Anda di halaman 1dari 2

Skenario 1

An. B, 3 tahun
KU: kejang (1 kali dalam 3 menit) dan tidak merespon saat dipanggil
KT: demam (sudah 2 hari)

Riwayat Persalinan
• lahir normal
• menangis saat lahir
• imunisasi lengkap

Pemeriksaan Fisik:
(+) HR: 95x/i
(+) RR: 24x/i
(+) T: 39,4 derajat celcius
(+) fimosis
(+) refleks fisiologi normal

(-) kaku kuduk


(-) refleks patologi
(-) defisit neurologis

Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium):


• Hb: 12mg/dL
• Leukosit: 16.000/uL
• Trombosit: 250.000/uL

Identifikasi istilah
1. anti konvulsif suppositoria: Anti konvulsif (antikonvulsan) merupkan obat untuk mengatasi
kejang yang bekerja dengan cara menghambat penyebaran kejang di otak dengan menekan
penembakan neuron yang cepat dan berlebihan. Sedangkan suppositoria merupakan sediaan padat
yang digunakan melalui dubur dan berbentuk seperti torpedo, sediaan ini akan melunak, larut,
atau meleleh pada suhu tubuh.
2. anti piretik: Antipiretik merupkan obat penurun panas (suhu) yang juga mampu menekan gejala
yang menyertai demam seperti mialgia, kedinginan, nyeri kepala, dll.
3. intra vena line: IVL merupakan metode pemberian obat melalui pembuluh darah, bisanya
digunakan untuk pemberian dalam dosis obat yang besar dan cepat.
4. Fimosis: Fimosis merupakan kondisi melekatnya kulit kepala penis sehingga tidak dapat ditarik
hingga ke belakang kepala penis. Fimosis terbagi 2 yaitu Fisiologis (terjadi pada anak usia kurang
dari 3 tahun, umumnya normal dan dapat hilang dengan sendirinya), kemudia Patologis (terjadi
pada orang dewasa yang belum di sunat, umumnya dikaitkan dengan balanitis xerotica obliterans
atau inflamasi pada preputium, kepala penis, dan uretra).
5. defisit neurologis: DN merupakan kelainan fungsional tubuh karena penurunan fungsi otak,
sumsum tulang belakang, otot, atau saraf. DN terbagi 2 yaitu DN fokal (gangguan fungsi tubuh
tertentu seperti wajah asimetris, artikulasi bicara menjadi cadel/pelo, atau lengan dan tungkai
melemah), kemudian DN global (gangguan pada Ascending Reticular Activating System/ARAS
yang berfungsi dalam mengatur kesadaran di otak).
Identifikasi masalah
1. Apa saja yang dapat menyebabkan kejang pada anak?
2. Bagaimana interpretasi kejang yang disertai demam?
3. Apa saja jenis-jenis kejang?
4. Apa yang menyebabkan fimosis pada anak?
5. Apakah ditemukan ketidaknormalan pada hasil laboratorium An. B?
6. Apakah kejang dapat terjadi berulang?
7. Apa kemungkinan diagnosis An. B?

Analisa masalah
1. Kejang pada anak dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya faktor genetik atau riwayat
kejang di keluarga, otak yang belum matur, dan infeksi. Selain itu, kejang dapat diseabkan oleh
kondisi demam, epilepsy, cedera kepala, dan meningitis. Pada kasus An. B dicurigai demam
disebabkan adanya infeksi pada genitalia yaitu fimosis. Peradangan tsb memunculkan reaksi
demam hingga kejang.
2. Saat pasien datang dengan kejang disertai demam, dipikirkan tiga kemungkinan, yaitu:
(1) kejang demam
(2) epilepsi terkontrol dengan demam sebagai pemicu kejang
(3) kejang disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau gangguan elektrolit akibat dehidrasi
Kejang yang disertai demam yang terjadi pada An. B merupakan kondisi yang disebut kejang
demam yaitu kondisi bangkitan kejang yang terjadi pada anak balita dengan suhu tubuh >38
derajat celcius dengan metode pengukuran apapun. Kejang yang terjadi 1 kali selama 3 menit
dikatakan sebagai kejang demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung singkat
(<15menit), bentuk tonik dan atau klonik, dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Selain itu, ada
yang dikatakan kejang demam kompleks yaitu kejang lama (>15menit), kejang fokal atau parsial,
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
3. Klasifikasi kejang:
1) Kejang tonik klonik: tubuh penderita kaku sedangkan ekstremitas atas dan bawah
berkontraksi terus menerus (kelojotan).
2) Kejang absans: penderitanya terlihat seperti hanya melamun selama beberapa saat.
3) Kejang mioklonik: kejang yang terjadi berupa kedutan otot di bagian tubuh tertentu, namun
penderita kejang tidak sadar.
4) Kejang tonik: otot-otot di tubuh menjadi kaku.
5) Kejang atonik: otot-otot dalam tubuh rileks.
4. Fimosis adalah kondisi dimana preputium pada penis susah untuk membuka sehingga menutupi
jalur keluarnya gland penis. Fimosis dapat terjadi akibat adanya pelengkatan antara preputium
dengan gland penis yang biasanya disebabkan oleh smegma yang dapat mengakibatkan lubang
saluran kencing menjadi tersumbat. Sehingga akan membuat preputium menjadi sulit dibuka dan
dapat mengganggu pada saat anak akan berkemih hingga menimbulkan rasa sakit.
5. Laboratorium An. B
• Hb: 12mg/dL (normal)
• Leukosit: 16.000/uL (peningkatan menandakan adanya infeksi)
• Trombosit: 250.000/uL (normal)
kadar normal pada anak usia 3 tahun
• Hb: 11.3 – 14.1 g/Dl
• Leukosit: 4.500 – 13.500 sel/mm3
• Trombosit: 250.000 – 450.000 mcL
6. Berdasarkan kasus An. B, kondisi kejang merupakan kejang demam sederhana yang umumnya
tidak akan berulang dalam kurun waktu 24 jam. Kejang berulang biasanya terjadi pada anak
dengan kondisi kejang demam kompleks atau anak dengan kejnag demam berusia <15 bulan.
7. Kejang demam.

Anda mungkin juga menyukai