Thyrotoxic Periodic Paralysis (TPP) merupakan suatu komplikasi dari
penyakit thyrotoxic dengan manifestasi klinis berupa kelemahan pada kedua kaki kemudian bisa menyerang seluruh ektremitas, hingga otot pernapasan. Penyakit ini dipengaruhi oleh adanya kondisi hipokalemia pada pasien.
II. KLASIFIKASI
Hipokalemik periodik paralisis (HPP) terbagi atas dua berdasarkan
etiopatofisiologinya, hipokalemia akibat pergeseran ke intrasel (intracellurlar shift) atau hipokalemia akibat ekskresi kalium yang berlebihan dari gastrointestinal/urin. Hipokalemik dengan intracellular shift dapat terjadi akibat beberapa penyakit yaitu thirotoksikosis periodik paralisis, Familial periodik paralisis, sporadic periodik paralisis, dan barium intoksikasi. Sedangkan HPP dengan ekskresi kalium yang tinggi dengan perubahan pH darah yaitu asidosis metabolik atau alkalosis metabolik.
III. EPIDEMIOLOGI
Thyrotoxic Periodic Paralysis (TPP) banyak ditemukan pada ras Asia.
Insiden dilaporkan berkisar antara 1.9% di Jepang, 1.8% di negara China. Data di negara Amerika sekitar 0.1%-0.2%. Sebuah penelitian di Jepang menunjukkan bahwa insiden pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (4.3%:0.04%). Penyakit ini terutama menyerang pada usia sekitar 20-40an. IV. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Beberapa penyakit seperti Grave’s disease, toxic nodular goiter,
solitar toxic nodule, iodine-induced thyrotoxicosis, excess exogenous, thyroxine use, thyroiditis, thyrotropin-secreting pituitary adenoma and amiodarone- induced thyrotoxicosis bisa memicu hipertiroid. Adanya hipertiroid tersebut akan memicu terjadinya thyrotoxicosis dan kemudian akan menyebabkan terjadinya Thryotoxic Periodic Paralysis (TPP). Beberapa faktor dapat memicu terjadinya Periodic Paralysis pada pasien dengan hipertiroid seperti diet tinggi karbohidrat, olahraga berat, komsumsi kadar garam tinggi, stress, trauma dan penggunaan obat (diuretik, estrogen, acetazolamide, epinefrin, laxatives, kortikosteroid, NSAID, licorice, fluoroquinolon, aminoglycosides dan ekstasi.
V. PATOMEKANISME
Hipokalemi di TPP terjadi akibat rapid and massive shift of potassium
intracellualarl. Mekanisme dari TPP terbagi atas dua faktor utama yaitu terjadinya hipokalemia dan berhubungan dengan kelemahan otot. Kelemahan otot yang progressif hingga terjadinya paralysis yang terjadi akibat hipokalemia berpotensi life threatning, tapi masih reversibel. Otot rangka sebagai tempat tersimpannya kalium terbesar di tubuh (2600 mmol) dan berperan penting untuk homeostasis kalium ekstraseluler. Proses homeostasis ini dibantu oleh pompa NA-K ATPase dan kanal Kalium. Kanal K mengatur pergerakan kalium ke intracellular termasuk inward rectifiying (Kir 2.6) dan pergerakan kalium ke extracellular. Thirotoksikosis dapat membuat hipokalemia dengan cara langsung meningkatkan transkripsi genetik dari NA- K ATPase pump sehingga meningkatkan aktivitas pompa ini. Hormon tiroid juga menstimulasi adrenergik beta2 dan meningkatkan sensitivitasnya untuk mensirkulasi catecholamines yang mana hasilnya meningkatkan aktivitas NA- K pump. Insulin diketahui bekerja dengan cara memasukan glukosa darah ke dalam intracellular bersama dengan masuknya kalium sehingga menyebabkan turunya kadar kalium dalam darah.
Terjadinya paralisis dihubungkan dengan patogenesis kalium
intracelular shift. Influks K berlebihan ke dalam sel otot rangka menyebabkan sel-sel otot tidak dapat tereksitasi sehingga terjadi kelemahan. Influks Kalium ke sel-sel otot terjadi saat fase istrahat, hal ini dapat menjelaskan alasan pasien mengalami gejala pada malam hari atau subuh saat tidur (istrahat). Sedangkan makan tinggi karbohidrat menjadi salah satu triger faktor di TPP. Seperti yang diketahui hiperinsulinemia berperan terhadap peningkatan aktivitas NA/K ATPase dan menghambat efluks dari kalium keluar cell otot. Pasien menyangkal adanya stress emosional akibat pekerjaan atau di keluarga. stress emosional dan trauma dapat menjadi faktor yang mentrigger serangan TPP, stress dapat dihubungkan dengan hormonal. Catecholamines memengaruhi aktivitas NA/K ATPase dan menginhibisis kalium efluks dengan cara menghambat aktivitas Kalium inward-rectifying. Case report lain bahkan menyebutkan adanya gagal napas akut dan ventrikel aritmia. Dalam kasus lainnya disebutkan adanya TPP dengan ventrikuler takikardia. Adanya aritmia pada kasus ini dapat dihubungkan dengan terjadinya hipokalemia dalam waktu tertentu. Rendahnya kalium dalam ekstrasel dapat terjadi kompensasi tubuh untuk meningkatkan aktivitas kanal NA dan terjadi penumpukan NA di intracell. Akumulasi NA di intracell memicu pengurangan pertukaran NA/CA dan mengurangi efluks CA sehingga terjadi peningkatan Ca di intrasel. Ca overload meningkatkan aktivitas CA/calmodulin-dependent kinase (CaMKII) yang mana dapat mentriger Early After Depolarisations (EADs) dan terjadi aritmia.
VI. DIAGNOSIS
Gejala awal dari TPP berupa kelemahan anggota gerak, kelemahan
berupa flacid paralisis dan terasa berat. Pada umumnya semua jenis Hipokalemik periodik paralisis termasuk TPP dapat dicurigai pada pasien dengan gejala kelemahan yang perlahan-lahan progresif dan biasanya pada bangun tidur saat pagi hari, gejala dapat membaik setelah beberapa jam pasien mencoba menggerakan anggota gerak. Riwayat serupa sebelumnya perlu ditanyakan dan riwayat keluarga juga penting untuk membedakan Familial periodik paralisis. Faktor risiko dan pencetus perlu digali saat anamnesis, pada TPP risiko terjadi pada laki-laki 20 kali lebih besar dibanding perempuan dan. Ras asian dan hispanik dominan pada TPP walaupun sudah banyak juga terjadi di eropa akibat migrasi. Gejala paralisis lebih sering terjadi didahului oleh gejala hipertiroidism seperti palpitasi, takikardia, dan sebagainya. Biasanya serangan terjadi pada pagi hari saat bangun tidur dan sebelumnya dicetus oleh diet tinggi karbohidrat atau setelah aktivitas fisik berat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan takikardia, penurunan refleks fisiologi, dan kekuatan otot menurun.
Pemeriksaan utama pada TPP sejatinya ada dua yang utama.
Pemeriksaan elektrolit dan nilai tiroid. Saat awal pemeriksaan nilai kalium biasanya kurang dari 3 mmol/liter bahkan bisa 1,1 mmol/liter. Saat sudah masuk fase penyembuhan dari periodic paralis kalium serum dapat kembali berangsur normal. Hipokalemia menjadi temuan yang paling sering, hipomagensium da hipofosfatemia juga dapat terjadi pada beberapa pasien. Nilai hormon tiroid dalam darah tinggi, T4 elevasi atau T3 elevasi, dan sebaliknya TSH akan dibawah normal. EKG diperlukan terutama jika pasien berada dalam kondisi hipokalemi dalam waktu yang lama, mungkin ditemukan aritmia pada kasus TPP.
EKG diperlukan untuk menilai terjadinya aritmia. Paling sering
ditemukan ST depresi, sinus takikardia, dan AV blok. Sedangkan prolong interval QT atau ventrikular takiaritmia jarang ditemukan. EMG dapat memperlihatkan pola miopatik dengan penurunan durasi dari potensial aksi otot, penurunan amplitudo, dan peningkatan potensial polifasik dan dapat kembali normal saat pemulihan/pengobatan yang tepat dari TPP. VII. TATALAKSANA
Dalam penyakit ini, tatalaksana yang harus segera dilakukan setelah
penegakkan diagnosis adalah koreksi kalium. Koreksi kalium dapat dilakukan dengan pemberian melalui intravena, terutama pada pasien yang menunjukkan gejala atau menifestasi klinis yang berat terutama adanya aritmia. Pemberian kalium oral dapat dilakukan pada terapi akut dengan memberikan 30 mEq kalium setiap 2 jam hingga kondinisi membaik. Dosis maksimum yang dianjurkan adalah 90 mEq dalam 24 jam. Pemberian non selektif beta-blocker pada beberapa penelitian menunjukkan hasil yang baik terhadap kekakuan otot, dengan mengurani shifting kalium dan fosfat ke intrasel. Pemilihan obat dengan diberikan infus propanolol 2 mg setiap 10 menit hingga 3 kali pemberian dosis bila pada pemberian koreksi kalium tidak ada perbaikan. Obat yang dapat memicu hipokalemia seperti glukokortikoid harus dapat diperhatikan dan dapat dihindari jika memungkinkan. Tujuan utama pengobatan yaitu untuk menurunkan hormon tiroid dan menjaga di keadaan eutiroid. Obat antitiroid, radioaktif iodine, dan pembedahan mungkin dapat dipertimbangkan berdasarkan etiologi terjadinya hipertiroidsm.Pengobatan antitiroid dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan kelemahan berulang. Faktor risiko seperti olahraga ekstrem, diet tinggi karbohidrat, stres emosional harus dapat dihindari DAFTAR PUSTAKA
1. Vijayakumar A, Ashwath G, Thimmappa D. Thyrotoxic periodic paralysis: Clinical
challenges. J Thyroid Res. 2014;2014. 2. Salih M, Van Kinschot CMJ, Peeters RP, De Herder WW, Duschek EJJ, Van Der Linden J, et al. Thyrotoxic periodic paralysis: An unusual presentation of hyperthyroidism. Neth J Med. 2017;75(8):315–20. 3. Garla VV, Gunturu M, Kovvuru KR, Salim SA. Thyrotoxic periodic paralysis: case report and review of the literature. Vol. 10, Electronic physician. 2018. p. 7174–9. 4. Lafi B, Moteri G Al. Case Report Thyrotoxic periodic paralysis : A case report. 2017;64–5. 5. Lin S-H, Huang C-L. Mechanism of thyrotoxic periodic paralysis. J Am Soc Nephrol. 2012 Jun;23(6):985–8. 6. Pardede SO, Fahriani R. Paralisis Periodik Hipokalemik Familial. Cermin Dunia Kedokt. 2012;39(10):727–30. 7. Siddamreddy S, Dandu VH. Thyrotoxic Periodic Paralysis. In Treasure Island (FL); 2020. 8. Karndumri K, Thewjitcharoen Y, Chatchomchuan W, Porramatikul S, Krittiyawong S, Wanothayaroj E, et al. Journal of Clinical & Translational Endocrinology Impact of first-line treatment choice on long-term outcomes of hyperthyroid Graves ’ disease patients with thyrotoxic periodic paralysis. J Clin Transl Endocrinol [Internet]. 2021;21(August 2020):100235. Available from: https://doi.org/10.1016/j.jcte.2020.100235 9. Naji W. ACUTE RESPIRATORY FAILURE AND VENTRICULAR ARRHYTHMIA SECONDARY TO THYROTOXIC PERIODIC PARALYSIS : WHEN K IS THE KEY. Chest [Internet]. 2021;154(4):246A. Available from: https://doi.org/10.1016/j.chest.2018.08.223 10. Haider M, Khan Chachar AZ, Munir A. Thyrotoxic Periodic Paralysis. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2019;31(4):619–21. 11. Iqbal QZ, Niazi M, Zia Z, Sattar SBA. A Literature Review on Thyrotoxic Periodic Paralysis. Cureus. 2020;12(8):10–2. 12. Silverman E, Haber LA, Geha RM. Lift Then Shift : Thyrotoxic Periodic Paralysis. Am J Med [Internet]. 2021;132(1):e3–6. Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2018.08.015 13. Penev D, Rotering C, Pusl T. Sudden Night Palsy in a Young Man : Thyrotoxic Periodic Paralysis as a First Manifestation of Hyperthyroidism. Am J Med [Internet]. 2021;133(6):e300–1. Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2019.11.011 14. Hutchinson MD, Editor S, Al-refaie N, Appiah S, Mandal AKJ, Edin F. Don ’ t Trip Over the Trop : An Unusual Presentation of Thyrotoxic Periodic Paralysis. Am J Med [Internet]. 2021;132(10):1166–9. Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2019.04.028 15. Ghalyoun BA, Khaddash I, Mourad I, Shamoon D, Linaac A, Tiyyagura S. THYROTOXIC PERIODIC PARALYSIS CROSSES BOARDERS FROM MUSCLES TO THE HEART: A CASE OF HYPOKALEMIC VENTRICULAR TACHYCARDIA. J Am Coll Cardiol [Internet]. 2019;73(9):2323. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S0735-1097(19)32929- 8 16. Skogestad J, Aronsen JM. Hypokalemia-induced arrhythmias and heart failure: New insights and implications for therapy. Front Physiol. 2018;9(NOV):1–11.