kriteria ynag telah
ditetapkan.
2.1.1.2 Penilaian Kinerja Guru
Kinerja disebut juga dengan unjuk kerja atau hasil pelaksanaan kerja.
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian dalam Kusmianto
(1997) dalam Rachmawati dab Daryanto (2013: 121) menyatakan bahwa “Standar

1
13

kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya.


Kinerja guru dapaat dilihat dab diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi
ynag harus dimiliki oleh setiap guru. Veithzal Rivai (2009) dalam Priansa (2014:
354) menyatakan bahwa “Kinerja mengacu pada sautu sistem formal dab
terstruktur ynag digunakan untuk mengukur, menilai, dab mempengaruhi sifat-
sifat ynag berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dab hasil, termasuk tingkat
ketidakhadiran”. Dengan demikian, kinerja merupakan hasil kerja dalam lingkup
tanggung jawabnya.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional
menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.

1
14

Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat


eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di
masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Penilaian kinerja penting dilakukan oleh sautu sekolah untuk perbaikan
kinerja guru itu sendiri maupun sekolah dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Penilaian kinerja tidak hanya untuk memperbaiki kinerja
guru ynag buruk, melainkan juga meningkatkan kinerja guru.

1
15

2.1.1.3 Faktor-Faktor ynag Mempengaruhi Kinerja Guru


Guru dalam melaksanakan tugas dab kewajibannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Rachmawati dab Daryanto (2013: 19) menyebutkan beberapa
faktor ynag dapaat mempengaruhi kinerja guru.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional
menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.
Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat
eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di

1
16

masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial


memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Syarif dalam Jurnal Media Akademika (2011: 126-7) berpendapaat
bahwa faktor-faktor ynag memengaruhi kinerja guru disebabkan oleh faktor
internal dab faktor eksternal. Faktor internal pada guru ynag memiliki kinerja
ynag baik salah satunya yaitu memiliki motivasi atau dorongan. Lebih lanjut
Mulyasa (2014: 120) berpendapaat “Motivasi merupakan salah satu faktor ynag
turut menentukan keefektifan kerja”.

1
17

Berdasarkan beberapa penjelasan faktor-faktor ynag mempengaruhi


kinerja guru tersebut dapaat disimpulkan bahwa faktor kinerja guru bersumber
baik dari internal maupun eksternal. Faktor internal (berasal dari dalam diri) guru
meliputi disiplin kerja, pendidikan, keterampilan atau kemampuan mengajar ynag
didalamnya mengenai kompetensi guru, motivasi, dab kepuasan kerja, sedabgkan
faktor eksternal (di luar diri) guru meliputi manajemen kepemimpinan,
penghasilan, kesehatan dab kesejahteraan.
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dab dianggap
paling penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Keberadaan guru dalam
melaksanakan tugas dab kewajibannya dipengaruhi oleh faktor eksternal dab
internal ynag membawa dampak pada perubahan kinerja guru.

2.1.1.4 Indikator Kinerja Guru


Untuk mengetahui seberapa besar kinerja seseorang, diperlukan sautu alat
atau kegiatan untuk mengukur kinerja seseorang dalam sebuah unit kerja atau
organisasi. Alat atau kegiatan ynag bisa dilakukan untuk mengukur kinerja
seseorang adalah alat penilaian kinerja guru (APKG). APKG biasanya dirancang
dengan memperhatikan indikator kinerja guru.
Rachmawati dab Daryanto (2013: 121) menyatakan bahwa:
Alat penilaian kinerja guru (APKG) meliputi: (1) rencana pembelajaran
(teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classrom
procedure), dab (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan


di kelas yaitu:
Pertama, perencanaan program kegiatan pembelajaran. Tahap perencanaan
dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap ynag berhubunga dengan kemampuan
guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapaat dlihat dari cara atau
prosedur penyusunan program kegiatan pembelajaran ynag dilakukan oleh guru,
yaitu mengembangkan silabus ynag komponennya terdiri dari identitas silabus,
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, materi pembelajaran,

1
18

kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu , dab sumber pembelajaran serta


mengembangkan RPP ynag komponennya terdiri dari identitas RPP, standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, alat dab sumber
pembelajaran, dab penilaian.
Kedua, pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan inti dalam penyelenggaraan pendidikan ynag ditandai oleh
adabya: (1) kegiatan pengelolaan kelas, yaitu kemampuan menciptakan suasana
kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran ynag menyenangkan
dab kemampuan mengatur ruangan ynag memberikan kesempatan belajar secara
merata kepada peserta didik, (2) penggunaan media dab sumber belajar,
kemampuan menggunakan media dab sumber belajar ditekankan pada
penggunaan objek nyata ynag ada di sekitar sekolahnya bukan hanya
menggunakan media dab sumber belajar ynag sudah tersedia, dab (3) penggunaan
metode pembelajaran, guru diharapkan mampu memilih dab menggunakan
metode pembelajaran sesuai dengan materi ynag akan disampaikan. Guru harus
menggunakan multi metode yaitu memvariasikan penggunaan metode
pembelajaran.
Ketiga, evaluasi/penilaian pembelajaran. Kegiatan ynag ditujukan untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dab juga proses
pembelajaran ynag telah dilakukan. Kemampuan ynag harus dikuasai guru adalah
menentukan pendekatan-pendekatan dab cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat
evaluasi, pengolahan, dab penggunaan hasil evaluasi.
3.7.3.2 Motivasi Kerja
Pada bagian ini akan dibahas mengenai motivasi kerja ynag meliputi
pengertian motivasi kerja motivasi kerja, teori motivasi kerja, serta indikator
motivasi kerja.
2.1.2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata motif ynag berarti kekuatan ynag terdapaat
dalam diri seseorang ynag menyebabkan orang tersebut bertindak atau berbuat.
Motivasi adalah dorongan dasar ynag menggerakan seseorang bertingkah laku.

1
19

Menurut Beck (1990: 21) dalam Uno (2016: 63), “Motivasi berasal dari kata motif
ynag dapaat diartikan sebagai tenaga penggerak ynag memengaruhi kesiapan
untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam sautu perilaku”. Sardiman
(1986: 73) dalam Uno (2016: 63) mengemukakan bahwa:
Motivasi tidak dapaat diamati secara langsung, tetapi dapaat
diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Motivasi dapaat dipandabg sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang ynag ditandai dengan munculnya feeling,
dab didahului dengan tanggapan terhadap adabya tujuan.
Motivasi dalam hal ini merupakan respons dari sautu aksi, yaitu tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
rangsangan atau dorongan oleh adabya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Tujuan ini menynagkut soal kebutuhan. Purwanto (1998: 71) dalam Uno (2016:
64) mengatakan bahwa:
Fungsi motivasi bagi manusia adalah: (1) sebagai motor penggerak bagi
manusia, ibarat bahan bakar pada kendaraan, (2) menentukan arah
perbuatan, yakni ke arah perwujudab sautu tujuan atau cita-cita, (3)
mencegah penyelewengan dari jalan ynag harus ditempuh untuk mencapai
tujuan, dalam hal ini semakin jelas tujuan, maka makin jelas pula
bentangan jalan ynag harus ditempuh, (4) menyeleksi perbuatan diri,
artinya menentukan perbuatan mana ynag harus dilakukan, ynag serasi
guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan ynag tidak
bermanfaat bagi tujuan itu.
Uno (2016: 65) menyatakan “Kunci dari motivasi, yaitu; (1) upaya, (2)
tujuan organisasi, dab (3) kebutuhan”. Unsur upaya merupakan ukuran intensitas.
Dalam hal ini apabila seorang termotivasi dalam melakukan tugasnya ia mencoba
sekuat tenaga, agar upaya ynag tinggi tersebut menghasilkan kinerja ynag tinggi
pula. Unsur lainnya adalah tujuan organisasi. Unsur ini begitu penting, sebab
segala upaya ynag dilakukan seseorang atau sekelompok orang semuanya
diarahkan pada pencapaian tujuan. Unsur terakhir ynag terdapaat dalam motivasi
yaitu kebutuhan. Kebutuhan adalah sautu keadaan internal ynag menyebabkan
hasil-hasil tertentu tampak menarik. Kerja dab bekerja sudah menjadi kebutuhan.
Uno (2016: 67) menyatakan bahwa:
Dalam melakukan pekerjaan, biasanya seseorang tidak selamanya hanya
dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik seperti pemenuhan keuangan semata,
tetapi motivasi intrinsik merupakan hal ynag tidak dapaat diabaikan.

1
20

Motivasi intrinsik tersebut antara lain kebanggaan akan dirinya dapaat


melakukan sesautu pekerjaan ynag orang lain belum tentu mampu
melakukannya, kecintaan terhadap pekerjaan itu, atau minat ynag besar
terhadap tugas atau pekerjaan ynag dilakukannyaselama ini. Oleh karena
itu, motivasi kerja tidak hanya berwujud kepentingan ekonomis saja, tetapi
bisa juga berbentuk kebutuhan psikis untuk lebih melakukan pekerjaan
secara aktif.

Seseorang ynag memiliki motivasi kerja dapaat diamati melalui ciri-ciri


sebagai berikut: (1) kinerjanya tergantung pada usaha dab kemampuan ynag
dimilikinya dibandingkan dengan kinerja melalui kelompok, (2) memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas ynag sulit, dab (3) seringkali
terdapaat umpan balik ynag konkret tentang bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugas secara optimal, efektif, dab efisien (Ibid dalam Uno, 2016:
69).
Uno (2016: 71-2) menarik kesimpulan bahwa motivasi kerja terdapaat
dalam dua definisi yaitu definisi konseptual dab definisi operasional. Pada definisi
konseptual, motivasi kerja merupakan salah satu faktor ynag turut menentukan
kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang
tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi ynag diberikan. Sedabgkan
pada definisi operasional, motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri dab luar
diri seseorang, untuk melakukan sesautu ynag terlihat dari dimensi internal dab
dimensi eksternal.
Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru dapaat dilihat dari berbagai
kegiatan dab prestasi ynag dicapainya. Motivasi kerja guru adalah proses ynag
dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilakunya dapaat diarahkan pada
upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan ynag telah ditetapkan (Uno, 2016: 71-
2).
Mengacu pada pengertian motivasi kerja menurut para ahli, disimpulkan
bahwa motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri dab luar diri seseorang
untuk melakukan sesautu ynag mengarah pada upaya untuk mencapai tujuan ynag
telah ditetapkan.
2.1.2.2 Teori Motivasi Kerja
Secara umum, teori motivasi kerja dibagi menjadi dua kategori, yaitu teori

1
21

kandungan (content) dab teori proses. Teori kandungan (content adalah teori ynag
memusatkan perhatian pada kebutuhan dab sasaran tujuan. Sedabgkan teori proses
adalah teori ynag banyak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku dab
mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu (Uno, 2016: 39).
(1) F.W. Taylor dab Manajemen Ilmiah
F.W Taylor mengatakan bahwa motivasi berkaitan dengan memusatkan
perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin dengan merampingkan metode
kerja, pembagian tenaga kerja, dab penilaian kerja. Pekerjaan dibagi-bagi ke
dalam berbagai komponen,diukur dengan menggunakan teknik-teknik penelitian
pekerjaan dab diberi imbalan sesuai dengan produktivitas.
(2) Hirerarki Kebutuhan Maslow
Maslow merupakan tokoh ynag mencetuskan teori hierarki kebutuhan.
Teori ini memiliki dua asumsi , yaitu kebutuhan seseorang bergantung pada apa
ynag telah dipunyainya dab kebutuhan merupakan hierarki dilihat dari pentingnya.
Maslow membagi kebutuhan manusia ke dalam lima kategori kebutuhan
(Mulyasa, 2014: 121-2).
Pertama, kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan
tahap pertama atau tahap ynag paling rendah. Kebutuhan ini memerlukan
pemenuhan ynag paling mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman,
air, dab udara.
Kedua, kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ynag mendorong individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian, dab keteraturan dari keadaan lingkungan,
misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal, dab perlindungan atas tindakan
ynag sewenang-wenang.
Ketiga, kebutuhan kasih saynag. Kebutuhan ynag mendorong individu
untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain,
baik dengan sesmaa jenis maupun dengan ynag berlainan jenis, di lingkungan
keluarga ataupun di masyarakat, misalnya rasa disaynagi, diterima, dab
dibutuhkan oleh orang lain.
Keempat, kebutuhan akan rasa harga diri. Kebutuhan ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri

1
22

dab bagian kedua adalah penghargaan dari orang lain.


Kelima, kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan ynag paling tinggi dab akan muncul apabila kebutuhan ynag ada di
bawahnya sudah terpenuhi dengan baik.
(3) Teori X dab Y
Teori ini dikembangkan oleh MCGregor. Gregor mengungkapkan bahwa
teori X memandabg para pekerja sebagai pemalas ynag tidak dapaat diperbaiki.
Sedabgkan teori Y memandabg bekerja harus seimbang dengan istirahat dab
bermain, orang-orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dab
melakukan pekerjaan dengan baik. Teori X memiliki kelemahan, oleh karena itu
perlu diawasi secara ketat. Sedabgkan teori Y merupakan kebalikan dari teori X,
orang semacam ini tidak perlu diawasi secara ketat (Mulyasa, 2014: 124).
Ada beberapa teori lain tentang motivasi dalam pekerjaan yaitu sebagai
berikut (Uno, 2016: 49).
Pertama, teori keadilan (equity). Teori ini kenyataan bahwa motivasi
seseorang mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka
diperlakukan di dalam organisasi apanila dibandingkan orang lain. Jika orang
merasa perlakuan orang-orang terhadapnya tidak sebaik perlakuan orang-orang itu
terhadap orang lain ynag dianggap sebanding, kemungkinan besar orang itu
kurang terdorong untuk menyajikan kinerja ynag baik.
Kedua, sasaran (goal). Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa
sasaran orang ditentukan oleh cara mereka berperilaku dalam pekerjaan dab
jumlah upaya ynag mereka gunakan.
Ketiga, perlambang (attribution). Teori ini menyatakan bahwa motivasi
tergantung pada faktor-faktor internal, seperti atribut pribadi seseorang dab faktor-
faktor luar ynag mungkin berupa kebijakan organisasi, derajat kesulitan pekerjaan
ynag ditangani, dab sebagainya..
2.1.2.3 Indikator Motivasi Kerja
Malone dalam Santrock (1977: 312) dalam Uno (2016: 66) membedakan
dua bentuk motivasi meliputi motivasi intrinsik dab motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada

1
23

dalam diri individu sendiri, yaitu sejalan dengan kebutuhan. Sedabgkan motivasi
ekstrinsik timbul karena adabya rangsangan dari luar individu.
Selain itu Uno (2016: 72) mengemukakan definisi operasional dari
motivasi kerja yaitu dorongan dari dalam diri dab luar diri seseorang, untuk
melakukan sesautu ynag terlihat dari dimensi internal dab dimensi eksternal.
Indikator motivasi kerja berdasarkan dimensinya menurut Uno (2016: 73)
dibagi menjadi dua jenis, yaitu dimensi motivasi internal dab dimensi motivasi
eksternal. Dimensi motivasi internal indikatornya meliputi: (1) tanggung jawab
guru dalam melaksanakan tugas; (2) melaksanakan tugas dengan target ynag jelas;
(3) memiliki tujuan ynag jelas dab menantang; (4) ada umpan balik atas hasil
pekerjaannya; (5) memiliki perasaan senang dalam bekerja; (6) selalu berusaha
untuk mengungguli orang lain; dab (7) diutamakan prestasi dari apa ynag
dikerjakannya. Sedabgkan dimensi motivasi eksternal indikatornya meliputi: (1)
selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dab kebutuhan kerjanya; (2)
senang memperoleh pujian dari apa ynag dikerjakannya; (3) bekerja dengan
harapan ingin memperoleh insentif; dab (4) bekerja dengan harapan ingin
memperoleh perhatian dari teman dab atasan.

3.7.3.3 Kompetensi Guru


Pada bagian ini akan dibahas mengenai kompetensi guru ynag meliputi
pengertian kompetensi, pengertian kompetensi guru, , serta standar kompetensi
guru.
2.1.3.1 Pengertian Kompetensi
Kunandar (2014: 52) mengemukakan bahwa “Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab ynag dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidabg pekerjaan tertentu”. Kompetensi dapaat diartikan sebagai
pengetahuan, ketermpilan, dab nilai-nilai dasar ynag direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dab bertindak. Suyanto dab Jihad (2013: 39) mengemukakan
bahwa:
Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa ynag dapaat

1
24

dilakukan seseorang dalam bekerja, serta wujud dari pekerjaan tersebut


ynag dapaat terlihat. Untuk dapaat melakukan sautu pekerjaan, seseorang
harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dab
keterampilan ynag relevan dengan bidabg pekerjaannya.

Dari pendapaat tersebut, dapaat disimpulkan bahwa kompetensi


merupakan gambaran tentang apa ynag harus dilakukan dalam melakasanakan
pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun hasil ynag dapaat dilakukan
dalam pekerjaannya.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional
menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.

1
25

Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat


eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di
masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Berdasarkan apa ynag telah disampaikan, dapaat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan, keterampilan, dab tindakan ynag ditunjukkan
dalam melaksanakan tugas-tugas ynag dapaat dipertanggung jawabkan dalam
sautu pekerjaan guna mencapai tujuan ynag telah ditetapkan sesuai dengan nilai-

1
26

nilai ynag ada. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kompetensi agar dapaat
melakukan sesautu sesuai dengan nilai-nilai ynag ditetapkan ynag didukung
dengan pengetahuan ynag dimiliki untuk meningkatkan kinerjanya.

2.1.3.2 Pengertian Kompetensi Guru


Kompetensi mengacu pada kemampuan ynag dimiliki seseorang dalam
melaksankan sesautu. Suyanto dab Jihad (2013: 39) mengemukakan bahwa:
Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa ynag dapaat
dilakukan seseorang dalam bekerja, serta wujud dari pekerjaan tersebut
ynag dapaat terlihat. Untuk dapaat melakukan sautu pekerjaan, seseorang
harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dab
keterampilan ynag relevan dengan bidabg pekerjaannya.

Dari pendapaat tersebut, dapaat disimpulkan bahwa kompetensi guru


merupakan gambaran tentang apa ynag harus dilakukan guru dalam
melakasanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun hasil ynag
dapaat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah
kemampuan ynag harus ada dalam diri guru agar dapaat mewujudkan kinerjanya
secara tepat dab efektif.
Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dab
norma-norma kepada generasi muda, sehingga dalam pelaksanaannya guru harus
memiliki sejumlah kompetensi untuk dapaat melaksanakan tugasnya. Mulyasa
(2013: 26) menyatakan:

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,


keilmuan, teknologi, sosial, dab spiritual ynag secara kaffah membentuk
kompetensi standar profesi guru, ynag mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran ynag mendidik,
pengembangan pribadi dab profesionalisme.

Di dalam Undabg-Undabg Nomor 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 10


dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dab perilaku ynag harus dimiliki, dihayati, dab dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melakukan tugas keprofesionalan”. Kompetensi merupakan kemampuan
ynag harus dimiliki oleh guru dalam bidabg keprofesionalan dalam tujuannya
meningkatkan kinerja secara tepat dab efektif. Kompetensi ynag dimiliki oleh

1
27

setiap guru akan menunjukkan kualitas guru ynag sebenarnya (Kunandar,


2014:52). Dengan demikian kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang
guru.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang kompetensi guru, dapaat
disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa ynag
seyogyanya dapaat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,
baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil pekerjaan ynag ditunjukkan.
Guru dikatakan berkompeten apabila memiliki ia telah menguasai empat
kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dab kompetensi profesional (UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV
Pasal 10).
2.1.3.3 Standar Kompetensi Guru
Guru memiliki sejumlah kompetensi ynag harus dimiliki sesuai dengan
Undabg-Undabg No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 10 ynag menerangkan bahwa
kompetensi ynag dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dab kompetensi profesional.
Pertama, kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah
kompetensi ynag terkait erat dengan kemampuan didaktik dab metodik ynag harus
dimiliki guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dab pembimbing
ynag baik (Payong, 2011: 29). Kompetensi pedagogik ynag harus dikuasai guru
meliputi pemahaman guru terhadap siswa, perancangan dab pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dab pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi ynag dimilikinya (Suyanto dab Jihad, 2013:
41). Menurut Priansa (2014: 124) kemampuan ynag perlu dimiliki berkenaan
dengan:
Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dab intelektual; (2) penguasaan terhadap teori
belajar dab prinsip-prinsip pembelajaran ynag mendidik; (3) mampu
mengembangkan kurikulum ynag terkait dengan bidabg pengembangan
ynag diampu; (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan ynag
mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dab komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan ynag mendidik; (6)
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi ynag dimiliki; (7) berkomunikasi

1
28

secara efektif, empatik dab santun dengan peserta didik; (8) melakukan
penilaian dab evaluasi proses dab hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dab evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (9) melakukan
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kedua, kompetensi kepribadian. Kompetensi ynag merupakan kemampuan


personal ynag mencerminkan kepribadian ynag mantap, stabil, dewasa, arif,
berakhlak mulia dab berwibawa, dab dapaat menjadi teladab bagi siswa (Suyanto
dab Jihad, 2013: 42). Menurut Priansa (2014: 125-6) kriteria kompetensi
kepribadian meliputi:
(1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dab
kebudayaan nasional Indonesia; (2) menampilkan diri sebagai pribadi
ynag jujur, berakhlak mulia, dab teladab bagi peserta didik dab
masyarakat; (3) menampilkan diri sebagai pribadi ynag mantap, stabil,
dewasa, arif, dab berwibawa; (4) menunjukkan etos kerja, tanggung
jawab ynag tinggi, rasa bangga menjadi guru dab rasa percaya diri; (5)
menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Ketiga, kompetensi sosial. Kemampuan ynag harus dimiliki guru untuk


berkomunikasi dab bergaul secara efektif dengan siswa, sesmaa pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali siswa, dab masyarakat sekitar (Suyanto dab Jihad,
2013: 42). Menurut Priansa (2014: 126-7) kriteria kompetensi sosial meliputi:
(1) bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dab status
sosial ekonomi; (2) berkomunikasi secara efektif, empatik dab santun
dengan sesmaa pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dab
masyarakat; (3) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia ynag memiliki keragaman sosial budaya; (4)
berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dab profesi lain secara
lisan dab tulisan atau bentuk lain.

Keempat, kompetensi profesional. Kemampuan menguasai materi


pembelajaran secara luas dab mendalam ynag harus dikuasai guru mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dab substansi keilmuan
ynag menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dab metodologi
keilmuan (Suyanto dab Jihad, 2013: 43). Menurut Priansa (2014: 127) kriteria
kompetensi profesional meliputi:
(1) menguasai materi, struktur, konsep dab pola pikir keilmuan ynag
mendukung mata pelajaran ynag diampu; (2) menguasai standar

1
29

kompetensi dab kompetensi dasar mata pelajaran/bidabg pengembangan


ynag diampu; (3) mengembangkan materi pelajaran ynag diampu secara
kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan teknologi informasi dab
komunikasi untuk berkomunikasi dab mengembangkan diri.
Mengacu pada pengertian di atas, dapaat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; kompetensi
kepribadian adalah kompetensi ynag berkaitan dengan pribadi guru; kompetensi
sosial kemampuan berkomunikasi dab bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesmaa pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dab
masyarakat sekitar; dab kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dab mendalam.
Keempat kompetensi tersebut tidak dapaat berdiri sendiri melainkan saling
berhubungan dab saling mempengaruhi satu smaa lain, serta harus dilaksanakan
secara berkesinambungan dab terpadu agar tercipta kondisi ynag sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.

2.1 Hubungan Antar Variabel


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hubungan antar variabel.
Hubungan tersebut meliputi hubungan motivasi kerja terhadap kinerja guru dab
hubungan kompetensi guru terhadap kinerja guru. Uraiannya sebagai berikut:
2.2.1 Hubungan Motivasi Kerja dab Kinerja Guru
Faktor ynag memengaruhi kinerja guru dapaat berasal dari dalam diri guru
(internal) maupun dari luar diri guru (eksternal). Dua faktor ynag dapaat
memengaruhi kinerja guru ynag berasal dari dalam (internal) adalah kompetensi
guru dab motivasi. Menurut T.R Mitchell (1978) dalam Rachmawati dab
Daryanto (2013: 137) teori dasar ynag digunakan sebagai landasan menilai kinerja
guru adalah Performance = Motivation x Ability. Dari pernyataan tersebut dapaat
dikatakan bahwa, motivasi dab abilitas adalah unsur-unsur ynag berfungsi
membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Dengan kata
lain bahwa faktor ynag memengaruhi pencapaian kinerja salah satunya adalah

1
30

faktor motivasi (motivation).


Motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri dab luar diri seseorang
untuk melakukan sesautu ynag mengarah pada upaya untuk mencapai tujuan ynag
telah ditetapkan. Syarif dalam Jurnal Media Akademika (2011: 126-7)
berpendapaat bahwa faktor-faktor ynag memengaruhi kinerja guru disebabkan
oleh faktor internal dab faktor eksternal. Faktor internal pada guru ynag memiliki
kinerja ynag baik salah satunya yaitu memiliki motivasi atau dorongan. Lebih
lanjut Mulyasa (2014: 120) berpendapaat “Motivasi merupakan salah satu faktor
ynag turut menentukan keefektifan kerja”.
Motivasi kerja guru adalah faktor ynag mendorong seorang guru untuk
melaksanakan pekerjaannya dengan penuh semangat sehingga akan memperoleh
hasil kinerja ynag lebih baik. Di dalam dunia pekerjaan di segala bidabg termasuk
bidabg pendidikan, motivasi memiliki peranan ynag sangat penting, seseorang
akan bekerja lebih giat dab tekun apabila memiliki motivasi ynag tinggi dalam
dirinya. Seorang pekerja merupakan bagian komponen ynag berperan penting
dalam sautu organisasi kerjanya. Organisasi kerja memberi pengaruh ynag
signifikan terhadap tinggi rendahnya motivasi seseorang.
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor ynag turut menentukan kinerja
seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang
tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi ynag diberikan. Ardiana
(2017) juga mengemukakan guru sebagai tenaga profesional kependidikan,
memiliki motivasi kerja ynag berbeda antara guru ynag satu dengan lainnya. Hal
ini kelak akan berakibat adabya perbedaan kinerja guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Selain itu pendapaat Mulyasa (2013: 120) “Para pegawai (guru) akan
bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi ynag tinggi.
Berdasarkan penjelasan ynag telah dikemukakan, dapaat disimpulkan
bahwa motivasi kerja guru merupakan faktor penting dalam peningkatan kinerja
guru karena sebagai pendorong utama setiap guru melaksanakan tugas profesinya
sesuai ketentuan ynag berlaku.

2.2.2 Hubungan Kompetensi Guru dab Kinerja Guru

1
31

Selain motivasi, faktor ynag memengaruhi kinerja yaitu kemampuan.


Faktor kemampuan ynag dapaat memengaruhi kinerja guru adalah penguasaan
kompetensi guru. Menurut T.R Mitchell (1978) dalam Rachmawati dab Daryanto
(2013: 137) teori dasar ynag digunakan sebagai landasan menilai kinerja guru
adalah Performance = Motivation x Ability. Dari pernyataan tersebut dapaat
dikatakan bahwa, motivasi dab abilitas adalah unsur-unsur ynag berfungsi
membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Dengan kata
lain bahwa faktor ynag memengaruhi pencapaian kinerja salah satunya adalah
faktor kemampuan (ability).
Kinerja guru dapaat ditunjukkan dari kemampuan guru dalam menguasai
kompetensi ynag dipersyaratkan, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dab kompetensi profesional (Undabg-Undabg
Nomor 14 Tahun 2005).
Kompetensi guru adalah merupakan gambaran tentang apa ynag
seyogyanya dapaat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,
baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil pekerjaan ynag ditunjukkan.
Suyanto dab Jihad (2013: 39) mengemukakan bahwa:
Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa ynag dapaat
dilakukan seseorang dalam bekerja, serta wujud dari pekerjaan tersebut
ynag dapaat terlihat. Untuk dapaat melakukan sautu pekerjaan, seseorang
harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dab
keterampilan ynag relevan dengan bidabg pekerjaannya.

Dari pendapaat tersebut, dapaat disimpulkan bahwa kompetensi guru


merupakan gambaran tentang apa ynag harus dilakukan guru dalam
melakasanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun hasil ynag
dapaat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah
kemampuan ynag harus ada dalam diri guru agar dapaat mewujudkan kinerjanya
secara tepat dab efektif.

2.1 Kajian Empiris


Penelitian mengenai motivasi kerja dab kompetensi guru sudah pernah
dilakukan oleh beberapa penulisterdahulu. Penelitian ynag relevan ini akan

1
32

dijadikan sebagai bahan pengembangan penulis dalam melaksanakan penelitian.


Penelitian ynag relevan ynag sudah pernah dilakukan oleh beberapa
penulisterdahulu sebagai berikut:
(1) Husni (2014) dari Universitas Negeri Andalas dengan judul penelitian
“Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus SLTP di Kota
Sawahlunto)”.
(2) Sari (2014) dari Universitas Islam 45 Bekasi dengan judul penelitian
“Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Kinerja Mengajar Guru
di SDIT Nurul Falah Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi”.
(3) Rahman (2014) dari Universitas Khairun Ternate dalam jurnalnya ynag
berjudul “Professional Competence, Pedagogical Competence and the
Performance of Junior High School of Science Teachers”.
(4) Kusumawardabi (2015) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul
penelitian “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru, Kompetensi
Profesional Guru dab Lingkungan Belajar Siswa terhadap Motivasi Belajar
Siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Wijayakusuma
Jatilawang”.
(5) Mardawiah (2016) dari Universitas Tadulako dengan judul “Pengaruh
Kompetensi Pedagogik Guru dab Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil
Belajar Pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Palu”.
(6) Hartiningsih (2015) dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi Pedagogik,
Motivasi Kerja dab Supervisi Akademis terhadap Kinerja Guru Madrasah
Aliyah se Kota Yogyakarta.
(7) Liana (2015) dari Universitas Stikubank Semarang dengan judul penelitian
“Pengaruh Motivasi Kerja dab Kompetensi Profesional terhadap Kinerja
Guru dimoderasi oleh Supervisi (Studi Kasus pada Guru SMA Negeri
Wilayah Timur Di Kabupaten Pemalang)”.
(8) Afriyanti (2015) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul penelitian
“Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar
Gugus Sadewa dab Bima Kecamatan Kutowinangun Kabupaten

1
33

Kebumen”.
(9) Viqraizin (2015) dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul
penelitian “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dab Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Guru di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Gondokusuman
Yogyakarta”.
(10) Gromova (2016) dari Kazan (Volga region) Federal University, Kazan,
Russia dalam jurnalnya ynag berjudul “Pedagogical Conditions of
Formation of Professional Competence of Future Music Teachers on the
Basis of an Interdisciplinary Approach”.
(11) Puspitasari (2016) dari Universitas Negeri Malang dalam jurnalnya ynag
berjudul “Teachers Pedagogical and Professional Competences in CLIL-
Based Primary Schools in Indonesian Context”.
(12) Drovnikov (2016) dari University Named After A.N. Tupolev, Kazan,
Russia dalam jurnalnya ynag berjudul “Teachers Professional
Competence Assessment Technology in Qualification Improvement
Process”.
(13) Pahrudin (2016) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam jurnalnya
ynag berjudul “The Effect of Pedagogic Competency, Personality,
Professional and Social Competency Teacher to Study Achievement of
Economic Lesson in State Senior High School of East Lombok District
Academic Year 2015/2016”.
(14) Rahmiati (2016) dari Universitas Tanjungpura Pontianak dengan judul
penelitian “Pengaruh Kompetensi 47 Profesional dab Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri Pontianak Selatan”.
(15) Indra (2016) dari IAIN Surakarta dengan judul penelitian “Pengaruh
Kompetensi Pedagogik dab Kompetensi Profesional Guru PAI terhadap
Prestasi Belajar PAI pada Siswa SMK Farmako Medika Plus Caringin-
Bogor”.
(16) Nabila (2016) dari Universitas Negeri Yogyakarta dalam jurnalnya ynag
berjudul “The Influence of Pedagogic Competence and Professional
Competence to Performance of Teachers Social Studies in Trowulan

1
34

District”.
(17) Tanang (2016) dari Universitas Teknologi Malaysia dalam jurnalnya ynag
berjudul “Teacher Professionalism and Professional Development
Practices in South Sulawesi, Indonesia”.
(18) Gafil, Samsurizal.M.S., dab Sarjan.N.H (2017) dari Universitas Tadulako
dengan judul “Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Aktivitas
Belajar Siswa, Kemudahan Memahami Materi Pembelajaran dab Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di SMP Rayon II Kabupaten Sigi”.
(19) Fitriani, Murniati.A.R, dab Usman (2017) dari Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh dengan judul “Kompetensi Profesional Guru Dalam
Pengelolaan Pembelajaran Di MTs Muhammadiyah Banda Aceh”.
(20) Rahmayanti (2017) dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dalam
jurnalnya ynag berjudul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik terhadap
Kinerja Guru di Gugus Langsat Banda Aceh”.
(21) Nurdianti (2017) dari Universitas Siliwangi dengan judul penelitian
“Pengaruh Kompetensi Profesional dab Kompetensi Pedagogik terhadap
Kinerja Guru Ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung”.
(22) Sappaile (2017) dari Sekolah Tinggi Keguruan Dab Ilmu Pendidikan
(STKIP) Kusuma Negara dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi
Pedagogik, Kompetensi Profesional, dab Sikap Profesi Guru Tehadap
Kinerja Penilaian Guru di Sekolah Dasar”.
(23) Kurniawan (2017) dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dengan
judul penelitian “Pengaruh Motivasi Kerja dab Kesejahteraan Guru
Terhadap Kompetensi Profesional Guru pada MIN Air Joman dab MIS
MPI Binjai Serbangan Kabupaten Asahan”.
(24) Tiara Anggia Dewi (2015) ynag dimuat dalam jurnal volume 13 nomor 1
ynag berjudul “Pengaruh Profesionalisme Guru dab Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru Ekonomi SMA Se-Kota Malang”.
(25) Hadi (2018) Universitas Wanita Internasional “Pengaruh Kompetensi
Pedagogik Dab Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru
Bimbingan dab Konseling di SDLB Kota Bandung”.

1
35

(26) Latif (2018) dari Univeritas Tadulako dengan judul penelitian “Pengaruh
Kompetensi Profesional dab Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja
Guru Akuntansi pada Madrasah Aliyah Negeri di Kota Palu”.
(27) Paida (2018) dari Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul
penelitian “Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dab
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 4 Makassar”.
(28) Rakhman (2018) dari Universitas Galuh Ciamis dengan judul penelitian
“Pengaruh Kompetensi Pedagogik dab Kelompok Kerja Guru (KKG)
Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dab Kesehatan”.
(29) Nurmalasari (2018) dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
dengan judul penelitian “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Kompetensi Pedagogik dab Kompetensi Profesional Guru terhadap
Kinerja Guru SMK Bisnis Manajemen di Kabupaten Klaten”.
(30) Suyitno (2018) dari Balai Diklat Keagamaan Semarang dengan judul
penelitian “Pengaruh Hasil Diklat, Kompetensi Pedagogik, dab
Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru”.
(31) Wajib Tati dab Meitiana (2014) ynag dimuat dalam jurnal sains
manajemen berjudul “Pengaruh Pegembangan Profesionalisme dab
Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru”.
(32) Penelitian ynag dilakukan oleh Aini, Wardabi, & Nugroho (2016)
mahasiswa dab dosen dari Universitas Negiri Sebelas Maret Surakarta
dengan judul “Pengaruh motivasi kerja dab Kreativitas Guru terhadap
Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa di SMK Batik 1 Surakarta”.
(33) Bambang Kristianto Wibowo (2013) ynag dimuat dalam jurnal STIE
Semarang volume 5 nomor 2 berjudul “Pengaruh Komunikasi Internal,
Motivasi Kerja, dab Loyalitas terhadap Kinerja Guru SMKN Rumpun
Bisnis se Kota Semarang”.
(34) Zetriuslita dab Reni Wahyuni (2013) ynag dimuat dalam jurnal pendidikan
matematika dab sains berjudul “Hubungan Motivasi Kerja dab
Kesejahteraan terhadap Kinerja Guru Matematika SMP di Kota Pekanbaru
”.

1
36

(35) Baqi (2019) dari Universitas Muhammadiyah Jakarta dengan judul


penelitian “Pengaruh Kompetensi Profesional terhadap Kinerja Guru di
SMP Muhammadiyah Parakan Pamulang”.
(36) Rasam (2019) dari Universitas Indraprasta PGRI Jakarta dengan judul
penelitian “Peran Kompetensi dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMA
Jakarta Selatan”.
Berdasarkan beberapa penelitian ynag telah dilakukan oleh penulis
terdahulu, diketahui bahwa terdapaat persmaaan dab perbedaan antara penelitian
ini dengan penelitian terdahulu. Persmaaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yaitu adabya persmaaan variabel penelitian berupa motivasi kerja,
kompetensi guru, dab kinerja guru. Sedabgkan perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yaitu pada jenjang pendidikan, objek penelitian,
waktu penelitian, dab tempat penelitian ynag digunakan peneliti, pada penelitian
ini dilakukan di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes pada
bulan Desember 2021 sampai Februari 2022.

2.2 Kerangka Berpikir.


Kinerja guru adalah hasil atau prestasi ynag diperlihatkan oleh guru dalam
kewajiban dab tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas pendidikan dab
pengajaran. Kewajiban dab tanggung jawab guru dalam melaksanaan tugas
pendidikan dab pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya,
motivasi kerja ynag merupakan dorongan dari dalam diri dab luar diri seseorang
untuk melakukan sesautu ynag mengarah pada upaya untuk mencapai tujuan ynag
telah ditetapkan. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor ynag turut
menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada
kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi ynag
diberikan. Berikutnya adalah kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa
ynag seyogyanya dapaat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan
pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil pekerjaan ynag

1
37

ditunjukkan. Kompetensi guru dibagi menjadi empat meliputi kompetensi


pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dab kompetensi
kepribadian.
Penelitian ini membahas tentang motivasi kerja dab kompetensi guru.
Rasionalnya adalah apabila motivasi kerja dab kompetensi guru bagus, diharapkan
kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya bagus maka kegiatan belajar
mengajarnya pun juga bagus. Guru ynag memiliki motivasi kerja tinggi dab
kompetensi ynag bagus akan menimbulkan dampak ynag positif serta
meningkatkan kinerja seorang guru. Akan tetapi jika motivasi guru dalam bekerja
kurang serta tidak ada upaya untuk mengembangkan profesinya, hal tersebut akan
berdampak pada rendahnya tingkat kinerja guru tersebut.
Indikator kinerja guru dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan
Rachmawati dab Daryanto (2013: 121) bahwa terdapaat tiga dimensi kinerja guru.
Dimensi kinerja guru mencakup kegiatan perencanaan pembelajaran, proses
kegiatan pelaksanaan pembelajaran, serta penilaian pembelajaran. Guru
merupakan komponen penting ynag memengaruhi keberhasilan pendidikan.
Sebagai faktor penting ynag memengaruhi keberhasilan pendidikan, guru
mempunyai kewajiban dab tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan
nasional dab terselenggaranya pendidikan ynag berkualitas. Peningkatan kualitas
guru akan sangat memengaruhi kualitas pendidikan. Berhasil tidaknya guru dalam
menciptakan pendidikan ynag berkualitas dapaat dilihat dari prestasi atau kinerja
guru, terutama kinerja guru dalam mengajar. Untuk menunjang kinerja guru
tersebut diperlukan motivasi kerja serta kompetensi guru. Motivasi kerja
diperlukan bagi guru sebagai landasan awal guru melakukan perkerjaannya ynag
membuat guru memiliki target ynag harus dicapai dalam proses tersebut, dalam
penelitian ini indicator motivasi kerja dikembangkan menurut Uno (2016) ynag
menytakan bahwa motivasi kerja dibagi menjdi dua, yaitu motivasi internal dab
motivasi eksternal. Sedabgkan kompetensi guru menjadi sesautu ynag wajib
dimiliki setiap guru, karena kualitas guru dapaat dilihat dari kompetensi guru itu
sendiri. Indicator kompetensi guru dikembangkan berdasarkan pendapaat Priansa
(2014: 123-7) ynag menyebutkan kompetensi guru terbagi menjadi empat, yaitu:

1
38

kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dab


kompetensi kepribadian.
Keterkaitan antara motivasi kerja (X1) dab kompetensi guru (X2) terhadap
kinerja guru (Y) dapaat digambarkan dalam kerangka berpikir berikut ini:

Motivasi Kerja (X1)


Dimensi menurut Uno (2016:
73), meliputi:
1. Motivasi Internal
Kinerja Guru (Y)
2. Motivasi Eksternal
Rachmawati dab
Daryanto (2013: 121):
(1) rencana
pembelajaran (RPP)
Kompetensi Guru (X2) (2) prosedur
Menurut Priansa (2014: 123-7) pembelajaran
meliputi: (3) Hasil guru menilai
1. kompetensi pedagogik, pembelajaran
2. kompetensi kepribadian,
3. kompetensi sosial, dab
4. kompetensi profesional

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian


Keterangan:
X1 : Motivasi Kerja
X2 : Kompetensi Guru
Y : Kinerja Guru

2.1 Hipotesis
Arikunto (2013:110) mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai sautu
jawaban ynag bersifat sementara ynag berfungsi untuk menjawab permasalahan
penelitian sampai terbukti kebenarannya melalui data ynag terkumpul. Maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H01: Tidak terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes. (ρ=0).
Ha1: Terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara motivasi kerja dengan

1
39

kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu


Kabupaten Brebes. (ρ=0).
H02: Tidak terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara kompetensi
guru dengan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes. (ρ≠0).
Ha2: Terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara kompetensi guru
dengan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes. (ρ=0).
H03: Tidak terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara motivasi kerja
dab kompetensi guru dengan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan
6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. (ρ≠0).
Ha3: Terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara motivasi kerja dab
kompetensi guru dengan kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan 6
Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. (ρ≠0).

1
40

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah-langkah ynag akan dilakukan


penulisselama melaksanakan penelitian. Pada bagian metode penelitian akan
dijelaskan mengenai desain penelitian, tempat dab waktu penelitian, populasi dab
sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik dab instrumen
pengumpulan data, dab analisis data ynag digunakan oleh peneliti. Uraian
selengkapnya sebagai berikut:

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan sebagai metode penelitian ynag berlandaskan pada filsafat
positivisme, dimana penelitian digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis ynag telah dirumuskan
(Sugiyono, 2016:11).
Metode penelitian ynag digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode penelitian ex-post facto. Sukmadinata (2017: 55) menyatakan metode ini
meneliti hubungan sebab-akibat ynag tidak dimanipulasi oleh peneliti. Adabya
hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, dimana sautu variabel
dipengaruhi oleh variabel tertentu. Kerlinger (1973) dalam Thoifah (2015:225)
menyatakan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian empiris ynag
sistematis dimana variabel bebas tidak dikendalikan secara langsung karena isi
dari variabel tersebut telah terjadi, atau variabel tersebut pada dasarnya tidak
dapaat dimanipulasi.

1
41

Berdasarkan beberapa pendapaat tersebut, dapaat disimpulkan bahwa


metode penelitian ex post facto adalah metode penelitian ynag dilakukan untuk
menyelidiki peristiwa ynag telah terjadi dengan melihat ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor ynag menyebabkan kejadian tersebut tanpa ada
perlakuan langsung dari peneliti, serta mendeskripsikan variabel ynag
memengaruhinya.
3.2 Waktu dab Tempat Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan mengenai tempat dab waktu penelitian. Uraian
selengkapnya sebagai berikut.
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan November 2021 sampai dengan
Februari 2022. Penelitian ini diawali dengan kegiatan studi pendahuluan pada
bulan November 2021 dab dilanjutkan penyusunan proposal penelitian pada bulan
November 2021 sampai Desember 2021. Pelaksanaan penelitian direncanakan
pada bulan Desember 2021. Penelitian diakhiri dengan kegiatan pelaporan dab
revisi hasil ynag direncanakan pada bulan Januari sampai Februari 2022.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Binaan 6 ynag berada di wilayah
kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. SD Binaan 6 terdiri dari 7 Sekolah Dasar
yaitu SD Laren 1, SD Laren 3, SD Laren 4, SD Kaliwadas 1 , SD Kaliwadas 2,
SD Pamijen 1, dab SD Pamijen 2. Tempat penelitian dipilih berdasarkan pada
hasil observasi peneliti di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes
ynag menunjukan memiliki permasalahan terkait dengan judul penelitian.
3.3 Populasi dab Sampel
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai populasi dab sampel ynag akan
digunakan oleh peneliti. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
3.3.1 Populasi
Arikunto (2013:173) mengartikan populasi adalah keseluruhan objek ynag
akan diteliti. Sedabgkan, Riduwan (2015:54) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan dari unit hasil pengukurannya ynag menjadi objek penelitian.
Sugiyono (2016:119) mengemukakan populasi adalah sautu kelompok ynag

1
42

terdiri atas objek/subjek ynag mempunyai kuantitas dab ciri khas tertentu ynag
ditetapkan oleh penulisberdasarkan data di lapangan untuk dipelajari dab
kemudian ditarik kesimpulannya.
Dapaat disimpulkan bahwa populasi merupakan sautu kelompok ynag
secara umum menjadi perhatian penulisserta kelompok ynag memenuhi syarat-
syarat tertentu ynag berkaitan dengan masalah penelitian dab berpegaruh terhadap
hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru ynag ada di SD
Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes dengan jumlah 55 Guru.
3.3.2 Sampel
Sampel termasuk dalam bagian dari populasi ynag akan diiteliti. Sugiyono
(2016:120) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi ynag memiliki
ciri dab jumlah tertentu. Sampel digunakan dalam penelitian, jika populasi dalam
penelitian tersebut banyak dab penulistersebut tidak memungkinkan untuk
menggunakan semua populasi itu. Agar sampel ynag diambil representatif, maka
penulisharus menggunakan teknik pengambilan sampel ynag tepat.
Teknik sampling dikelompokkan menjadi dua, yaitu Probability Sampling
dab Nonprobability Sampling. Masing-masing kelompok sampling memiliki jenis
teknik sampling. Teknik sampling ynag digunakan dalam penelitian ini adalah
Probability Sampling dengan jenis teknik sampling jenuh.
Sugiyono (2017: 121) berpendapaat bahwa “Teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel ynag dilakukan dalam sautu penelitian”. Teknik
sampling dapaat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Probability Sampling dab
Nonprobability Sampling (Sugiyono, 2017: 121). Probability Sampling adalah
teknik pengambilan sampel ynag memberikan peluang ynag smaa bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2017:
122). Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel ynag tidak
memberi peluang/kesempatan smaa bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017: 125).
Teknik sampling jenuh merupakan salah satu teknik menentukan sampel
apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014: 126).
Teknik sampling ini sering digunakan pada saat jumlah populasi relatif kecil,

1
43

yaitu kurang dari 30 orang. Selain hal tersebut, alasan penggunaan teknik
sampling ini adalah untuk membuat generalisasi dengan meminimalisir kesalahan.
Jika jumlah populasi kurang dari 100, sebaiknya seluruh populasi dijadikan
sampel (Thoifah, 2016: 16). Sampel ynag diambil dalam penelitian ini berupa
sampel proporsi, karena populasi di setiap sekolah berbeda. Arikunto (2013: 182)
berpendapaat bahwa “adakalanya banyaknya subjek ynag terdapaat pada setiap
strata atau setiap wilayah tidak smaa”. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel
ynag representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah
ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dari masing-
masing strata atau wilayah. Jadi, sampel ynag digunakan dalam penelitian ini
sejumlah dengan populasinya, yaitu 55 responden.

3.4 Variabel Penelitian


Sugiyono (2016:63), variabel penelitian adalah sesautu ynag ditetapkan
oleh penulisuntuk dipelajari ciri-cirinya sehingga diperoleh informasi secara
mendalam tentang hal tersebut, ynag kemudian ditarik kesimpulannya. Sehingga
dapaat disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan segala sesautu ynag
dianggap memiliki masalah dab telah ditetapkan sebagai objek penelitian ynag
kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel ynag
meliputi dua variabel bebas dab satu variabel terikat.
3.4.1 Variabel Independent
Variabel bebas atau ynag bisa disebut variabel independen, Sugiyono
(2016:64) menjelaskan variabel bebas merupakan variabel ynag menjadi sebab
munculnya variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapaat dua variabel bebas
(variabel independent), yaitu motivasi kerja (X1) dab kompetensi guru (X2).
3.4.1 Variabel Dependent
variabel terikat merupakan variabel ynag dipengaruhi dari adabya variabel
bebas (Sugiyono, 2016:64). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja
guru (Y) SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.

1
44

3.5 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel digunakan untuk memberikan gambaran
kepada pembaca mengenai variabel ynag diamati dalam penelitian. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan pemahaman dab tujuan ynag ingin
dicapai. Terdapaat tiga variabel penelitian dalam penelitian ini, yaitu motivasi
kerja (X1) dab kompetensi guru (X2) sebagai variabel bebas dab kinerja guru (Y)
sebagai variabel terikat. Variabel-variabel tersebut didefinisikan secara
operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi Operasional Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dab keberhasilan guru dalam
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran ynag meliputi kegiatan merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
mebimbing dab melatih siswa, dab melaksanakan tugas tambahan. Kinerja adalah
unjuk kerja seseorang ynag diperoleh melalui instrumen pengumpulan data
tentang kinerja seseorang. Sesuai dengan Undabg-Undabg Tahun 2005 Nomor 14
tentang Guru dab Dosen, kinerja guru dapaat ditunjukkan melalui 4 kompetensi
yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dab
kompetensi profesional.
3.5.2 Definisi Operasional Motivasi Kerja
Motivasi kerja guru adalah dorongan ynag ada di dalam seorang guru
untuk melakukan sautu pekerjaan tertentu ynag berhubungan dengan proses
pembelajaran dab faktor pendukungnya ynag telah ditetapkan sebelumnya.
Dorongan ini ada ynag berasal dari dalam dab dari luar ynag ada pada seorang
guru untuk melakukan sautu kegiatan ynag dapaat terlihat dari dimensi internal
dab eksternal.
3.5.3 Definisi Operasional Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah merupakan gambaran tentang apa ynag
seyogyanya dapaat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,
baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil pekerjaan ynag ditunjukkan.

1
45

Indikator kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi


kepribadian, kompetensi sosial, dab kompetensi profesional.

3.1 Teknik dab Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara ynag akan digunakan
penulisuntuk mengumpulkan data, sedabgkan instrumen pengumpulan data
merupakan alat ynag akan digunakan penulisuntuk mengumpulkan data.
Penjelasan selengkapnya mengenai teknik dab instrumen pengumpulan data
sebagai berikut.

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Terdapaat beberapa macam teknik pengumpulan data ynag digunakan


dalam sautu penelitian. Teknik pengumpulan data ynag digunakan dalam
penelitian ini yaitu wawancara, angket, dab dokumentasi. selengkapnya sebagai
berikut.
3.6.1.1 Wawancara
Riduwan (2015:74) menyatakan wawancara adalah salah satu cara
pengumpulan data dengan memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

1
46

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pada saat peneliti melakukan


studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan ynag harus diteliti, dab untuk
mengetahui hal-hal ynag lebih mendalam dari responden (Sugiyono, 2016: 188).
Wawancara dapaat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstuktur. Wawancara
tidak terstruktur digunakan peneliti untuk penelitian pendahuluan. Teknik
wawancara ynag digunakan peneliti merupakan pendahuluan untuk mendapaatkan
informasi awal tentang permasalahan ynag terjadi di tempat penelitian, yaitu
motivasi kerja, kompetensi guru, dab kinerja guru.
3.6.1.2 Angket
Menurut Creswell dalam Sugiyono (2016, 192) kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data ynag dilakukan dengan cara mengisi pertanyaan atau
pernyataan oleh partisipan ynag diberikan peneliti sesuai dengan keadaan ynag
sebenarnya. Jenis angket pada penelitian ini peneliti menggunakan angket
tertutup. Widoyoko (2017: 36) mengidentifikasikan angket tertutup merupakan
angket ynag telah disediakan alternatif jawaban maupun responnya dab responden
tinggal memilih sesuai dengan keadaan ynag sebenarnya. Angket dalam penelitian
ini berpedoman pada indikator motivasi kerja, kompetensi guru, dab kinerja guru.

3.6.1.3 Daftar Cocok Data Dokumentasi


Riduwan (2015:77) menyatakan bahwa data dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian. Data dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan daftar nama
guru dab sekolah di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.

3.6.1 Instrumen Penelitian


Instrumen digunakan sebagai alat untuk memperoleh data dalam
penelitian. Riduwan (2015:78) menyatakan, instrumen penelitian digunakan
sebagai alat untuk mengukur nilai variabel ynag akan diteliti. Pada penelitian ini,
peneliti menggunkan instrumen Instrumen ynag digunakan dalam penelitian ini
adalah angket.
3.6.2.1 Instrumen Variabel Kinerja Guru (Y)

1
47

Instrumen kinerja guru dalam penelitian ini menggunakan angket


(kuesioner). Jenis angket ynag digunakan yaitu angket tertutup dengan
menggunakan skala Likert. Hal tersebut dikarenakan skala Likert merupakan
skala ynag digunakan untuk mengukur sikap, pendapaat, dab persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang sautu kejadian atau gejala sosial ynag telah
ditetapkan oleh peneliti sebagai objek penelitian (Riduwan, 2015:87). Angket
ynag diberikan kepada responden memiliki empat alternatif jawaban (pernyataan),
yaitu: skala selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadabg-kadabg diberi skor 2,
dab tidak pernah diberi skor 1 untuk jawaban positif. Sebaliknya, berlaku juga
untuk jawaban (pernyataan) negatif. Responden menjawab dengan memberikan
tanda checklist (√) pada kolom ynag tersedia sesuai dengan keadaan ynag dialami
oleh responden.
Instrumen ynag digunakan untuk mengukur variabel kinerja guru (Y)
dikembangkan atas dasar indikator kinerja guru ynag dikemukakan oleh
Rachmawati dab Daryanto (2013: 121). Indikator tersebut dijadikan sebagai acuan
untuk menyusun poin-poin instrumen ynag berupa pertanyaan atau pernyataan.
Lebih jelasnya dapaat dilihat pada tabel 3.2 tentang kisi-kisi angket kinerja guru
berikut ini:.

1
48

3.6.2.2 Instrumen Variabel Motivasi Kerja


Instrumen variabel motivasi kerja dalam penelitian ini menggunakan
angket. Angket ynag digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup
dengan skala Likert. Menurut Riduwan (2015:72) angket tertutup adalah angket
ynag disajikan dimana responden diminta untuk memilih satu jawaban ynag
sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau
cheklist ( . Pernyataan ynag digunakan dalam angket adalah pernyataan positif
dab negatif, dimana alternatif jawaban ynag digunakan pada angket tersebut
menggunakan skala likert. Angket ynag diberikan kepada responden berbentuk
empat alternatif jawaban (pernyataan) dengan skala selalu diberi skor 4, sering
diberi skor 3, kadabg-kadabg diberi skor 2, dab tidak pernah diberi skor 1 untuk
jawaban positif dab sebaliknya untuk jawaban (pernyataan) negatif.

1
49

Instrumen ynag digunakan untuk mengukur variabel dikembangkan atas


dasar definisi operasional variabel motivasi kerja dari pendapaat Uno (2016: 73).
Variabel ynag diukur dijabarkan dalam bentuk dimensi ynag akan dikembangkan
menjadi indikator. Indikator tersebut dijadikan sebagai acuan dalam menyusun
item-item instrumen ynag berupa pernyataan-pernyataan. Lebih jelasnya dapaat
dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi instrumen variabel motivasi kerja, sebagai berikut:

3.6.2.3 Instrumen Variabel Kompetensi Guru


Instrumen variabel kompetensi guru dalam penelitian ini menggunakan
angket. Angket ynag digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup
dengan skala Likert. Menurut Riduwan (2015:72) angket tertutup adalah angket
ynag disajikan dimana responden diminta untuk memilih satu jawaban ynag
sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau
cheklist ( . Pernyataan ynag digunakan dalam angket adalah pernyataan positif
dab negatif, dimana alternatif jawaban ynag digunakan pada angket tersebut
menggunakan skala likert. Angket ynag diberikan kepada responden berbentuk
empat alternatif jawaban (pernyataan) dengan skala selalu diberi skor 4, sering
diberi skor 3, kadabg-kadabg diberi skor 2, dab tidak pernah diberi skor 1 untuk
jawaban positif dab sebaliknya untuk jawaban (pernyataan) negatif.
Instrumen ynag digunakan untuk mengukur variabel dikembangkan atas
dasar definisi operasional variabel kompetensi guru dari pendapaat Undabg-

1
50

Undabg No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 10. Indikator tersebut dijadikan sebagai
acuan dalam menyusun item-item instrumen ynag berupa pernyataan-pernyataan.
Lebih jelasnya dapaat dilihat pada tabel 3.4 kisi-kisi instrumen variabel
kompetensi guru, sebagai berikut

1
51

Instrumen penelitian ynag digunakan harus memenuhi persyaratan


tertentu. Sebelum melakukan pengambilan data, instrumen ynag telah disusun di
uji cobakan terlebih dahulu. Sukmadinta (2017: 228) menyatakan sautu instrumen
penelitian harus memenuhi dua macam persyaratan, yaitu validitas dab reliabilitas.

1
52

Lebih jelasnya tentang uji validitas dab reliabilitas instrumen akan dijelaskan pada
pembahasan selanjutnya.

3.6.1 Uji Validitas Instrumen


Arikunto dalam Riduwan (2015:97) menjelaskan validitas adalah sautu
ukuran ynag menunjukkan tingkat kebenaran sautu alat ukur. Untuk mengetahui
apakah angket disiplin dab kompetensi guru mampu menghasilkan data ynag
akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, maka angket tersebut harus valid. Sugiyono
(2016:168) menjelaskan bahwa syarat untuk mendapaatkan hasil penelitian ynag
valid dab reliabel dibutuhkan instrumen ynag valid dab reliabel pula. Uji validitas
angket terdiri dari validitas internal dab validitas eksternal.
3.6.3.1 Validitas Internal
Validitas internal terdiri dari validitas isi dab validitas konstruksi. Pada
penelitian ini, validitas ynag akan digunakan adalah validitas konstruksi. Menurut
Sugiyono (2016: 170) instrumen nontest ynag digunakan dalam mengukur sikap
cukup memenuhi validitas konstruksi. Untuk menguji validitas konstruksi pada
penelitian ini, penulismenggunakan panilai dari ahli. Penilai ahli dalam penilaian
ini adalah Ika Ratnaningrum, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi.
3.6.3.2 Validitas Eksternal
Validitas eksternal merupakan validitas instrumen ynag kriteria validitas
didasarkan pada fakta empiris atau penglaman (Widiyoko, 2017: 150).
Sedabgkan, Sugiyono (2016:170) berpendapaat bahwa validitas eksternal dari
sautu instrumen dikembangkan berdasarkan fakta empiris atau kejadian nyata
ynag ada di lapangan. Instrumen diuji dengan cara membandingkan antara
kriteria ynag ada pada instrumen dengan fakta-fakta ynag berada di lapangan.
Instrumen angket diuji dengan cara membandingkan antara kriteria ynag terdapaat
pada instrumen dengan fakta empiris ynag terdapaat di lapangan. Dalam
penelitian ini pengujian validitas data hasil uji coba angket menggunakan korelasi
Bivarate Pearson (Korelasi Pearson Product Moment). Pengujian hasil uji coba
tersebut dibantu dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

1
53

versi 22, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: klik Analyze - Correlate -


Bivarate. Setelah itu akan muncul kotak dialog Bivarate Correlation, masukkan
data variabel pada kotak Varables. Pada Correlation pilih Pearson dab pada Test
of Significance pilih Two-tailed, lalu klik OK (Priyatno, 2010: 91-94).
Berdasarkan hasil rekap uji validitas pada angket motivasi kerja, terdapaat

22 item pernyataan ynag valid, pada angket kompetensi guru terdapaat 21 item

pernyataan ynag valid, serta pada angket kinerja guru terdapaat 24 item

pernyataan ynag valid. Hasil perhitungan validitas dapaat dilihat pada tabel 3.5,

tabel 3.6, dab tabel 3.7 berikut ini.

Pengambilan keputusan pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf


signifikansi 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu r hitung ≥ rtabel (uji dua
sisi dengan sig. 0,05) maka isntrumen dinyatakan valid, jika r hitung < rtabel (uji dua

1
54

sisi dengan sig. 0,05), maka instrumen dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2010:
94).

3.6.2 Uji Reliabilitas


Selain valid, instrumen juga harus memenuhi syarat reliabel. Reliabilitas
berasal dari kata reliable ynag artinya dapaat dipercaya. Menurut Widoyoko
(2017: 157) instrumen tes dapaat dikatakan reliable (dapaat dipercaya) apabila
instrumen tes tersebut telah diujikan berkali-kali tetapi hasilnya masih tetap
(konsisten). Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas menurut Sekaran (1992)
dalam Priyatno (2010:98) adalah apabila reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang
baik, sedabgkan 0,7 dapaat diterima dab di atas 0,8 adalah baik.
Hasil perhitungan uji reliabilitas pada Cronbach’s Alpha sebesar 0,738
untuk angket motivasi kerja, Cronbach’s Alpha sebesar 0,731 untuk angket
kompetensi guru, dab Cronbach’s Alpha sebesar 0,738 untuk angket kinerja guru
ynag sudah terlampir pada lampiran. Berdasarkan ketiga nilai reliabilitas tersebut,
dapaat diketahui bahwa butir-butir pernyataan angket dalam penelitian ini
dikatakan reliabel, karena hasil perhitungan 0,738, 0,731 dab 0,738 lebih besar
dari 0,6.
3.1 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis data ynag digunakan yaitu analisis statistik
deskriptif, uji prasyarat analisis, dab uji hipotesis. Uraian selengkapnya sebagai
berikut:
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Iqbal Hasan dalam Priyatno (2016: 9) menjelaskan bahwa
“statistik deskriptif adalah bagian dari statistika ynag mempelajari cara
pengumpulan data dab penyajian data sehingga mudah dipahami”. Analisis
deskriptif merupakan statistik ynag digunakan untuk mendeskrisikan objek ynag
diteliti melalui data ynag terkumpul dari populasi atau sampel sebagaimana
adabya (Sugiyono, 2016: 199). Proses penganalisisan data ynag diperoleh selama
penelitian, terdapaat berbagai teknik analisis data ynag digunakan.
3.7.1.1 Analisis Deskriptif Variabel Terikat

1
55

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja mengajar guru.


Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa instrumen angket
atau kuesioner untuk mengukur variabel kinerja mengajar guru. Angket atau
kuesioner dalam penelitian ini disebarkan kepada semua guru Sekolah Dasar
Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes ynag termasuk dalam sampel
penelitian. Instrumen penelitian berisi pernyataan-pernyataan mengenai kinerja
mengajar guru. Instrumen ynag digunakan terdiri dari 4 pilihan skala jawaban,
guru diminta untuk memilih salah satu dari 4 alternatif jawaban ynag ada.
3.7.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Bebas
Penelitian ini terdapaat dua variabel bebas, yaitu motivasi kerja (X1) dab
kompetensi guru (X2). Proses pengambilan data menggunakan angket atau
kuesioner. Sasaran angket dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar Binaan
6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes .Angket ynag dibagikan berisi
pernyataan-pernyataan mengenai motivasi kerja dab kompetensi guru. Alternatif
jawaban dalam angket penelitian ini terdiri dari empat jawaban.
3.7.2 Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan oleh penulis apabila penelitiannya
menggunakan analisis parametrik. Riduwan (2015:119) menjelaskan pengujian
persyaratan analisis dilakukan oleh penulisketika menggunakan analisis
parametrik, dimana penulisharus melakukan pengujian persyaratan analisis
terhadap asumsinya seperti homogenitas untuk uji perbedaan, uji normalitas, dab
uji lineritas untuk uji korelasi dab regresi. Penelitian ini merupakan penelitian
tentang pengaruh dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat, sehingga
analisis akhir ynag digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda.
Uji asumsi dasar yanng digunakan untuk mengetahui analisis regresi ganda adalah
uji normalitas dab uji lineritas. Pada uji asumsi klasik regresi persyaratannya yaitu
uji multikolineritas dab uji heteroskedastisitas.
3.7.2.1 Uji Normalitas
Priyatno (2016: 97) mengidentifikasikan uji normalitas ditujukan untuk
mengetahui populasi data apakah data terdistribusi normal atau tidak. Sugiyono
(2016:228) menyatakan, “penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa

1
56

data setiap variabel ynag dianalisis harus berdistribusi normal”. Sedabgkan


apabila data berdistribusi tidak normal, maka pengujian statistiknya menggunakan
statistik nonparametris. Normalitas data sangat penting, karena dengan data ynag
berdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapaat mewakili populasi
(Priyatno, 2016:71).
3.7.2.2 Uji Linieritas
Priyatno, (2010:73) menyatajan uji linieritas digunakan untuk mengetahui
kedua variabel mempunyai hubungan ynag linier atau tidak. Uji ini dilakukan
dengan mencari persmaaan garis regresi variabel bebas terhadap variabel terikat.
Penulismenggunakan program SPSS versi 22 untuk uji linieritas. Prayitno (2010:
73) menyatakan bahwa “pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for
Linierity pada taraf signifikansi 0,05”.
3.7.2.3 Uji Multikolineritas
Multikolinearitas merupakan keadaan dimana kedua variabel independen
atau lebih terjadi hubungan linier ynag sempurna atau mendekati sempurna dalam
model regresi (Priyatno, 2016:129). Uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan linier antar variabel bebas dalam model
regresi. Prasyarat ynag harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adabya
multikolinearitas. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas
dengan melihat nilai toleransi atau Inflation Factor (VIF). Penulismenggunakan
program SPSS dalam menentukan nilai toleransi tersebut.
3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Priyatno (2010:83), menyatakan “uji heteroskedastisitas adalah keadaan
dimana terjadi ketidaksmaaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi”. Prasyarat ynag harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak
adabya masalah heteroskedastisitas. Ada beberapa macam metode untuk uji
heteroskedastisitas antara lain yaitu uji koefisien korelasi Sperman’s rho, uji
glesjer, uji park, dab melihat pola grafik regresi. Pada penelitian ini, penulis
menggunkan uji spearman rho untuk mengorelasikan nilai residual
(Unstandardized residual) dengan masing-masing variabel independent.

1
57

3.7.3 Uji Hipotesis


Analisis akhir dalam penelitian ini ynag digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian dengan menggunakan beberapa teknik yaitu: 1) analisis
korelasi sederhana; 2) analisis regresi linier; 3) analisis korelasi ganda; 4) analisis
regresi berganda; 5) analisis koefisien determinasi; dab 6) uji F. Adapun uraian
selengkapnya sebagai berikut:
3.7.3.1 Analisis Korelasi Sederhana
Priyatno, (2016: 39) menyatakan analisis korelasi sederhana digunakan
sebagai cara untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih ynag
menunjukkan keeratan, arah dab hubungan ynag signifikan atau tidak. Analisis
korelasi (R) berkisar antara 1 sampai -1, nilia semakin mendekati 1 atau -1 berarti
hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti
hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukan hubungan
searah (jika X naik, maka Y naik), sedabgkan nilai negatif menunjukan hubungan
terbalik (jika X naik, maka Y turun) (Priyatno, 2016:39).

3.7.3.2 Analisis Regresi Sederhana


Regresi atau peramalan merupakan proses memprediksi tentang apa ynag
terjadi di masa lalu berdasarkan informasi ynag diperoleh untuk memperkecil
kesalahan ynag smaa di masa mendatang (Riduwan, 2015:147). Analisis regresi
sederhana digunakan untuk memprediksi hubungan ynag linier antara satu
variabel bebas (independen) dengan satu variabel terikat (dependen). Persmaaan
regresi sederhana menurut Riduwan (2015:148) dirumuskan sebagai berikut:
Ŷ = a + bX

1
58

Keterangan:
Ŷ = Subjek variabel dependen ynag diproyeksikan
A = Nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
X = Variabel bebas ynag mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan
Penulis menggunakan program SPSS versi 22 untuk menghitung analisis
regresi sederhana. Langkah-langkah untuk melakukan analisis regresi yaitu: klik
Analyze - Regression - Linear.
3.7.3.3 Analisis Korelasi Ganda
Riduwan (2015:141) menyatakan, “analisis korelasi ganda berfungsi untuk
mencari besarnya pengaruh atau hubungan antar dua variabel bebas (X) atau lebih
secara simultan dengan variabel terikat (Y)”. Koefisien ini menunjukan seberapa
besar pengaruh variabel independent dengan variabel dependent. Nilai Koefisien
korelasi memiliki rentang ynag berkisar antara 0 sampai 1. Nilai ini menunjukkan
seberapa besar hubungan ynag terjadi anatara variabel independen dengan
variabel dependen (Priyatno, 2010:65). Penulismenggunakan SPSS versi 22
dengan hasil analisis korelasi ganda dapaat dilihat dari hasil analisis regresi pada
tabel Model Summary kolom R. Sugiyono (2016:242) memberikan pedoman pada
interpretasi koefisien korelasi seperti tabel berikut:

3.7.3.4 Analisis Regresi Berganda


Riduwan (2015:155) menyatakan, analisis regresi ganda merupakan sautu
alat analisis ynag berfungsi untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
kausal (sebab-akibat) antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel
terikat. Regresi berganda dapaat dianalisis karena didasari oleh hubungan

1
59

fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) antara dua variabel (X1) dab (X2)
dengan satu variabel terikat (Y). Persmaaan regresi ganda (Riduwan, 2016: 155):
Ŷ = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Ŷ : variabel terikat kinerja guru
a : konstantan (nilai Y apabila X1 dab X2 = 0)
b : angka arah atau koefisien regresi, ynag menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen ynag didasarkan pada perubahan variabel
independen. Bila (+) arah garis naik, dab bila (-) maka arah garis turun

3.7.3.5 Uji Koefisien Regresi secara Bersmaa-smaa (Uji F)


Uji koefisien regresi secara bersmaa-smaa digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X1, X2, X3,... Xn) secara bersmaa-smaa berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Uji F dalam penelitian ini
dibantu dengan program SPSS versi 22, dimana hasilnya dapaat dilihat pada tabel
output ANOVA pada kolom F dari hasil analisis regresi berganda. Dasar
pengambilan keputusan adalah apabila nilai Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima,
artinya pengaruh antara dua variabel bebas secara bersmaa-smaa terhadap variabel
terikat tidak signifikan. Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak artinya pengaruh
antara dua variabel bebas secara bersmaa-smaa terhadap variabel terikat
signifikan.

3.7.3.6 Analisis Determinasi


Riduwan (2015:224) menyatakan koefisien determinasi digunakan untuk
menyatakan seberapa besarnya variabel X1 dab X2 berkontribusi terhadap Y.
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk uji hipotesis asosiatif. Menurut
Riduwan (2015:224) koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi
ganda ynag dikalikan 100%. Dimana, dapaat dinyatakan dengan persmaaan:
KP = r2 x 100%
Keterangan:
KP : nilai koefisien determinan
r : nilai koefisien korelasi ganda

1
60

Untuk menghitung koefisien determinan menggunakan program SPSS


versi 22,dengan langkah-langkahnya sebagai berikut: klik Analyze - Regression -
Linear. Masukkan variabel motivasi kerja dab kompetensi guru ke kotak
Independent(s) dab variabel kinerja guru pada kotak Dependent lalu klik OK.
Besar koefisien determinasi dilihat pada output Model Summary kolom R Square
(Priyatno, 2010:65-66).

3.7.3.1 Uji Koefisien Regresi Secara Bersmaa (Uji F)


Uji koefisien regresi secara bersmaa-smaa digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen (X1, X2, . . . .Xn) secara bersmaa-smaa berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Penghitungan uji F dalam
penelitian ini dibantu dengan SPSS versi 21 ynag dilihat pada tabel ANOVA.
Dasar pengambilan keputusan Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima artinya
pengaruh bersmaa antara variabel independen secara keseluruhan terhadap
variabel dependen tidak signifikan. Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak artinya
pengaruh bersmaa antara variabel independen secara keseluruhan terhadap
variabel dependen signifikan (Priyatno, 2010:67).

1
61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAB PEMBAHASAN

Bagian ini akan menjelaskan hasil penelitian ynag telah dilakukan beserta
pembahasannya. Penulis telah menyelesaikan penelitian untuk mengetahui adakah
pengaruh motivasi kerja dab kompetensi guru terhadap kinerja guru di SD Binaan
6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Seluruh data hasil penelitian telah
ditabulasikan, kemudian dianalisis dengan bantuan SPSS versi 21. Bagian ini akan
membahas gambaran umum objek penelitian, deskripsi tiap variabel, hasil uji
prasyarat analisis, hasil uji hepotesi, dab pembahasan hasil penelitian ynag telah
dilaksanakan pada bulan Februari 2022. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:

4.1 Hasil Penelitian


Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum objek
penelitian, analisis deskripsi variabel penelitian hasil uji prasyarat analisis, dab
hasil analisis akhir. Pembahasan selengkapnya sebagai berikut:
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes ynag terdiri dari tujuh sekolah dasar dab dilaksanakan terhadap guru di
tiap-tiap SD dengan jumlah populasi sebanyak 55 siswa. Rincian populasi guru di
tiap-tiap SD yaitu SDN Laren 1 terdiri dari 8 guru, SDN Laren 3 terdiri dari 7
guru, SDN Laren 4 terdiri dari 8 guru, SDN Kaliwadas 1 terdiri dari 8 guru, SDN
Kaliwadas 2 terdiri dari 8 guru, SDN Pamijen 1 terdiri dari 8 guru, dab SDN
Pamijen 2 terdiri dari 8 guru.
Tujuh sekolah dasar tersebut terletak di kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes. SDN Laren 1 beralamat di jalan Kerajan Kecamatan Bumiayu, SDN

1
62

Laren 3 beralamat di jalan karangdawa rw 6 Kecamatan Bumiayu, SDN Laren 4


beralamat di jalan Raya Laren No.21 Kecamatan Bumiayu, SDN Kaliwadas 1
beralamat di jalan Raya Kaliwadas No.31 Kecamatan Bumiayu, SDN Kaliwadas 2
beralamat di jalan Kerajan Kidul Kecamatan Bumiayu, SDN Pamijen 1 beralamat
di jalan Pamijen Bawah Rw 2 Kecamatan Bumiayu , dab SDN Pamijen 2
beralamat di jalan Pamijen Rw 3 Kecamatan Bumiayu. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 20 Januari 2021. Penelitian dilaksanakan setelah sebelumnya
meminta izin kepada kepala sekolah masing-masing SD di Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes dab dinas pemerintah terkait.
4.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif statistik memberikan gambaran terhadap sautu data.
Analisis deskriptif menggambarkan ringkasan data-data penelitian ynag dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, variansi, nilai maksimum, nilai
minimum, sum, dab range. Analisis deskriptif penelitian ini menggunakan
bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Hasil
perhitungan analisis deskriptif statistik variabel kinerja guru (Y), motivasi kerja
(X1), dab kompetensi guru (X2) dapaat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Berdasrkan hasil penghitungan data pada Tabel 4.1 tersebut, dapaat dijelaskan
selengkapnya sebagai berikut:
(1) Variabel kinerja guru dengan sampel sejumlah 55 guru diperoleh hasil
rentang nilai (range) sebesar 32, nilai terendahnya (minimum) 55, nilai
tertingginya (maximum) 87, penjumlahan keseluruhan (sum) sebesar 3.998,
dengan rata-rata (mean) 72,69, simpangan (std.deviaton) sebesar 7.254,
dab varian data sebesar 52.625.

1
63

(2) Variabel motivasi kerja dengan sampel sejumlah 55 siswa diperoleh hasil
rentang nilai (range) sebesar 24, nilai terendahnya (minimum) 58, nilai
tertingginya (maximum) 82, penjumlahan keseluruhan (sum) sebesar 4.027,
dengan rata-rata (mean) 73,2, simpangan (std.deviation) sebesar 4.458, dab
varian data sebesar 19.877.
(3) Variabel kompetensi guru dengan sampel sejumlah 55 siswa diperoleh
hasil rentang nilai (range) sebesar 31; nilai terendahnya (minimum) 62;
nilai tertingginya (maximum) 93; penjumlahan keseluruhan (sum) sebesar
4.407; dengan rata-rata (mean) 80,03; simpangan (std.deviation) sebesar
7.110; dab varian data sebesar 50.558.
Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif menggunakan pedoman konversi
skala-5 menurut Poerwanti (2009:6-18). Analsis indeks bertujuan untuk
menggambarkan persepsi respoden atas item pernyataan ynag diberikan dalam
penelitian (Ferdinand, 2014:231). Perhitungan nilai indeks diperoleh melalui
perhitungan nilai indeks tiap dimensi atau indikator pada variabel ynag digunakan
dalam penelitian. Adapun langkah-langkah menentukan nilai indeks variabel
penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Menghitung skor pada jawaban responden dab membuat rekapitulasi data
hasil penelitian ynag terdapaat pada angket. Masing-masing pernyataan
dihitung dab diberi skor sesuai dengan pedoman penskoran. Pedoman
penskoran untuk item pernyataan positif yaitu apabila responden menjawab
“Selalu” maka diberikan skor 4, apabila menjawab “Sering” diberikan skor 3,
apabila menjawab “Kadabg-kadabg” diberikan skor 2, dab apabila menjawab
“Tidak pernah” diberikan skor 1. Sebaliknya, skor dengan item pernyataan
negatif, apabila responden menjawab “Selalu” maka diberikan skor 1, apabila
menjawab “Sering” diberikan skor 2, apabila menjawab “Kadabg-kadabg”
diberikan skor 3, dab apabila menjawab “Tidak pernah” diberikan skor 4.
2) Menghitung persentase frekuensi jawaban responden. Rumus perhitungan
persentase frekuensi jawaban responden, yaitu:
%Fa = na / N x 100
Keterangan:

1
64

%Fa = persentase frekuensi jawaban responden ynag memberikan skor 1,


atau 2, atau 3, atau 4. Sehingga dapaat ditulis %F1, %F2, %F3, dab
seterusnya.
na = jumlah responden ynag memberikan skor 1, atau 2, atau 3, atau 4.
N = total responden/sampel penelitian.
3) Menghitung nilai indeks item pernyataan dengan menggunakan pedoman
rumus dari Ferdinand (2014:231), yaitu:
Nilai indeks pernyataan = ((%F1x1) + (%F2x2)+(%F3x3)+(%F4x4)) / 4
Keterangan:
F1 = Frekuensi responden ynag menjawab 1
F2 = Frekuensi responden ynag menjawab 2
F3 = Frekuensi responden ynag menjawab 3
F4 = Frekuensi responden ynag menjawab 4
4) Menentukan nilai indeks tiap indikator ynag digunakan dalam penelitian.
Cara menentukan nilai indeks tiap-tiap indikator penelitian yaitu dengan
merata-rata semua nilai indeks pernyataan ynag ada pada sautu indikator.
Nilai Indeks Indikator = (indeks item pernyataan 1) + (indeks item pernyataan
2) + (indeks item pernyataan 3) + ...(indeks item pernyataan n) / n
5) Menentukan nilai indeks tiap dimensi ynag digunakan dalam penelitian. Cara
menentukan nilai indeks tiap-tiap dimensi ynag digunakan dalam penelitian
yaitu dengan merata-rata nilai indeks indikator ynag ada pada sautu dimensi.
Nilai Indeks Dimensi = (indeks indikator 1) + (indeks indikator 2) + (indeks
indikator 3) + ...(indeks indikator n) / n.
6) Menentukan nilai indeks sautu variabel dalam penelitian. Cara menentukan
nilai indeks tiap-tiap variabel ynag digunakan dalam penelitian yaitu dengan
merata-rata nilai indeks dimensi ynag ada pada sautu variabel.
Nilai Indeks Variabel = (indeks dimansi 1) + (indeks dimensi 2) + (indeks
dimensi 3) + ...(indeks dimensi n) / n.
7) Menafsirkan nilai indeks variabel penelitian dengan kriteria Three Box
Method. Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan jenis angket tertutup
sehingga alternatif jawaban hanya ada 4, yaitu jawaban “Selalu”, “Sering”,

1
65

“Kadabg-kadabg”, dab “Tidak pernah”, ynag mana tidak ada skor jawaban
nol (0). Ferdinand (2014:231) menyatakan, angket dengan angka jawaban
ynag tidak dimulai dari angka 0, maka angka indeks ynag dihasilkan dimulai
dari angka 10 sampai 100, maka rentang angka indeks yaitu 90. Rentang 90
tersebut dibagi kedalam tiga kotak aturan (Three Box Method), sehingga
dihasilkan kriteria penafsiran nilai indeks pada tabel 4.2 berikut ini.

4.1.3.1 Deskripsi Motivasi Kerja


Berpedoman pada rumus nilai indeks, indeks variabel motivasi kerja
dapaat diukur dengan 11 indikator, yaitu (1) tanggung jawab guru dalam
melaksanakan tugas; (2) melaksanakan tugas dengan target ynag jelas; (3)
memiliki tujuan ynag jelas dab menantang; (4) ada umpan balik; (5) memiliki
perasaan senang dalam bekerja; (6) selalu berusaha untuk mengungguli orang
lain; (7) diutamakan prestasi dari apa ynag dikerjakannya; (8) selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan; (9) senang memperoleh pujian dari apa ynag
dikerjakannya; (10) bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif; dab (11)
bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dab atasan. Nilai
indeks variabel motivasi kerja dapaat diketahui jika terlebih dahulu dihitung nilai
indeks masing-masing indikator ynag digunakan untuk motivasi kerja.
Perhitungan nilai indeks indikator dapaat diketahui jika sebelumnya tiap
pernyataan telah dilakukan distribusi frekuensi masing-masing item pernyataan.
Hasil deskripsi empiris dari sampel penelitian sejumlah 55 responden
menggambarkan distribusi frekuensi jawaban responden atas indikator “Tanggung
jawab guru dalam melaksanakan tugas” pada item pernyataan nomor 1, 2, dab 3.

1
66

Langkah menghitung persentase frekuensi pernyataan pada jawaban


responden terhadap item pernyataan nomor 1 menunjukkan:
(i) skor 1 sebanyak 0 guru
%F1 = n1/N x 100
= 0/55 x 100
= 0,00%

(ii) skor 2 sebanyak 1 guru


%F2 = n2/N x 100
= 1/55 x 100
= 1,82%

(iii) skor 3 sebanyak 30 guru


%F3 = n3/N x 100
= 30/55 x 100
= 54,55%

(iv) skor 4 sebanyak 24 guru


%F4 = n4/N x 100
= 24/55 x 100
= 43,64%

Langkah menghitung persentase frekuensi pernyataan pada jawaban


responden terhadap item pernyataan nomor 2 menunjukkan:
(i) skor 1 sebanyak 0 guru
%F1 = n1/N x 100
= 0/55 x 100
= 0,00%
(ii) skor 2 sebanyak 3 guru
%F2 = n2/N x 100
= 3/55 x 100

1
67

= 5,45%
(iii) skor 3 sebanyak 35 guru
%F3 = n3/N x 100
= 35/55 x 100
= 63,64%
(iv) skor 4 sebanyak 17 guru
%F4 = n4/N x 100
= 17/55 x 100
= 30,91%

Langkah menghitung persentase frekuensi pernyataan pada jawaban


responden terhadap item pernyataan nomor 3 menunjukkan:
(i) skor 1 sebanyak 0 guru
%F1 = n1/N x 100
= 0/55 x 100
= 0,00%
(ii) skor 2 sebanyak 2 guru
%F2 = n2/N x 100
= 2/55 x 100
= 67,27%
(iii) skor 3 sebanyak 17 guru
%F3 = n3/N x 100
= 17/55 x 100
= 30,91 %
(iv) skor 4 sebanyak 16 guru
%F4 = n4/N x 100
= 16/55 x 100
= 29,09%

Berdasarkan angka-angka tersebut, dapaat diperoleh nilai indeks

1
68

indikator “Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas” dengan cara

menghitung nilai indeks masing-masing item pernyataan (terdapaat 3 item

pernyataan pada indikator tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas)

seperti berikut ini:

Nilai indeks pernyataan 1 = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3)+


(%F4x4))/3
= (0,00% x 1) + (1,82% x 2) + (54,55% x 3) +
(43,64% x 4)/3
= 85,45 %

Nilai indeks pernyataan 2 = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3)+


(%F4x4)) / 3
= (0,00% x 1) + (5,45 % x 2) + (63,64 % x 3) +
(30,91 % x 4) / 3
= 81,36 %

Nilai indeks pernyataan 3 = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3)+


(%F4x4)) / 3
= (0,00% x 1) + (3,64 % x 2) + (67,27 % x 3) +
(29,09 % x 4) / 3
= 81,36%

Selanjutnya untuk memeroleh nilai indeks indikator tanggung jawab guru


dalam melaksanakan tugas dapaat dilakukan dengan rumus: Nilai Indeks Indikator
= (Indeks pernyataan 1) + (Indeks pernyataan 2) + ... (Indeks pernyataan) / n ,
sehingga diperoleh hasil (85,45+81,36+81,36)/3= 88,75. Jadi, nilai indeks
indikator tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas sebesar 82,73%.
Langkah ynag smaa dilakukan untuk menentukan nilai indeks masing-masing
indikator.

1
69

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks terhadap 11 indikator tersebut,


maka dapaat dihitung nilai indeks variabel motivasi kerja dengan mencari rata-
ratanya, sehingga diperoleh nilai indeks variabel motivasi kerja sebesar 82,79%.
Oleh karena angka jawaban tidak berangkat dari angka 0 (nol) tetapi mulai angka
1 hingga 4, maka dengan menggunakan rumus berikutnya, nilai indeks ynag
dihasilkan akan berangkat dari angka terendah 25 hingga angka tertinggi 100,
menggunakan cara penentuan kriteria Three Box Method, maka rentang sebesar
75 dibagi menjadi tiga sehingga akan menghasilkan rentang sebesar 25 tanpa
angka 0 (nol), dab selanjutnya dapaat digunakan sebagai dasar interpretasi nilai
indeks dengan kriteria sebagai berikut:
25,00 – 50,00 = Rendah
50,01 – 75,00 = Sedabg
75,01 – 100,00 = Tinggi
Menggunakan kriteria tersebut, maka nilai indeks untuk variabel motivasi
kerja sebesar 82,79% termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian, dapaat
dikatakan bahwa persepsi responden terhadap item pernyataan juga tinggi.
Berdasarkan indeks indikator, variabel motivasi kerja ynag paling dominan
terletak pada indikator ke 11 yaitu “Bekerja dengan harapan ingin memperoleh
perhatian dari teman dab atasan” dengan nilai indeks sebesar 85,00%. Hal tersebut
terjadi dikarenakan beberapa alasan baik dari luar maupun dalam diri sendiri ynag
tak lain sebagai sikap psikologi seseorang, di SD penelitian saya beranggapan
bahwa bekerja dengan harapan memperoleh pujian adalah hal ynag penting
sehingga terus memupuk rasa semangat bekerja dengan baik. Nilai indeks
indikator variabel motivasi kerja ynag paling rendah terletak pada indikator ke 6
“Selalu berusaha untuk mengungguli orang lain.” dengan nilai indeks sebesar

1
70

81,60%, disebabkan masih banyaknya individu ynag ynag beranggapan sudah


cukup atau puas diri dengan apa ynag sudah diperoleh.

4.1.3.2 Deskripsi Kompetensi Guru


Berpedoman pada rumus nilai indeks, indeks variabel kompetensi guru
dapaat diukur dengan 15 indikator, yaitu (1) penguasaan terhadap karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dab intelektual;
(2) penguasaan terhadap teori belajar dab prinsip-prinsip pembelajaran ynag
mendidik; (3) mampu mengembangkan kurikulum ynag terkait dengan bidabg
pengembangan ynag diampu; (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan
ynag mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dab komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan ynag mendidik; (6)
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi ynag dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empatik
dab santun dengan peserta didik; (8) melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran; (9) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab
ynag tinggi, stabil, rasa bangga menjadi guru dab rasa percaya diri; (10)
menjunjung tinggi kode etik profesi guru; (11) berkomunikasi secara efektif,
empatik dab santun dengan sesmaa pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dab
masyarakat; (12) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia ynag memiliki keragaman sosial budaya; (13) berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dab profesi lain secara lisan dab tulisan atau bentuk lain;
(14) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif; dab (15) memanfaatkan teknologi informasi dab komunikasi
untuk berkomunikasi dab mengembangkan diri. Nilai indeks variabel kompetensi
guru dapaat diketahui jika terlebih dahulu dihitung nilai indeks masing-masing
indikator ynag digunakan untuk kompetensi guru. Perhitungan nilai indeks
indikator dapaat diketahui jika sebelumnya tiap pernyataan telah dilakukan
distribusi frekuensi masing-masing item pernyataan. Hasil deskripsi empiris dari
sampel penelitian sejumlah 55 responden menggambarkan distribusi frekuensi
jawaban responden atas indikator “Penguasaan terhadap karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dab intelektual” pada

1
71

item pernyataan nomor 3. Hasil deskripsi empiris dari sampel penelitian sejumlah 55
responden menggambarkan distribusi frekuensi jawaban responden atas indikator
“Penguasaan terhadap teori belajar dab prinsip-prinsip pembelajaran ynag mendidik”
pada item pernyataan nomor 3.
Langkah menghitung persentase frekuensi pernyataan pada jawaban
responden terhadap item pernyataan nomor 3 menunjukkan:
(i) skor 1 sebanyak 0 guru
%F1 = n1/N x 100
= 0/55 x 100
= 0,00%
(ii) skor 2 sebanyak 1 guru
%F2 = n2/N x 100
= 1/55 x 100
= 1,82%
(iii) skor 3 sebanyak 27 guru
%F3 = n3/N x 100
= 27/55 x 100
= 50,91%
(iv) skor 4 sebanyak 26 guru
%F4 = n4/N x 100
= 26/55 x 100
= 47,27 %

Berdasarkan angka-angka tersebut, dapaat diperoleh nilai indeks indikator


“Penguasaan terhadap teori belajar dab prinsip-prinsip pembelajaran ynag
mendidik” dengan cara menghitung nilai indeks masing- masing item pernyataan
(terdapaat 1 item pernyataan pada indikator Penguasaan terhadap teori belajar dab
prinsip-prinsip pembelajaran ynag mendidik) seperti berikut ini:
Nilai indeks pernyataan 1 = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3)+ (%F4x4)) / 4
= (0,00% x 1) + (1,82 % x 2) + (50,91% x 3) +
(47,27% x 4) / 4

1
72

= 86,36 %

Selanjutnya untuk memeroleh nilai indeks indikator penguasaan terhadap


karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dab
intelektual dapaat dilakukan dengan rumus: Nilai Indeks Indikator = (Indeks
pernyataan 1) + (Indeks pernyataan 2) + ... (Indeks pernyataan) / n , sehingga
diperoleh hasil 86,36 /1= 86,36. Jadi, nilai indeks indikator Penguasaan terhadap
teori belajar dab prinsip-prinsip pembelajaran ynag mendidik sebesar 86,36%.
Langkah ynag smaa dilakukan untuk menentukan nilai indeks masing-masing
indikator.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks terhadap 15 indikator tersebut, maka


dapaat dihitung nilai indeks variabel kompetensi guru dengan mencari rata-
ratanya, sehingga diperoleh nilai indeks variabel kompetensi guru sebesar 86,77%.
Oleh karena angka jawaban tidak berangkat dari angka 0 (nol) tetapi mulai angka
1 hingga 4, maka dengan menggunakan rumus berikutnya, nilai indeks ynag
dihasilkan akan berangkat dari angka terendah 25 hingga angka tertinggi 100.
Dengan menggunakan cara penentuan kriteria Three Box Method, maka rentang
sebesar 75 dibagi menjadi tiga sehingga akan menghasilkan rentang sebesar 25
tanpa angka 0 (nol), dab selanjutnya dapaat digunakan sebagai dasar interpretasi
nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:
25,00 – 50,00 = Rendah
50,01 – 75,00 = Sedabg
75,01 – 100,00 = Tinggi
Nilai indeks untuk variabel kompetensi guru sebesar 86,77% termasuk
dalam kategori tinggi. Dengan demikian, dapaat pula dikatakan bahwa persepsi

1
73

responden terhadap item pernyataan juga tinggi. Variabel kompetensi guru ynag
paling dominan terletak pada indikator ke 11 yaitu “Berkomunikasi secara efektif,
empatik dab santun dengan sesmaa pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dab
masyarakat” dengan nilai indeks sebesar 90,46%, indikator tersebut menjadi ynag
paling tinggi dikarenakan sebagai seorang pendidik dituntut untuk menjaga sikap
tutur kata dab sopan santunnya ynag mencerminkan kebaikan serta membawa
kebiasaan ynag baik. Nilai indeks indikator variabel kompetensi guru ynag paling
rendah terletak pada indikator ke 8 “Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran” dengan nilai indeks sebesar 83,64%, indikator
ini rendah disebabkan kebanyakan pendidik di SD ynag saya teliti sudah berada di
zona nyamannya sudah merasa puas dengan apa ynag sudah dilakukan.
4.1.3.3 Deskripsi Kinerja Guru
Berpedoman pada rumus nilai indeks, indeks variabel motivasi kerja
dapaat diukur dengan 10 indikator, yaitu (1) merumuskan tujuan pembelajaran;
(2) mengembangkan dab mengorganisasikan materi, media pembelajaran, dab
sumber belajar; (3) merencanakan skenario kegiatan pembelajaran; (4)
merencanakan prosedur, jenis, dab menyiapkan alat penilaian; (5) tampilan
dokumen rencana pembelajaran; (6) mengelola ruang dab fasilitas pembelajaran;
(7) melaksanakan kegiatan pembelajaran; (8) mengelola interaksi kelas; (9)
mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran
tertentu; dab (10) melaksanakan evaluasi proses dab hasil belajar. Nilai indeks
variabel kinerja guru dapaat diketahui jika terlebih dahulu dihitung nilai indeks
masing-masing indikator ynag digunakan untuk kinerja guru. Perhitungan nilai
indeks indikator dapaat diketahui jika sebelumnya tiap pernyataan telah dilakukan
distribusi frekuensi masing- masing item pernyataan. Hasil deskripsi empiris dari
sampel penelitian sejumlah 55 responden menggambarkan distribusi frekuensi
jawaban responden atas indikator “Merumuskan tujuan pembelajaran” pada item
pernyataan nomor 1.
Langkah menghitung persentase frekuensi pernyataan pada jawaban
responden terhadap item pernyataan nomor 1 menunjukkan:
(i) skor 1 sebanyak 0 guru

1
74

%F1 = n1/N x 100


= 0/55 x 100
= 0,00%
(ii) skor 2 sebanyak 0 guru
%F2 = n2/N x 100
= 0/55 x 100
= 0,00%
(iii) skor 3 sebanyak 39 guru
%F3 = n3/N x 100
= 39/55 x 100
= 70,91%
(iv) skor 4 sebanyak 16 guru
%F4 = n4/N x 100
= 16/55 x 100
= 29,09%

Diperoleh nilai indeks indikator “Merumuskan tujuan pembelajaran”


dengan cara menghitung nilai indeks masing- masing item pernyataan (terdapaat 1
item pernyataan pada indikator merumuskan tujuan pembelajaran) seperti berikut
ini:
Nilai indeks pernyataan 1 = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3)+ (%F4x4)) / 4
= (0,00% x 1) + (0,00% x 2) + (70,91% x 3) +
(29.09% x 4) / 4
= 82,28%

Selanjutnya untuk memeroleh nilai indeks indikator merumuskan tujuan


pembelajaran dapaat dilakukan dengan rumus: Nilai Indeks Indikator = (Indeks
pernyataan 1) + (Indeks pernyataan 2) + ... (Indeks pernyataan) / n , sehingga
diperoleh hasil 82,28/1= 82,28. Jadi, nilai indeks indikator merumuskan tujuan
pembelajaran sebesar 82,28%. Langkah ynag smaa dilakukan untuk menentukan
nilai indeks masing-masing indikator.

1
75

Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks terhadap 10 indikator tersebut, maka


dapaat dihitung nilai indeks variabel kinerja guru dengan mencari rata- ratanya,
sehingga diperoleh nilai indeks variabel kinerja guru sebesar 83,22%. Oleh
karena angka jawaban tidak berangkat dari angka 0 (nol) tetapi mulai angka 1
hingga 4, maka dengan menggunakan rumus berikutnya, nilai indeks ynag
dihasilkan akan berangkat dari angka terendah 25 hingga angka tertinggi 100.
Dengan menggunakan cara penentuan kriteria Three Box Method, maka rentang
sebesar 75 dibagi menjadi tiga sehingga akan menghasilkan rentang sebesar 25
tanpa angka 0 (nol), dab selanjutnya dapaat digunakan sebagai dasar interpretasi
nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:
25,00 – 50,00 = Rendah
50,01 – 75,00 = Sedabg

75,01 – 100,00 = Tinggi

Nilai indeks untuk variabel kinerja guru sebesar 83,22% termasuk


dalam kategori tinggi. Dengan demikian, dapaat pula dikatakan bahwa persepsi
responden terhadap item pernyataan juga tinggi. Variabel kinerja guru ynag
paling dominan terletak pada indikator ke 9 yaitu “Mendemonstrasikan
kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran tertentu” dengan nilai
indeks sebesar 84,55%, hal tersebut disebabkan setiap individu memiliki
kelebihan dab kekurangan masing-masing sehingga memengaruhi dalam
mendemonstrasikan kemampuannya. Nilai indeks indikator variabel kinerja
guru ynag paling rendah terletak pada indikator ke 11 “Melaksanakan evaluasi
proses dab hasil belajar” dengan nilai indeks sebesar 81,82%, disebabkan sering
terjadinya kelalaian ynag dilakukan oleh pendidik dalam melakukan evaluasi

1
76

proses, sehingga kebanyakan lebih langsung ke nilai ynag lebih praktis.


Berdasarkan perbandingan nilai indeks variabel motivasi kerja,
variabel kompetensi guru, dab variabel kinerja guru, diketahui bahwa indeks
variabel motivasi kerja sebesar 82,79%, indeks variabel kompetensi guru
sebesar 86,77%, dab indeks variabel kinerja guru sebesar 83,22%.

4.1.3 Hasil Uji Prasyarat Analisis


Hasil uji prasyarat analisis dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas
data, uji linieritas data, uji multikolineritas data, dab uji heteroskedastisitas data,
sebagai berikut.

4.1.4.1 Uji Normalitas Data


Normalitas data merupakan hal ynag penting karena dengan data ynag
terdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapaat mewakili populasi.
Penulis menggunakan uji normalitas metode Lilliefors dengan dibantu program
SPSS versi 22. Pengambilan keputusan hasil uji normalitas dapaat dilihat pada
output Tests of Normality kolom Kolmogorov-Smirnov kolom Sig. (signifikansi)
pada ketiga data variabel penelitian. Sautu data disebut berdistribusi normal jika
memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05; jika kurang dari 0,05 maka data
tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dijelaskan pada tabel
berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel kolom Kolmogorov-Smirnov pada


kolom Sig. (signifikansi), diketahui bahwa data kinerja guru, motivasi kerja, dab
kompetensi guru berdistribusi normal. Hal ini karena ketiga variabel tersebut
memiliki nilai Sig. (signifikansi) lebih besar dari 0,05. Variabel kinerja guru

1
77

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,080, motivasi kerja memiliki nilai


signifikansi sebesar 0,200, dab variabel kompetensi guru memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,200.

4.1.4.2 Uji Linieritas Data


Pengambilan keputusan hasil uji linieritas dapaat dilihat pada output
ANOVA Table pada kolom Sig. (signifikansi) baris Linearity. Dua variabel
dikatakan memiliki hubungan ynag linier apabila nilai Sig. (signifikansi) pada
baris Linearity kurang dari 0,05. Hasil perhitungan uji linieritas data antara
motivasi kerja dab kinerja guru dapaat dilihat pada tabel 4.7 dab hasil uji linieritas
data antara kompetensi guru dab kinerja guru dapaat dilihat pada tabel 4.8 berikut
ini.

Berdasarkan hasil dari perhitungan uji linieritas pada tabel 4.7 dab tabel 4.8 hasil
uji linieritas antara variabel motivasi kerja dab kinerja guru dapaat dilihat pada
kolom Sig. (signifikansi) pada baris Linearity bahwa nilai signifikansi sebesar
0,047. Nilai 0,047 < 0,05, sehingga secara signifikan terdapaat hubungan ynag
linier antara motivasi kerja dab kinerja guru. Hasil uji linieritas kompetensi guru
dab kinerja guru dapaat dibaca pada tabel 4.8. Nilai signifikansi sebesar 0,000.
Nilai signifikansi (sig.) tersebut kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05). Jadi, kompetensi
guru dab kinerja guru memiliki hubungan ynag linier.

4.1.4.3 Uji Multikolinearitas Data


Ada atau tidaknya permasalahan multikolinearitas dalam penelitian ini
dapaat dilihat dalam output Coefficients pada kolom nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Hasil perhitungan uji multikolinearitas dapaat dilihat pada tabel 4.9

1
78

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9, dapaat dilihat bahwa nilai VIF dari
kedua variabel sebesar 1,005. Dasar pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai
VIF < 5, maka dapaat disimpulkan tidak terdapaat multikolinearitas antar variabel
bebas dalam model regresi. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapaat masalah
multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi karena nilai VIF < 5
(kurang dari lima).

4.1.4.4 Uji Heteroskedastisitas Data


Hasil perhitungan uji heteroskedastisitas menggunakan Uji Spearman’s
Rho dapaat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.

Berdasarkan hasil perhitungan uji heteroskedastisitas pada tabel 4.10, dapaat


dilihat bahwa korelasi antara motivasi kerja dengan Unstandardized Residual
menghasilkan nilai signifikansi 0,883 dab korelasi antara kompetensi guru dengan
Unstandardized Residual menghasilkan nilai signifikansi 0,291. Kedua nilai
signifikansi variabel bebas tersebut lebih dari 0,05, tidak ditemukan adabya
masalah heteroskedastisitas. sehingga dapaat disimpulkan bahwa tidak terjadi
ketidaksmaaan varian residu pada model regresi ini. Hasil uji prasyarat
menunjukkan bahwa semua prasyarat analisis telah terpenuhi. Hasil uji normalitas

1
79

menunjukkan data berdistribusi normal. Hasil uji linieritas menunjukkan terdapaat


hubungan ynag linier antara variabel bebas dengan terikat. Selain itu, tidak
terdapaat masalah multikolinieritas dab heteroskedastisitas. Jadi, analisis regresi
dapaat dilaksanakan.
4.1.4 Hasil Analisis Akhir
Hasil analisis akhir dalam penelitian ini terdiri atas hasil analisis korelasi
sederhana, analisis regresi sederhana, analisis regresi ganda, analisis korelasi
ganda, uji determinasi, dab uji koefisien regresi secara bersmaa-smaa (uji F).

4.1.5.1 Analisis Korelasi Sederhana


Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dab untuk mengetahui arah
hubungan ynag terjadi apakah positif atau negatif. Analisis korelasi sederhana
dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson product moment.
Korelasi antara variabel bebas (X) dab variabel terikat (Y) dapaat dilihat dengan
melihat nilai signifikansi dab nilai pearson correlation. Untuk mengetahui
tingkat hubungan ynag terjadi antara dua variabel dapaat dilihat pada pedoman
interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2016:242) ynag telah dijelaskan
sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana pada tabel 4.11 tersebut dapaat
diketahui bahwa Motivasi kerja dab kinerja guru memiliki korelasi positif. Hal
tersebut dibuktikan dengan melihat nilai pada kolom Pearson Correlation sebesar
0,303 dab nilai signifikansi sebesar 0,025. Karena nilai signifikansi kurang dari

1
80

0,05 (0,025 < 0,05), sehingga dapaat disimpulkan bahwa H 0 ditolak. Artinya
terdapaat hubungan ynag signifikan antara variabel Motivasi kerja dab variabel
kinerja guru. Variabel Motivasi kerja dab kinerja guru berada pada tingkat
hubungan ynag rendah karena nilai r = 0,303 berada di rentang nilai 0,20 – 0,399.
Hasil analisis korelasi sederhana antara variabel Motivasi kerja dengan kinerja guru
dapaat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini.

Berdasarkan tabel 4.12, dapaat dilihat bahwa kompetensi guru dab kinerja guru
memiliki korelasi positif, hal ini dibuktikan dengan nilai pada kolom Pearson
Correlation sebesar 0,676 dab tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sehingga dapaat
disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapaat korelasi positif antara variabel
kompetensi guru dab variabel kinerja guru (0,000 < 0,05). Kedua variabel terjadi
hubungan ynag kuat, karena nilai r = 0,676 berada di rentang nilai 0,60 – 0,799.

4.1.5.2 Analisis Regresi Sederhana


Riduwan (2015:147) menyatakan bahwa “Regresi sederhana adalah sautu
proses memperkirakan secara sistematis tentang apa ynag paling mungkin terjadi
di masa ynag akan datang berdasarkan informasi masa lalu dab sekarang ynag
dimiliki agar kesalahannya dapaat diperkecil.” Analisis regresi sederhana
merupakan analisis regresi ynag hanya melibatkan dua variabel, yaitu satu
variabel bebas dab satu variabel terikat. Pengujian koefisien regresi ini
menggunakan uji t. Analisis regresi sederhana digunakan untuk menjawab
hipotesis nomor 1 dab 2. Hasil uji regresi sederhana variabel motivasi kerja
dengan kinerja guru dapaat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini.

1
81

Berdas
arkan hasil dari pengolahan data menggunakan SPSS versi 22 maka dapaat
dianalisis sebagai berikut:
1. Hipotesis
H01: Tidak terdapaat pengaruh ynag signifikan antara motivasi kerja dengan
kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes (ρ = 0).
Ha1: Terdapaat pengaruh ynag signifikan antara motivasi kerja dengan
kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes (ρ≠ 0).
2. Kriteria Pengambilan Keputusan
Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dab Ha diterima.
Sebaliknya, apabila nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dab Ha ditolak.
Apabila nilai thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dab Ha diterima, artinya signifikan.
Sebaliknya, apabila nilai thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dab Ha ditolak, artinya
tidak signifikan.
3. Pengambilan Keputusan
Berdasarkan kolom Sig. pada tabel Coefficients dapaat dilihat bahwa nilai
signifikansinya sebesar 0,025. Artinya, karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 yaitu 0,025 < 0,05 maka dapaat disimpulkan bahwa H 01 ditolak dab
Ha1 diterima. Tabel Coefficients menunjukan bahwa nilai thitung sebesar 2.321.
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai ttabel untuk uji dua sisi dengan
dicari melalui Microsoft Excel dengan cara mengetik pada cell kosong rumus
=TINV(0.05,122), sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 2.004. Nilai thitung ≥
ttabel atau 2.321 > 2.004, artinya H0 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, dapaat diambil kesimpulan bahwa terdapaat pengaruh ynag

1
82

signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru di Sekolah Binaan 6


Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes (ρ≠ 0).
Analisis persmaaan regresi sederhana, nilai-nilai pada tabel Coefficient
pada Unstandardized Coefficients B, constants, dab motivasi kerja, selanjutnya
dimasukan ke rumus berikut ini.
Y’ = a + bX
Y’ = 58.559+ 0,297X
Keterangan:
Y’ = Kinerja guru
X = Motivasi kerja
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Persmaaan regresi tersebut dapaat dideskripsikan sebagai berikut:
(1) Konstanta sebesar 58.559 ynag berarti apabila motivasi kerja nilainya 0, maka
kinerja guru nilainya 58.559.
(2) Koefisien regresi variabel motivasi kerja sebesar 0,297. Artinya apabila
motivasi kerja mengalami kenaikan 1, maka kinerja guru akan mengalami
peningkatan 0,297. Sebaliknya, jika motivasi kerja mengalami penurunan 1,
maka kinerja guru akan mengalami penurunan sebesar 0,297. Tanda koefisien
korelasi positif (+) menyatakan arah hubungan ynag searah dimana kenaikan
atau penurunan variabel independen (X) akan mengakibatkan kenaikan atau
penurunan variabel dependen (Y). Koefisien regresi bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara motivasi kerja dengan kinerja guru. Semakin
tinggi motivasi kerja, maka semakin tinggi pula kinerja guru. Hasil analisis
regresi sederhana variabel kompetensi guru dengan kinerja guru dapaat dilihat
pada tabel 4.14 berikut ini.

1
83

Berdas
arkan hasil dari pengolahan data menggunakan SPSS versi 22, maka dapaat
dianalisis sebagai berikut:
1. Hipotesis
H02: Tidak terdapaat pengaruh ynag signifikan antara kompetensi guru
dengan kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes (ρ = 0).
Ha2: Terdapaat pengaruh ynag signifikan antara kompetensi guru dengan
kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes (ρ≠0).
2. Kriteria Pengambilan Keputusan
Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dab Ha diterima.
Sebaliknya, apabila nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dab Ha ditolak.
Apabila nilai thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dab Ha diterima, artinya signifikan.
Sebaliknya, apabila nilai thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dab Ha ditolak, artinya
tidak signifikan.
3. Pengambilan Keputusan
Berdasarkan kolom Sig. pada tabel Coefficients dapaat dilihat bahwa nilai
signifikansinya sebesar 0,000. Artinya, karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 maka dapaat disimpulkan bahwa H 02 ditolak dab
Ha2 diterima. Tabel Coefficients menunjukan bahwa nilai thitung sebesar 6.681.
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai ttabel untuk uji dua sisi dengan
dicari melalui Microsoft Excel dengan cara mengetik pada cell kosong rumus
=TINV(0.05,55),, sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 2.004. Dengan
demikian nilai thitung ≥ ttabel atau 6.681 > 2.004, maka H0 ditolak. Berdasarkan
perhitungan tersebut, dapaat disimpulkan bahwa terdapaat pengaruh ynag

1
84

signifikan antara kompetensi guru dengan kinerja guru di Sekolah Binaan 6


Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes (ρ≠0).
Analisis persmaaan regresi sederhana, nilai-nilai pada tabel Coefficients
pada Unstandardized Coefficients B, constants, dab kompetensi guru, selanjutnya
dimasukan ke rumus berikut ini.
Y’ = a + bX
Y’ = 11.839 + 0,161X
Keterangan:
Y’ = Kinerja guru
X = Kompetensi guru
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Persmaaan regresi tersebut dapaat dideskripsikan sebagai berikut:
(1) Konstanta sebesar 11.839 ynag artinya apabila minat belajar nilainya 0, maka
kinerja guru nilainya 11.839.
(2) Koefisien regresi variabel Kompetensi guru sebesar 0,161. Artinya apabila
Kompetensi guru mengalami kenaikan 1, maka kinerja guru akan mengalami
peningkatan 0,161. Sebaliknya, jika Kompetensi guru mengalami penurunan
1, maka kinerja guru akan mengalami penurunan 0,161. Tanda koefisien
korelasi positif (+) menyatakan arah hubungan ynag searah dimana kenaikan
atau penurunan variabel independen (X) akan mengakibatkan kenaikan atau
penurunan variabel dependen (Y). Koefisien regresi bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara Kompetensi guru dengan kinerja guru.
Semakin baik Kompetensi guru, maka semakin baik kinerja guru.

4.1.5.3 Analisis Korelasi Ganda


Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersmaa-smaa.
Untuk melakukan analisis korelasi ganda, penulis menggunakan bantuan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Hasil perhitungan
analisis korelasi ganda dapaat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini.

1
85

Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi ganda pada tabel 4.15, diperoleh
nilai R sebesar 0,723. Nilai korelasi ganda terletak diantara 0,6 – 0,799 sehingga
dapaat dinyatakan bahwa terjadi hubungan ynag kuat antara motivasi kerja dab
kompetensi guru secara bersmaa-smaa terhadap kinerja guru.

4.1.5.4 Analisis Regresi Ganda


Analisis regresi ganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih
variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis regresi ganda digunakan untuk
memprediksi nilai dari variabel terikat apabila nilai variabel bebas mengalami
kenaikan atau penurunan dab untuk mengetahui arah hubungan ynag terjadi antara
dua variabel tersebut apakah positif atau negatif. Analisis ini digunakan untuk
menjawab hipotesis nomor 3. Pengolahan data analisis regresi ganda dilakukan
dengan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 22. Hasil perhitungan analisis regresi ganda dapaat dilihat pada tabel
4.16 berikut ini.

Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan SPSS versi 22 maka dapaat
dianalisis sebagai berikut:
(1) Hipotesis

1
86

H03: Tidak terdapaat pengaruh ynag signifikan antara motivasi kerja dab
kompetensi guru dengan kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes (ρ=0).
Ha3: Terdapaat pengaruh ynag signifikan antara motivasi kerja dab kompetensi
guru dengan kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu
Kabupaten Brebes (ρ≠0).
(2) Kriteria Pengambilan Keputusan
Nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dab Ha diterima
Nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dab Ha ditolak
(3) Pengambilan Keputusan

Berdasarkan kolom sig. pada tabel coefficients diketahui bahwa nilai


signifikansinya sebesar lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi motivasi kerja
sebesar 0,010 dab kompetensi guru sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka
dapaat disimpulkan bahwa H03 ditolak dab Ha3 diterima. Disimpulkan bahwa
terdapaat pengaruh ynag signifikan antara motivasi kerja dab kompetensi guru
dengan kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui analisis persmaaan regresi linier ganda,
nilai-nilai pada tabel Coefficients pada Unstandardized Coefficients B, constant,
motivasi kerja, dab kompetensi guru, selanjutnya dimasukan ke rumus berikut ini.

Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:
Ŷ = Variabel terikat (variabel ynag diprediksikan)
X1, X2 = Variabel bebas
a = Konstanta (nilai Ŷ apabila X1 dab X2 = 0)
b1, b2 = Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
Persmaaan regresi tersebut dapaat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar -14.956 ynag artinya apabila motivasi kerja (X1) dab
kompetensi guru (X2) nilainya 0, maka kinerja guru (Y) nilainya -14.956.
2. Nilai koefisien regresi variabel motivasi kerja (X1) sebesar 0,251 ynag artinya
apabila disiplin belajar mengalami kenaikan sebesar 1, maka kinerja guru (Y)

1
87

akan mengalami peningkatan sebesar 0,251 dengan asumsi variabel bebas


lain bernilai tetap. Koefisien regresi bernilai positif, artinya terjadi hubungan
ynag positif antara motivasi kerja (X1) dengan kinerja guru (Y). Semakin
meningkat motivasi (X1), maka semakin meningkat pula kinerja guru (Y).
3. Nilai koefisien regresi variabel kompetensi guru (X2) sebesar 1.049 ynag
artinya apabila minat belajar siswa mengalami kenaikan 1, maka kinerja guru
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 1.049 dengan asumsi variabel bebas
lain bernilai tetap. Koefisien regresi bernilai positif, artinya terjadi hubungan
ynag positif antara kompetensi guru (X2) dengan kinerja guru (Y). Semakin
meningkat kompetensi guru (X2), maka semakin meningkat pula kinerja guru
(Y).
4.1.5.5 Uji Koefisien Regresi (Uji F)
Uji F bertujuan untuk mengatahui apakah variabel bebas secara bersmaa-
smaa berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Hasil Uji F dapaat
dilihat pada output ANOVA atau F test dari hasil perhitungan analisis regresi
ganda. Dasar pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai Fhitung ≤ Ftabel, maka H0
diterima. Sebaliknya, apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. Hasil perhitungan Uji
F dapaat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini.

Berdasarkan hasil perhitungan Uji F pada tabel 4.17, dapaat dilihat bahwa nilai
Fhitung sebesar 28.443 dengan tingkat signifikansi 0,000. Setelah menemukan Fhitung,
selanjutnya adalah menentukan Ftabel yaitu df 1 (jumlah variabel – 1) atau 3-1 = 2,
dab df 2 (n-k-1) atau 55-2-1 = 52. Hasil ynag diperoleh untuk Ftabel adalah 3.175.
Berdasarkan hasil tersebut, nilai Fhitung > Ftabel yaitu 28.443 > 3,175 dab signifikansi

1
88

0,000 < 0,05 maka H03 ditolak ynag artinya motivasi kerja dab kompetensi guru
secara bersmaa-smaa berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru.

4.1.5.6 Uji Determinasi


Rumusan masalah dapaat dijawab secara lebih lengkap jika diketahui
seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Analisis ynag
dapaat digunakan untuk hal tersebut adalah analisis determinasi. Analisis
determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas ikut
menentukan atau berpengaruh terhadap nilai variabel terikat. Untuk melakukan
analisis determinasi, penulis menggunakan bantuan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 22. Hasil perhitungan analisis determinasi
dapaat dilihat pada tabel 4.18, 4.19, dab 4.20 berikut ini.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis determinasi pada tabel 4.18, nilai koefisien
korelasi pada kolom R sebesar 0,303 dab nilai kuadrat koefisien korelasi pada
kolom R Square sebesar 0,092. Besarnya koefisien determinasi yaitu 0,092 x
100% = 9,2%. Dapaat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes yaitu 9,2% dab 90,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain ynag tidak
dimasukan dalam model penelitian ini.

1
89

Berdasarkan hasil perhitungan analisis determinasi pada tabel 4.19, nilai koefisien
korelasi pada kolom R sebesar 0,676 dab nilai kuadrat koefisien korelasi pada
kolom R Square sebesar 0,457. Besarnya koefisien determinasi yaitu 0,457 x
100% = 45,7%. Dapaat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh kompetensi guru
terhadap kinerja guru di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes yaitu 45,7% dab 54,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain ynag tidak
dimasukan dalam model penelitian ini.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis determinasi pada tabel 4.20 nilai koefisien
korelasi pada kolom R sebesar 0,723 dab nilai kuadrat koefisien korelasi pada
kolom R Square sebesar 0,552. Besarnya koefisien determinasi yaitu 0,552 x
100% = 55,2%. Dapaat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh motivasi kerja dab
kompetensi guru secara bersmaa-smaa terhadap kinerja guru di Sekolah Binaan 6
Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yaitu 55,2% dab 44,8% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain ynag tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
Faktor memengaruhi kinerja guru terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal
dab eksternal. Faktor ynag diteliti dalam penelitian ini adalah faktor intern ynag
berkaitan dengan motivasi kerja dab kompetensi guru. Sehingga demikian
sumbangan variabel motivasi kerja (X1) dab kompetensi guru (X2) terhadap

1
90

kinerja guru (Y) sebesar 55,2%. Sisanya sebesar 44,8% dipengaruhi variabel lain
ynag tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

4.1 Pembahasan
Guru merupakan faktor ynag dominan dalam kaitannya dengan
peningkatan kualitas pendidikan, karena guru ynag berperan langsung dalam
proses belajar mengajar, gurulah ynag berperan langsung dalam mengajar dab
mendidik. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan berbagai program untuk
meningkatkan kualitas kinerja guru dalam mengembangkan aspek-aspek
pendidikan dab pembelajaran.
Kinerja guru dapaat dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya yaitu
motivasi kerja dab kompetensi guru. Guru akan bekerja dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi ynag tinggi dab ia akan menunjukkannya melalui tugas
atau kegiatan ynag dikerjakan. Selain motivasi, faktor ynag memengaruhi kinerja
yaitu kompetensi guru ynag dipersyaratkan. Kompetensi guru dapaat diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dab nilai dasar ynag ditunjukkan melalui
kebiasaan berpikir dab bertindak. Kebiasaan berpikir dab bertindak ini ynag
merupakan bentuk dari kinerja guru. Guru harus memiliki kompetensi ynag baik
agar dapaat mewujudkan kinerjanya secara tepat dab efektif.
Kenyataan fenomena ynag terjadi dalam dunia pendidikan, seperti ynag
terjadi di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan
masih adabya permasalahan ynag dihadapi guru diantaranya rendahnya etos kerja,
kompetensi guru, profesionalisme guru, dab lain sebagainya ynag dapaat
berpengaruh pada kinerja seorang guru dalam pembelajaran.

4.2.1 Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru


Motivasi kerja merupakan salah satu faktor ynag memengaruhi kinerja
guru dalam pembelajaran. Hal tersebut menjawab hipotesis ynag pertama yaitu
hipotesis diterima ynag menunjukkan hasil analisis regresi sederhana dengan nilai
signifikansi sebesar 0,025 < 0,05 dab nilai thitung ≥ ttabel yaitu 2.321 > 2.004. Oleh

1
91

karena itu, terdapaat pengaruh ynag positif dab signifikan antara motivasi kerja
terhadap kinerja guru dalam pembelajaran. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi
kerja, maka akan diikuti dengan peningkatan kinerja guru di SD Binaan 6
Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes dab sebaliknya jika motivasi rendah,
maka akan memberi pengaruh terhadap hasil kinerja guru ynag rendah.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional
menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.
Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat
eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di

1
92

masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial


memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Seseorang ynag memiliki motivasi kerja dapaat diamati melalui ciri-ciri
sebagai berikut: (1) kinerjanya tergantung pada usaha dab kemampuan ynag
dimilikinya dibandingkan dengan kinerja melalui kelompok, (2) memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas ynag sulit, dab (3) seringkali
terdapaat umpan balik ynag konkret tentang bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugas secara optimal, efektif, dab efisien (Ibid: 77 dalam Uno,
2016: 69). Berdasarkan pendapaat Uno point ketiga yaitu seringkali terdapaat

1
93

umpan balik ynag konkret tentang bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugas


secara optimal, efektif, dab efisien, pernyataan tersebut sesuai dengan indeks
variabel motivasi kerja ynag paling dominan yaitu indikator “Bekerja dengan
harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dab atasan”. Hal ini membuktikan
bahwa salah satu indikator motivasi kerja guru di SD Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes sudah sesuai dengan teori di atas.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks variabel motivasi
kerja ynag paling rendah terletak pada indikator “Selalu berusaha untuk
mengungguli orang lain”, pernyataan “Dalam melakukan tugas-tugas ynag

bersifat kompetitif, saya berusaha melebihi teman-teman.” hanya sebesar 79,09


%.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

1
94

berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional


menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.
Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat
eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di
masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.

1
95

Menurut T.R Mitchell (1978) dalam Rachmawati dab Daryanto (2013:137)


teori dasar ynag digunakan sebagai landasan menilai kinerja guru adalah
Performance = Motivation x Ability. Dari pernyataan tersebut dapaat dikatakan
bahwa, motivasi dab abilitas adalah unsur-unsur ynag berfungsi membentuk
kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
Syarif dalam Jurnal Media Akademika (2011: 126-7) berpendapaat bahwa
faktor-faktor ynag memengaruhi kinerja guru disebabkan oleh faktor internal dab
faktor eksternal. Faktor internal pada guru ynag memiliki kinerja ynag baik salah
satunya yaitu memiliki motivasi. Ardiana (2017) juga mengemukakan guru
sebagai tenaga profesional kependidikan, memiliki motivasi kerja ynag berbeda
antara guru ynag satu dengan lainnya. Hal ini kelak akan berakibat adabya
perbedaan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini diperkuat
oleh pendapaat Mulyasa (2013: 120), guru akan bekerja dengan bersunggguh-
sungguh apabila memiliki motivasi ynag tinggi.
Riesminingsih dalam Jurnal MIX Volume III Nomor 3 (2013), ada
hubungan ynag positif antara motivasi dengan pencapaian kinerja. Artinya guru
akan ynag mempunyai motivasi tinggi akan mencapai kinerja ynag tinggi, dab
sebaliknya guru ynag mempunyai motivasi rendah maka kinerjanya akan rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini ynag menunjukkan bahwa motivasi kerja
memengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran, ynag diperkuat dengan pendapaat
para ahli dab penelitian relevan terdahulu, ynag dapaat disimpulkan bahwa
motivasi kerja merupakan salah satu faktor ynag turut menentukan kinerja
seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang
tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi ynag diberikan.

4.2.2 Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru dalam


Pembelajaran
Selain motivasi kerja, kompetensi guru juga merupakan salah satu faktor
ynag memengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran. Hal tersebut menjawab
hipotesis ynag kedua yaitu hipotesis diterima ynag menunjukkan hasil analisis
regresi sederhana dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dab nilai thitung

1
96

≥ ttabel yaitu 6.681 > 2.004. Oleh karena itu, terdapaat pengaruh ynag positif dab
signifikan antara kompetensi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran. Hal
ini berarti semakin tinggi kompetensi guru, maka akan diikuti dengan peningkatan
kinerja guru dalam pembelajaran di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes dab sebaliknya jika kompetensi guru rendah, maka akan memberi
pengaruh terhadap hasil kinerja guru ynag rendah. Herman dalam Jurnal Ekonomi
Bisnis (2011: 17) juga berpendapaat bahwa kinerja guru sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Kinerja guru dapaat berhasil dalam pekerjaannya karena guru
memiliki kemampuan dab keterampilan.
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari
budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional

1
97

menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.
Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat
eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di
masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai
manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks variabel
kompetensi guru ynag paling rendah terletak pada indikator “Melakukan tindakan

1
98

reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran”, pernyataan “Saya mengoreksi


kekurangan saya sendiri dalam penyampaian materi pelajaran untuk
meningkatkan keprofesionalitas saya” hanya sebesar 83,64%.
Peserta didik merupakan sasaran utama dalam sistem pendidikan. Sistem
pendidikan ynag dilaksanakan diharapkan mampu menghasilkan manusia ynag
berkualitas dari peserta didik ynag melaksanakan pembelajaran ynag diterapkan.
Pada proses pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, mapun
melakukan evaluasi baik bagi siswa maupun untuk guru itu sendiri. Guru harus
memberi perhatian pada aspek- aspek ynag menynagkut peserta didik. Hal-hal
ynag perlu diperhatikan mengenai peserta didik bukan hanya secara umum dalam
tingkatan belajar, tetapi juga perlu memperhatikan dari masing-masing individu
peserta didik. Dari situlah guru baru dapaat mengambil kesimpulan mengenai
kemampuan belajar peserta didik.
Kompetensi merupakan kemampuan ynag harus dimiliki oleh guru dalam
bidabg keprofesionalan dalam tujuannya meningkatkan kinerja secara tepat dab
efektif. Kompetensi ynag dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru ynag sebenarnya (Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2003 dalam
Kunandar, 2014:52).
Kompetensi menurut Usman (2005) dalam Kunandar (2014: 51-2) adalah
“Sautu hal ynag menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik
ynag kualitatif maupun ynag kuantitatif”. Pengertian ini mempunyai arti bahwa
kompetensi dapaat digunakan dalam dua konteks, yaitu: (1) sebagai indikator
ynag menunjukkan perbuatan ynag diamati, (2) konsep ynag mencakup aspek
kognitif, afektif, dab perbuatan serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Jadi, kompetensi merujuk pada perbuatan ynag ditunjukkan dalam bentuk perilaku
bekerja atau dengan kata lain disebut dengan kinerja seorang guru.
Riesminingsih dalam Jurnal MIX Volume III Nomor 3 (2013: 268),
semakin tinggi kemampuan kerja guru maka akan menghasilkan kinerja ynag
terbaik. Artinya, semakin tinggi kompetensi guru makan kinerja guru akan
semakin baik.

1
99

Berdasarkan hasil penelitian ini ynag menunjukkan bahwa kompetensi


guru memengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran, ynag diperkuat dengan
pendapaat para ahli dab penelitian relevan terdahulu, ynag dapaat disimpulkan
bahwa kompetensi guru merupakan salah satu faktor ynag turut menentukan
kinerja seseorang.

4.2.3 Pengaruh Motivasi Kerja dab Kompetensi Guru terhadap Kinerja


Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil uji regresi ynag dilakukan, menunjukkan ada pengaruh
ynag positif dab signifikan antara motivasi kerja dab kompetensi guru terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan signifikansi
sebesar 0,000 dab pada uji F ditunjukan dengan nilai Fhitung>Ftabel (28.443 >
3,175).
UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir
1 menyata kan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dna terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dna proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dna
keterampilan ynag diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dna negara”. Undnag-
undnag ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai filsafat bangsa dna negara
Indonesia menjadi sumber utama dna penentu arah ynag a kan dicapai dalam
kurikulum. Nilai-nilai ynag terkandung dalam Pancasila harus tumbuh dalam diri
peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus
mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dalam jiwa peserta didik. Landasan
filosofi pengembangan Kurikulum 2013 adalah berakar pada budaya lokal dna
bangsa, pandnagan filsafat eksperimentalisme, rekonstruksi sosial, pandnagan
filsafat esensialisme dna perenialisme, pandnagan filsafat eksistensialisme, dna
romantik naturalism.
Kurikulum berakar pada budaya lokal dna bangsa, memiliki arti bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari

1
100

budaya setempat dna nasional tentang berbagai nilai hidup ynag penting.
Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dna nasional
menjadi nilai budaya ynag diguna kan dalam kehidupan sehari-hari dna menjadi
nilai ynag dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.
Kurikulum ynag dikembangkan berdasarkan pandnagan filsafat
eksperimentalisme harus dapaat mendekatkan apa ynag dipelajari di sekolah
dengan apa ynag terjadi di masyarakat. Oleh karena itu apa ynag terjadi di
masyarakat adalah merupa kan sumber kurikulum. Filosofi rekonstruksi sosial
memberi arah kepada kurikulum untuk menempatkan peserta didik sebagai subjek
ynag peduli pada lingkungan sosial, alam, dna lingkungan budaya. Kurikulum
juga harus dapaat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi intelektual,
berpikir rasional, dna kemampuan membangun masyarakat demokratis peserta
didik menjadi sautu kemampuan ynag dapaat diguna kan untuk mengembangkan
kehidupan masyarakat ynag lebih baik. Sesuai dengan pandnagan filsafat
esensialisme dna perenialisme, kurikulum harus menempatkan kemampuan
intelektual dna berpikir rasional sebagai aspek penting ynag harus menjadi
kepedulian kurikulum untuk dikembangkan. Kurikulum harus dapaat mewujudkan
peserta didik menjadi manusia ynag terdidik dna sekolah harus menjadi centre for
excellence. Pandnagan filsafat esensialisme dna perenialisme menuntut kurikulum
mampu membentuk pesertadidik menjadi manusia cerdas secara akademik dna
memiliki kepedulian sosial. Pandnagan filsafat eksistensialisme dna romantik
naturalisme memberi arah dalam pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum
dapaat mewujudkan peserta didik memiliki rasa kemanusiaan ynag tinggi,
kemampuan berinteraksi dengan sesmaa dalam mengangkat harkat kemanusiaan,
dna kebebasan berinisiatif serta berkreasi. Menurut pandnagan filsafat ini, setiap
indipidu peserta didik adalah unik, memiliki kebutuhan belajar ynag unik, perlu
mendapaatkan perhatian secara indipidual, dna memiliki kebebasan untuk
menentukan kehidupan mereka. Pada intinya kurikulum harus mampu
mengembangkan seluruh potensi manusia yaitu menjadikan peserta didik sebagai

1
101

manusia seutuhnya. Manusia ynag memiliki kekuatan ynag berguna bagi dirinya
masyarakat, bangsa, dna negara.
Dalam penelitian ini membahas tentang motivasi kerja dab kompetensi
guru. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa motivasi kerja dab kompetensi guru
memengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran, ynag diperkuat dengan pendapaat
para ahli dab penelitian relevan terdahulu, maka apabila motivasi kerja dab
kompetensi guru bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya
bagus maka kegiatan belajar mengajarnya pun juga bagus. Guru ynag memiliki
motivasi kerja tinggi dab kompetensi ynag bagus akan menimbulkan dampak
ynag positif serta meningkatkan kinerja seorang guru. Akan tetapi jika motivasi
guru dalam bekerja kurang serta tidak ada upaya untuk mengembangkan
kompetensinya, hal tersebut akan berdampak pada rendahnya tingkat kinerja guru
tersebut.
4.1 Implikasi Penelitian
Implikasi penelitian merupakan sebuah akibat atau sesautu ynag
ditimbulkan oleh adabya penelitian. Implikasi penelitian ini fokus pada
peningkatan motivasi kerja dab kompetensi guru ynag akan berpengaruh pada
peningkatan kinerja guru pula. Berikut penjelasan mengenai implikasi penelitian
ynag terbagi menjadi implikasi teoritis dab implikasi praktis.
4.3.1 Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa terdapaat
pengaruh ynag positif dab signifikan secara sendiri-sendiri maupun secara
bersmaa-smaa antara motivasi kerja, kompetensi guru, dab kinerja guru dalam
pembelajaran. Penelitian ini dapaat memperkuat teori dab penelitian ynag relevan
terdahulu tentang motivasi kerja, kompetensi guru, dab kinerja guru.
Implikasi teoritis motivasi kerja dab kompetensi guru serta pengaruhnya
terhadap kinerja guru tercermin pada temuan-temuan penelitian berikut ini.
Temuan penelitian pertama menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh
terhadap kinerja guru. Hasil ini mendukung pendapaat ynag disampaikan oleh
Mulyasa (2013: 120) ynag menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu

1
102

faktor ynag menentukan keefektifan kerja dab guru akan bersungguh-sungguh


dalam bekerja apabila memiliki motivasi ynag tinggi.
Temuan penelitian kedua menyatakan bahwa kompetensi guru
berpengaruh terhadap kinerja guru. Hasil ini sesuai dengan Undabg-Undabg
Nomor 14 Tahun 2005 ynag menyatakan bahwa kinerja guru dapaat ditunjukkan
dari kemampuan guru dalam menguasai kompetensi ynag dipersyaratkan, yakni
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dab
kompetensi professional. Penemuan ini juga mendukung teori Suyanto dab Jihad
(2013: 39) ynag disimpulkan kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa
ynag harus dilakukan guru dalam melakasanakan pekerjaannya, baik berupa
kegiatan, perilaku maupun hasil ynag dapaat dilakukan dalam proses belajar
mengajar, serta kemampuan ynag harus ada dalam diri guru agar dapaat
mewujudkan kinerjanya secara tepat dab efektif.
4.3.2 Implikasi Praktis
Peningkatan kinerja guru di SD Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes secara optimal dapaat dilakukan dengan upaya sebagai berikut.
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa motivasi kerja memiliki
pengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, upaya ynag dapaat dilakukan
guru yaitu meningkatkan motivasi kerjanya agar kinerja lebih baik lagi. Selain itu
upaya lain ynag dapaat dilakukan guru yaitu meningkatkan kompetensi ynag
dimiliki guru agar kinerja guru juga lebih baik. Keduanya berpengaruh terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini, guru dapaat
mengupayakan hal-hal ynag dapaat meningkatkan kinerjanya dalam
pembelajaran.
Hasil penelitian ynag telah dilakukan tentang pengaruh motivasi kerja dab
kompetensi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dapaat dijadikan bekal
pengetahuan bagi peneliti ketika telah memasuki dunia kerja untuk dapaat
mewujudkan kinerja guru ynag optimal. Penelitian ini juga dapaat dijadikan
sebagai sumber teori atau referensi ynag dapaat memberikan gambaran penelitian
bagi peneliti selanjutnya.

1
103

1
104

BAB V

PENUTUP

Penelitian ynag berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja dab Kompetensi Guru


terhadap Kinerja Guru dalam Pembelajaran di Sekolah Binaan 6 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes” telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil
penelitian ynag sudah dilakukan, maka dapaat dibuat kesimpulan dab saran dari
penelitian ini. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

5. 1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dab hasil pembahasan


ynag telah dipaparkan peneliti, maka dapaat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(1) Motivasi kerja berpengaruh positif dab signifikan terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran. Pernyataan ini dibuktikan dari hasil penghitungan
analisis regresi sederhana dengan perolehan thitung ≥ ttabel yaitu 2.321 > 2.004
dab signifikansinya 0,025 < 0,05, berarti H0 ditolak, ynag berarti motivasi
kerja berpengaruh secara signifikan dengan kinerja guru dalam
pembelajaran. Besarnya pengaruh motivasi kerja dengan kinerja guru
dalam pembelajaran tergolong sedabg, nilai korelasi sederhana ynag
diperoleh sebesar 0,303 dab berada di antara 0,20-0,399, sehingga
hubungan antara kedua variabel tergolong rendah. Arah hubungan adalah
positif, karena nilai R positif, berarti semakin tinggi motivasi kerja,
semakin meningkat kinerja guru dalam pembelajaran. Selain itu, diperoleh
angka R2 (R Square) sebesar 0,092, artinya persentase sumbangan
pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran sebesar 0,092x100% = 9,2%. Kontribusi variabel motivasi
kerja (X1) terhadap variabel kinerja guru dalam pembelajaran (Y) sebesar
105

9,2%, sisanya 90,8% ditentukan oleh faktor lain ynag tidak dibahas dalam
penelitian ini.
(2) Kompetensi guru berpengaruh positif dab signifikan terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran. Pernyataan ini dibuktikan dengan perolehan thitung ≥
ttabel 6.681 > 2.004 dab signifikansinya 0,000<0,05, berarti H0 ditolak,
ynag berarti kompetensi guru berpengaruh secara signifikan dengan
kinerja guru dalam pembelajaran. Nilai korelasi sederhana variabel
kompetensi guru dab kinerja guru dalam pembelajaran sebesar 0,676
berada di antara 0,60-0,799, sehingga hubungan antara kedua variabel
tergolong kuat. Arah hubungan adalah positif, karena nilai R positif,
berarti semakin kompetensi guru, semakin meningkat kinerja guru dalam
pembelajaran. Selain itu, diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,457,
artinya persentase sumbangan pengaruh variabel kompetensi guru terhadap
kinerja guru dalam pembelajaran sebesar 0,457x100% = 45,7%.
Kontribusi kompetensi guru (X2) terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran (Y) sebesar 45,7%, sisanya 54,3% ditentukan oleh faktor
lain ynag tidak dibahas dalam penelitian ini.
(3) Motivasi kerja dab kompetensi guru berpengaruh positif dab signifikan
dengan kinerja guru dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan hasil
uji F, diperoleh nilai Fhitung ≥ Ftabel 28.443 > 3,175, maka H0 ditolak, artinya
motivasi kerja dab kompetensi guru berpengaruh terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis korelasi ganda, diperoleh nilai R
sebesar 0,723 artinya korelasi antara motivasi kerja dab kompetensi guru
kedua variabel tergolong kuat karena nilai korelasi ganda berada di antara
0,60- 0,799. Selain itu, diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,522,
artinya persentase sumbangan pengaruh variabel motivasi kerja dab
kompetensi guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran sebesar
0,522x100% = 52,2%. Kontribusi variabel motivasi kerja (X1) dab
kompetensi guru (X2)dengan kinerja guru dalam pembelajaran (Y) sebesar
52,2%, sisanya 47,8% ditentukan oleh faktor lain ynag tidak dibahas
dalam penelitian ini.
106

5. 2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ynag telah didapaat oleh peneliti tentang
“Pengaruh Motivasi Kerja dab Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru dalam
Pembelajaran di Sekolah Binaan 6 Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes”,
terdapaat beberapa saran ynag diberikan oleh peneliti. Penjelasan tentang saran
dalam penelitian ini dapaat dilihat pada uraian berikut:
5.2.1 Bagi Guru
Agar dapaat memenuhi kompetensi guru untuk menunnjang tercapainya
kinerja ynag optimal, maka guru perlu terus meningkatkan kemampuan dab
keterampilannya. Selain itu guru diharapkan mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk membuktikan kemampuan atau kompetensi guru di kelas.
Seperti pada penelitian ini, guru kurang melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran ynag dibuktikan dengan banyaknya guru ynag
menjawab pernyataan “Saya mengoreksi kekurangan saya sendiri dalam
penyampaian materi pelajaran untuk meningkatkan keprofesionalitas saya”
dengan nilai indeks sebesar 83,64%. Dalam hal ini guru perlu melakukan evaluasi
baik untuk guru itu sendiri atau pun untuk peserta didik sehingga tercipta
pembelajaran ynag berkualitas. Guru harus mampu mengidentifikasi dengan benar
tentang bakat, minat, potensi, dab kesulitan belajar masing-masing peserta didik,
agar pembelajaran ynag disampaikan guru dapaat diterima masing-masing siswa
dengan baik. Guru harus berupaya mengembangkan diri dengan cara mencari
informasi atau pengetahuan melalui buku atau internet dab berbagi informasi dab
pengetahuan dengan sesmaa guru. Selain kompetensi, guru juga harus memiliki
semangat kerja ynag tinggi. Guru harus sadar dengan tanggung jawabnya untuk
melaksanakan tugas agar tujuan ynag telah ditetapkan dapaat tercapai. Apabila
motivasi kerja dab kompetensi guru bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus.
Apabila kinerjanya bagus maka kegiatan belajar mengajarnya pun juga bagus.
Guru ynag memiliki motivasi kerja tinggi dab kompetensi ynag bagus akan
menimbulkan dampak ynag positif serta meningkatkan kinerja seorang guru.
Akan tetapi jika motivasi guru dalam bekerja kurang serta tidak ada upaya untuk
mengembangkan profesinya, hal tersebut akan berdampak pada rendahnya tingkat
107

kinerja guru tersebut. Dalam penelitian ini, motivasi guru dalam melaksanakan
pekerjaanya kurang berusaha untuk mengungguli orang lain. Terbukti pada
pernyataan “Dalam melakukan tugas-tugas ynag bersifat kompetitif, saya
berusaha melebihi teman-teman” dengan nilai indeks hanya sebesar 79,09 %.
Adabya sikap kompetitif antar rekan kerja (sesmaa guru) juga diperlukan. Guru
perlu saling bersaing satu smaa lain untuk menjaga kualitasnya.
5.2.2 Bagi Sekolah
Pihak sekolah diperlukan untuk mengambil langkah-langkah ynag mampu
untuk meningkatkan motivasi kerja dab kompetensi guru agar kinerja guru
semakin baik. Sekolah dapaat memberikan reward maupun punisment terkait
dengan hasil kerja guru ynag dapaat menumbuhkan motivasi kerja dab kekreatifan
ynag dilakukan oleh guru. Reward tersebut dapaat berupa ucapan pujian ataupun
gerak tubuh ynag menunjukkan kekaguman atau apresiasi terhadap apa ynag telah
dikerjakan guru. Sekolah juga dapaat melaksanakan kegiatan seminar, workshop,
pendidikan dab pelatihan (diklat), Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk
mengembangkan kompetensi guru agar kinerja guru dalam pembelajaran semakin
baik pula. Selain itu punishment ynag dapaat diberikan kepada guru yaitu dapaat
berupa teguran baik secara lisan maupun tertulis. Apabila guru lalai dalam
pekerjaan maka kepala sekolah berhak menegur dab bagi rekan sesmaa guru juga
bisa saling mengingatkan secara lisan. Tetapi apabila kesalahan sudah sering
dilakukan dab berakibat buruk bagi semua pihak maka bisa dilakukan dengan
pemberian surat peringatan kepada guru ynag bersangkutan.

5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya


Penelitian ini memberikan informasi bahwa motivasi kerja dab
kompetensi guru dapaat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran ynag
memberikan pengaruh sebesar 52,2%. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui faktor-faktor lain ynag memengaruhi kinerja guru, karena kinerja
guru tidak hanya dipengaruhi oleh faktor motivasi kerja dab kompetensi guru,
sehingga dapaat menambah ilmu pengetahuan baru ynag penting bagi
keberhasilan pembelajaran.
108

Anda mungkin juga menyukai