Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN INDONESIA
Tgr | 14/10/2014 | Pemerintah | No Comments

Setiap negara memiliki sistem dalam rangka menjalankan kehidupan permerintahannya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Sistem tersebut adalah dengan Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan. Ada beberapa macam sistem penyelenggaraan pemerintahan yang di kenal dunia
seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan dan
kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Baca : Arti Pemerintah
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya merupakan uraian tentang
bagaimana mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan Negara. Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara bisa disebut pula
sebagai mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif yang dipimpin oleh presiden baik selaku kepala
pemerintahan maupun sebagai kepala negara. Negara Republik Indonesia sendiri saat ini (setelah
amandemen UUD 1945) menganut sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional,
merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Berikut beberapa ciri sistem penyelenggaraan pemerintahan presidensial :

1. Penyelenggara negara berada ditangan presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat.
2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada presiden dan
tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
3. Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak dipilih
oleh parlemen.
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota parlemen
dipilih oleh rakyat.
6. Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.

Menurut Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi: Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Hal ini mengandung arti bahwa Presiden Republik Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang memegang kekuasaan pemerintah. Kemudian Presiden
adalah Penyelenggara atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam melakukan
kewajibannya, Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden dalam menjalankan fungsinya
di bantu oleh menteri menteri negara, menteri menteri negara diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden (Pasal 17 UUD 1945), Presiden tidak dapat membekukan atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Baca juga : Pemerintah Pusat
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena
rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol
presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan
terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-
pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.
Jika suatu sistem penyelenggaraan pemerintah dilihat dari elemen yang ada didalamnya maka
tatanan atau susunan pemerintahan berupa suatu struktur yang terdiri dari elemen pemegang
kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional di antara elemen tersebut
baik secara vertikal (Legislatif, eksekutif dan yudikatif) maupun horisontal (Pemerintah Daerah).
ASAS PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA
Tgr | 09/12/2014 | Pemerintah | No Comments
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan oleh kepala
daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah. Penyelenggara
pemerintahan daerah tersebut dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman
pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara. Berikut dijelaskan asas-asas penyelenggaraan
pemerintahan negara yang menjadi rangkaian artikel terkait pemerintahan.
Asas penyelenggaraan pemerintahan negara disebutkan dalam beberapa peraturan perundang-
undangan negara kita, diataranya dalam UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas dari KKN. Dalam Pasal 3 UU tersebut menyebutkan asas umum
penyelenggaraan negara terdiri dari asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas
akuntabilitas. Baca juga : Sistem Pemerintahan.
Kemudian disebut pula sebagai asas-asas umum pemerintahan yang baik berdasarkan UU No. 9
Tahun 2004 tentang tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN. Dimana dalam
penjelasannya disebutkan :

“yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah


meliputi atas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas, sebagai dimaksud dalam
UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebes dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme”.
Disamping itu, dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, asas-asas umum
pemerintahan yang baik tersebut dijadikan asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi:

“penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum


Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas: asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan,
asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi
dan asas efektivitas”.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
merupakan pengganti UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa kepala daerah, dan DPRD
dibantu oleh Perangkat Daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara terdiri atas :
Kepastian Hukum
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
Tertib Penyelenggara Negara
Tertib penyelenggara negara merupakan asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
Kepentingan Umum
Asas tersebut merupakan asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia.
Proporsionalitas
Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara negara.
Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Efisiensi
Asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan negara
untuk mencapai hasil kerja yang terbaik.
Efektivitas
Asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.
Keadilan
Asas keadilan adalah bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

Ilmu Negara : Pengertian, Objek,


dan Ruang Lingkup
Pengertian Ilmu Negara

Pada tahun 1882, George Jellinek, seorang pakar hukum dari Jerman
menerbitkan buku yang berjudul Allgemeine Staatslehre (Ilmu Negara
Umum). Buku ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Ilmu Negara dan
George Jellinek dikenal sebagai Bapak Ilmu Negara. Dalam menyusun
bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre, Jellinek menggunakan
metode van systematesering (metode sistematika), yaitu dengan cara
mengumpulkan semua bahan tentang ilmu negara yang ada sejak zaman
kebudayaan Yunani sampai pada masanya sendiri (sesudah akhir abad ke-
19 atau awal abad ke-20), dan bahan-bahan itu kemudian disusun
kembali dalam suatu sistem.
Di dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre (Ilmu Negara
Umum), Jellinek membagi ilmu kenegaraan menjadi beberapa bagian dan
diikuti dengan beberapa penjabarannya. Jellinek membagi ilmu
kenegaraan (secara luas) menjadi dua bagian, yaitu:
1. Staatswissenschaft (dalam arti sempit), maksudnya
adalah staatswissenschaft dalam arti luas yang dikurangi oleh
Sehingga staatswissenschaft dalam arti sempit dimaksudkan sebagai
suatu ilmu pengetahuan mengenai negara yang penyelidikannya
menekankan pada negara sebagai objeknya.

Staatswissenschaft dalam arti sempit dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:


• Beschreibende Staatswissenschaft (staten kunde), yaitu ilmu
pengetahuan yang melukiskan atau menjelaskan mengenai negara
dengan menggunakan unsure-unsur atau bahan-bahan yang
menggambarkan negara, misalnya keadaan alamnya, faunanya,
floranya dan sebagainya.
• Theoritische Staatswissenschaft
(staatsleer/staatslehre atau ilmu negara), yaitu ilmu
pengetahuan mengenai negara yang mengambil bahan-bahan
dari beschreibende staatswissenschaft, dimana bahan-bahan yang
dikumpulkan tersebut diolah, dianalisa, dan digolongkan menjadi
beberapa bagian, serta disusun secara sistematis dan pada akhirnya
membentuk pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari
negara. Theoretische staatswissenschaft atau staatlehre (ilmu
negara), yang dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:
• Allgemine staatslehre, yaitu ilmu negara umum yang membahas
tentang teori-teori negara dan teori tersebut berlaku umum di
seluruh dunia atau di semua negara; dan
• Bezondere staatslehre, yaitu ilmu negara khusus yang membahas
tentang teori-teori mengenai negara, dimana berlakunya teori-teori
tersebut hanya pada suatu negara tertentu saja.
• Praktische Staatswissenschaft (angewandte
staatswissenschaft) atau politikologi/ilmu politik, yaitu ilmu
pengetahuan yang menerangkan cara-cara mempraktikkan teori-teori
ilmu kenegaraan. Ilmu Politik dalam sistematik George Jellinek
mempunyai arti yang berbeda isinya dengan yang disebut Political
Science (politis) di negara Anglo Saxis.
Ilmu Politik menurut tradisi Anglo Saxist merupakan ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri. Sedangkan menurut tradisi Eropa Kontinental, Ilmu
Politik bukan merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,
melainkan dijalankan atau diterapkan dalam praktik hasil dari
penyelidikan teoritische staatswissenschaft atau theoretical science,
sehingga keduanya memiliki hubungan yang erat.
2. Rechtswissenschaft, maksudnya adalah ilmu pengetahuan
mengenai negara dimana penyelidikannya ditekankan pada
segi recht atau yuridis dari suatu negara. Cabang disiplin ilmu yang
menjadi bagian dari rechswissenschaft adalah:
• Hukum Tata Negara

• Hukum Administrasi Negara

• Hukum Antara Negara

George Jeliinek dalam membahas Allgemeine Staatslehre (ilmu


negara umum) menggunakan teori dua segi atau zweseiten
theorie, yaitu berdasarkan tinjauan sosiologis dan tinjauan yuridis.
1. Tinjauan sosiologis, yaitu negara dilihat sebagai gejala-gejala atau
peristiwa atau fenomena sosial. Pembahasannya terdiri dari:
• Nama negara (estato atau lo stato – istilah dari Nicolo
Machiavelli)
• Sifat, hakikat, atau karakteristik dari negara

• Dasar pengesahan hukum dari negara

• Tujuan negara

• Timbul dan lenyapnya negara

• Sejarah tipe-tipe pokok negara

2. Tinjauan yuridis, yaitu negara dilihat sebagai bangunan-bangunan


atau lembaga-lembaga negara (rechstliche institution) yang terdapat
beberapa problematik atau masalah didalamnya. Pembahasannya
terdiri dari:
• Perbedaan hukum publik dengan hukum perdata

• Anasir-anasir atau syarat-syarat negara

• Kedaulatan

• Konstitusi negara
• Organ-organ negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
• Perwakilan
• Fungsi negara
• Susunan negara (negara kesatuan, federal, dll)
• Bentuk-bentuk negara dan bentuk pemerintahan
• Negara-negara bersusun (konfederasi).

Sedangkan bezondere staatslehre dikenal dua sudut pandang, yaitu:


1. Individuelle staatslehre, yaitu ajaran yang memandang negara
dari sudut sosial;
2. Spezielle staatslehre, yaitu ajaran mengenai negara dari sudut
hukum.

George Jellinek merupakan tokoh pertama yang membahas Ilmu Negara


sebagai imu kenegaraan tersendiri dengan membuktikan bahwa ilmu
negara merupakan ilmu tersendiri yang mempunyai sifat teoritis dan sifat
ilmiah murni. Di Belanda, ilmu negara dijadikan sebagai mata kuliah yang
berdiri sendiri sebagai suatu “Leerstoel” pada permulaan abad ke-20 di
Universitas Leiden dimana Prof. R. Kranenburg sebagai guru besar ilmu
negara yang pertama.

Beberapa istilah Ilmu Negara, antara lain :


1. Staatsleer (Belanda, termasuk Eropa Kontinental);
2. Staatslehre (Jerman, termasuk Eropa Kontinental);
3. Theorie d’etat (Perancis);
4. Theory of State, The General Theory of State, Political Science,
atau Politics (Inggris, Amerika, termasuk negara Anglo Saxon). Dalam
negara-negara Anglo Saxon, Ilmu Negara dan Ilmu Politik merupakan
cabang ilmu-ilmu kenegaraan (staats wissenschaft) yang
mempelajari tentang negara.

Berikut merupakan beberapa pengertian Ilmu Negara, antara lain:


1. Ilmu Negara adalah ilmu yang menyelidiki/membicarakan tentang
negara.[1]
2. Ilmu Negara mempelajari tata, konsep, dan asas hukum bernegara.[2]
3. Ilmu Negara adalah ilmu yang mempelajari, menyelidiki, atau
membicarakan negara. (Suhino, 1982 : 1)
4. Ilmu Negara adalah ilmu yang menyelidiki dan mempelajari hal
ikhwal dan seluk beluk negara. (Dipolo G.S, 1975 : 9)
5. Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas
pokok dan pengertian pokok tentang negara dan hukum tata negara.
(Moh. Koesnardi, 1985 : 7)
6. Ilmu Negara Umum adalah cabang penyelidikan ilmu muda, tetapi
menurut wujudnya merupakan suatu cabang yang tua. (Krenenburg,
1982 : 9)
7. Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki
pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari negara yang
berlaku untuk setiap negara dan terdapat di setiap negara. Ilmu
negara mencari hakikat wujud, sifat-sifat, ciri-ciri, syarat-syarat, dan
konstruksi-konstruksi dasar dari negara “in abstracto”, sehingga hasil
dari penyelidikan ilmu negara bersifat umum.

Objek dan Ruang Lingkup Ilmu Negara

Ilmu Negara memiliki hubungan erat dengan berbagai disiplin ilmu


lainnya, yakni diantaranya Hukum Tata Negara (HTN), Hukum Tata
Usaha Negara (HTUN), Hukum Publik Internasional, dan Ilmu Politik.
Adapun objek dari keempat disiplin ilmu tersebut adalah Negara. Namun
perbedaannya adalah bahwa dalam HTN dan HTUN, negara diartikan
dan dipahami sebagai objek yang “kongkrit”, sedangkan dalam Ilmu
Negara, negara diartikan sebagai objek “abstrak”, yaitu negara dalam
keadaan terlepas dari tempat, keadaan dan waktu tertentu, belum
mempunyai ajektif tertentu, serta bersifat abstrak, umum dan universal.
(Suhino, 1982 : 2).

Anda mungkin juga menyukai