Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah evaluasi pembelajaran
kimia yang berjudul “Asesmen Kompetensi Minimum” ini dengan baik.
Tidak lupa saya juga ingin mengucapkan limpah terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dengan caranya masing-masing hingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, saya mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga dapat memperbaiki makalah ke depannya menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Kupang, 10 Maret 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover Depan --------------------------------------------------------------------------- i


Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------ ii
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------- iii
Bab I Pendahuluan -------------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan ------------------------------------------------------------------------------ 1

Bab II Pembahasan -------------------------------------------------------------------- 3


A. Pengertian Asesmen Kompetensi Minimum ----------------------------------- 3
B. Fungsi Asesmen Kompetensi Minimum --------------------------------------- 3
C. Asesmen Nasional dan Ujian Nasional ----------------------------------------- 4
D. Instrumen Asesmen Kompetensi Minimum ----------------------------------- 6
E. Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional ----------------------------------------- 7

Bab III Penutup ------------------------------------------------------------------------ 10


A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------- 10

Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------------- 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan
menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi
membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan keterampilan matematika dan sains, 71%
siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah
kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15
tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang konsisten
dengan peringkat hasil PISA yang terendah.
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh dibutuhkan.
Untuk itu pada tahun 2021, Asesmen Nasional (AN) akan resmi diterapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan.
Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan.
Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian proses
belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan
kompetensi siswa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan asesmen kompetensi minimum (AKM) ?
2. Apa tujuan dari asesmen kompetensi minimum ?
3. Apa perbedaan asesmen nasional dan ujian nasional ?
4. Apa saja instrument dari asesmen kompetensi minimum ?
5. Bagaimana teknis pelaksanaan asesmen nasional ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari asesmen kompetensi minimum (AKM)
2. Untuk mengetahui tujuan dari asesmen kompetensi minimum
3. Untuk mengetahui perbedaan asesmen nasional dan ujian nasional

1
4. Untuk mengetahui instrument dari asesmen kompetensi minimum
5. Untuk mengetahui teknis pelaksanaan asesmen nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asesmen Kompetensi Minimum (Akm)


Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar
yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan
berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM,
yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca
maupun numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis,
keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta
keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan
beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi
literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur
kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten. 

B. Tujuan Asesmen Kompetensi Minimum


Asesmen ini bertujuan untuk mengukur kompetensi berpikir atau bernalar siswa ketika
membaca teks (literasi) dan menghadapi persoalan yang membutuhkan pengetahuan
matematika (numerasi). Literasi adalah kemampuan bernalar tentang dan menggunakan
bahasa, sedangkan numerasi adalah kemampuan bernalar menggunakan matematika. Literasi
dan numerasi bukan mata pelajaran bahasa atau matematika, melainkan kemampuan
menggunakan konsep itu untuk menganalisis sebuah materi.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Kata minimum mengacu kepada tidak semua
konten di dalam kurikulum diukur di dalam AKM.
 AKM akan mengatur keterampilan dasar : literasi dan numerasi. Kemampuan bernalar
tentang teks dan angka. Kompetensi tersebut dibangun dari jenjang dasar sampai menengah
dalam suatu learning progression.
 AKM berbentuk survei dengan sample siswa kelas 4, kelas 8, dan kelas 10/11 – tidak
melaporkan hasil individu siswa namun laporan agregat yang berfokus kepada peningkatan
internal dari waktu ke waktu bukan komparasi antar kelompok.

3
C. Asesmen Nasional Dan Ujian Nasional
1. Evaluasi Ujian Nasional
Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga berangkat dari evaluasi yang
dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung selama ini. Ujian Nasional
menjadi lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu dan pembelajaran yang
berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan sebagai perbaikan mutu
pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu, beberapa poin evaluasi berikut ini juga
menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan
penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa,
sehingga input dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini
belum sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin
pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam
menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta
menunjukan karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum
lengkap dilakukan melalui UN saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran
pada subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih
kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi,
termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan
secara nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai sebagai
assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa
digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari
pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin
tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen
Nasional adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta
implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru,
orangtua, kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal
persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.

4
2. Perbedaan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional
KRITERIA ASESMEN NASIONAL UJIAN NASIONAL
PEMBANDING (AN) (UN)
Tujuan Pelaksanaan Untuk mengevaluasi mutu Untuk mengevaluasi capaian
terkait sistem satuan hasil belajar murid secara
pendidikan individu
Jenjang Penilaian SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMP/MTs, SMA/MA dan
SMK, program kesetaraan SMK
jenjang dasar dan menengah
Level Siswa V, VIII dan XI Tingkat akhir pada tiap
jenjang
Subjek Siswa Survei : Siswa dipilih secara Sensus : Semua siswa
acak untuk mengikuti AN mengikuti UN
Model Soal PG, PGK, Menjodohkan, Isian Pilihan Ganda dan Isian
Singkat, dan Uraian Singkat (Matematika
SMA/SMK)
Sasaran Penilaian Kompetensi literasi, numerasi, Penguasaan terhadap mata
dan karakter serta kualitas dan pelajaran
iklim satuan pendidikan yang
mendukung pembelajaran
Metode Penilaian Computerized MultiStage Computer Based Test (CBT)
Adaptive Testing (MSAT) dan Paper Based Test (PBT)

Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:


a. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti
yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional
bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian
Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu.
b. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta
program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah
pertama dan atas saja.
c. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana
Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal
ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan

5
mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk
mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
d. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei
dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah.
Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana
semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
e. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
f. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah
literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang
diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara
Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata
pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang
penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret
kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
g. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN
menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT).
MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat
melakukan tes sesuai level kompetensinya.

D. Instrumen Asesmen Kompetensi Minimal


Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen, yaitu:
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca dan literasi
matematika (numerasi) murid.
Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan
Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih karena merupakan kemampuan atau
kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua murid, terlepas dari profesi dan cita-
citanya di masa depan. Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu
dikembangkan secara lintas mata pelajaran. Kemampuan membaca yang diukur melalui
AKM Literasi sebaiknya dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia,
tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-
sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui

6
berbagai pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional mendorong
guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada pengembangan kompetensi membaca dan
berpikir logis-sistematis.
Asesmen literasi membaca dan numerasi pada AKM dapat ditinjau dari 3
komponen (aspek) yaitu: konten, proses kognitif, serta konteks. bagan berikut menjelaskan
rincian komponen AKM literasi membaca serta numerasi.

Literasi Membaca Numerasi


Konten Teks Informasi dan Sastra Aljabar, Bilangan, Geometri,
Pengukuran, Data dan
Ketidakpastian
Proses Menemukan Informasi Pemahaman,
Kognitif Interpretasi dan Integrasi, Penerapan,
Evaluasi dan refleksi, Penalaran,

Konteks Personal, Personal,


Sosial Budaya, Sosial Budaya,
Saintifik, Saintifik,

2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan
karakter murid
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses
belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.

E. Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional


1. Kriteria Peserta Pelaksana Asesmen Nasional
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan
pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII dan
XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional
akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4,
dan 6 program kesetaraan.
Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa. Hal ini terkait dengan
tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk

7
menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil
belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen
Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret
dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak
semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah
informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas
yang menjadi target dari Asesmen Nasional.
Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan
pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang
menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka
masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk
memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas
V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat
dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh
semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik,
guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas
proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi
Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan.

2. Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional


a. Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
b. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
c. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
d. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke
titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
e. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
f. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi


literasi membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa

8
kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal
yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi
mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena
itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan
konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam
ragam stimulus soal-soal AKM.
AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk
lintasan kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum.

3. Waktu Pelaksanaan Asesmen Nasional


Asesmen Nasional terdiri atas: (1) AKM, (2) Survei Karakter, dan (3) Survei
Lingkungan Belajar. Pelaksanaan Asesmen Nasional untuk murid akan dilaksanakan
selama dua hari. Hari pertama untuk Asesmen Literasi Membaca dan Survei Karakter,
sedangkan hari kedua untuk Asesmen Numerasi dan Survei Lingkungan Belajar.
Alokasi waktu sesi asesmen maupun survei berbeda untuk murid kelas V dengan
murid kelas VIII serta XI. Alokasi waktu asesmen dapat dilihat pada tabel berikut:
HARI PERTAMA HARI KEDUA
SD/MI Tes Literasi 75 menit Tes numerasi 75 menit
Survei karakter 20 menit Survei lingkungan belajar
20 menit
SMP/MTs SMA/SMK/MA Tes literasi 90 menit Tes numerasi 90 menit
Survei karakter 30 menit Survei lingkungan belajar
30 menit

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

9
 Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar
yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan
berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur
AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi).
 Asesmen ini bertujuan untuk mengukur kompetensi berpikir atau bernalar siswa ketika
membaca teks (literasi) dan menghadapi persoalan yang membutuhkan pengetahuan
matematika (numerasi).
 Perbedaan antara Asesmen Nasional dan Ujian Nasional dilihat dari beberapa criteria
pembanding, yaitu antara lain : Tujuan Pelaksanaan, Jenjang Penilaian, Level Siswa,
Subjek Siswa, Model Soal, Sasaran Penilaian, dan Metode Penilaian.
 Instrumen penilaian asesmen kompetensi minimum terdiri dari 3 instrumen yaitu : (1)
Asesmen kompetensi minimum yang mengukur literasi membaca dan literasi
matematika (numerasi) murid. (2) Survei karakter yang mengukur sikap, nilai,
keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid. (3) Survei lingkungan
belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di
kelas maupun di tingkat sekolah.
 Asesmen nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan
menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://kelasguru.com/penilaian/asesmen-kompetensi-minimum-akm/

https://kelasguru.com/akm/rangkuman-materi-bimtek-guru-belajar-seri-asesmen-kompetensi-
minimum-akm/

https://pelajarancg.blogspot.com/2020/09/asesmen-kompetensi-minimum-akm-dan-survei-karakter-
sk.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai