Anda di halaman 1dari 77

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI LANDASAN

UTAMA DALAM KONSEP PENGELOLAAN


DESA WISATA LEMBAH DONGDE

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan


On The Job Training
Program Studi Diploma 3 Perhotelan

Oleh :
RAFIF QAIS ARDIENSYAH
19.120.011

AKADEMI PARIWISATA MANDALA BHAKTI


SURAKARTA
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Kerja Praktik ini disusun oleh :
Nama : Rafif Qais Ardiensyah
NIM : 19120011
Program Studi : Diploma 3 Perhotelan
Judul : Nilai Nilai Kearifan Lokal Sebagai Landasan Utama
Dalam Konsep Pengelolaan Desa Wisata Lembah Dongde.

Telah disetujui oleh Pembimbing pada:

Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Surjo Sulistijo, S.H.,M.H Mulyono, S.E

Mengetahui,
Direktur AKPARTA Mandala Bhakti Surakarta

Erna Wigati, S.Pd.,M.Pd.

ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik ini disusun oleh :
Nama : Rafif Qais Ardiensyah
NIM : 19120011
Program Studi : Diploma 3 Perhotelan
Judul : Nilai Nilai Kearifan Lokal Sebagai Landasan Utama
Dalam Konsep Pengelolaan Desa Wisata Lembah Dongde.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dalam Seminar Kerja


Praktik pada Program Studi Diploma 3 Perhotelan.
Hari/Tanggal :

Mengesahkan,
Dewan Penguji

Arnes Anandita, S.Pd.,M.M

Ditetapkan di :
Tanggal :

Mengetahui,
Direktur AKPARTA Mandala Bhakti Surakarta

Erna Wigati, S.Pd.,M.Pd.

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan berupa kesehatan , kesempatan kepada penulis sehingga maampu
menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini.

Laporan Kerja Praktik ini berjudul “NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL


SEBAGAI LANDASAN UTAMA DALAM KONSEP PENGELOLAAN DESA
WISATA LEMBAH DONGDE” . Kerja praktek ini telah penulis laksanakan
dengan baik di Desa Wisata Lembah Dongde, Desa Gentungan, Kecamatan
Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

Laporan Kerja Praktik ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh
Mahasiswa Semester 3 Jurusan Perhotelan Program Studi Diploma 3 Perhotelan
sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi Tugas Akhir.

Atas tersusunnya Laporan Kerja Praktik ini, Penulis tidak lupa


mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Erna Wigati, S.Pd, M.Pd selaku Direktur AKPARTA Mandala Bhakti
Surakarta.
2. Ibu Septi Wulandari, S.Si.,M.Pd selaku Wakil Direktur I AKPARTA
Mandala Bhakti Surakarta.
3. Ibu Dra. Wahyu Ari Indriastuti, M.Par, M.Pd selaku Ketua Program Studi
D3 Perhotelan.
4. Bapak Surjo Sulistijo, S.H.,M.H selaku Pembimbing I
5. Bapak Mulyono, SE selaku Pembimbing II
6. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan doa, restu dan
dukungannya.
7. Kelompok Pokdarwis Desa Wisata Lembah Dongde, Desa Gentungan,
Kecamatan Mojogedang, Kab. Karanganyar.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, Kritik dan Saran yang bersifat membangun dari semua pihak

iv
yang berguna dalam kesempurnaan lebih lanjut sangat diharapkan oleh penulis.
Penulis berharap laporan ini dapat bermnfaat bagi mahasiswa khususnya dan
pembaca pada umumnya walau masih jauh dari sempurna.

Surakarta, November 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Halaman Persetujuan ................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ................................................................................. iii
Kata Pengantar............................................................................................ iv-v
Daftar Isi ...................................................................................................... vi
Daftar Gambar ............................................................................................ vii
Daftar Tabel ................................................................................................. viii
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Materi Kerja Praktik ..................................................................... 5
C. Tujuan Kerja Praktik .................................................................... 6
D. Manfaat Kerja Praktik .................................................................. 6

BAB II TUJUAN UMUM


A. Gambaran Umum Desa Wisata Lembah Dongde......................... 8
B. Struktur Organisasi ....................................................................... 19

BAB III METODE PRAKTIK


A. Waktu dan Tempat Kerja Praktik ................................................. 22
B. Metode Praktik ............................................................................. 22

BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Kerja Praktik... ................................................................... 25
B. Pembahasan ................................................................................. 30

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 41
B. Saran ............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 43


LAMPIRAN ................................................................................................. 44

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pokdarwis............................ .............................. 19


Gambar Pelatihan Kemenpar................................................ ................................ 44
Gambar Identifikasi Potensi Desa Wisata Lembah Dongde ................................. 44
Gambar Momentum Upacara Bendera 17 Agustus Di Area Tol Sawah .............. 45
Gambar Karnaval Budaya Dan Kearifan Lokal .................................................... 45
Gambar Trial Pertama Pasar Ciplukan .................................................................. 46
Gambar Trial Tour Dan Homestay Desa Wisata Lembah Dongde....................... 46
Gambar Rapat Evaluasi Pasar Ciplukan ............................................................... 47
Gambar Pelatihan Tata Kelola Desa Wisata, Sapta Pesona Dan CHSE ............... 47
Gambar Penerapan Protokoler CHSE ................................................................... 48
Gambar Kerja Bakti Pembenahan Sendang Ijo ..................................................... 48
Gambar Rapat Evaluasi Pendampingan ................................................................ 49
Gambar Pagelaran Wayang Saat Launching Desa Wisata Lembah Dongde ........ 49
Gambar Penyambutan Bupati Kaaranganyar Diiringi Tarian Saat Launching Desa
Wisata Lembah Dongde ........................................................................................ 50
Gambar Pengambilan Gong Lembah Dongde ...................................................... 50
Gambar Rombongan Bupati Mengunjungi Rumah Tiwul .................................... 51
Gambar Jamuan Di Rumah Ronggo ..................................................................... 51
Gambar Atraksi Reog Wisata Lembah Dongde ............................................... .... 52
Gambar Bupati Mengunjungi Pasar Ciplukan ................................................. .... 52
Gambar Penandatanganan MoU Antar Desa Wisata ...................................... .... 53

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Matrik Lembah Dongde, Tubing, Tolsa..................................... 31-33


Tabel 4.2 Matrik Pasar Ciplukan................................................................. 33-35
Tabel 4.3 Matrik Obyek Trip/Tour dan Homestay...................................... 35-37

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sertifikat Pelatihan Kemenpar


Lampiran 2 Sertifikat On The Job Training
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Lembar Penilaian Kerja Praktik
Lampiran 5 Lembar Bimbingan Kerja Praktik

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas –

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan

dihormati dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(Undang-Undang 6 tahun 2014 tentang Desa ).

Setiap Desa yang ada memiliki keunggulah sendiri, termasuk pada

potensi alamnya. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan dalam bidang

kepariwisataannya. Karena dengan adanya potensi alam yang dimiliki tersebut

tentunya akan menarik banyak wisatawan untuk berkunjung dan akan

memberikan keuntungan tersendiri bagi daerah wisata yang dikunjungi.

Pariwisata merupakan suatu kegiatan untuk melakukan perjalanan yang

bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui

sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat,

menunaikan tugas, berziarah dan tujuan lainnya (James J.Spillane (1982)).

Saat ini yang bisa menjadi tempat wisata bukan hanya di kota – kota

besar saja dengan bangunan – bangunan yang megah dan juga bersejarah.

Karena wisata lokal ataupun wisata Desa saat ini sudah mulai banyak

berkembang. Setiap daerah yang mempunyai potensi –potensi baik dari alam

ataupun buatan

1
Saat ini sudah terlihat mengembangkan wisatanya. Dalam hal ini

tentunya diperlukan Strategi dari Pemerintah Desa setempat dan Warga

Masyarakat yang memiliki kesadaran wisata dalam mengelola wisata lokal

yang ada.

Desa wisata sendiri merupakan suatu kawasan pedesaan yang

menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan

baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian,

memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau

kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk

dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,

akomodasi, makanan-minuman, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya.

(Priasukmana & Mulyadin ,2001).

Eksistensi desa wisata yang ada sekarang ini muncul dan berkembang

berdasarkan kegiatan turun – temurun yang menjadi keunggulan dari desa

tersebut. Beberapa hal ataupun kegiatan yang menjadikan desa tersebut

sebagai daerah wisata antara lain mengenai keindahan alam desa, seni budaya,

kerajinan yang ada di desa dan juga potensi desa yang lainnya.

Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan mendatangkan banyak

manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun,

jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik, justru

akan menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan atau bahkan

merugikan masyarakat. Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang

secara baik dan berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi manusia dan
2
meminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul maka pengembangan

pariwisata perlu didahului dengan kajian yang mendalam, yakni dengan

melakukan penelitian terhadap semua sumber daya pendukungnya.

( Wardiyanta, 2006 ).

Obyek dan daya tarik wisata umunya terdiri atas hayati dan non hayati,

dimana masing-masing memerlukan pengelolaan sesuai dengan kualitas dan

kuantitasnya pengelolaan obyek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan

berbagai sumber daya wisatanya secara berdaya guna agar tercapainya sasaran

yang diinginkan. Dalam menunjang pengelolaan berbagai kegiatan

kepariwisataan, teknologi manajeman perlu diterapkan agar sumber daya

wisata yang murni alami dapat direkayasa secara berhasil guna, sehingga

dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya termasuk lingkungan alamnya.

Kabupaten Karanganyae merupakan salah satu daerah yang berada di provinsi

Jawa Tengah yang mempunyai begitu banyak tempat wisata yang sudah cukup

dikenal oleh banyak kalangan, baik dari segi wisata alam, religi, sejarah

maupun lainnya.

Untuk wisata alamnya yang sudah terkenal diantaranya adalah Air

Terjun Grojokan Sewu, Air Terjun Jumog, Kebun Teh Kemuning dan masih

banyak lagi. Untuk wisata religi diantaranya adalah Astana Giri Bangun

makam dari Presiden Republik Indonesia ke 2, Pertapaan Pringgodani dan

lainnya. Desa Gentungan dengan nama wisatanya adalah “Desa Wisata

Lembah Dongde”, tepatnya di Dukuh Mlilir-Pucung yang administrasi

3
wilayahnya masuk kedalam RW 13 merupakan salah satu Desa di Kabupaten

Karanganyar yang berpotensi untuk dijadikan sebagai tujuan Wisata Desa.

Selain potensi wisata alam, di Desa Wisata Lembah Dongde juga

terdapat wisata lainnya, seperti wisata edukasi, wisata sejarah dan lainnya.

Wisata alam yang ada di Desa Wisata Lembah Dongde diantaranya adalah Tol

Sawah sepanjang 200 Meter, wisata tubing, wisata alam petik jeruk. Untuk

wisata edukasi, di Desa Wisata Lembah Dongde ada Rumah Tiwul yang bisa

mengajarkan banyak hal mengenai proses pembuatan tiwul, kemudian untuk

wisata sejarah Desa Wisata Lembah Dongde mempunyai tempat yang

dinamakan Dalem Ronggo. Dewasa ini para wisatawan mulai menggemari

tempat – tempat wisata yang menyajikan keindahan alam pedesaan.

Desa Wisata Lembah Dongde adalah salah satu Desa di Kabupaten

Karanganyar yang mempunyai keindahan alam dan tidak kalah dengan Desa –

Desa lain yang ada di Karanganyar yang juga sudah mempunyai wisata

alamnya. Dan dengan potensi yang dimiliki Desa Wisata Lembah Dongde

diharapkan bisa bersaing dengan wisata – wisata yang baik ada di Kabupaten

Karanganyar maupun daerah lainnya.

Strategi Masyarakat Desa setempat mengenai wisata lokal adalah

membentuk kelompok yang khusus menangani tempat – tempat wisata yang

ada di Desa Wisata Lembah Dongde yang dalam hal ini adalah membentuk

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dan juga mengirim beberapa anggota

kelompok untuk mendapatkan pelatihan pemandu wisata, pelatihan tata kelola

4
desa, Sapta Pesona dan yang tak kalah penting adalah penerapan standar

CHSE dalam setiap objek wisata mengingat saat ini dalam masa Covid-19.

Mengenai pengelolaan wisata yang ada yaitu dengan melakukan

beberapa tambahan wahana dan juga perawatan wahana yang sudah ada.

Selain itu juga memperbaiki beberapa sarana dan prasarana, seperti jalan yang

menuju ke tempat tempat wisata, akomodasi dan masih banyak lagi.

Dengan adanya strategi dan kesadaran masyarakat terhadap

pengelolaan setiap potensi-potensi yang ada, nantinya tempat wisata

diharapkan menjadi lebih berkembang. Dan pengelolaan wisata desa yang

dilakukan bisa menjadikan tempat wisata yang ada menjadi lebih baik. Dari

uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul “NILAI-NILAI KEARIFAN

LOKAL SEBAGAI LANDASAN UTAMA DALAM KONSEP

PENGELOLAAN DESA WISATA LEMBAH DONGDE”

B. Materi Kerja Praktik

Adapun materi kerja praktik yang akan dibahas dalam Laporan Kerja

Praktik ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Setiap Potensi wisata yang ada.

2. Mengangkat nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam setiap event di

masyarakat.

3. Memanfaatkan Situs sejarah sebagai episentrum Wisatawan.

4. Memanfaatkan nilai-nilai budaya menjadi nilai ekonomis

5
C. Tujuan Kerja Praktik

Kerja praktik yang sudah dilakukan pada Tata Kelola di Desa Wsata

Lembah Dongde memiliki tujuan :

1. Untuk mengetahui potensi hayati dan nonhayati di Desa Wisata Lembah

Dongde.

2. Untuk mengetahui pemanfaatan di masyarakat dalam setiap potensi yang

ada di Desa Wisata Lembah Dongde.

3. Untuk mengetahui cara meningkatkan efektifitas dalam masyarakat

mengenai pengelolaan setiap situs wisata.

4. Untuk mengetahui peran nilai-nilai kebudayaan dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat Desa Wisata Lembah Dongde.

D. Manfaat Kerja Praktik

1. Manfaat Akademis

Sebagai landasan untuk meningkatkan kemampuan mengajar

secara ahli dan menjadi tambahan bacaan pada perpustakaa, menambah

ilmu pengetahuan dan pengelolaan terhadap setiap potensi wisata

khususnya tentang tata kelola. Serta berbagi ilmu, salah satunya dengan

media laporan kerja praktik ini.

6
2. Manfaat Praktis

Untuk dapat memotivasi bagaimana cara meningkatkan

penghasilan masyarakat melalui kreatifitas memanfaatkan sumber daya

alam maupun setiap potensi di Desa Wisata Lembah Dongde dan dapat

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Serta meningkatkan kerja para

Kelompok Sadar Wisata dan Masyarakat Wisata Lembah Dongde menjadi

tenaga yang lebih ahli.

7
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Gambaran Umum Desa Wisata Lembah Dongde

1. Asal-usul Desa Gentungan Desa Wisata Lembah Dongde

Desa gentungan bermula dari zaman pemerintahan belanda. Pada

tahun 1925 ada pilihan kepala desa atau kelurahan. Pada saat itu ada dua

orang yang mengajukan diri sebagai kepala desa yaitu Setro Widjojo yang

mempunyai kesaktian luar biasa namun tidak bisa menulis dan yang kedua

adalah Nopawiro pandai dalam menulis namun mempunyai sifat penakut.

Pada akhirnya pemerintah belanda menunjuk Setro Widjojo (Ronggo 1)

sebagai kepala desa yang berkantor di Mlilir Timur (Dalem Ronggo 1),

kemudian mendirikan yang namanya kamituan di Gentungan tepatnya di

Rumah Wiro sampai Indonesia merdeka tahun 1945, beliau mempunyai

cita-cita luhur dan harapan besar bagi desa Gentungan, Sampai akhirnya

Setro Widjojo pensiun pada tahun 1949. Pada masa pensiunnya Sastro

Widjojo mengadakan sayembara. Barang siapa yang bisa mengalahkannya

akan menjadi lurah.

Dari sayembara tersebut akhirnya hanya satu orang yang bisa

mengalahkan yaitu Hatmo Pramono yang mempunyai kesaktian luar biasa,

bahkan kesaktiannya ditakuti hingga tingkat kadipaten yang sekarang

bernama kabupaten. Hatmo Pramono dilantik menjadi lurah sekaligus

diambil mantu oleh Setro Widjojo. Perjalanan Pemerintahan saat itu

berliku-liku dan Kantor pemerintahan berpindah ke rumah Hatmo

8
Pramono yang berada di Mlilir Barat. Pada Tahun 1964 Hatmo Pramono

yang pada saat itu masih menjabat Lurah meninggal di Karanggayam saat

pulang dari sawah di depan rumah Mbah Ubeng. Beliau di makamkan di

Dukuh Pino yang saat itu masih dalam wilayah Desa Gentungan, namun

sekarang sudah masuk wilayah Desa Pojok.

Pada tahun itu pula dikarenakan pemerintahan terjadi kekosongan

maka diadakan pemilihan lurah/kepala desa dengan menggunakan bitingan

bumbung. Pemilihan dilakukan di rumah jogo tirto Pak Mulyono. Pada

pemilihan tersebut ada dua calon lurah/kepala desa yaitu Wigyo Martono

dan Adi Guru yang merupakan anggota PKI. Dalam pemilihan tersebut

menggunakan simbol Pari (padi) dan Godong Kluweh (daun Kluwih).

Pemilihan di menangkan oleh Wigyo Martono yang berasal dari kwagean,

dan mulai saat itu pula pemerintahan berpindah ke Kwagean di rumah

Wigyo Martono. Wigyo Martono menjabat lurah/Kepala Desa tahun 1964

sampai tahun 1977. Setelah tahun 1977 terjadi kekosongan jabatan selama

2 tahun yang diisi oleh Sadiman Pelaksana Tugas Dari kabupaten

Karanganyar yang berasal dari di kecamatan Jungke, kabupaten

Karanganyar.

Pada tahun 1980 dilakukan pemilihan kepala desa dengan tiga

orang calon yaitu Suwardi, Sadiman, dan Kasimin. Pada pemilihan ini

dimenangkan oleh Suwardi, dan pada masa ini pemerintahan desa

berpindah ke tempat PKK Jatimulyo. Suwardi menjabat kepala desa

sampai tahun 1989. Dalam pemilihan kepala desa berikutnya beliau

9
terpilih kembali menjadi kepala desa dengan menyingkirkan calon lainnya

sejumlah tiga orang yaitu Suparno, Sunardi dan Giyanto. Sehingga

Suwardi menjabat kepala desa selama dua periode tahun 1980 sampai

tahun 1989 dan tahun 1989 sampai tahun 1998. Untuk mengisi jabatan

kepala desa maka dilakukan pemilihan kepala desa dengan dua orang

calon yaitu Sriyono dan Prapto Jiyono. Pada pemilihan ini Sriyono unggul

dan dilantik menjadi kepala desa Gentungan. Sriyono sama halnya dengan

kepala desa sebelumnya menjabat selama dua periode karena pada pariode

yang kedua tidak ada calon lain yang ingin menjadi kepala desa. Sehingga

Sriyono menjabat kepala Desa dari tahun 1999 sampai tahun 2013.

Setelah masa Jabatan Sriyono habis kemudian jabatan diisi oleh

Suwito melalui pemilihan kepala desa dengan dua calon yaitu Suwito

sendiri dan H. Karno. Suwito menjabat sebagai kades juga dua periode,

yang mana periode kedua Suwito tidak ada calon lain yang mendaftarkan,

karena dalam aturan harus dua calon maka akhirnya putra mantunya

sendiri yang bernama Ikin Christiyowati mendampingi untuk maju dalam

pemilihan kepala desa. Masa jabatan beliau yaitu pada periode pertama

tahun 2013 sampai tahun 2019 dan periode kedua tahun 2019 sampai

sekarang. Secara Rinci periode jabatan Kepala Desa Dan sekretaris desa

Gentungan sebagai berikut :

1. Tahun (1925-1949) Setro Widjojo

2. Tahun (1949-1964) Hatmo Pramono

3. Tahun (1964-1977) Wigyo Martono

10
4. Tahun (1977-1980) Sadiman ( Penanggung jawab Kepala Desa )

5. Tahun (1980-1989) Suwardi dan Sukasno sebagai Sekdes

6. Tahun (1989 – 1998) Suwardi dan Sukasno sebagai Sekdes

7. Tahun ( 1998 - 2013) Sriyono dan Sukasno sebagai Sekdes

8. Tahun ( 2013 - 2019 ) Suwito dan Sukasno sebagai Sekdes

9. Tahun ( 2019 - Sekarang) Suwito dan Sutopo sebagai Sekdes. (Sumber

: arsip kelurahan gentungan).

Sejarah berdirinya Wisata Lembah Dongde tidak lepas dari sisi

historis Desa Gentungan itu sendiri. Yang dari cerita tersebut berawal dari

sisi historis tempat-tempat peninggalan bersejarah, yang dalam hal ini

adalah Dalem Ronggo. Dalem Ronggo merupakan Rumah bersejarah di

Wisata Lembah Dongde. Rumah ini pada awalnya dibangun sebelum

kemerdekaan. Dibangun oleh seorang Ronggo (sekarang lurah) yang

bernama Setro Widjojo. Dalem Ronggo pada awalnya digunakan untuk

pusat pemerintahan Desa Gentungan. Selain untuk pelayanan

pemerintahan, tentunya juga pelayanan masyarakat, Dalem Ronggo juga

digunakan untuk markas pejuang dalam menghadapi Belanda dan Jepang.

Markas ini digunakan untuk Mess Tentara dan pejuang, untuk menyusun

strategi dan untuk dapur umum.

Setelah kemerdekaan, Dalem Ronggo masih digunakan untuk

Pusat Pemerintahan Desa Gentungan. Kantor pemerintahan Desa

Gentungan baru pindah ke Jatimulyo pada tahun 1980 pada masa Kepala

Desanya Suwardi.

11
Dalem Ronggo direnovasi beberapa kali. Terakhir pada tahun

1995. Dulu bangunan Dalem Ronggo terdiri dari 3 Bangunan rumah.

Didepan ada rumah Pendopo, yang berfungsi untuk menerima tamu, pesta

pernikahan, rapat dan pertemuan dan latihan gamelan.

Di belakangnya ada rumah, disebut Omah Mburi, digunakan untuk

kamar tidur, ruang makan, ruang belajar, ruang menyimpan benda-benda

pusaka dan ruang santai keluarga.

Disebelah barat ada Omah Pawon, atau Rumah Dapur. Digunakan

untuk memasak, Ruang makan, menyimpan perkakas rumah tangga, dan

menyimpan hasil pertanian. Didepan Omah Pawon ada halaman yang

ditanami buah. Juga ada tempat jemuran dan Sumur. Dilengkapi dengan

kamar mandi dan wc.

Sekarang Rumah Ronggo setelah direnovasi, tinggal satu rumah

berukuran 8x18 meter, ada sumur, dilengkapi dengan dapur, kamar tidur

dan kamar mandi dan WC yang dijadikan sekretariat Wisata Lembah

Dongde.

2. Potensi Desa Wisata Lembah Dongde


a. Potensi Fisik
1) Pertanian : lahan sawah, Jagung, Ketela

2) Peternakan : sapi, kambing, ayam

3) Kesenian : Reog, gamelan dan tari daerah

4) Kerajinan : kerajinan talipet, kerajinan anyam bambu

5) Kuliner : Tiwul, sego brabuk

6) Potensi alam : Tol sawah, tubing, kebun jeruk,sendang ijo

12
7) SDM : Rata-rata SMA

b. Potensi nonfisik

1) Pertanian :

Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani,

sehingga memiliki tenaga ahli dalam sektor pertanian.

Lahan dan pengairan serta kondisi lingkungan yang

mendukung dalam bercocok tanam ( padi ).

2) Peternakan

· Ada masyarakat yang ahli dalam bidang peternakan

dengan memanfaatkan pakan fermentasi.

3) Kesenian

· Ada masyarakat yang memiliki kemampuan atau


skill untuk bermain gamelan dan seni reog.
4) Kerajinan
Ada masyarakat yang memiliki keterampilan dalam
mengolah bahan limbah plastik dan bambu menjadi sebuah
produk yang bernilai ekonomis.
5) Kuliner
Ada masyarakat yang masih mempertahankan
makanan tradisional dan memiliki keahlian dalam proses
produksinya.

6) Potensi alam
Terdapat potensi alam yang sebagian terdapat nilai
sejarah yang di manfaatkan untuk daya tarik wisata oleh
masyarakat.

13
7) SDM
Desa Wisata Lembah Dongde memiliki masyarakat
yang seluruhnya memiliki semangat untuk memajukan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki Desa Wisata
Lembah Dongde. Disamping itu, Desa Wisata Lembah
Dongde memiliki masyarakat yang siap untuk menjalankan
kegiataan pembentukan dan pembangunan desa wisata.

c. Destinasi Wisata Desa Wisata Lembah Dongde


Desa yang terletak di dukuh Mlilir-Pucung (Rw 13), Desa
Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
menyimpan berbagai potensi alam maupun nilai nilai kearifan
lokal yang masih melekat di masyarakat. Diantaranya adalah
Lembah Dongde, Sendang Ijo dan Dalem ronggo.
1. Lembah Dongde
Lembah Dongde sendiri merupakan sebuah sungai
yang menurut warga setempat tempat tersebut pernah
dijadikan tempat pertapaan oleh salah satu warga desa
pucung yang bernama Mbah Darmo. Menurut cerita di
masyarakat yang juga di tuturkan langsung oleh beliau,
Mbah Darmo pernah bertapa selama 5 tahun di Lembah
Dongde. Dalam "lelakunya" selama 4 tahun Mbah
Darmo menuturkan tidak menemukan hal aneh saat
bertapa. Masuk dalam tahun ke -5 pertapaan (lelaku
dalam istilah jawa), Mbah Darmo bertemu dengan Mbah
dongde, yang warga sekitar menyebutnya dengan Yai
Dongde. Mbah Darmo di ajak Mbah dongde kedalam
rumahnya (dalam alam gaib).

Mbah dongde memberi tahu kepada Mbah


Darmo yang diajak kerumahnya untuk tidak memakan
apapun yang disuguhkan pelayan di rumah Mbah dongde

14
dan tidak tahu alasannya mengapa di weling untuk
menolak apa yang di suguhkan. Singkat cerita Mbah
Darmo di suguhi segelas air putih oleh salah satu
pelayan. Mengingat amanat dari Mbah dongde Mbah
Darmo menolak minuman yg di berikan oleh pelayan
dengan alasan tidak haus. Selanjutnya diajaklah Mbah
Darmo ke salah satu kamarnya Mbah dongde. Disana di
perlihatkan seperangkat gamelan lengkap.

Mbah dongde memberitahu kepada Mbah Darmo


boleh meminjam seperangkat alat gamelan ketika ada
yang membutuhkan. Salah seorang warga desa
menuturkan, untuk pengambilan seperangkat gamelan
tidak memerlukan persyaratan yang aneh. Cukup dengan
ritual pembakaran dupa dan sajen sang juru kunci bisa
mengambil seperangkat gamelan tersebut.

Saat ini gamelan tersebut sudah tidak bisa di


ambil lagi. Karena dalam suatu hari ada seorang warga
yang meminjam seperangkat gamelan tersebut tapi saat
waktu mengembalikannya seperangkat gamelan tidak
lengkap. Mbah Dongde pemilik gamelan tersebut kecewa
dan tidak akan meminjamkan gamelan lagi. Saat ini ada
sebagian gamelan yang masih di simpan, yaitu saron dan
ada patung dari kuningan. Sebagian gamelan yang
disimpan tersebut menurut warga sudah tidak bisa di
kembalikan. Karena aura dari dongde dan saron tersebut
sudah di kunci.

Dari cerita tersebut masyarakat menamakan Desa


Wisatanya dengan ikon “Wisata Lembah Dongde” yang
merujuk kepada sisi historis Lembah Dongde itu sendiri
yang masih terawat dan terjaga di masyarakat.

15
2. Sendang Ijo

Sendang Ijo merupakan Sendang yang terletak di


Dukuh Mlilir. Penamaan Sendang Ijo sendiri tak lepas
dari kondisi alam dan sisi historis yang masih melekat
pada masyarakat.
Sendang Ijo merupakan area terlarang bagi
pengantin yang memakai busana hijau. Dalam satu cerita
ada sepasang pengantin yang memakai busana hijau lalu
memasuki area Sendang Ijo. Pada saat itu, pengantin
wanita mengalami kesurupan dan penunggu Sendang Ijo
melakukan komunikasi lewat pengantin tersebut untuk
memberi tahu kepada masyarakat bahwa pengantin yang
memakai busana hijau pantang masuk wilayah sendang.
Penamaan Sendang Ijo diperkuat dengan kondisi
alamnya yang dipenuhi pepohonan yang rindang serba
hijau. Di sendang ini terdapat mata air yang dulunya
merupakan sumber mata air bagi masyarakat sebelum
adanya pamsimas.
Selain sisi historis yang masih kental. Suasana di
Sendang Ijo sangat sejuk dan segar mengingat
banyaknya pepohonan rindang yang tumbuh subur
hingga sekarang.
Landasan historis dan kearifan lokal tersebut
dijadikan masyarakat sebagai pusat destinasi wisata
dengan konsep pasar wisata jadul yang bernama Pasar
Ciplukan. Penamaan Pasar Ciplukan sendiri dikarenakan
di area desa masih terdapat banyak tanaman ciplukan
yang sekarang sudah mulai langka. Dengan sistem
transaksi berupa koin.

16
3. Dalem Ronggo

Ronggo merupakan julukan lurah pada zaman


dulu. Ndalem Ronggo Adalah Rumah (jawa: nDalem)
bersejarah di WLD. Rumah ini pada awalnya dibangun
sebelum kemerdekaan. Dibangun oleh seorang Ronggo
(sekarang Lurah) yang bernama Setro Widjojo. Ndalem
Ronggo pada awalnya digunakan untuk pusat
pemerintahan Desa Gentungan. Selain untuk pelayanan
pemerintahan, tentunya juga pelayanan masyarakat,
Ndalem Ronggo juga digunakan untuk markas pejuang
dalam menghadapi Belanda dan Jepang.
Markas ini digunakan untuk Mess Tentara dan
pejuang, untuk menyusun strategi dan untuk dapur
umum. Setelah kemerdekaan, Ndalem Ronggo masih
digunakan untuk Pusat Pemerintahan Desa Gentungan.
Ndalem Ronggo direnovasi beberapa kali.
Terakhir pada tahun 1995. Dulu bangunan Ndalem
Ronggo terdiri dari 3 Bangunan rumah. Didepan ada
rumah Pendopo, yang berfungsi untuk menerima tamu,
pesta pernikahan, rapat dan pertemuan dan latihan
gamelan.
Dibelakangnya ada rumah, disebut Omah Mburi,
digunakan untuk kamar tidur, ruang makan, ruang
belajar, ruang menyimpan benda-benda pusaka dan
ruang santai keluarga. Disebelah barat ada Omah Pawon,
atau Rumah Dapur digunakan untuk memasak, Ruang
makan, menyimpan perkakas rumah tangga, dan
menyimpan hasil pertanian.
Didepan Omah Pawon ada halaman yang
ditanami buah. Juga ada tempat jemuran dan Sumur.
Dilengkapi dengan kamar mandi dan wc.

17
Sekarang Rumah Ronggo setelah direnovasi, tinggal
satu rumah berukuran 8x12 meter, ada sumur, dilengkapi
dengan dapur, kamar tidur dan kamar mandi dan WC.
Saat ini Ndalem ronggo masih terawat dengan
baik. Untuk melestarikan keberadaanya, maka Ndalem
Ronggo dibenahi agar bisa menarik wisatawan. Ndalem
ronggo sangat menarik untuk Arena Foto dengan
keunggulan Rumah Jawa Kuno, dengan bangunan dari
Kayu Jati, dilengkapi dengan Gebyog yang bagus dan
ornament pendukung lainya. Juga ada Sumur tua, yang
umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun, sekarang
masih berfungsi dengan baik, dengan air yang sangat
jernih dan sehat untuk diminum.

Disamping potensi potensi alam dan kearifan lokal yang


dijadikan landasan terbentuknya Wisata Lembah Dongde di Desa
Wisata ini juga menawarkan berbagai macam paket tour keliling
desa dan edukasi serta menyediakan penginapan (homestay) bagi
wisatawan yang berminat untuk menginap dan merasakan suasana
pedesaan yang masih asri.

18
B. Struktur Organisasi Desa Wisata Lembah Dongde

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pokdarwis

(Sumber Pokdarwis Desa Wisata Lembah Dongde)

URAIAN TUGAS DAN TANGUNG JAWAB PENGURUS KELOMPOK


SADAR WISATA LEMBAH DONGDE :

1. KETUA
a. Bertugas bertangung jawab atas semua pelaksan di Desa Wisata
Lembah Dongde.
b. Mengatur jalannya kegiatan di Desa Wisata Lembah Dongde.
c. Memimpin kelompok sadar wisata.
d. Menandatangani surat-surat kegiatan.
e. Memberi pengarahan kepada angota.
2. PENGAWAS
a. Mengawasi semua kegiatan yang sedang dilakukan .
b. Bekerjasama dengan pihak keamanan.

19
3. SEKERTARIS
a. Membantu tugas ketua.
b. Mewakili ketua dalam acara apapun ketika berhalangan hadir.
c. Bertangung jawab kepada ketua.
d. Mempersiapkan materi-materi untuk pertemuan.
4. BENDAHARA
a. Bertanggung jawab atas pendapatan dan pengeluaran uang.
b. Melakukan pelaporan dan pecatatan uang dengan teliti
5. MANAGER UTAMA
a. Bertangung jawab atas manager yang lain
b. Mengkoordinasi dengan ketua
6. MANAGER PASAR
a. Mengatur jalannya pasar
b. Bertanggu jawab kegiatan pasar
c. Mengkoordinasi angota yang ada di pasar
7. MANAGER TOUR
a. Memandu wisatawan.
b. Mengantarkan wisatawan keliling desa.
c. Menjelaskan apa yang ada ketika memandu wisatawan.
8. MANAGER HOMESTAY
a. Menyiapkan Homestay untuk menunjang kegiatan pariwisata.
b. Mengajak masyarakat untuk pengadaan Homestay.
c. Mengkoordinasi Homestay yang ada.
9. TEKNIS
a. Mempersiapkan alat yang di perlukan.
b. Memeriksa fasilitas yang di sediakan.
10. ADMIN
a. Bertugas memasarkan Desa Wisata melalui sosial media.

20
b. Bertugas mencatat tamu yang hadir.
11. KEUANGAN
a. Membantu mencatat keuangan bendahara
b. Bertangung jawab kepada bendahara

21
BAB III

METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat Kerja Praktik

Penulis melaksanakan On The Job Trainning mulai dari

tanggal 3 Agustus 2020 – 2 November 2020 di bagian Tata Kelola, On

the Job Training dilaksanakan di Desa Wisata Lembah Dongde yang

beralamat di Dukuh mlilir-pucung (RW 13), Desa Gentungan,

Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B. Metode Kerja Praktik

Dalam pelaksanaan kerja praktik ini metode yang digunakan oleh

penulis untuk menyusun laporan ini, sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi Lapangan atau pengamatan (field observation) adalah

kegiatan yang setiap saat dilakukan, dengan kelengkapan pancaindra

yang dimiliki. Kegiatan observasi merupakan salah satu kegiatan

untuk memahami lingkungan untuk mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan perkembangan dan juga peningkatan di Desa Wisata

Lembah Dongde.

22
2. On the Job Training

Metode On the Job Training adalah metode langsung yaitu

penulis melaksanakan kerja praktik secara langsung atau terjun

langsung dalam lingkungan Desa Wisata Lembah Dongde untuk

mengetahui secara jelas bagaimana perkembangan Desa Wisata

Lembah Dongde dan apa saja potensi-potensi yang mampu

dikembangkan.

3. Interview

Yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut

dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung

maupun tidaklangsung Misalnya : melakukan wawancara kepada

salah satu penduduk tentang kearifan lokal, kebudayaan dan potensi-

potensi apa saja yang terdapat di Desa Wisata Lembah Dongde yang

nantinya bisa dikembangkan menjadi produk destinasi wisata yang

menarik minat wisatawan.

4. Studi Kepustakaan

Mempelajari buku-buku yang masih berhubungan dengan

laporan yang dibuat. Memanfaatkan studi kepustakaan berarti

melakukan suatu penelusuran yang kemudian mengolahnya dalam

bentuk dan hasil yang baru. Dalam Laporan Kerja Praktik ini penulis

23
menggunakan teknik studi pustaka dengan menggunakan referensi

dari perpustakaan serta buku-buku yang lain.

5. Dokumentasi

Dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

didefinisikan sebagai sesutu yang tertulis, tercetak atau terekam yang

dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Misalnya : mengambil

gambar hasil praktik saat pelatihan maupun observasi sebagai bukti.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktik

1. Penyerahan Mahasiswa ke Desa Wisata Lembah Dongde.

Kegiatan On The Job Training pertama kali yaitu penyerahan

mahasiswa. Pada tahap penyerahan mahasiswa ini dosen menyerahkan 13

mahasiswa untuk melakukan pendampingan selama 3 bulan di Desa

Wisata Lembah Dongde. Dalam penyerahan mahasiswa ini sekaligus

perkenalan Desa Wisata Lembah Dongde dan penjelasan apa saja yang

perlu dibenahi di Desa Wisata Lembah Dongde. Waktu pengarahan kami

berkeliling Desa Wisata Lembah Dongde dan mengamati Lembah

Dongde, Dalem Ronggo dan Sendang Ijo yang menjadi potensi utama di

Desa Wisata Lembah Dongde itu sendiri. Kami berkeliling Desa Wisata

Lembah Dongde dan tidak hanya jalan-jalan. Tetapi, kami sekaligus

mengamati apa saja yang kurang dari Desa Wisata Lembah Dongde dan

potensi-potensi alamnya. Untuk Tol Sawah yang ada di Lembah Dongde

masih banyak yang perlu diperbaiki dikarenakan infrastruktur dari tolsa

ada yang tidak safety. Hari-hari selanjutnya kami juga berusaha agar

Sendang Ijo Desa Wisata Lembah Dongde jadi lebih menarik. Masyarakat

Desa Wisata Sumberbulu melakukan kerja bakti dengan membersihkan

sendang dan membersihkan rumput-rumput liar di area sendang.

25
2. Rapat Koordinasi mengenai jadwal pelatihan

Sebelum diadakan kegiatan rapat koordinasi dan membuat

jadwal pelatiahan sangat penting agar semua berjalan seperti yang kita

harapkan. Untuk rapat koordinasi dan pembuatan jadwal dilakukan di

kampus dan di Desa Wisata Lembah Dongde.

3. Pengamatan Home Stay masyarakat Desa Wisata Lembah Dongde.

Mahasiswa diarahkan untuk melakukan pengamatan dengan

melakukan observasi di Home Stay masyarakat Desa Wisata Lembah

Dongde. Untuk mengetahaui sejauh mana masyarakat mengetahui tentang

pengelolaan Home Stay yang benar dan sesuai prosedur. Dan juga untuk

mengetahui kelayakan dan kekurangan Home Stay Desa Wisata Lembah

Dongde.

4. Peserta Pengembangan Desa Wisata Melalui Pendampingan Dalam

Rangka Fasilitas Pelatihan Masyarakat Desa Wisata oleh Kementrian

Pariwisata.

Penulis menjadi peserta dalam acara tersebut sekaligus

membantu masyarakat Desa Wisata Lembah Dongde.

5. Pelatihan Tata Kelola Desa Wisata Lembah Dongde.

Pelatihan Tata Kelola dari dosen dan mahasiswa AKPARTA

Mandala Bhakti lebih kepada penyusunan matrik dan perencanaan strategi.

Tim Tata Kelola terdiri dari 2 dosen dan 4 mahasiswa. Sebelum

melakukan pelatihan Tata Kelola di Desa Wisata Lembah Dongde, kami

tim Tata Kelola mulai melakukan identifikasi potensi di Desa Wisata

26
Lembah Dongde yang kemudian data dari Identifikasi tersebut kami

lakukan koordinasi dengan dosen terkait berkaitan dengan tindak lanjut

mengenai pelatihan tata kelola. Dimulai dari mengidentifikasi potensi yang

menghimpun nilai sejarah sampai dengan gambaran umum Desa Wisata

Lembah Dongde. Hasil dari identifikasi kami catatat untuk kemudian

dikoordinasikan dengan dosen terkait. Pelatiahan tata kelola di Desa

Wisata Lembah Dongde dilakukan 2 kali, untuk pelatihan pertama dan

kedua prosesnya hampir sama, hanya saja yang pelatihan kedua kami lebih

banyak dalam menyusun matrik dan memasifkan sosialisasi mengenai

CHSE. Untuk kegiatan tim Tata Kelola di Desa Wisata Lembah Dongde

menggunakan acuan dari matrik yang telah di susun tersebut untuk

mengontrol kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pengembangan di Desa

Wisata Lembah Dongde.

6. Memanfaatkan Momentum 17 Agustus sebagai proses awal terbangunnya

kesadaran masyarakat terhadap potensi di Desa Wisata Lembah Dongde.

Semangat kemerdekaan merupakan implementasi dari semangat

warga dalam langkah awal menuju kesadaran masyarakat mengenai ragam

potensi yang ada di desanya yang kemudian bisa dijadikan sebuah produk

wisata yang mengundang wisatawan tentunya bernilai ekonomis.

Saat identifikasi potensi di Desa Wisata Lembah Dongde Dosen

bersama Mahasiswa AKPARTA Mandala Bhakti dan Kelompok Sadar

Wisata Desa Wisata Lembah Dongde mengonsep sebuah kegiatan yang

bertema Semarak Kemerdekaan Wisata Lembah Dongde. Rangkaian dari

27
kegiatan tersebut adalah upacara bendera di Tol Sawah, karnaval keliling

desa, dan berwisata di Pasar Ciplukan Sendang Ijo.

Dalam upacara bendera 17 agustus di Wisata Lembah Dongde di

desain se-unik mungkin. Untuk tempat pelaksanaan upacara dilaksanakan

di area persawahan di seputar Tol Sawah. Warga masyarakat memakai

pakaian adat karanganyar. Untuk laki-laki memakai hangcincau dan untuk

perempuan memakai lurik. Petugas upacara terdiri dari 3 orang pengibar

bendera dari kalangan pemuda, dan petugas upacara yang lain dari

golongan orang tua. Peserta dari upacara bendera merupakan seluruh

warga masyarakat dukuh mlilir-pucung dan memakai pakaian adat

tradisional

Setelah dilakukannya prosesi upacara bendera, warga masyarakat

melakukan karnaval keliling desa dengan titik awal adalah Tol Sawah dan

berakhir di Pasar Ciplukan Sendang Ijo. Warga masyarakat membawa

sebagian hasil buminya yang dibawa keliling desa dengan berjalan kaki,

disusul rombongan laki laki menggunakan sepeda tua dan di iringi dengan

reog.

Sesampai di Pasar Ciplukan Sendang Ijo, warga masyarakat

melakukan trial jual beli yang kemudian seluruh rangkaian kegiatan

tersebut dijadikan media promosi untuk mengenalkan kepada masyarakat

luas potensi-potensi yang menarik di Desa Wisata Lembah Dongde.

Sekaligus sebagai acuan bagi dosen dan mahasiswa AKPARTA Mandala

28
Bhakti bersama Kelompok Sadar Wisata dalam penataan objek-objek

wisata di Wisata Lembah Dongde.

7. Pelatihan Homestay Desa Wisata Lembah Dongde

Pelatihan Homestay dari dosen dan mahasiswa AKPARTA

Mandala Bhakti tidak banyak menyampaikan materi dikarnakan kami

lebih kepraktiknya. Tim Homestay terdiri dari 2 dosen dan 4 mahasiswa.

Untuk pelatihan Homestay dimulai dengan melakukan presentasi yang

bertempat di salah satu rumah warga yang menyediakann Homestay.

Masyarakat yang mengikuti pelatihan Homestay sudah dilakukan

koordinasi untuk membawa buku catatan untuk mencatat setiap poin-poin

materi yang disampaikan dosen dan mahasiswa. Disamping melakukan

presentasi, 4 mahasiswa membantu mengawasi masyarakat agar berjalan

kondusif.

8. Launhcing Desa Wisata Lembah Dongde.

Kegiatan Launching Desa Wisata Lembah Dongde merupakan

kegiatan inti dari pendampingan mahasiswa AKPARTA Mandala Bhakti.

Ditahap ini penulis selaku seksi acara dan juga membantu mengkondisikan

setiap prosesi dalam Launching.

9. Evaluasi tim pendampingan Desa Wisata Lembah Dongde.

Evaluasi ini dilakukan setelah pelatihan, terkadang setiap saat

bila perlu dilakukan pembahasan secara virtual maupun tatap muka.

Evaluasi sendiri bertujuan untuk mengetahui sejauh mana acara sudah

diselenggarakan dengan baik atau masih ada kekurangan.

29
B. Pembahasan

1. Identifikasi dan Pemetaan Potensi di Desa Wisata Lembah Dongde.

Potensi Wisata berperan sangat penting bagi Desa Wisata karena

potensi wisata sendiri merupakan landasan terbentuknya Desa Wisata

dan potensi sendiri terdiri dari nilai nilai kearifan lokal yang meliputi

situs situs yang mengandung sejarah sampai makanan dan kebiasaan

masyarakat yang masih mengandung unsur budaya. Potensi wisata inilah

yang juga dapat menjadi penghasilan masyarakat Desa Wisata. Selain itu,

dengan adanya potensi wisata masyarakat dapat memanafaatkan Sumber

Daya Alam yang ada di Desa Wisata Lembah Dongde. Contohnya :

Sendang Ijo, Lembah Dongde, Rumah Tiwul, Rumah Brabuk dan lain

lain. Untuk pemetaan mengenai potensi wisata di Wisata Lembah

Dongde perlu di lakukan identifikasi terhadap potensi-potensi yang ada

terlebih dahulu. Melakukan penataan terhadap 4A yang meliputi Atraksi,

Fasilitas, Aksesibilitas dan pelayanan tambahan yang kemudian di kemas

menjadi sebuah objek wisata.

2. Menyusun Matrik Dalam Pelatihan Tata Kelola

Pelatihan tata kelola yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 26

agustus 2020 diikuti oleh seluruh masyarakat di berbagai bidang. Adapun

pokok pokok pembahasan dalam materi yang di sampaikan oleh dosen

pembimbing meliputi pengelolaan desa secara umum, aksesibilitas dan

infrastruktur, pembenahan dalam pasar ciplukan, sapta pesona, serta

protokoler kesehatan (CHSE).

30
Setelah pelatihan/pemberian materi oleh dosen, dilanjutkan sesi

diskusi untuk mengisi matrik. Warga di kelompokkan sesuai dengan

bidang masing masing untuk mengisi progres dari masing masing tempat

tempat wisata (homestay, tour, lembah dongde, tolsa, dan pasar ciplukan

serta paket wisata) yang di dampingi oleh mahasiswa. Matrik tersebut

berisi mengenai progres yang akan dikerjakan pada waktu dekat, dan

progres yang akan di kerjakan pada waktu jangka panjang. Setelah hasil

diskusi tersebut selesai kemudian dilanjutkan dengan mempresentasikan

hasil diskusi yang berupa matrik tersebut oleh perwakilan dari setiap

kelompok diskusi. Adapun matrik yang sudah di buat adalah sebagai

berikut :

LEMBAH DONGDE, TOLSA DAN TUBING

PERMASALAHAN, RENCANA TINDAK KETERANGAN (SUMBER


HAL-HAL YG LANJUT (2020) ANGGARAN)
MASIH PERLU
DIPERBAIKI/
DITINGKATKAN
DAYA TARIK Lembah dongde 1. Memperlebar  Swadaya masyarakat
WISATA  Akses pematang sawah WLD dan iuran
masuk 2. Permbersihan masyarakat
wisata lokasi wisata 
 Pentaan 3. Membuat spot
lokasi wisata selfi menarik
 Spot selfi
TOLSA 4. Perbaikan dan
 Kualitas penggadaan
infastruktur kualitas bahan
(kurang tolsa (tolsa)
safety) 5. Penambahan
 Ornamen tanaman hias
yang kurang 6. Wiasta tubing
 Terminal hanya dapat
selfi digunakna pada
Tubing masa musim
 Sumber air tertentu (musim
karena hujan)
faktor
musim 7. Pembuatan talut

31
 Medan 8. Perbaikan jalan
wisata persiapan
 Akses transportasi,temp
menuju at parkir
wisata dan
trasportasi

AKSESIBILI 1. Menambahkan
TAS, Lembah dongde papan nama dan
INFRASTRU  Papan nama story telling
KTUR, dan papan 2. Perbaikan gapura
FASILITAS storytelling loket
WISATA  Gapuradan 3. Perbikan
loket infastruktur
Tolsa 4. Menambahakan
 Aspek papan nama
keamanan 5. Penambahan
 Papan nama spot selfi
 Spot selfi
Tubing
 Medan
wisata
PENGELOLA 1. Menyadarkan
AN, SISTEM,  Kekurangan masyarakat
PELAYANAN tim WLD
WISATA,  Pelayanan 2. Memberi tiket
SDM, wisata wisatan visit dan
PROTOKOL  Kekurangan live in
KESEHATAN kesadaraan 3. Pembatasan
 Kurangnya wisatawan ( tolsa
kesehatan )
mengikuti 4. Mengadakan
protokol pelatihan
kesehatan BIMTEK
5. Meminta
wisatawan
memakai masker
6. Cek suhu badan
7. Cuci tangan
8. Memakai hand
sanitizer
PEMASARAN  Belum  Akan menjalin
, menjalin kejasama dengan
KERJASAMA kerjasama desa wisata
dengan desa lainnya ketika
wisata sudah siap
lainnya
karena
(belumada
kesiaapan)

32
RENCANA TAHUN 2021 & JANGKA MENENGAH Kelompok Diskusi
Lembah Dongde,
Tolsa, Tubing
Pak Nur, Pak Sartono,
 Menyediakan rest area Pak Tekimin, Pak
 Pemasaran lebih luas Sukino, Mas Sugiarto,
 Menambahkan wahana pemain judul,out bon Mas Totok,Mas
Kholiq

Mahasiswa :
Rafif Qais A
Susi Rahmawati
Anisa Nurul

Tabel 4.1 Matrik Lembah Dongde, Tubing dan Tolsa.

PASAR CIPLUKAN

PERMASALAHA RENCANA TINDAK KETERANGAN


N, HAL-HAL YG LANJUT (2020) (SUMBER
MASIH PERLU ANGGARAN)
DIPERBAIKI/
DITINGKATKAN
DAYA TARIK  Masih ada 1. Sosialisasi  Iuran pedagang
WISATA produk penertiban  Iuran
yang sama pedagang dasawisma
 Belum ada 2. Pedagang harus  ADD,APBD
spot selfi sesuai dengan desa/kab.
 Kebersihan daftar  Swadaya rw 13
belum 3. Pedagang
terjaga dilarang
 Belum menggunakan
banyak media berbahan
tanaman plastik/peralata
ciplukan n modern
4. Penambahan
atap dan
merapikan
lokasi sendang
5. Penanaman
masal pohon
ciplukan
AKSESIBILITA  Batas 1. Akan dibuat  Swadaya bambu
S, pengaman pengaman jalan dari masyarakat
INFRASTRUKT jalan masih dari bambu  APBDes 2021,
UR, FASILITAS kurang 2. Pembuatan dispapora
WISATA  Belum toilet  Swadaya/APBD
tersedia 3. Akan di  Swadaya
toilet di buatkan jalan  Iuran pedagang
lokasi makadam (dari
sendang batu)

33
 Belum 4. Akan dibuatkan
adanya tempat duduk
jalan dalam 5. Panitia pasar
pasar akan
 Tempat menambah
- duduk lapak
kurang
 Kurangnya
lapak
pedagang

PENGELOLAA  Perlu 1. Akan  Akademisi


N, SISTEM, adanya disediakan  Swadaya,
PELAYANAN latihan tempat cuci kemenpar
WISATA, untuk tangan di
SDM, pengelola beberapa titik
PROTOKOL  Kurangnya 2. Pedagang dan
KESEHATAN tempat cuci pembeli akan
tangan dibuatkan
 Masih peraturan untuk
minim wajib memakai
kesadaran masker
penggunaan 3. Panitia pasar
masker menjual masker
4. Di pintu masuk
akan ditambah
3 petugas untuk
cek suhu tubuh
dan
pengecekan
protokoler
kesehatan
5. Akan dilakukan
pengadaan
termogram dan
masker
PEMASARAN,  Belum 1. Pembuatan
KERJASAMA memiliki akun sosmed
akun 2. Memperbanyak
sosmed link, setiap
WLD warga RW 13
 Mitra kerja yang memiliki
sama masih kenalan yang
sedikit berpotensi
untuk
mendatangkan
pengunjung
supaya di loby

34
RENCANA TAHUN 2021 & JANGKA MENENGAH Kelompok Diskusi
Pasar Ciplukan
 Agus wakidi
1. Membuat fly over dari bambu sepanjang pasar  Hib febyanto
2. Membuat makanan dan minuman berbahan ciplukan  Mustofa, S.Pdi
3. Membuat kegiatan malam di pasar ciplukan  Sarwoko
4. Renovasi gapura  Daryono
 Suyanto p
 Sayito
 Suwardi
 nurmiyati
Tabel 4.2 Matrik Pasar Ciplukan.

OBYEK UNTUK TRIP/ TOUR DAN HOMESTAY

(Kebun Jeruk, Pengrajin, Omah Tiwul, Kesenian, Ternak Lebah)

PERMASALAHAN, RENCANA TINDAK KETERANGAN


HAL-HAL YG MASIH LANJUT (2020) (SUMBER
PERLU DIPERBAIKI/ ANGGARAN)
DITINGKATKAN
DAYA TARIK  Kebun Jeruk 1. Memperbaiki
WISATA Panen menunggu 2 pengelolaan panen
Minggu
 Rumah Sejarah Kurang
perawatan 2. Pembersihan secara
 Jamur Tiram Media berkala
Tanam, Panen Belum
menentu
 Rumah Tiwul 3. Penambahan stok
Bahan dan SDM belum media tanam dan SWADAYA
memadai pengelolaan panen MASYARAKAT DAN
 Edukasi Kambing PRIBADI
Kebersihan kandang
masih kurang 4. Mengadakan
 Kerajinan tas SDM pelatihan dan
Masih kurang pengadakan stok
 Kerajinan Bambu barang
SDM masih kurang
5. Melakukan
penataan dan
mengontrol
kebersihan kandang
6. Pengadaan
pelatihan

35
AKSESIBILIT 1. Melakukan cor
AS, Akses jalan masuk dan beton SWADAYA
INFRASTRU penunjuk arah 2. Membuat penunjuk MASYARAKAT
KTUR, arah
FASILITAS
WISATA,
HOMESTAY
PENGELOLA
AN, SISTEM,  Belum ada tempat cuci 1. Akan disediakan
PELAYANAN tangan tempat cuci tangan ANGGARAN +
WISATA,  Belum ada persediaan dari gerabah SWADAYA
SDM, masker 2. Penyediaan masker MASYARAKAT
PROTOKOL  Belum terdapat tempat dari panitia untuk
KESEHATAN sampah antisipasi
 Persediaan hand pengunjung yang
sanitiser dan termogan tidak memakai
masker
3. Pengadaan tempat
sampah yang
terbuat dari bambu
PEMASARAN  Belum ada brosur 1. Pembuatan pamflet
,  Belum ada medsos dan brosur SWADAYA
KERJASAMA khusus 2. Pembuatan akun MASYARAKAT
 Belum ada chanel akun sosmed
youtube 3. Menjalankan
 Marketing metode marketing
konvensional belum konvensional
jalan

RENCANA TAHUN 2021 & JANGKA MENENGAH Kelompok Diskusi

 Bu nana
 Bu reni
 Bu sri rejeki
 Adam
Penambahan wisata malam dan angkringan  Frizki
 Hesti
 Fendi
 Ajid

36
PAKET WISATA/ TOUR- ½ (setengah) HARI DAN 1 (satu) HARI

½ HARI 1 HARI
ODTW/ Lokasi Kegiatan ODTW/ Lokasi Kegiatan
 07.00 –  Menyiangi ,  07.00-08.30  Preses
09.00 menyirami, Rumah tiwul pengolahan
Kebun Jeruk memumupu dari bahan
k, memetik  08.45-09.45 mentah
 09.30-10.30 Edukasi sampai jadi
Styori  Mendalami kambing
sejarahb
house/
rumah  Perawatan
rumah tersebut  10.30-11.30
pembersihan
sejarah Kerajinan tas
kandang ,
talipet memberi
 10.30-11.00 makan
Ternak  Pemeliharaa  12.00-selesai kambing.
tawon n dan Kerajinan
klanceng perawatan bambu
tawon
 Pembuatan
dari bahan
mentah
sampai jadi.

 Pembuatan
dari bahan
mentah
sampai jadi

PAKET WISATA/ TOUR- MENGINAP

HARI ke 1 HARI ke 2
ODTW/ Lokasi Kegiatan ODTW/ Lokasi Kegiatan

 19.00-  Pelatihan bermain


selesai gamelan / alat musik
Pendopo tradisional

Tabel 4.3 Matrik Obyek Trip/tour dan Homestay

37
3. Melakukan Trial Setiap Objek Wisata
Uji coba terhadap setiap destinasi yang dijadikan objek wisata

sangat penting untuk dilakukan, dari hasil uji coba setiap objek wisata

tersebut Tim Tata Kelola bersama warga bisa melakukan evaluasi

terhadap manajemen pengelolaan dan strategi menghadapi wisatawan

yang sesungguhnya. Mulai dari sarpras sampai pembenahan dalam objek

wisata yang masih terdapat kekurangan dalam manajerial maupun

kesolidan tim dalam persiapan menghadapi wisatawan.

Trial dilakukan beberapa kali terutama pada Pasar Ciplukan

Sendang ijo. Konsep Pasar Ciplukan itu sendiri merupakan konsep Pasar

Wisata Jadul yang didalamnya menyajikan berbagai kuliner tradisional

khas zaman dahulu dan juga ragam cinderamata yang terbuat dari bahan

kayu. Sistem jual beli yang menggunakan koin merupakan ciri khas

tersendiri dimana sebelum memasuki kawasan pasar pengunjung wajib

untuk menukarkan uangnya dengan koin khusus pasar ciplukan serta

pengunjung wajib mentaati protokoler kesehatan yang berlaku. Harga

untuk per koin adalah kelipatan dari 2000, maka produk yang di jual di

Pasar Ciplukan juga kelipatan dari 2000, konsep ini sangat menarik

mengingat wisatawan akan merasakan nostalgia mengingat jajanan

tradisional yang murah dan original sudah jarang di temui pada masa

sekarang. Disediakan juga wahana untuk bernyanyi. Pengunjung pasar

dipersilahkan secara gratis bila ada yang ingin bernyanyi.

38
4. Melakukan Evaluasi Pada Setiap Event Kegiatan Trial

Evaluasi merupakan hal penting yang menjadi patokan

pembenahan terhadap perbaikan perbaikan objek wisata yang telah

dilakukan uji coba. Evaluasi juga sebagai tolak ukur kesiapan sebuah

objek wisata dalam menerima wisatawan. Dalam hal ini Tim Tata Kelola

ikut serta dalam setiap evaluasi terhadap setiap trial objek wisata. Sebagai

contoh adalah trial Pasar Ciplukan. Rapat evaluasi rutin pedang dan

pengurus Pasar Ciplukan sering mengadakan evaluasi setiap selesai

melakukan event trial pasar.

Mahasiswa AKPARTA Mandala Bhakti turut terlibat dalam setiap

evaluasi terhadap setiap kegiatan trial maupun event objek wisata. Dalam

hal ini mahasiswa mengemukakan pendapatnya dalam setiap rapat

evaluasi dan melakukan pencatatan terhadap pembahasan-pembahasan

penting yang berhubungan mengenai pembenahan di setiap objek wisata.

Kemudian mahasiwa melakukan koordinasi dengan dosen terkait guna

mendapatkan masukan dan kesimpulan untuk kemudian diusulkan dalam

forum Pokdarwis Desa Wisata Lembah Dongde.

5. Kendala yang dihadapi penulis selama On the Job Trainng adalah

sebagai berikut :

a. Terbatasnya jumlah anggaran untuk membenahi objek wisata.

b. Kurangnya cergapnya Pokdarwis dalam pengambilan keputusan.

39
c. Perbedaan persepsi di masyarakat yang menjadi sebab lamanya

pengambilan keputusan.

d. Jadwal pertemuan berubah-ubah.

6. Upaya Tim pendamping dalam menangani kendala selama On the

Job Trainning.

a. Upaya dalam mengatasi terbatasnya jumlah anggaran untuk

pembenahan adalah dilakukannya swadaya masyarakat serta

menggandeng CSR untuk bekerja sama terutama dalam pendanaan

b. Upaya dalam mengatasi kendala Pokdarwis tidak cergap dalam

pengambilan keputusan. Maka, tim pendamping menanganinya

dengan lebih banyak berkoordinasi lagi dengan Pokdarwis.

c. Perbedaan persepsi di masyarakat yang menjadi sebab lamanya

pengambilan keputusan. Maka, tim pendamping mengatasinya

dengan memberi masukan kepada pokdarwis untuk setiap

keputusan dilakukan voting di peserta rapat.

d. Upaya dalam mengatasi kendala Jadwal pertemuan berubah-ubah.

Maka, tim pendamping mengatasinya dengan melakukan

koordinasi dengan Ketua Pokdarwis guna mendapatkan informasi

terbaru dan menyesuaikan dengan waktu longgar masyarakat.

40
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai

berikut :

1. Masyarakat Desa Wisata Lembah Dongde dapat mengikuti pelatihan

dengan baik, hanya saja terkadang kurangnya koordinasi antara

masyarakat dengan Pokdarwis.

2. Masyarakat mampu memanfaatkan dan mengelola nilai-nilai kearifan

lokal sebagai potensi daya tarik wisata.

3. Masyarakat sudah mulai menerapkan CHSE dalam pariwisata.

4. Masyarakat mampu mengelola setiap objek wisata yang berpedoman

pada hasil evaluasi trial.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka penulis dapat mengambil saran

sebagai berikut :

1. Mempraktikkan beberapa teori yang telah diberikan oleh Tim

pendampingan AKPARTA Mandala Bhakti, KEMENPAR ataupun

pelatihan lainnya.

2. Pokdarwis lebih banyak koordinasi lagi dengan masyarakat Desa

Wisata Lembah Dongde.

3. Masyarakat Desa Wisata Lembah Dongde harus lebih sadar wisata.

41
4. Pokdarwis Desa Wisata Lembah Dongde untuk selalau

mempertahankan loyalitas anggotanya.

5. Masyarakat harus sadar akan kekayaan alamnya dan terus

mempertahankan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan yang menjadi

karakteristik Desa Wisata Lembah Dongde.

42
DAFTAR PUSTAKA

Arsip Kelurahan Gentungan. 2020. Gambaran Umum Desa : Sejarah Desa


Gentungan. Kelurahan Gentungan.

James J.Spillane. 1982. Ekonomi Pariwisata : Sejarah Dan Prospeknya.


Jakarta : Kanisius.

Priasukmana, Soetarso & R. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa


Wisata : Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Info Sosial
Ekonomi Vol. 2 No. 1.

Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : Andi 52

43
LAMPIRAN

Gambar : Pelatihan Kemenpar

Gambar : Identifikasi Potensi Desa Wisata Lembah Dongde

44
Gambar: Momentum Upacara Bendera 17 Agustus Di Area Tol Sawah

Gambar: Karnaval Budaya Dan Kearifan Lokal

45
Gambar: Trial Pertama Pasar Ciplukan

Gambar: Trial Tour Dan Homestay Desa Wisata Lembah Dongde

46
Gambar: Rapat Evaluasi Pasar Ciplukan

Gambar: Pelatihan Tata Kelola Desa Wisata, Sapta Pesona Dan CHSE

47
Gambar:Penerapan Protokoler CHSE

Gambar: Kerja Bakti Pembenahan Sendang Ijo

48
Gambar: Rapat Evaluasi Pendampingan

Gambar: Pagelaran Wayang Saat Launching Desa Wisata Lembah Dongde

49
Gambar: Penyambutan Bupati Kaaranganyar Diiringi Tarian Saat Launching Desa

Wisata Lembah Dongde

Gambar: Pengambilan Gong Lembah Dongde

50
Gambar: Rombongan Bupati Mengunjungi Rumah Tiwul

Gambar: Jamuan Di Rumah Ronggo

51
Gambar: Atraksi Reog Wisata Lembah Dongde

Gambar: Bupati Mengunjungi Pasar Ciplukan

52
Gambar: Penandatanganan MoU Antar Desa Wisata

53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai