BAB I
PENDAHULUAN
Putra (2016) berpendapat bahwa terdapat empat generasi angkatan kerja dalam
perusahaan. Matures, lahir antara tahun 1920 hingga 1939; Boomers, lahir tahun 1940 hingga
1959; Xers, lahir tahun 1960 hingga 1979; dan Generasi Y atau mellenials yang lahir tahun 1980
hingga akhir tahun 2000. Dari keempat generasi tersebut didalam dunia kerja, ternyata generasi
Y mempunyai keunikan tersendiri. Survei JobPlanet (2017) menyebutkan generasi Y di
Indonesia umumnya memilih menjadi kutu loncat dalam berkarir dan memanfaatkan kedekatan
dengan teknologi untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Total responden pada survei ini
berjumlah 88.900 orang yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Mayoritas responden
yaitu sebanyak 81.800 orang merupakan karyawan gen Y yang memang mendominasi angkatan
kerja saat ini, dan sisanya 7.100 orang merupakan karyawan generasi X. Riset yang dilakukan
tersebut menghasilkan tiga temuan menarik: (1). Dibandingkan dengan gen X, gen Y memiliki
tingkat kesetiaan yang lebih rendah terhadap pekerjaan mereka. Sebanyak 76,7% dari mereka
hanya bertahan 1–2 tahun di tempat kerjanya sebelum memutuskan untuk berpindah kerja.
Hanya 9,5% dari mereka yang bertahan bekerja di satu tempat selama lima tahun atau lebih. (2).
Sebaliknya, gen X memiliki tingkat kesetiaan yang jauh lebih tinggi terhadap pekerjaan
1
mereka. Sebanyak 42,5% karyawan gen X bertahan di tempat kerjanya hingga lebih dari lima
tahun. Sementara itu, hanya 10% dari mereka yang berpindah kerja dalam waktu satu tahun. (3).
Kebanyakan karyawan gen Y hanya bertahan di tempat kerjanya selama 1–2 tahun. Kebanyakan
dari mereka terutama karyawan yang berusia 21–25 tahun. Karyawan di rentang usia ini bisa
dikatakan belum lama memasuki dunia kerja. Dalam bekerja, mereka fokus mempelajari hal-hal
baru dan memperkaya pengalaman mereka. Mereka juga tidak segan berpindah kerja ketika
merasa sudah tak mendapatkan tantangan atau ilmu baru di tempat kerja mereka.
Meier, Stephen & Crocker (2010) berpendapat bahwa gen Y merupakan TK yang lebih
memperhatikan aspek work life balance (WLB) di bandingkan gen X. Robyn & du Preez (2013)
mengemukakan 4 hal yang menyebabkan karyawan gen Y untuk berpindah kerja yaitu sikap
pekerjaan, strategi organisasi, personnel dimensions dan WLB. Swiggard (2011) mengemukakan
beberapa faktor yang membuat gen Y bertahan di organisasi, diantaranya adalah fleksibilitas
kerja, hubungan dengan rekan kerja, WLB, hubungan dengan atasan, kerja sama, partisipasi
karyawan, penggunaan teknologi, perasaan terhadap organisasi, dan kesempatan berkembang.
Banyak faktor yang dapat membuat gen Y bertahan pada organisasi, salah satunya yaitu WLB
yang telah disebutkan sebelumnya, akan tetapi selain WLB, Purba (2013) menjelaskan bahwa
faktor penunjang karyawan akan loyal pada perusahaannya adalah dengan adanya sistem
kompensasi yang jelas, dimana karyawan mendapat balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi. Lebih lanjut Luntungan (2014) mengungkapkan bahwa karyawan
akan sangat mempertimbangkan kompensasi untuk dapat bertahan di dalam organisasi. Sehingga
dengan kata lain kompensasi menjadi faktor penting dalam terciptanya loyalitas karyawan.
Loyalitas karyawan dapat diciptakan baik melalui WLB, maupun kompensasi di dalam
organisasi. Namun jika di cermati kedua aspek tersebut juga dapat menciptakan kepuasan kerja
yang nantinya juga menghadirkan loyalitas karyawan bagi organisasi itu sendiri. Shadab &
Kashif Arif (2016) mengungkapkan bahwa pada sebuah rumah sakit di Pakistan terdapat
sebagian besar karyawan yang tidak puas dengan pekerjaan mereka karena tidak mendapat WLB
yang tepat. Ganapathi (2016) mengungkapkan bahwa WLB sangat berpengaruh terhadap
kepuasan kerja, yang berarti semakin baik WLB pada karyawan maka akan meningkatkan
kepuasan kerja. Selain WLB, Sopiah (2013) memperlihatkan bahwa kompensasi berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, temuan ini diperkuat oleh hasil temuan dari
peneliti lainnya (Febrianto, 2016; Adoeye, 2016; Blazovich, 2013; Odunlande, 2012). Namun,
hal yang berbeda ditemukan oleh Rizal et al., (2014) yang mengemukakan bahwa kompensasi
berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja. Hal yang berbeda pula ditemukan oleh Crewson
(1997), Gabris and Simo (1995), dan Maidani (1991) yang menyatakan bahwa karyawan yang
bekerja di sektor publik lebih membutuhkan kompensasi yang bersifat non finansial
dibandingkan kompensasi finansial untuk meningkatkan kepuasan kerja mereka. Sehingga
dengan kata lain kompensasi perlu di perhatikan dalam penerapannya, karena tiap-tiap sektor
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, agar nantinya dapat menciptakan kepuasan kerja
bagi karyawan. Kepuarsan kerja berkaitan dengan banyak aspek dan dapat hadir dari berbagai
faktor. Teori hygiene-motivator yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg menyatakan bahwa
faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja dapat lahir dari diri sendiri yaitu melalui
motivasi yang mungkin akan berkaitan dengan banyak hal baik dari orang lain maupun
lingkungan tempat karyawan tersebut bekerja salah satunya dalam faktor hygiene yaitu gaji yang
merupakan aspek dari kompensasi itu sendiri. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan
biasanya akan menciptakan loyalitas atau rasa kesetiaan dalam diri karyawan pada suatu
organisasi. Soegandhi (2013) menjelaskan bahwa faktor penunjang karyawan akan loyal pada
perusahaannya adalah dengan adanya kepuasan pada pekerjaannya sendiri, dimana karyawan
dapat didukung untuk memberikan kemampuannya secara lebih bagi perusahaan. Lebih lanjut
Frempong et al., (2018) mengungkapkan bahwa jika perusahaan bukan hanya menanggapi tapi
lebih membuktikan penyedian melalui faktor-faktor kepuasan kerja pada karyawannya, maka
dengan demikian tingkat loyalitas pada perusahaan itu akan meningkat.
Work-life balance dan kompensasi menjadi penting dalam menciptakan kepuasan kerja
dan bertahannya gen Y dalam berbagai industri. Salah satu industri yang menjadi tantangan ialah
industri perbankan. Industri perbankan menjadi lapangan pekerjaan yang paling diminati oleh
gen Y di Indonesia karena dianggap menjadi pekerjaan yang paling cocok untuk memulai karir,
namun hal itu juga ternyata masih diimbangi dengan perilaku tidak loyal karyawan gen Y dalam
industri perbankan (Survey Univarsum, 2014). Perilaku tidak loyal gen Y dalam industri
perbanakan pastinya memiliki beberapa alasan. Smola & Sutton (2002) dalam penelitiannya
menemukan bahwa di dalam industri perbankan terkadang bank menerapkan jam operasioanal
yang lebih panjang dari jam normal bekerja. Hal ini kemudian dianggap sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai WLB yang dianggap penting oleh gen Y. Hampir sama dengan
WLB, kompensasi di dalam industri perbankan dianggap oleh gen Y sebagai faktor yang penting
dalam terciptanya kepuasan dan kemauan untuk bertahan dalam industri perbankan tersebut
(Luntungan et al., 2014). Kepuasan kerja pada gen Y di dalam industri perbankan ternyata juga
perlu untuk diperhatikan. Chandra et al., (2015) mengungkapkan bahwa gen Y dalam industri
perbankan masih perlu diperhatikan karena kepuasan kerjanya mampu tercipta namun terkadang
diimbangi oleh sisi lain gen Y seperti; individualis, mudah bosan, ego sentris, tidak sabar,
tidak peduli, dan loyalitas rendah.
Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya telah membahas mengenai pengaruh WLB
pada kepuasan kerja, kompensasi pada kepuasan kerja, juga pengaruh kepuasan kerja pada
loyalitas karyawan gen Y, serta kecenderungan karyawan gen Y yang memilih industri
perbankan untuk memulai karir akan tetapi tertendensi tidak loyal karena tidak mendapatkan
WLB, kompensasi yang mengarah pada kepuasan akan kerja. Akan tetapi beberapa penelitian
diatas semuanya masih disajikan secara parsial dan jarang diteliti secarah utuh di dalam industri
perbankan. Sejauh ini penelitian yang menguji pengaruh WLB dan kompensasi pada kepuasan
kerja yang berdampak pada loyalitas generasi Y dengan penyajian dalam satu model yang
tersusun secara utuh pada industri perbankan masih belum ada. Padahal fenomena generasi Y
merupakan tenaga kerja (TK) yang tertendensi tidak loyal pada satu perusahaan dan juga ritme
kerja yang cepat, juga membuat gen Y ini menginginkan respon yang baik dari organisasi. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengintegrasikan pengaruh WLB dan kompensasi pada
kepuasan kerja yang berdampak pada loyalitas dalam suatu model yang utuh dan mengambil
objek secara spesifik pada gen Y dalam industri perbankan.
1.2 Tujuan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini bersifat eksplanatif dan bertujuan untuk menguji pengaruh WLB dan
kompensasi pada kepuasan kerja yang berdampak pada loyalitas karyawan gen Y. Penelitian ini
juga diarahkan untuk menjawab beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah WLB berpengaruh terhadap kepuasan kerja generasi Y?
2. Apakah kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja generasi Y?
3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap loyalitas karyawan generasi Y?
4. Apakah WLB berpengaruh terhadap loyalitas karyawan yang tergolong generasi Y?
5. Apakah kompensasi berpengaruh terhadap loyalitas karyawan generasi Y?
1.3 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini menunjukan model yang utuh dibandingkan dengan penelitian-penelitan
sebelumnya terkait WLB, kompensasi dan dampaknya terhadap kepuasan dan loyalitas
karyawan generasi Y dalam industri perbankan.
2. Penelitian ini juga diharapkan akan memberi sumbangan pemikiran sebagai bahan
masukan bagi perusahaan yang belum memberlakukan WLB dan kompensasi yang
berdampak terhadap kepuasan serta loyalitas yang tertuju kepada karyawan generasi Y di
dalam industri perbankan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Menurut Yani (2012) jenis-jenis kompensasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
kompensasi dalam bentuk finansial dimana kompensasi finansial juga dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kompensasi finansial yang dibayarkan secara langsung seperti gaji, upah, komisi
dan bonus dan kompensasi finansial yang diberikan secara tidak langsung seperti tunjangan
kesehatan, tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, tunjangan perumahan, tunjangan pendidikan
dan lain sebagainya. Kemudian yang ke dua kompensasi dalam bentuk non finansial dimana
kompensasi non finansial dibagi juga menjadi dua macam, yaitu yang berhubungan dengan
pekerjaan dan yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Yang berhubungan dengan
pekerjaan, misalnya kebijakan perusahaan yang sehat, pekerjaan yang sesuai (menarik,
menantang), peluang untuk dipromosikan, mendapatkan jabatan sebagai simbol status.
Sedangkan kompensasi non finansial yang berhubungan dengan lingkungan kerja seperti
ditempatkan dilingkungan kerja yang kondusif, fasilitas kerja yang baik dan lain sebagainya.
Suifan, Abdallah, & Diab (2016), menegaskan bahwa organisasi yang memberikan
kesejahteraan antara kerja dan keluarga kepada karyawan akan menunjukkan hasil yang
positif seperti adanya keuntungan yang kembali, meningkatkan keuntungan bagi pemegang
saham, produktivitas, sikap kerja, lebih sedikit niat untuk meninggalkan organisasi, serta
konflik antara pekerjaan dan keluarga yang lebih sedikit. Selain itu, dengan adanya praktik
work-life balance ditemukan bahwa berdampak pada berkurangnya ketidakhadiran dan omset
organisasi, praktik tersebut dengan penggunaan jam kerja yang fleksibel (Halpern, 2005).
Ketika perusahaan tidak menumbuhkan work-life balance yang lebih seimbang bagi para
karyawan, maka organisasi berkontribusi pada ketegangan dalam kehidupan pribadi
karyawan, akibatnya hal ini akan mempengaruhi kemampuan karyawan untuk berkonsentrasi,
dan menjadi tidak produktif dan kreatif di tempat kerja (Thompson, Beauvais, & Lyness,
1999).
Pada penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah adanya pengaruh work-
life balance dan kompensasi terhadap kepuasan kerja dan dampak terhadap loyalitas karyawan
yang mana telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini tertuju pada karyawan generasi Y pada
sektor perbankan. Untuk membantu pemahaman terhadap konsep dalam penelitian ini, maka
peneliti menjelaskan secara garis besar variable operasional. Masing-masing variabel diturunkan
menjadi beberapa item pertanyaan yang dikembangkan peneliti sendiri berdasarkan definisi
konseptual yang diberikan oleh para peneliti sebelumnya (lihat tabel 1). Jumlah keseluruhan item
untuk semua variabel adalah 32. Selanjutnya item-item diukur dengan menggunakan skala likert
5 poin dari kategori sangat tidak setuju sampai sangat setuju.
Populasi dalam penelitian ini ditentukan secara non-randomisasi, dimana proses seleksi
partisipan yang sudah ditentukan sebelumnya dan tidak dilakukan secara acak. Adapun
populasi dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah karyawan pada sektor perbankan.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan teori Heirs, dimana pengambilan
sampel dilakukan dengan menghitung jumlah indikator dikali lima. Maka dari itu jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 32 dikali lima = 160 sampel dan batas tertinggi dikali
sepuluh = 320 sampel..
Teknik pengambilan sampling menggunakan judgement sampling (purposive sampling),
adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan
terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan generasi Y yang lahir pada tahun 1981 – 1995
atau dengan rentang umur 25-39 tahun, merupakan karyawan yang telah bekerja minimal satu
tahun dengan jabtan minimal sebagai staff dalam sektor pebankan.
Selain uji validitas, terdapat uji realibilitas yang bertujuan untuk mengukur apakah alat
ukur yang digunakan dapat dipercaya dengan melihat konsistensi hasil jika diukur berulang
kali. Uji realibilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
Cronbach’s Alpha. Variabel dikatakan reliable apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0.6. Setelah
dilakukan uji validitas dan uji reabilitas, selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik. Penelitian ini
menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi masing-masing variabel independen dan variabel dependen terdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan tingkat probabilitas signifikan
> 0,05. Uji multikolinearitas diperlukan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi
antar variabel independen. Model regresi dikatakan baik apabila tidak adanya korelasi antara
variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF
(Variance Inflation Factor). Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat
kesamaan pada setiap nilai variabel independen tertentu.
Kemudian langkah terakhir adalah uji hipotesis. Pada penelitian ini menggunakan uji
analisis regresi linier berganda, uji t dan uji f. Analisis regresis linier berganda dipakai untuk
memprediksi serta melakukan pendekatan terhadap model penelitian yang akan diteliti.
Sedangkan uji t dilakukan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Selain analisis regresi linier berganda dan uji t, terdapat uji f yang
digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara bersamaan. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yaitu:
Y= a + b1X1+ b2 X2 +b3 X3+ e
Mengetahui:
Y= Variabel Loyalitas Gen Y
a= Konstanta
b= Koefisien regresi
X1= Variabel Work-Live
Balance X2= Variabel Humman
Asset X3= Variabel Kepuasan
kerja
DAFTAR PUSTAKA
Adoeye A. O., Atiku S. O., Fields Z., 2016, “Structural Determinant of Job Satisfaction: The
Mutual Influences of Compensation Management and Employees’ Motivation”, Journal of
Economics and Behavioral Studies, (ISSN 2220-6140), vol. 8, no. 5, pp. 27-38, October
2016.
Aityan, S. K., & Gupta, T. K. P. (2012). Challenges of Employee Loyalty in Corporate America.
Business and Economics Journal, 2012, 9.
Budiati, I., Susianto, Y., Adi, W. P., Ayuni, S., Reagan, H. A., Larasaty, P., Setiyawati, N.,
Pratiwi, A. I., & Saputri, V. G. (2018). Profil Generasi Milenial Indonesia.
www.freepik.com
Blazovich, Janell L. (2013). “Team Indentity and Performance – Based Compensation Efeects
On Performance”. Dalam Team Performance Management: An International Journal, Vol.
19 No.3/4 Hal 165-166 USA:Accounting Departement, University If St Thomas.
Carnegie, D. (2017). Mayoritas milenial galau dalam pekerjaan, kamu juga?
https://www.dalecarnegie.id/sumberdaya/media/media%09coverage/mayorit s-milenial-
galau-dalam-pekerjaankamu-juga/
Chandra, D. O., Hubeis, A. V. S., & Sukandar, D. (2015). Kepuasan Kerja Generasi X Dan
Generasi Y Terhadap Komitmen Kerja Di Bank Mandiri Palembang. Jurnal Aplikasi
Bisnis Dan Manajemen, 3(1), 12–22. https://doi.org/10.17358/jabm.3.1.12
Crewson, P., E. (1997). Public service motivation: Building Empirical Evidence of Incidence
and Effect. Journal of Public Administration Research and Theory, 7(4): 499-518.
Febrianto, A., Minarsih, A. M. & Warso, M. M., (2016), ‘Pengaruh insentif, komunikasi dan
lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dan implikasinya terhadap produktivitas kerja di
CV. Duta Karya Semarang’, Journal of Management, vol. 2, no. 2.
Frempong, L. N., Agbenyo, W., & Darko, P. A. (2018). The Impact of Job Satisfaction on
Employees’ Loyalty and Commitment: A Comparative Study Among Some Selected
Sectors in Ghana. European Journal of Business and Management, 10(12), 95–105.
Ganapathi, I. M. D. (2016). Pengaruh Work Life Balance Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
(Studi pada PT. Bio Farma Persero). Fakultas Komunikasi Dan Bisnis, Universitas Telkom,
IV(1), 125–135. http://www.researchgate.net/publication
Gabris, G. T. and Simo, G. (1995). Public Sector Motivation as an Independent Variable
Affecting Career Decisions. Public Personnel Management. 24: 1 pp33–50.
Handoko, T Hani. (2014). Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Edisi Kedua.
Cetakan Ke-21. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA.
Han, S. C., You, Y. Y., Hong, J., and Yun, J. K. (2018). A study on the effect of job satisfaction
on employee loyalty-focusing in the mediating effect of personnel evaluation fairness.
International Journal of Pure and Applied Mathematics. Vol.118. No.19
Hasibuan, M. S. P. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Penerbit: PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
Hawa, M. A., & Nurtjahjanti, H. (2018). Hubungan Antara Work-Life Balance Dengan Loyalitas
Karyawan Pada Pt. Hanil Indonesia Di Boyolali. Empati, 7(1), 424–429.
Hayati, N. (2015). Pemilihan metode yang tepat dalam penelitian (metode kuantitaif dan metode
kualitatif).
Helmi, B., & Aulia, S. (2011). Penilaian Aset Sumber Daya Manusia. Media Trend, 11(2), 10–
14. https://doi.org/10.16194/j.cnki.31-1059/g4.2011.07.016
Hernita. (2017). Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Jurnal Ilmiah
Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 7(3), 72–90.
https://doi.org/10.31955/mea.vol1.iss3.pp72-90
Irawan, H. B. (2016). Analisis pengaruh kepuasan kerja terhadap loyalitas karyawan dengan
pengelolaan strees kerja sebagai variable moderating.
Jobplanet. (2017). Tingkat Kesetiaan Karyawan dari Berbagai Generasi di Dunia Kerja.
http://blog.id.jobplanet.com/tingkat-kesetiaan-karyawan-dari-berbagai generasi-di-dunia-
kerja/
Kesuma, T. M. J. (2007). Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks
Kinicki, Angelo dan R. Kreitner. (2016). Perilaku Organisasi. Buku 1, Edisi Lima. Jakarta:
Salemba Empat.
Luntungan, I. I., Hubeis, A. V. S., Sunarti, E., & Maulana, A. (2014). Strategi Pengelolaan
Generasi Y di Industri Perbankan. Jurnal Manajemen Teknologi, 13(2), 219–240.
https://doi.org/10.12695/jmt.2014.13.2.7
Maidani, Ebrahim A.(1991). Comparative Study of Herzberg’s Two-Factor Theory of Job
Satisfaction among Public and Private Sectors. Public Personnel Management 20 (4): 441 –
48.
McDonald, P. Bradley, L. and Brown, K. (2005). Explanations for The Provision Utilization
Gap in Work-Family Policy. Women in Management Review (in press).
Meier, J., F, S., & Crocker, M. (2010). Generation Y in the Workforce: Managerial Challenges.
Putra, Y. S. (2016). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti, 9(1952),
123–134.
Rajput, S., Singhal, M., Tiwan, S. (2016). Job satisfaction and employee loyalty: a study of
acdemicians. Asian J. Management
Ramya, R. (2014). Work Life Balance Strategies of Woman. International Journal of Research
and Development, A Management Review. ISSN. 2319-5479, pp. 21- 26.
Rizal, Muhamad, M Syafiie Idrus, Djumahir, Rahayu Mintarti. 2011. “Effect of Compensation on
Motivation, Organizational Commitment and Employee Performance (Studies al Local
Revenue Management in Kendari City)”. Dalam Iternational Journal of Business and
Management Invention, Vol.3 No.2 Hal 73-74 Kendari: Economics and Business Faculty of
Brawijaya University
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behaviour. London: Pearson Education
Limited.
Robyn, A., & du Preez, R. (2013). Intention to quit amongst Generation Y academics in higher
education. SA Journal of Industrial Psychology, 39(1), 1–14.
https://doi.org/10.4102/sajip.v39i1.1106
Rodhi, M. N. (2017). Pengaruh Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasa Kerja Dan
Komitmen Organisasional (Studi Pada Karyawan Generasi Y Sektor Perbankan Se-Kota
Mataram. Jurnal Magister Manajemen Universitas Mataram, 4(2), 1–17.
Shadab, M., & Kashif Arif. (2016). Impact of work-life balance on job satisfaction of women
doctors. Problems and Perspectives in Management, 14(2).
https://doi.org/10.21511/ppm.14(2-2).2016.07
Sopiah. (2013). “The Effect of Compensation toward Job Satisfaction and Job Performance
of Outsourcing Employees of Syariah Banks in Malang Indonesia”. Dalam
International Journal of Learning & Development, Vol.3 No. 2 Hal 87-89 Malang :
State University of Malang.
Simarmata, N., Astiti, D. P., & Budisetyani, I. G. A. P. W. (2017). Kepuasan Kerja Dan Perilaku
Kewargaan Organisasional Pada Karyawan. Jurnal Spirits, 4(2), 1.
https://doi.org/10.30738/spirits.v4i2.1101
Soegandhi, V. M. (2013). Pengaruh kepuasan kerja dan loyalitas kerja terhadap organizational
citizenship behavior pada karyawan PT. Surya Timur Sakti jatim. Jurnal Agora, 1(1), 1–12.
https://doi.org/10.1016/j.egypro.2016.11.209
Suhendi, H., dan Anggara, S. (2010). Perilaku Organisasi. Bandung: C.V. Pustaka Setia
Swiggard, S.B. (2011). Generation and employee commitment: An exploration of the impact of
technology, home, family structure, and employer-employee relationship. Published
doctoral dissertation. Capella University. Mineapollis, United States.
Tariq, A., Danial Aslam, H., Siddique, A., & Tanveer, A. (2012). Work-life balance as a best
practice model of human resource management: A win-win situational tool for the
employees and organizations. Mediterranean Journal of Social Sciences, 3(1), 577–585.
https://doi.org/10.5901/mjss.2012.03.01.577
Univarsum. (2014). Functional Review.
Wati, E., & Farida, L. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
bagian human resource departement (hrd) pada hotel furaya pekanbaru. Journal Fisip, 2(1).
Wexly dan Yuki. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: INDEKS