Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 6, November 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GLUTARALDEHID SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK BAHAN STERILISASI


ALAT MEDIS DI RUMAH SAKIT

Ida Fitri Leksanawati1*, Budiyono2, Suhartono2


1Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro
2 Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Dipongoro

*Corresponding author :idafitri820@gmail.com

ABSTRAK
Sterilisasi alat medis untuk operasi dilakukan untuk mencegah infeksi. Proses sterilisasi yang
dilakukan selama ini dengan cara direbus. Alat medis yang disteril dimungkinkan masih
mengandung kuman. Pilihan proses sterilisasi yang lain adalah menggunakan bahan kimia
glutaraldehid. Glutaraldehid mempunyai sifat disinfektan kuat, bersifat bakterisida, virusida, dan
fungisida, serta bersifat non-korosif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
glutaraldehid berdasarkan waktu dan konsentrasi. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan 48
sampel alat set medis bedah (gunting jaringan, pinset, klem besar dan klem ovarium). Konsentrasi
dalam volume 1 liter air yang digunakan 20 ml, 25 ml dan waktu (20 menit, 30 menit). Uji analisis
statistik dengan Uji Two way Anova. Hasil penelitian konsentrasi 20 ml / 1 liter air sangat efektif
membunuh kuman pada alat set medis bedah. Ada efesiensi biaya untuk sterilisasi menggunakan
bahan kimia glutaraldehid dengan kosentrasi 20 ml/1 liter air dibandingkan konsentrasi 25 ml/1 liter
air di Instalasi CSSD RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
ada pengaruh desinfektan glutaraldehid dalam menurunkan angka kuman pada konsentrasi 20 ml
dan waktu 20 menit. Namun demikian, perlu riset lebih lanjut dan seksama untuk mengetahui
efektifitas bahan kimia tersebut.

Kata Kunci: Glutaraldehide, alat medis bedah, bakteri

PENDAHULUAN Rumah sakit mempunyai risiko tinggi menjadi


Instansi pelayanan kesehatan yang tempat penyebaran infeksi karena populasi
melakukan pelayanan kesehatan perorangan mikroorganisme yang tinggi. Mikroorganisme
secara lengkap yang menyediakan pelayanan tersebut dapat hidup dan berkembang di
rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat lingkungan rumah sakit seperti lantai, air,
disebut dengan Rumah Sakit.1 Pelayanan udara, perabotan rumah sakit, peralatan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, non medis bahkan pada makanan dan
kuratif, dan rehabilitative disebut Pelayanan peralatan medis.5
Kesehatan lengkap. Tetapi tidak sedikit rumah Infeksi nosokomial dapat ditularkan
sakit juga menjadi sumber infeksi yang bisa melalui petugas dan lingkungan. Penularan
menyebabkan penyakit.2 Sekarang ini infeksi melalui petugas dapat berasal dari kontaminasi
yang berhubungan dengan pelayanan tangan petugas, kontaminasi benda oleh darah,
kesehatan merupakan penyebab utama ekskreta, cairan tubuh lainnya, udara: dengan
kematian dibeberapa bagian dunia. bersin dan batuk. Penularan melalui lingkungan
Infeksi nosokomial disebut juga Hospital dapat berasal dari tikus, gigitan nyamuk, kontak
Acquired Infection (HAI) adalah infeksi yang dengan ekskreta, sirkulasi udara di RS,
diperoleh dan berkembang selama pasien di makanan dan obat-obatan di RS, air untuk
rawat di rumah sakit 3 Infeksi nosokomial minum dan kebersihan diri di RS.1
atau Healthcare-Associated Infections Penelitian yang dilakukan di 11 rumah
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi di sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004
rumah sakit dan menyerang pasien yang menunjukkan bahwa 9,80% pasien rawat inap
dalam proses perawatan, tidak ditemukan mendapatkan infeksi nosokomial (HAIs). HAIs
dan tidak dalam masa inkubasi saat yang paling sering terjadi adalah Infeksi Daerah
pasien masuk rumah sakit. 4 Rumah sakit Operasi (IDO), Infeksi Saluran Kemih (ISK),
adalah tempat untuk mencari kesembuhan Infeksi Saluran Napas Bawah, dan Infeksi Aliran
namun juga merupakan sumber infeksi. Darah Primer (IADP).6 Di Indonesia angka

846
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kejadian infeksi nosokomial mencapai 3% - 21% menggunakan autoclave dibutuhkan waktu 30


pada tahun 2010 berdasarkan surveilans dari menit. Waktu yang masih kurang dengan syarat
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi minimal sterilisasi dimungkinkan bisa menjadi
(PPI) di beberapa rumah sakit. Kejadian Infeksi kurang efektif proses sterilisasi dan
nosokomial di RSUD Setjonegoro kabupaten desinfeksinya.
Wonosobo mengalami peningkatan dari tahun Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
2010 ada 0,37 % kasus, dan tahun 2011 ada untuk mengetahui efektivitas gluteraldehide
1,48 % kasus.7 Laporan RSUP Dr. Sardjito berdasarkan waktu dan konsentrasi dalam
Yogyakarta infeksi nosokomial tahun 2010 menurunkan angka kuman pada alat set medis
sebesar 7,95%, RSUP Dr. Wahidin bedah.
Sudirohusodo terdapat kejadian infeksi
nosokomial pada trimester III tahun 2010 METODE PENELITIAN
sebesar 4,4%.8 Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Data HAIs RSUD Hj. Anna Lasmanah eksperimen murni, ada 4 kelompok perlakuan
Banjarnegara mengalami trend peningkatan dan 6 pengulangan. Sehingga alat medsi bedah
kasus, tahun 2018; 3,2 % kasusplebtis angka yang akan disteril akan ditempatkan pada
kejadian dari 2289 pasien terpasang infuse dan kelompok 1,2,3,4 dan dilakukan secara random.
tahun 2019 (bulan januari sampai dengan Juli) ; Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
4,99 % kasus kejadian Infeksi Saluran Kencing berbagai konsentrasi desinfektan/variasi
(ISK) dan Infeksi Daerah Operasi (IDO) dari 756 konsentrasi dan variasi waktu sedangkan
pasien terpasang kateter. Sesuai dengan variabel terikatnya adalah penurunan angka
persyaratkan di Buku Pedoman PPI Tahun 2017 kuman udara. Faktor pemberian larutan
adalah < 5 %. Hasil pemeriksaan Inspeksi Glutaraldehide dengan konsentrasi 20 ml dan
kesehatan lingkungan tentang sterilisasi dan 25 m lain yaitu waktu 20 menit, 30 menit
desinfeksi alat medis tahun 2017 di RSUD Hj. sehingga rancangan penelitiannya adalah
Anna Lasmanah Banjarnegara bahwa Instrumen factorial. Desain penelitiannya factorial yaitu uji
sesudah steril (CSSD) ±1 bulan Angka beda komparasi yang menggunakan analisis
Lempeng Totalnya 4 CFU/ml, tabung reaksi varians.
laboratorium Angka lempeng totalnya 11
CFU/ml dan kasa steril ± 4 bulan Angka Populasi dan Sampel Penelitian
Lempeng Totalnya adalah 8 CFU/ml. Menurut Objek Penelitian ini adalah alat set bedah
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 didesinfeksi glutaraldehid di CSSD RSUD Hj.
ditetapkan bahwa angka kuman tidak Anna Lasmanah Banjarnegara. Populasi
boleh melebihi ambang batas melebihi nilai penelitian ini adalah seluruh alat set medis
ambang batas pencemaran yang di bedah pada proses didesinfeksi. Sampel yang
perkenankan yaitu 0 CFU/ml.9 diambil peneliti yaitu gunting jaringan, pinset,
Proses desinfeksi dan sterilisasi yang klem besar, dan klem ovarium. Sampel diambil
baik merupakan salah satu upaya untuk dengan purposive random
mencegah terjadinya infeksi nosokomial yang sampling,berdasarkan alat set medis yang
disebabkan peralatan medis tidak steril. Proses sering digunakan untuk operasi dan
sterilisasi alat medis di Rumah Sakit Umum berhubungan dengan pembedahan. Jumlah
Daerah Hj. Anna Lasmanah Kabupaten sampel yang diteliti 48 sampel. Untuk setiap
Banjarnegara menggunakan autoclave yang variasi konsentrasi membutuhkan 1 liter air.
sebelumnya telah dilakukan desinfeksi Rancangan factorial dapat digambarkan dengan
menggunakan larutan enzimatik (glutaraldehid). tabel sebagai berikut:
Prosedur sterilisasi alat medis dengan

847
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1. Gambaran Teknis Pengulangan Sampel


Faktor Perlakukan 1 (pemberian Glutaraldehid)
Konsentrasi 20 ml Konsentrasi 25 ml
X1.1 X2.1
20 X1.2 X2.2
menit X1.3 X2.3
Perlakuan 2 X1.4 X2.4
(waktu) X1.5 X2.5
X1.6 X2.6
X3.1 X4.1
30 X3.2 X4.2
menit X3.3 X4.3
X3.4 X4.4
X3.5 X4.5
X3.6 X5.6
Penulis memilih variasi konsentrasi (20 ml dan pengukuran yang dilakukan dilaboratorium
25 ml) dan variasi waktu (20 menit, 30 menit) terhadap jumlah angka kuman pada alat set
dikarenakan ingin meneliti efektifitas dari medis bedah sebelum dan sesudah didesinfeks
perbedaan variasi dan waktu tersebut diluar serta wawancara dengan petugas.Sumber data
standar SPO yang ditetapkan. Karena sesuai di sekunder berupa arsip dokumen rumah sakit
SPO (Standar Prosedur Operational) yang serta buku-buku referensi.
ditetapkan adalah desinfeksi dengan
menggunakan glutaraldehid (sesuai aturan Instrumen Penelitian
pabrik ) waktu perendaman desinfektan adalah Alat yang digunakan dalam penelitian ini
15 menit dan konsentrasi 25 ml/liter. Peneliti meliputi: 1) kapas lidi steril; 2) tabung reaksi; 3)
mencoba meneliti konsentrasi dan waktu yang raktabung reaksi. Bahan yang diperlukan dalam
tidak terdapat di SPO (Standar Prosedur penelitian ini meliputi: 1) larutan NaCl; 2) alat
Operational). tulis ; 3) Alkohol

Identifikasi Variable Cara pengumpulan data


1. Varaibel Bebas 1. Observasi terhadap obyek yang akan diteliti
Variasi waktu (20 menit, 30 menit) dan yaitu pengamatan kondisi lingkungan
variasi konsentrasi (20 ml, 25 ml). Instalasi CSSD dan pengukuran pada alat
2. Variabel terikat setmedis bedahdengan alat bantu checklist
Angka kuman. dan kuesioner.
3. Variabel Pengganggu 2. Mengutip arsip dan laporan yaitu menyalin
a. Dapat dikendalikan semua data rumah sakit yang diperlukan
Jumlah kuman, Jenis bahan alat dalam penelitian.
(logam,plastic), Luas Permukaan 3. Pemeriksaan yaitu pemeriksaan
b. Tidak dapat dikendalikan laboratorium dengan usap alat set medis
Kontaminasi udara, kontaminasi bedah sebelum dan sesudah didesinfeksi.
desinfektan, kualitas desinfektan, kondisi
kesehatan dan sterilitas petugas. Pengolahan Data dan analisis data
Pengolahan Data dilakukan dengan beberapa
Sumber data Penelitian cara antara lain: editing, coding, entry data,
Data umum meliputi gambaran umum cleaning data, tabulating, interpretasi data.
RSUD Hj. Anna Lasmanah Kabupaten
Banjarnegara dan Instalasi CSSD.Data khusus Analisis Data
dalam penelitian ini adalah angka kuman Analisis data pada penelitian ini dilakukan
sebelum dan sesudah didesinfeksi.Sumber data dengan analisis univariat, analisis bivariat, uji
primer dalam penelitian ini adalah hasil anova faktorial. Uji anova dua factorial.

HASIL PENELITIAN
1. Sampel Alat Set Medis Bedah
Berikut ini adalah hasil pemeriksaan laboratorium angka kuman perlakuan alat set medis bedah

848
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebelum didesinfeksi.
Tabel 2. Hasil Perlakuan Alat Set Medis Bedah Sebelum Didesinfeksi
Faktor (sebelum didesinfeksi Glutaraldehid) Perlakukan 1 (pemberian Glutaraldehid)
Konsentrasi 20 ml Konsentrasi 25 ml
55 20
20 45 15
menit 35 12
Perlakuan 2 (waktu) 40 12
35 10
45 15
Jumlah 255 84
Rata-rata 42,5 14
35 10
30 35 5
menit 20 10
25 5
20 15
25 5
Jumlah 160 50
Rata-rata 26,67 8,33
Dari tabel 2 tersebut diperoleh hasil 20 ml dan waktu 30 menit. Hasil angka kuman
angka kuman tertinggi sebelum disteril sejumlah sebelum steril jumlah 160 koloni/cm 2 dan rata-
55 koloni/cm2. Angka kuman terendah sebelum rata angka kuman 26,67 koloni/cm 2 . Kelompok
sejumlah 5 koloni / cm 2. Angka kuman pada perlakuan ketiga adalah perlakuan konsentrasi
tahap sebelum dan sesudah didesinfeksi/disteril 25 ml dan waktu 20 menit. Hasil angka kuman
pada perlakuan 20 ml,20 menit, perlakuan 20 sebelum steril jumlah 84 koloni/cm2 dan rata-
ml, 30 menit, perlakuan 25 ml, 20 menit dan rata angka kuman 14 koloni/cm 2 . Kelompok
perlakuan 25 ml, 30 menit masing-masing 4 perlakuan keempat adalah perlakuan
sampel setiap perlakuan. konsentrasi 25 ml dan waktu 30 menit. Hasil
Ada 4 kelompok perlakuan , kelompok angka kuman sebelum steril jumlah 50
perlakuan pertama yaitu perlakuan konsentrasi koloni/cm2 dan rata-rata angka kuman 8,3
20 ml dan waktu 20 menit. Hasil angka kuman koloni/cm2 .
sebelum disteril jumlah 255 koloni/cm 2 dan rata- Angka kuman sesudah
rata angka kuman 42,5 koloni/cm 2. Kelompok didesinfeksi/disteril pada semua variasi
perlakukan kedua adalah perlakuan konsentrasi konsentrasi sejumlah 0 koloni/cm 2.

2. Efisiensi Penggunaan Anggaran


Dibawah ini adalah perhitungan efisiensi anggaran bahan kimia Glutaraldehide. penggunaan
tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

849
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 3.Efisiensi Anggaran Bahan Glutaraldehide


N TAH BAHAN PEMAKAI HARGA/ga JUMLA KETERANG
O UN AN lon H AN
1 2018 Glutaraldeh 5 galon 1.728.581 8.642.9 Estimasi ;
yde 05 Konsentrasi
(Aniosime 25 ml dipakai
DD1) 1 kali perhari
=25 ml dikali
dalam 1
minggu = 150
ml
1 bulan = 600
ml
1 tahun =
7.200 ml
2 2019 Glutaraldeh 8 galon 1.728.581 13.828. Estimasi
yde 648 ;Konsentrasi
(Aniosime 25 ml dipakai
DD1) 1 kali perhari
=25 ml dikali
dalam 1
minggu = 150
ml
1 bulan = 600
ml
1 tahun =
7.200 ml
3 2020 Glutaraldeh 5,76 galon 1.728.581 9.956.6 Estimasi ;
yde 26 Konsentrasi
(Aniosime 20 ml dipakai
DD1) 1 kali perhari
=20 ml dikali
dalam 1
minggu = 120
ml
1 bulan = 480
ml
1 tahun
=
5.760

850
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan tabel 3 diatas efisiensi kebutuhan glutaraldehid 2,24 galon dan anggaran Rp.
3.872.020,-

PEMBAHASAN Lumasi alat dengan minyak berbahan dasar


Analisis Pengambilan dan Perlakuan Sampel parafi.13
Penelitian ini mengetahui variasi waktu Walaupun konsentrasi yang digunakan
dan konsentrasi alat set medis bedah di Instalasi lebih kecil atau kurang dari SPO yang ditentukan
CSSD RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. yaitu menggunakan konsentrasi 20 ml tetapi
Faktor pemberian larutan Glutaraldehide dengan desinfektan Glutaraldehid sangat efektif
konsentrasi 20 ml, 25 ml dan factor lain adalah membunuh kuman pada alat set medis bedah.
waktu 20 menit, 30 menit yang mempunyai Sehingga sangat memenuhi standar Permenkes
desain penelitian anova dua factorial yaitu uji RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Syarat
beda komparasi. Caranya membandingkan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit dan
antara kelompok konsentrasi dan waktu. Dari Permenkes No. 9 Tahun 2007 tentang
data pasca perlakuan di semua alat dan kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dengan
pengulangan menunjukan bakteri menjadi persyaratan 0 koloni/cm 2.
negative (0). Sehingga rata-rata yang diperoleh Berdasarkan teori Glutaraldehid
nol (0). Pada kelompok konsentrasi dan waktu mempunyai sifat disinfektan kuat, bersifat
hasilnya menunjukan semua nol (0). Intrepretasi bakterisida, virusida, dan fungisida, serta
hasil penelitian adalah sangat efektif maka tidak bersifat non-korosif sehingga dapat menjadi
diperlukan uji statistik tetapi menggunakan alternatif bahan disinfektan untuk file NiTi. 14Alat
analisis deskriptif. medis bedah merupakan alat critical sehingga
Berdasarkan tabel 3 bahwa sterilisasi membutuhkan proses disinfeksi tingkat tinggi
glutaraldehid sangat efektif dan memenuhi dimana dapat menghilangkan bakteri, virus,
standar angka kuman set medis bedah 0 jamur, tanpa mampu menghilangkan spora
koloni/cm2 baik variasi konsentrasi 20 ml / 25 ml bakteri.15,16 Tidak ditemukannya koloni bakteri
dan waktu 20 menit/ 30 menit. Konsentrasi pada usapalat medis CSSD RSUD Hj. Anna
Glutaraldehide adalah 2 %. Faktor – factor yang Lasmanah Banjarnegara menunjukkan bahwa
mempengaruhinya adalah kerja antiseptic 10, proses disinfeksi tingkat tinggi sudah mampu
antiseptik dan desinfektan sebagai zat kimia menghilangkan bakteri. Proses disinfeksi tingkat
berpengaruh terhadap mikroba, yaitu melalui tinggi dikatakan efektif apabila mampu
unsur protein yang membentuk struktur seluler menghilangkan mikroorganisme kecuali spora.
mikroba dengan akibat merusak dindingsel, Proses disinfeksi tingkat tinggi masih
mengganggu system enzim kuman, dikatakan efektif apabila yang ditemukan hanya
mendenaturasi protein, dan merusak spora bakteri tanpa mikroorganisme yang
asamnukleat. lain.Spora lebih resisten dibandingkan
Selain faktor-faktor diatas, penurunan mikroorganisme lain karena dinding spora
jumlah kuman yang berbeda pada tiap individu bersifat impermeable dan asam ribonukleat di
juga dipengaruhi beberapa faktor lain11 yaitu dalam protoplasma memiliki ketahanan yang
Jumlah mikroorganisme dan kontaminan, fase lebih tinggi terhadap disinfektan. Spora dapat
tumbuh, keberadaan mikroorganisme, suhu, hilang apabila dilakukan proses sterilisasi
formulasi desinfektan dan ketahanan dari tiap- dengan panas bertekanan seperti autoklaf yaitu
tiap mikroorganisme pada bahan kimia sangat pada suhu di atas 100oC pada tekanan 15 lb/sq
bervariasi. Spora bakteri adalah bentuk yang selama 15 menit.17
paling resisten. Demikian juga bakteri berkapsul Desinfektan Glutaraldehid yang
lebih resisten dari yang tidak berkapsul. digunakan di Instalasi CSSD RSUD Hj. Anna
Sehingga tipe populasi mikroba akan Lasmanah Banjarnegara mempunyai merek
mempengaruhi pemilihan desinfektan atau Anios DD1. Komposisi Glutaraldehid terdiri atas
antiseptik.12 oxiotel, Poli Hidrokhlorida, detergent,
Sampel alat medis bedah yang diteliti disinfectant dan enzim.Waktu perendaman dari
mempunyai bahan yang terbuat dari stainless. 5 menit – 15 menit, sesuai dengan aktivitas
Keuntungan bahan stainless adalah mudah antimikroba yang diperlukan. Desinfektan
dibersihkan dan mudah dalam pemeliharaan. berdasarkan glutaraldehid yang ditawarkan
Perawatan dan pemeliharaan dengan cara sebagai terkonsentrasi atau sebagai (RTU)

851
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

produk siap digunakan yang berlaku secara kemampuan mikobakterisidal dari glutaraldehid.
manual, untuk perangkat desinfeksi otomatis Alkutar glutaraldehid dua persen memiliki aksi
dan desinfektan pencuci. lambat (20 hingga> 30 menit) melawan M.
Menurut teori mengenai konsentrasi tuberculosis dan membandingkannya dengan
Glutaraldehyde merupakan desinfektan alkohol, formaldehida, iodin, dan fenol .Suspensi
golongan aldehyde, termasuk desinfektan yang M. avium, M. intracellulare, dan M. gordonae
kuat, spektrum aplikasi luas, dapat membunuh lebih resisten terhadap inaktivasi oleh 2%
mikroorganisme dan virus. Bekerja dengan cara alkaline glutaraldehyde (perkiraan waktu untuk
denaturasi protein dan umum digunakan dalam menyelesaikan inaktivasi: ~ 60 menit) daripada
campuran air konsentrasi 0,5% – 5%. M. tuberculosis yang virulen (estimasi waktu
Keunggulan golongan aldehyde adalah sifatnya untuk inaktivasi lengkap ~ 25 menit) .Tingkat
yang stabil, persisten, efek samping minimal, pembunuhan berbanding lurus dengan suhu,
dapat dibiodegradasi dan tidak menyebabkan dan suspensi standar M. tuberculosis tidak
kerusakan pada material peralatan. Larutan dapat disterilkan dalam 10 menit .Sterilisasi
glutaraldehyde 2% efektif terhadap bakteri kimia yang dibersihkan FDA yang mengandung
vegetative seperti Mycobacterium tuberculosis, 2,5% glutaraldehyde menggunakan peningkatan
fungi dan virus akan mati dalam waktu 10 – 20 suhu (35 ° C) untuk mengurangi waktu yang
menit.18,19 dibutuhkan untuk mencapai desinfeksi tingkat
Konsentrasi yang digunakan Larutan tinggi (5 menit), tetapi penggunaannya terbatas
glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk pada reprosesor endoskopi otomatis yang
sterilisasi peralatan bedah, daerah operasi, dilengkapi dengan pemanas .Dalam penelitian
perawatan endodontik intrakanal dan sterilisasi lain yang menggunakan filter membran untuk
bahan cetak alginat pada bidang kedokteran pengukuran aktivitas mikobakterisidal dari 2%
gigi. Studi menunjukkan bahwa glutaraldehyde alkaline glutaraldehyde, inaktivasi total dicapai
adalah fiksatif yang efektif dengan efek samping dalam 20 menit pada 20 ° C ketika inokulum uji
minimal, penetrasi terbatas dan kerja cepat. adalah 10 M. tuberculosis per membran
Studi pulpotomi menggunakan glutaraldehid .Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa
sebagai agen fiksatif menghasilkan tingkat larutan glutaraldehyde menonaktifkan 2,4
keberhasilan yang tinggi.18 Jenis desinfektan hingga> 5,0 log 10 dari M. tuberculosis dalam 10
yang mengandung Glutaraldehid untuk Rumah menit (termasuk M. tuberculosis yang resistan
Sakit antara lain : Agrigerm , Aldekol des 02, terhadap beberapa obat) dan 4,0-6,4 log 10 dari
Alcide, Biodan , Formades , Sanitas-151. M. tuberculosis dalam 20 menit.Atas dasar data
Kelemahan dari glutaraldehida adalah ini dan penelitian lain, 20 menit pada suhu
koagulasi dan fiksasi protein dan kegagalan kamar dianggap sebagai waktu paparan
untuk menghilangkan atypical mycobacteria minimum yang diperlukan untuk membunuh
dalam standar Waktu kontak Glutaraldehid Mycobacteria dan bakteri vegetatif lainnya
antara 2 sampai 10 menit. 14 Glutaraldehid secara andal dengan ≥2% glutaraldehyde. 20
memiliki mekanisme kerja berupa bakterisida Penelitian yang dilakukan ada pengaruh
melalui proses alkilasi protein membran waktu perendaman glutaraldehyde 20 menit
dan inti sel. penurunan angka kuman sejalan dengan
Dari beberapa penelitian ditemukan pedoman sterilisasi dan desinfeksi bahwa
bahwa Inaktivasi in vitro mikroorganisme oleh konsentrasi 2% glutaraldehyde efektif
glutaraldehid telah diselidiki dan ditinjau secara terhadapC. difficilepada 20 menit.21Perbedaan
luas. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa sterilisasi/ desinfeksi pada tahun 2017 di RSUD
larutan glutaraldehyde ≥ 2%, buffer hingga pH Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara dipakai yaitu
7,5-8,5 dengan natrium bikarbonat secara efektif dengan cara direbus dan sekarang dengan
membunuh bakteri vegetatif dalam <2 menit; M. menggunakan desinfektan Glutaraldehid
tuberculosis , jamur, dan virus dalam <10 mempengaruhi angka kuman. Perbedaannya
menit;dan spora spesies Bacillus dan yaitu metode Panas atau direbus berpengaruh
Clostridium dalam 3 jam. Larutan alkali pada sel-sel vegetatif mikroorganisme akan
glutaraldehyde 2 % menonaktifkan sel-sel 10 M. terbunuh dalam waktu 10 menit dalam air
M. tuberculosis di permukaan penicylinders mendidih. Sebenarnya organisme ini biasanya
dalam waktu 5 menit pada suhu 18°C. Namun, mati dalam beberapa menit pada suhu 8000 C,
penelitian selanjutnya mempertanyakan namun beberapa spora bakteri dapat bertahan

852
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dalam kondisi seperti ini selama berjam-jam. ada sesuai dengan perhitungan konsentrasi dan
Merebus peralatan di dalam air mendidih waktu yang sudah ditetapkan oleh standar
selama waktu yang singkat lebih memungkinkan pabrik sehingga dimungkinkan sudah diuji
untuk disinfeksi dari pada sterilisasi. Oleh laboratorium dan wewenang ada pada Direktur
karena itu sangat tidak tepat digunakan untuk Rumah Sakit. Selain itu peneliti belum mampu
mensterilkan peralatan gigi. Perebusan dalam melakukan penelitian yang menggunakan dua
air merupakan cara yang efektif dan praktis macam desinfektan yang berbeda dikarenakan
untuk DTT alat-alat. Walaupun perebusan dalam keterbatasan waktu dan biaya.
air selama 20 menit akan membunuh semua
bakteri vegetatif, virus (termasuk KESIMPULAN
HBV,HCV,HIV),ragi dan jamur, perebusan tidak Terbukti Glutaraldehide sebagai bahan kimia
membunuh semua endospora. 22 yang digunakan desinfeksi tingkat tinggi pada
Dibandingkan dengan metode secara alat set medis bedah di RSUD Hj. Anna
kimia untuk mencegah terjadinya kontaminasi Lasmanah Banjarnegara sangat efektif dan
oleh kuman-kuman yang sifatnya dapat efisien pada konsentrasi 20 ml dan waktu 20
membahayakan kehidupan manusia baik secara menit.
langsung maupun tidak langsung, maka
dilakukan tindakan pencegahan. Salah satu cara SARAN
pencegahan yang digunakan adalah dengan Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia berupa cairan menggunakan konsentrasi yang lebih kecil.
disinfektan. Pemilihan disinfektan harus
dilakukan hati-hati sebab disinfektan hanya DAFTAR PUSTAKA
digunakan untuk satu tujuan. Bahan-bahan 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
mikroorganisme adalah golongan aldehid seperti Rumah Sakit dan fasilitas lainnya. 2011.
glutaraldehid dan formaldehid, golongan 2. UU No. 36 tentang Kesehatan. 2009.
halogen seperti Yodium, klor sampai kepada 3. WHO. Pedoman untuk Desinfeksi dan
molekul organik yang kompleks seperti Sterilisasi di Fasilitas Layanan Kesehatan
persenyawaan amonium kuartener. Berbagai No Title. 2008. 82 p.
bahan kimia tersebut menunjukan efek 4. WHO. Infant mortality. World Health
antimikrobial dalam berbagai cara terhadap Organization. 2010.
berbagai macam mikroorganisme. Efeknya 5. Ducel G, Fabry J NL. Prevention of Hospital
terhadap permukaan benda atau bahan juga Acquired Infections. A Pract Guid WHO.
berbeda-beda. Hal ini penting diketahui sebelum 2002;2ndedition.
digunakan, agar dalam penerapannya sesuai 6. Achmad I. Manajemen perawatan pasien
dengan yang diinginkan.22 Pada label larutan total care dan kejadian infeksi nosokomial
anti mikroba, biasanya terlihat macam bahan di ruang ICU RSUD Masohi tahun 2016.
disinfektan. Oleh karena itu RSUD Hj. Anna 2017;2:319–324.
Lasmanah memilih desinfektan Glutaraldehid 7. Nugraheni R, Suhartono WS. Infeksi
untuk proses desinfeksi alat medis. Nosokomial di RSUD Setjonegoro
Dari hasil penelitian ini maka cara Kabupaten Wonosobo. Media Kesehat
sterilisasi dengan cara menggunakan larutan Masy Indones. 2012;11.
Glutaraldehide sangat efektif. Sehingga 8. Nihi S. Gambaran Penderita Infeksi
rekomendasi yang bisa dilakukan adalah Nosokomial Pada Pasien Rawat Inap
mencari alternatife bahan kimia yaitu dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. 2010.
memilih Glutaraldehide sebagai salah satu hal : 2-3. pdf, diakses tanggal 19 November
bahan kimia tersebut. Berdasarkan analisis 2012.
biaya dan manfaatnya maka Glutaraldehide 9. Kemenkes RI. KMK No.
efisien dan terbukti bagus sebagai desinfektan 1204/Menkes/SK/X/2004 ttg Persyaratan
tingkat tinggi. Kesehatan Lingkungan RS. 2004.
10. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika
Keterbatasan Penelitian Dan Pengendaliannya.Jakarta: Penerbit
Tidak adanya kemampuan untuk merubah Salemba Medika. 2008.
Standar Prosedur Operating (SPO) yang sudah

853
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 6, November 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

11. Hugo, W.B. dan Russel AD.


Pharmaceutical Microbiology. Pharm
Microbiol 4th ed, BSPLondon. 1987;
12. Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg EA.
Mikrobiologi Kedokteran. Mikrobiol Kedokt.
2005;XXII, 327-.
13. Nugraha Michael Dian /Aesculap. German
Society of Central Sterilization Supply
Department (DGSV). Int J Sterile Supply.
14. Utami SP, Mulyawati E, Soebandi DH.
Perbandingan Daya Antibakteri Disinfektan
Instrument Preparasi Bacillus subtilis. J
Kedokt Gigi. 2016;7(2):151–6.
15. Whitman WB. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. Cambridge
Univ Press New York. 2009;2ndedition.
16. Spicer J. Clinical Microbiology and
Infectious Diseases. LondonChurchill
Livingstone Elsevier. 2008;2nd Editio.
17. Brooks. et al. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta, EGC. 2008;Ed.23.
18. Rusmah M. Glutaraldehyde in dentistry–a
review. Singapore Dent J. 1993;18 (1): 17.
19. Sukhija U, Rathee M, Kukreja N, Khindria
S.K S V. Efficacy Of Varios Disinfectans On
Dental Impression Material. Internet J Dent
Sci. 2010;9 (1): 1-1.
20. Rutala WA, Weber DJ. Disinfection and
sterilization in healthcare facilities. Bennett
Brachman’s Hosp Infect Sixth Ed.
2013;(May).
21. Rutala WA. New Disinfection and
Sterilization Guidelines. Biomed Saf Stand.
2009;39(4):32.
22. Meganada Hiriana Putri, Sukini Y.
MIKROBIOLOGI KEPERAWATAN GIGI.
2017. 401 p.

854

Anda mungkin juga menyukai