NAMA KELOMPOK :
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................................
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui permasalahan
yang ada (Hidayat, 2004).
i. Identifikasi pasien dan keluarga
1. Pasien : nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
umur, diagnosa keperawatan.
2. Orang tua : nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan dan
pengahsilan orang tua
3. Sibling Rivallry : Urutan anak dalam keluarga, umur, adanya penyakit yang sama
sebelumnya.
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung
pada jenis kejang demam yang dialami anak.
Riwayat kesehatan
3) BB
Biasanya pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
4) Kepala
5) Mata
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus mata,
keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri
tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
seperti ronchi.
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung I:
Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang
jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan,
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II
kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b. Penilaian tingkat kesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 - 10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
c. Penilaian kekuatan otot
d. Pemeriksaan
penunjang Menurut
Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi :
(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher )
(2) Mengalami complex partial seizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)
(4) Kejang saat tiba di IGD
(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga 1 jam setelah kejang adalah normal
(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan
pigmen kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-
120ml dan dewasa 130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa
3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan
tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang jelas,
misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala
yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.
N NANDA NO NI
C C
O
1 Hipertermia a. Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
tanda-tanda vital
karakteristik 1) Merasa merinding
lainya
saat dingin
a. Apnea 2. Monitor warna kulit
2) Berkeringat
b. Bayi tidak dan suhu
saat panas
dapat 3. Monitor asupan dan
3) Tingkat pernapasan
mempertahanka keluaran, sadari
4) Melaporkan
n menyusu perubahan kehilangan
kenyamanan suhu
c. Gelisah cairan yang tak di
5) Perubahan warna
d. Hipotensi rasakan
kulit
e. Kulit 4. Beri obat atau cairan
6) Sakit kepala IV
kemerahan
f. Kulit terasa 5. Tutup pasien dengan
hangat selimut atau pakaian
g. Latergi Ringan
h. Kejang 6. Dorong konsumsi
i. Koma cairan
j. Stupor 7. Fasilitasi istirahat,
k. Takikardia terapkan pembatasan
l. Takipnea aktivitas jika di
m. Vasodilatasi perlukan
8. Berikan oksigen yang
sesuai
Faktor yang
9. Tingkatkan sirkulasi
berhubungan udara
Mandikan pasien
a. Peningkatan dengan spon hangat
laju dengan hati-hati.
metabolisme
b. Penyakit
i. Sepsis
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
2 Ketidakefektifan a. Status sirkulasi Terapi oksigen
1) Tekanan darah 1. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan sistol dan sekret trakea
serebral 2) Tekanan darah 2. Pertahankan jalan
diastol napas yang paten
Faktor resiko 3) Tekanan nadi 3. Atur peralatan
4) PaO2 (tekanan oksigenasi
a. Gangguan
serebrovaskuler parsial oksigen 4. Monitor aliran oksigen
b. Penyakit dalam darah arteri) 5. Pertahankan posisi
neurologis 5) PaCO2 (tekanan pasien
parial 6. Observasi tanda-tanda
karbondioksida hipoventilasi
dalam darah arteri 7. Monitor
6) Saturasi oksigen adanya kecemasan
7) Urine output pasien terhadap
8) Capillary refill. oksigenasi.
b. Status neurologi
1) Kesadaran
Manajemen edema
2) Fungsi sensorik dan
serebral
motorik kranial
1. Monitor adanya
3) Tekanan
kebingungan,
intrakranial perubahan pikiran,
4) Ukuran pupil keluhan pusing,
5) Pola istirahat-tidur pingsan
6) Orientasi kognitif 2. Monitor tanda-tanda
7) Aktivitas kejang vital
8) Sakit kepala. 3. Monitor karakteristik
cairan serebrospinal :
warna, kejernihan,
konsistensi
4. Monitor status
pernapasan: frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan,
PaO2,PaCO2, pH,
Bicarbonat
5. Catat perubahan
pasien dalam berespon
terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Dorong keluarga/orang
yang penting untuk
bicara pada pasien
Posisikan tinggi kepala
30o atau lebih.
Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai
dan karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan
output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral
9. Berikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya, cheyne-
stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
3 Ketidakefektifan a. Status pernapasan : Terapi oksigen
pola napas ventilasi 1. Bersihkan mulut,
Kriteria hasil hidung dan sekret
Batasan karakteristik 1) Frekuensi pernapasan trakea dengan tepat
a. Bradipnea 2) Irama pernapasan 2. Pertahankan kepatenan
b. Dispnea 3) Kedalama jalan nafas
c. Penggunaan n 3. Berikan oksigen
otot pernapasan tambahan seperti yang
bantu 4) Penggunaan otot diperintahkan
penapasan bantu nafas 4. Monitor aliran oksigen
d. Penurunan 5) Suara nafas tambahan 5. Periksa perangkat
kapasitas vital 6) Retraksi dinding dada pemberian oksigen
e. Penurunan 7) Dispnea saat istirahat secara berkala untuk
tekanan 8) Atelektasis. memastikan bahwa
ekspirasi kosentrasi yang telah
f. Penurunan b. Status pernapasan : di tentukan sedang di
tekanan kepatenan jalan nafas berikan
inpsirasi Kriteria Hasil : 6. Pastikan penggantian
g. Pernapasan 1) frekuensi pernapasan masker oksigen/kanul
bibir 2) pernapasan cuping nasal setiap kali
h. Pernapasan hidung perangkat diganti
cuping 3) mendesah 7. Pantau adanya tanda-
hidung tanda keracunan
i. Pola oksigen dan kejadian
nafas atelektasis.
abnormal
j. Takipnea.
Faktoryang Monitor neurologi
berhubungan 1. Pantau ukuran pupil,
bentuk kesimetrisan
a. Cedera dan reaktivitas
medula spinalis 2. Monitor
b. Gangguan tingkat kesadaran
neurologi 3. Monitor GCS
s 4. Monitor status
c. Nyeri pernapasan.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas nadi
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola
pernapasan abnormal
7. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
8. Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.
Gangguan pertukaran
4. gas berhubungan a. status pernafasan : a. monitor vital sign
dengan pertukaran gas Tindakan keperawatan:
ketidakseimbangan
ventilasi Kriteria hasil: 1) Memonitor tekanan
1) Tekanan parsial darah, nadi, suhu, dan
oksigendalam status pernafasan,
daraharteri(po2) 2) Memonitor Denyut
2) Tekanan parsial jantung
oksigendalam 3) Memonitor suara paru-
daraharteri(pco2) paru
3) Saturasi oksigen 4) Memonitor warna
4) Keseimbanganventil kulit
a siperfusi 5) Meniai CRT
5) Dyspneapada saat
istirahat b. monitor pernafasan
6) Sianosis
Tindakan keperawatan:
1) Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi
2) Memonitor
gerakan
dada
3) Monitor bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyi
paru
Memonitor dyspnea dan
Hal yang meningkatkan
dan memperburuk terapi
oksigen)
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh.
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan
1. Implementasi
Menurut asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dan rencana
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah :
a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Mencakup peningkatan kesehatan
c. Mencakup pencegahan penyakit
d. Mencakup pemulihan kesehatan
e. Memfasilitasi koping klien
Yogyakarta: ANDI
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Asmadi (2008), pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di
sini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik. Menurut Lenny (2009) dan Rampengan
(2008), data yang harus dikaji pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:
a. Identitas klien dan keluarga
1) Klien:
2) Orang tua:
3) Saudara kandung:
Urutan anak dalam keluarga : ibu yang memiliki anak lebih dari satu
mempunyai ketepatan dalam pemberian
imunisasi campak pada anaknya sehingga
mengurangi angka penderita campak pada
anak dibandingkan ibu yang memiliki satu
anak.
b. Riwayat keperawatan
a) Awal Serangan
Keluhan awal yang muncul pada anak morbili yaitu:
1. Suhu tubuh meningkat
b) Faktor Pencetus
Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah dan urin
dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung
dengan droplet dan orang terinfeksi.
1) Kebutuhan nutrisi
Pada anak dengan morbili pola nutrisi umumnya mengalami perubahan karena
adanya bercak pada daerah mulut sehingga anak tidak nafsu makan, mual,
muntah dan berat badan menurun.
2) Kebutuhan eliminasi
Pada anak dengan morbili biasanya akan mengalami diare dikarenakan virus
yang menyerang sistem pencernaan anak.
3) Aktivitas
Pola aktivitas anak dengan morbili biasanya terganggu, karena anak mengalami
anak malaise, keadaan umum lemah dan dari tindakan isolasi pada anak.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang terkena morbili pasti terganggu
dikarenakan adanya demam, potopobia, konjungtivitas dan gatal akibat adanya
rash pada kulit.
5) Personal hygiene
Pada anak dengan morbili pada umumya merasa gatal dan adanya rash pada
kulit sehingga personal hygiene anak harus tetap dijaga.
f. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
b) Kesadaran komposmentis
c) Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah, telinga, leher dan
pada badan.
d) Konjungtiva anemis
e) Fotopobia
2) Palpasi
Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula dan daerah
leher belakang
3) Perkusi
a) Kadang terdapat distensi abdomen
4) Auskultasi
Pada anak dengan morbili biasanya mengalami komplikasi broncopneumonia,
sehingga hasil auskultasi didapatkan suara ronchi.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan adanya
broncopneumonia.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah
diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen
komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem),
penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008)
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada anak dengan morbili menurut Suriadi
(2010) adalah, sebagai berikut:
a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
3. Rencana Keperawatan
Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi
keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengelompokan seperti
bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan besarnya, menunjukan isi dari aktivitas yang
direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu mandiri
(dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang dilakukan bersama dengan memberi
perawatan lainnya).
Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah yang diprioritaskan, kriteria hasil
yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan ingin mengetahui hasil yang diharapkan
tersebut, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria
hasil.
Adapun intervensi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat
menurut Suriadi (2010) adalah, sebagai berikut:
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi.
Kriteria hasil:
1) Penyebaran infeksi tidak terjadi
2) Batasi pengunjung
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas kembali
efektif
Kriteria hasil:
1) Batuk hilang/kurang
2) Sekret hilang/berkurang
Intervensi
1) Pertahankan kuku anak tetap pendek
5) Anjurkan pada orang tua agar menjaga kulit tetap utuh, bersih dan kering
6) Anjurkan pada orang tua agar anak memakai pakaian yang longgar
7) Anjurkan pada orang tua untuk menjaga agar pakaian dan laken tetap bersih dan
kering
6) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi
kecil tapi sering
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dan anak memahami
tujuan dari isolasi
Kriteria hasil:
1) Keluarga klien dapat menunjukan pemahaman tentang isolasi pada anak
2) Anak dapat melakukan aktivitas yang tepat dan tetap dapat melakukan interaksi
Intervensi:
1) jelaskan pada keluarga dan anak alasan untuk mengisolasikan anak dan
penggunaan kewaspadaan khusus untuk meningkatkan pemahaman tentang
pembatasan atau isolasi
2) Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan
tangan, nonton televisi)
4) Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
f. Dx 7: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada kulit,
eritema
Kriteria Hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Mampu menuntaskan aktivitas meningkat
3. Kesulitan tidur menurun
Intervensi :
1) Observasi tingkat cema, mudah tersinggung, menangis, gelisah, gangguan tidur
2) Kaji tipe, lokasi, dan intensitas nyeri
3) Berikan tindakan nyaman seperti mengubah posisi pasien
4) Anjurkan pasien jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat
dimandikan dengan air hangat
5) Delegasi dalam pemberian obat analgesik dan antipiretik sesuai indikasi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesahatan lainnya. Penilaian
evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
a. Jenis evaluasi tersebut ada dua, yaitu:
b. Hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
3) Tujuan tidak tercapai: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
c. Evaluasi masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut:
Widagdo.(2012).TatalaksanaMasalahPenyakitAnakDenganKejang.SagungSeto
:Jakarta
Wulandari.A,Anurogo.D.(2012). 45PenyakitYangBanyakDitemukanDiMasyarakat.
Yogyakarta:ANDI
Wong,D.L., Hockenberry.E,M. Wilson,David.,Winkelstein,Marilyn,L., & Schwartz,Patricia.
(2009).Buku AjarKeperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC