Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN

PATOLOGIS DARI SISTEM TERMOGULASI DAN IMMUNE

( KEJANG, DEMAM DAN CAMPAK )

NAMA KELOMPOK :

1. Silda Anggraini (192303101167)


2. Andhika Rachman (192303101013)
3. Devin Siska Ravinawati (192303101052)
4. Ahmad Faisal (192303101033)
5. Siti Nur Kholifatus Samsyah (192303101035)
6. Herfiana Okta Natasha (192303101121)
7. Meylinda Riski Wahyuni (192303101037)
8. Fina Dwi Riskyananda (192303101032)

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

PEMBAHASAN...........................................................................................

1. Konsep Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Kejang Demam....


1.1Pengkajian Keperawatan..................................................................
1.2Diagnosa Keperawatan....................................................................
1.3Perencanaan Keperawatan ..............................................................
1.4Implementasi Keperawatan .............................................................
1.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................
2. Konsep Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Campak................
2.1Pengkajian Keperawatan..................................................................
2.2Diagnosa Keperawatan....................................................................
2.3Perencanaan Keperawatan...............................................................
2.4Implementasi Keperawatan..............................................................
2.5Evaluasi keperawatan.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Kejang

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga dapat diketahui permasalahan
yang ada (Hidayat, 2004).
i. Identifikasi pasien dan keluarga
1. Pasien : nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
umur, diagnosa keperawatan.
2. Orang tua : nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat, pekerjaan dan
pengahsilan orang tua
3. Sibling Rivallry : Urutan anak dalam keluarga, umur, adanya penyakit yang sama
sebelumnya.

Wong (2009), mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah


usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
ii. Riwayat kejang
iii. Kaji perilaku kejang
iv. Kaji sifat kejang : kejang bersifat lokal (kejang parsial) atau kejang yang
bersifat umum (miotonik, tonik-klonik, atonik)
v. Kaji lamanya kejang
vi. Kaji gerakan saat kejang
1. Kejang parsial : mengecap-ngecapkan bibirnya, gerakan mengunyah, dan
adanya gerakan tangan.
2. Kejang mioklonik : kehilangan kesadaraan hanya sesaat.
3. Kejang tonik-klonik : adanya gerakan klonik ekstermitas atas dan bawah.
4. Kejanga atonik : kepala menunduk dan dapat jatuh ketanah yang terjadi
secara singkat tanpa peringatan.
vii. Kaji status neurologi : perubahan kesadaran, peningkatan suhu tubuh,
perubahan tingkah laku.
viii. Riwayat psikososial : faktor pencetus dan status.
ix. Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.

Riwayat penyakit sekarang

Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung
pada jenis kejang demam yang dialami anak.

Riwayat kesehatan

Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang demam


kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak
(hemifarise).

Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap


rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.

Riwayat nutrisi : Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu


makan karena mual dan muntahnya
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis
2) TTV :

Suhu : biasanya >38,0⁰C


Respirasi : pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/menit

3) BB

Biasanya pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti

4) Kepala

Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

5) Mata

Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.


6) Mulut dan lidah

Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor

7) Telinga

Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus mata,
keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri
tekan mastoid.

8) Hidung

Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.

9) Leher

Biasanya terjadi pembesaran KGB

10) Dada

a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
seperti ronchi.
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung I:
Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang
jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan,
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II
kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b. Penilaian tingkat kesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 - 10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
c. Penilaian kekuatan otot

d. Pemeriksaan
penunjang Menurut
Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi :
(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher )
(2) Mengalami complex partial seizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)
(4) Kejang saat tiba di IGD
(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga 1 jam setelah kejang adalah normal
(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan
pigmen kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-
120ml dan dewasa 130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa
3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan
tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang jelas,
misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala
yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul


a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan sirkulasi otak
c. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksemia
f. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
atau kejang
h. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan gangguan
kejang
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam

N NANDA NO NI
C C
O
1 Hipertermia a. Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
tanda-tanda vital
karakteristik 1) Merasa merinding
lainya
saat dingin
a. Apnea 2. Monitor warna kulit
2) Berkeringat
b. Bayi tidak dan suhu
saat panas
dapat 3. Monitor asupan dan
3) Tingkat pernapasan
mempertahanka keluaran, sadari
4) Melaporkan
n menyusu perubahan kehilangan
kenyamanan suhu
c. Gelisah cairan yang tak di
5) Perubahan warna
d. Hipotensi rasakan
kulit
e. Kulit 4. Beri obat atau cairan
6) Sakit kepala IV
kemerahan
f. Kulit terasa 5. Tutup pasien dengan
hangat selimut atau pakaian
g. Latergi Ringan
h. Kejang 6. Dorong konsumsi
i. Koma cairan
j. Stupor 7. Fasilitasi istirahat,
k. Takikardia terapkan pembatasan
l. Takipnea aktivitas jika di
m. Vasodilatasi perlukan
8. Berikan oksigen yang
sesuai
Faktor yang
9. Tingkatkan sirkulasi
berhubungan udara
Mandikan pasien
a. Peningkatan dengan spon hangat
laju dengan hati-hati.
metabolisme
b. Penyakit
i. Sepsis
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.

Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
2 Ketidakefektifan a. Status sirkulasi Terapi oksigen
1) Tekanan darah 1. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan sistol dan sekret trakea
serebral 2) Tekanan darah 2. Pertahankan jalan
diastol napas yang paten
Faktor resiko 3) Tekanan nadi 3. Atur peralatan
4) PaO2 (tekanan oksigenasi
a. Gangguan
serebrovaskuler parsial oksigen 4. Monitor aliran oksigen
b. Penyakit dalam darah arteri) 5. Pertahankan posisi
neurologis 5) PaCO2 (tekanan pasien
parial 6. Observasi tanda-tanda
karbondioksida hipoventilasi
dalam darah arteri 7. Monitor
6) Saturasi oksigen adanya kecemasan
7) Urine output pasien terhadap
8) Capillary refill. oksigenasi.
b. Status neurologi
1) Kesadaran
Manajemen edema
2) Fungsi sensorik dan
serebral
motorik kranial
1. Monitor adanya
3) Tekanan
kebingungan,
intrakranial perubahan pikiran,
4) Ukuran pupil keluhan pusing,
5) Pola istirahat-tidur pingsan
6) Orientasi kognitif 2. Monitor tanda-tanda
7) Aktivitas kejang vital
8) Sakit kepala. 3. Monitor karakteristik
cairan serebrospinal :
warna, kejernihan,
konsistensi
4. Monitor status
pernapasan: frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan,
PaO2,PaCO2, pH,
Bicarbonat
5. Catat perubahan
pasien dalam berespon
terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Dorong keluarga/orang
yang penting untuk
bicara pada pasien
Posisikan tinggi kepala
30o atau lebih.

Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai
dan karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan
output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral
9. Berikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu.

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya, cheyne-
stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
3 Ketidakefektifan a. Status pernapasan : Terapi oksigen
pola napas ventilasi 1. Bersihkan mulut,
Kriteria hasil hidung dan sekret
Batasan karakteristik 1) Frekuensi pernapasan trakea dengan tepat
a. Bradipnea 2) Irama pernapasan 2. Pertahankan kepatenan
b. Dispnea 3) Kedalama jalan nafas
c. Penggunaan n 3. Berikan oksigen
otot pernapasan tambahan seperti yang
bantu 4) Penggunaan otot diperintahkan
penapasan bantu nafas 4. Monitor aliran oksigen
d. Penurunan 5) Suara nafas tambahan 5. Periksa perangkat
kapasitas vital 6) Retraksi dinding dada pemberian oksigen
e. Penurunan 7) Dispnea saat istirahat secara berkala untuk
tekanan 8) Atelektasis. memastikan bahwa
ekspirasi kosentrasi yang telah
f. Penurunan b. Status pernapasan : di tentukan sedang di
tekanan kepatenan jalan nafas berikan
inpsirasi Kriteria Hasil : 6. Pastikan penggantian
g. Pernapasan 1) frekuensi pernapasan masker oksigen/kanul
bibir 2) pernapasan cuping nasal setiap kali
h. Pernapasan hidung perangkat diganti
cuping 3) mendesah 7. Pantau adanya tanda-
hidung tanda keracunan
i. Pola oksigen dan kejadian
nafas atelektasis.
abnormal
j. Takipnea.
Faktoryang Monitor neurologi
berhubungan 1. Pantau ukuran pupil,
bentuk kesimetrisan
a. Cedera dan reaktivitas
medula spinalis 2. Monitor
b. Gangguan tingkat kesadaran
neurologi 3. Monitor GCS
s 4. Monitor status
c. Nyeri pernapasan.

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas nadi
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola
pernapasan abnormal
7. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
8. Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.
Gangguan pertukaran
4. gas berhubungan a. status pernafasan : a. monitor vital sign
dengan pertukaran gas Tindakan keperawatan:
ketidakseimbangan
ventilasi Kriteria hasil: 1) Memonitor tekanan
1) Tekanan parsial darah, nadi, suhu, dan
oksigendalam status pernafasan,
daraharteri(po2) 2) Memonitor Denyut
2) Tekanan parsial jantung
oksigendalam 3) Memonitor suara paru-
daraharteri(pco2) paru
3) Saturasi oksigen 4) Memonitor warna
4) Keseimbanganventil kulit
a siperfusi 5) Meniai CRT
5) Dyspneapada saat
istirahat b. monitor pernafasan
6) Sianosis
Tindakan keperawatan:
1) Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi
2) Memonitor
gerakan
dada
3) Monitor bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyi
paru
Memonitor dyspnea dan
Hal yang meningkatkan
dan memperburuk terapi
oksigen)

5. Ketidakefektifan a. Cardiopulmonaly status 1) Monitor kemampuan


perfusi jaringan (Status kardiopulmonal) pasien dalam
perifer mentoleransi kebutuhan
Kriteria hasil : oksigen saat makan
1) Tekanan darah 2) Observasi cara
sistolik masuknya oksigen yang
2) Tekanan darah menyebabkan
diastolik hipoventilalsi
3) Nadi perifer 3) Monitor
4) Saturasi oksigen perubahan warna kulit
5) Indeks kardio pasien
6) Sianosis 4) Monitor posisi pasien
7) Edema perifer untuk
8) Kedalaman pernafasan membantu masuknya
oksigen
b. Status pernafasan 5) Monitor keefektifan
1) Menilai pernafasan terapi oksigen
2) Irama pernafasan 6) Memonitor penggunaan
3) Kedalaman pernafasan oksigen saat pasien
4) Volume tidal beraktivitas
5) Saturasi oksigen
6) sianosis menajemen sensasi
7) Clubbing of finger perifer
8) Gasping (terengah- 1) Memonitor perbedaan
engah) terhadap rasa
tajam,tumpul,panas
atau dingin
c. Vital sign 2) Monitor adanya mati
1) Rentang nadi radial rasa,rasa geli.
2) Rentang pernafasan 3) Diskusikan tentang
3) Tekanan darah sistolik adanya kehilangan
4) Tekanan darah diastol sensasi atau perubahan
5) Tekanan nadi sensasi
6) Kedalaman 4) Minta keluarga untuk
saat inspirasi memantau perubahan
warna kulit setap hari
Stimulasi Tumbuh
7. Gangguan a. pertumbuhan Kembang
pertumbuhan dan 1. kaji tingkat
perkembangan Kriteria hasil: tumbuhkembang anak
1) Persentil berat badan 2. ajarkanuntuk intervensi
untuk usia dengan terapi rekreasi
2) Percentil berat untuk dan aktivitas
tinggi 3. berikan aktivitas yang
3) Tingkat berat badan sesuai, menarik, dan
4) Massa tubuh dapat dilakukan oleh
anak
(a) Penggunaan 4. Rencanakan bersama
disiplin yang anak aktivitas dan
sesuai usia sasaran yang
(b) Merangsang memberikan
perkembangan kesempatan untuk
kognitif keberhasilan
(c) Merangsang 5. Berikan pendkes
pembangunan stimulasi tumbuh
kembang anak pada
keluarga
manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan
3. nutrisi
yang dibutuhkan
pasien.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
6. Berikan substansi gula
7. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
8 Resiko cidera a. Kontrol resiko Manajemen lingkungan
Faktor resiko Kriteria hasil : 1. Sediakan
1) Eksternal 1) Klien terbebas dari lingkungan yang
cidera aman untuk pasien
a) Gangguan fungsi 2) Klien mampu 2. Identifikasi
kognitif menjelaskan cara atau kebutuhan keamanan
b) Agens metode untuk pasien sesuai dengan
nosokomial mencegah cidera kondisi fisik
3) Klien mampu 3. Dan fungsi kognitif
2) Internal menjelaskan factor pasien dan riwayat
a) Hipoksia resiko dari Lingkungan
penyakir dahulu pasien
jaringan 4) Menggunakan fasilitas
4. Memasang side
b) Gangguan kesehatan yang ada
rail tempat tidur
sensasi 5)Mampu mengenali
5. Menyediakan
(akibat dari perubahan status kesehatan. tempat tidur yang aman
cedera dan bersih
medulla b. Kejadian jatuh
6. Membatasi
spinalis, dll) pengunjunng
c) Malnutrisi. 1) Jatuh dari tempat tidur 7. Memberikan
2)Jatuh saat dipindahkan.
penerangan yang cukup
8.Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
Kesehatan dan penyebab
penyakit.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.

Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh.
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan
1. Implementasi
Menurut asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dan rencana
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah :
a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Mencakup peningkatan kesehatan
c. Mencakup pencegahan penyakit
d. Mencakup pemulihan kesehatan
e. Memfasilitasi koping klien

Adapun prinsip-prinsip dalam implementasi pada tiap-tiap diagnosa adalah :


a. Mempertahankan perfusi jaringan ke otak efektif.
b. Mencegah untuk tidak terjadinya cedera.
c. Mencegah untuk tidak terjadi aspirasi.
d. Mencegah kejang berulang tidak terjadi.
e. Mengatasi kecemasan pada anak
f. Menurunkan suhu hingga dalam batas normal
2. Evaluasi
Menurut Deswani (2009), evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dan rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien.
a. Jenis Evaluasi tersebut ada dua, yaitu :
1) Evaluasi proses : menilai jalannya pelaksanaan proses keperawatan sesuai
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2) Evaluasi hasil/sumatif : menilai hasil asuhan keperawatan yang
diperihatkan dengan perubahan tingkah laku klien. Evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan.
b. Hasil Evaluasi
1) Tujuan tercapai : jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukan perubahan sebagian
dari standar dan yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
c. Evaluasi
1) Perfusi jaringan ke otak efektif.
2) Cedera tidak terjadi.
3) Aspirasi tidak terjadi.
4) Kejang berulang tidak terjadi.
5) Keluarga tidak cemas lagi
6) Suhu tubuh dalam batas normal
7) Tanda tanda vital dalam batas normal
8) Tidak adaa tanda tanda gangguan penapasan
9) Nafsu makan meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan.Jakarta:EGC


Deswani. (2009). Proses keperawatan dan berfikir kritis.Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta: Salemba Medika
Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori &
aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC
Nurarif, H, A., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
Wong,D,L., Hockenberry,E,M.,Wilson,D.,Winkelstein,M,L.,&Schwartz, Patricia.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC
Widagdo.(2013). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta:
Sagung seto
Sujono, Riyadi, Sukarmin.(2009).Asuhan Keperawatan pada Anak.Yogyakarta : Graha Ilmu

Widagdo. (2012). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Kejang. Sagung


Seto : Jakarta

Wulandari.A, Anurogo. D. (2012). 45 Penyakit Yang Banyak Ditemukan Di Masyarakat.

Yogyakarta: ANDI

Wong,D.L., Hockenberry.E,M. Wilson,David.,Winkelstein,Marilyn,L., & Schwartz,


Patricia.(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020/editor, T. Heather


Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Kelliat, Henny Suzanna
Mediani, Teuku Tahlil. ; editor penyelaras, Monica Ester, Wuri Praptiani. Ed. 11,-
Jakarta: EGC. 2018

Nursing Interventions Classification (NIC), Ed 7, Howard Butcher, Gloria Bulechek, Joanne


Dochterman dan Cheryl Wagner, dikerjakan oleh CV. Mocomedia. Pengawas
Elsevier Inc.2018
Nursing Outcomes Classification(NOC),Ed 6, Sue Morhead, Elizabeth Swanson, Marion
Johnson, Meridean L. Maas, dikerjakan oleh CV. Mocomedia.Elsevier Inc.2018

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Morbili

1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Asmadi (2008), pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di
sini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik. Menurut Lenny (2009) dan Rampengan
(2008), data yang harus dikaji pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:
a. Identitas klien dan keluarga

1) Klien:

Umur : Penyakit campak banyak menyerang anak dengan usia 1- 14


tahun

Jenis kelamin : Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan


anak dengan presentase jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
daripada anak dengan jenis kelamin perempuan

Alamat : Tempat tinggal menjadi salah satu faktor resiko kejadian


campak pada anak. Tempat tinggal dengan tingkat kepadatan
penduduk yang banyak akan cepat menularkan penyakit
tersebut.

2) Orang tua:

Agama : Penyebab tingginya anak yang tidak divaksinasi adalah orang


tua menolak karena faktor keyakinan agama yang dianutnya
Pendidikan : Cangkupan imunisasi yang rendah salah satunya disebabkan
oleh rendahnya tingkat pendidikan orang tua yang berpengaruh
terhadap perilaku mereka, termasuk perlaku mengimunisasi
anak.

Pekerjaan : Status pekerjaan ibu memberi pengaruh terhadap imunisasi.


Ada kecenderungan situasi pekerjaan akan menimbulkan
masalah kesehatan bag seorang ibu dan anggota keluargaya.
Situasi kerja akan menimbulkan kesibukan dalam pekerjaan
sehingga seorang ibu cenderung memilki waktu terbatas untuk
merawat keluarganya (Retnoningsih dan Rusmiati, 2010).
Pekerjaan orang juga berpengaruh terhadap penghasilan yang
didapat. Penghasilan yang rendah akan mempengaruhi
kecukupan gizi pada anggota keluarga karena anak yang status
gizinya kurang akan lebih rentan terhadap infeksi salah satunya
penyakit campak.

3) Saudara kandung:

Urutan anak dalam keluarga : ibu yang memiliki anak lebih dari satu
mempunyai ketepatan dalam pemberian
imunisasi campak pada anaknya sehingga
mengurangi angka penderita campak pada
anak dibandingkan ibu yang memiliki satu
anak.

b. Riwayat keperawatan

1) Riwayat kesehatan masa lalu


Bayi dan anak-anak yang terkena morbili biasanya yang belum mendapatkan
imunisasi atau telah mendapatkan imunisasi campak tapi kemungkinan besar
vaksinnya tidak tersimpan dengan baik sehingga mengakibatkan kualitas vaksin
menurun atau pemberian dosis yang tidak tepat dan pernah kontak dengan
penderita morbili
2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Awal Serangan
Keluhan awal yang muncul pada anak morbili yaitu:
1. Suhu tubuh meningkat

2. Malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitas, coryza

3. Eritema muncul dari belakang telinga ke sepanjang rambut dan bagian


belakang bawah

b) Faktor Pencetus
Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah dan urin
dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung
dengan droplet dan orang terinfeksi.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat penyakit keluarga mungkin didapati salah satu anggota keluarga ada yang
menderita morbili yang dapat ditularkan melalui sekret saluran pernafasan,darah dan
urin.
d. Riwayat imunisasi
Kelengkapan imunisasi anak terhadap penyakit yang disebabkan oleh imunisasi
yang belum diberikan seperti BCG, DPT I, II, III, hepatitis, polio dan campak.
e. Kesehatan dasar

1) Kebutuhan nutrisi
Pada anak dengan morbili pola nutrisi umumnya mengalami perubahan karena
adanya bercak pada daerah mulut sehingga anak tidak nafsu makan, mual,
muntah dan berat badan menurun.
2) Kebutuhan eliminasi
Pada anak dengan morbili biasanya akan mengalami diare dikarenakan virus
yang menyerang sistem pencernaan anak.
3) Aktivitas
Pola aktivitas anak dengan morbili biasanya terganggu, karena anak mengalami
anak malaise, keadaan umum lemah dan dari tindakan isolasi pada anak.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang terkena morbili pasti terganggu
dikarenakan adanya demam, potopobia, konjungtivitas dan gatal akibat adanya
rash pada kulit.
5) Personal hygiene
Pada anak dengan morbili pada umumya merasa gatal dan adanya rash pada
kulit sehingga personal hygiene anak harus tetap dijaga.

f. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

a) Keadaan umum lemah

b) Kesadaran komposmentis

c) Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah, telinga, leher dan
pada badan.

d) Konjungtiva anemis

e) Fotopobia

f) Turgor kulit tidak elastis

g) Mukosa bibir kering

h) Peningkatan produksi sekret

2) Palpasi
Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula dan daerah
leher belakang
3) Perkusi
a) Kadang terdapat distensi abdomen

b) Peristaltik usus meningkat

4) Auskultasi
Pada anak dengan morbili biasanya mengalami komplikasi broncopneumonia,
sehingga hasil auskultasi didapatkan suara ronchi.

g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium

a) Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat)

b) Leukosit menurun (leukopenia)

2) Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan adanya
broncopneumonia.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang telah
diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen
komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem),
penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008)

Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada anak dengan morbili menurut Suriadi
(2010) adalah, sebagai berikut:
a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen

b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rush


d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat

e. Gangguan aktifitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

3. Rencana Keperawatan

Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi
keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengelompokan seperti
bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan besarnya, menunjukan isi dari aktivitas yang
direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu mandiri
(dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang dilakukan bersama dengan memberi
perawatan lainnya).

Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah yang diprioritaskan, kriteria hasil
yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan ingin mengetahui hasil yang diharapkan
tersebut, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan atau kriteria
hasil.

Adapun intervensi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat
menurut Suriadi (2010) adalah, sebagai berikut:

a. Dx: Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi penyebaran infeksi.

Kriteria hasil:
1) Penyebaran infeksi tidak terjadi

2) Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi

3) Tidak ada tanda-tanda kolor, dubor, rubor, tumor dan fungsiolaesa


Intervensi:
1) Tempatkan anak pada ruangan khusus

2) Batasi pengunjung

3) Pertahankan tindakan septik dan aseptik

4) Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit

5) Pertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral)

6) Berikan antibiotik sesuai anjuran dokter untuk mencegah infeksi sekunder


b. Dx 2: Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas kembali
efektif
Kriteria hasil:
1) Batuk hilang/kurang

2) Sekret hilang/berkurang

3) Frekuensi nafas normal (20-30 kali/menit)

4) Ronchi tidak ada


Intervensi
1) Kaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas, penggunaan obat
bantu pernafasan)

2) Kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan frekuensi)

3) Berikan posisi tempat tidur semi fowler atau fowler

4) Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan


kemampuannya

5) Anjurkan anak untuk banyak minum

6) Lakukan fisioterapi dada

7) Berikan terapi inhalasi

8) Berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti


bronkodilator, antikolenergik dan anti peradangan)

c. Dx 3: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahan integritas kulit dapat
teratasi.
Kriteria hasil:
1) Ruam-ruam pada kulit berkurang
2) Klien tampak tenang

3) Bebas dari infeksi sekunder

4) Kulit tetap bersih, kering dan bebas iritasi

Intervensi
1) Pertahankan kuku anak tetap pendek

2) Jelaskan kepada keluarga agar anak tidak menggaruk rash

3) Berikan anthistamin sesuai intruksi dokter dan monitor efek sampingnya

4) Monitor permukaan kulit secara keseluruhan terhadap tanda-tanda iritasi atau


adanya kerusakan pada jaringan kulit lainnya

5) Anjurkan pada orang tua agar menjaga kulit tetap utuh, bersih dan kering

6) Anjurkan pada orang tua agar anak memakai pakaian yang longgar

7) Anjurkan pada orang tua untuk menjaga agar pakaian dan laken tetap bersih dan
kering

d. Dx 4: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pada anak
teratasi
Kriteria hasil:
1) Konjungtiva an-anemis

2) Nafsu makan anak bertambah

3) Anak mengkonsumsi makan yang tepat dengan jumlah yang cukup


4) Berat badan naik sesuai usia
Intervensi:
1) Kaji nutrisi anak

2) Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak


3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi

4) Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui


oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak

5) Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan


dan membran mukosa)

6) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi
kecil tapi sering

7) Timbang berat badan seminggu 2x

8) Pertahankan kebersihan mulut anak

9) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk


penyembuhan penyakit anak

e. Dx 5: Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dan anak memahami
tujuan dari isolasi
Kriteria hasil:
1) Keluarga klien dapat menunjukan pemahaman tentang isolasi pada anak

2) Anak dapat melakukan aktivitas yang tepat dan tetap dapat melakukan interaksi
Intervensi:
1) jelaskan pada keluarga dan anak alasan untuk mengisolasikan anak dan
penggunaan kewaspadaan khusus untuk meningkatkan pemahaman tentang
pembatasan atau isolasi
2) Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan
tangan, nonton televisi)

3) Perkenalkan diri pada anak tiap melakukan tindakan

4) Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang
diinginkan
f. Dx 7: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam pada kulit,
eritema

Tujuan :Setelah dilakukan perawatan 3 kali 24 jam pengalaman sensorik atau


emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan
konsep mendadak atau lambat dan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan menurun

Kriteria Hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Mampu menuntaskan aktivitas meningkat
3. Kesulitan tidur menurun

Intervensi :
1) Observasi tingkat cema, mudah tersinggung, menangis, gelisah, gangguan tidur
2) Kaji tipe, lokasi, dan intensitas nyeri
3) Berikan tindakan nyaman seperti mengubah posisi pasien
4) Anjurkan pasien jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat
dimandikan dengan air hangat
5) Delegasi dalam pemberian obat analgesik dan antipiretik sesuai indikasi

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dari rencana keperawatan


untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah, sebagai berikut:
a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
b. Mencakup peningkatan kesehatan

c. Mencakup pencegahan penyakit

d. Mencakup pemulihan kesehatan

e. Memfasilitasi koping klien

Adapun prinsip-prinsip dalam implementasi pada tiap-tiap diagnosa adalah, sebagai


berikut:
a. Mencegah penyebaran infeksi

b. Mempertahankan bersihan jalan nafas

c. Mempertahankan integritas kulit

d. Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat

e. Mempertahankan aktivitas anak selama di isolasi


(Asmadi, 2008)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesahatan lainnya. Penilaian
evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
a. Jenis evaluasi tersebut ada dua, yaitu:

1) Evaluasi proses: menilai jalannya pelaksanaan proses keperawatan sesuai


dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan.

2) Evaluasi hasil: menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan


perubahan tingkah laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan.

b. Hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan

2) Tujuan tercapai sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari


standar dan kriteria yang telah ditetapkan

3) Tujuan tidak tercapai: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
c. Evaluasi masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut:

1) Penyebaran infeksi tidak terjadi

2) Bersihan jalan nafas kembali efektif

3) Integritas kulit utuh

4) Perubahan nutrisi dapat teratasi

5) Gangguan aktivitas dapat terpenuhi


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan.Jakarta:EGC


Deswani. (2009). Proses keperawatan dan berfikir kritis.Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori &
aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC
Nurarif, H, A., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
& NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Jogja
Pudiastuti, Ratna, Dewi.(2011). Waspadai penyakit pada anak. Jakarta: Indeks Rampengan,
SpA(K), Prof, Dr, T, H. (2008). Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta: EGC
Ranuh. (2013). Beberapa kesehatan anak. Jakarta: Sagung setoSoedarmo, P,S,S., Garna,
Herry., Hadinegoro, Sri., & Satari, Hindra. (2010). Buku ajar infeksi & pediatri
tropis.Jakarta:IDAI
Suriadi.,Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: CV.Sagung Seto
Wong,D,L., Hockenberry,E,M.,Wilson,D.,Winkelstein,M,L.,&Schwartz, Patricia. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC
Widagdo.(2013). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta: Sagung
seto

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan.Jakarta:EGC


Deswani. (2009). Proses keperawatan dan berfikir kritis.Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori &
aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC
Nurarif, H, A., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
Wong,D,L., Hockenberry,E,M.,Wilson,D.,Winkelstein,M,L.,&Schwartz, Patricia.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC
Widagdo.(2013). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta:
Sagung seto
Sujono, Riyadi, Sukarmin.(2009).Asuhan Keperawatan pada Anak.Yogyakarta : GrahaIlmu

Widagdo.(2012).TatalaksanaMasalahPenyakitAnakDenganKejang.SagungSeto
:Jakarta

Wulandari.A,Anurogo.D.(2012). 45PenyakitYangBanyakDitemukanDiMasyarakat.

Yogyakarta:ANDI
Wong,D.L., Hockenberry.E,M. Wilson,David.,Winkelstein,Marilyn,L., & Schwartz,Patricia.
(2009).Buku AjarKeperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020/editor, T. Heather


Herdman, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Kelliat, Henny Suzanna
Mediani, Teuku Tahlil. ; editor penyelaras, Monica Ester, Wuri Praptiani. Ed. 11,-
Jakarta: EGC. 2018

Nursing Interventions Classification (NIC), Ed 7, Howard Butcher, Gloria Bulechek, Joanne


Dochterman dan Cheryl Wagner, dikerjakan oleh CV. Mocomedia. Pengawas Elsevier
Inc.2018

Nursing Outcomes Classification(NOC),Ed 6, Sue Morhead, Elizabeth Swanson, Marion


Johnson, Meridean L. Maas, dikerjakan oleh CV. Mocomedia.Elsevier Inc.20

Anda mungkin juga menyukai