Anda di halaman 1dari 39

Acara ke : 1 , 2, 3, 4, 5

Pokok Bahasan : Perbanyakan Tanaman Karet Secara Generatif (Calon


Batang Bawah)
Acara Praktikum : Pembibitan Karet (Seleksi Benih Karet,
Perkecambahan Benih Karet, Pembuatan Media
Tanam , Pemeliharaan Perkecambahan, Transplanting
Bibit, Pemeliharaan Bibit )
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian

Alokasi Waktu : 5 X 2 Jam


Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus
 Mahasiswa mampu melakukan macam-macam seleksi benih karet
 Mahasiswa mampu membuat pesemaian benih karet.
 Mahasiswa dapat memelihara benih karet
 Mahasiswa dapat membuat media tanam
 Mahasiswa dapat melakukan transplating karet
 Mahasiswa dapat memelihara bibit karet

b. Dasar Teori
Mutu biji karet terdiri dari 3 yaitu mutu genetis , mutu fisik dan mutu
fisiologis. Mutu genetik adalah kebenaran jenis atau klon. Mutu fisik adalah
kebenaran fisik benih itu dan mutu fisiologis ditunjukkan oleh viabilitas biji.
Viabilitas biji adalah daya hidup biji yang dapat ditunjukkan melalui
pertumbuhan dan gejala metabolisme. Penentuan/pengujian viabilitas biji
karet sebelum dan sesudah pengiriman pada saat perkecambahan adalah
penting. Pengujian viabilitas biji karet dapat dilakukan dengan metode daya
kecambah dan kesegaran. Uji daya kecambah merupakan metode uji yang
paling obyektif.

Seleksi benih dapat karet dapat dilakukan dengan berbagai macam


 Uji Kesegaran
Pengujian dilakukan dengan mengambil 0,5-1% dari biji yang akan
diuji secara acak , kemudian masing-masing dibelah dengan gunting/pisau
sehingga terlihat endospermnya.
Klasifikasi kesegaran benih :
Warna segar : sangat baik
Warna putih kekuningan/pucat : cukup baik
Warna kekuningan berminyak : kurang baik
Wara biji kekuningan bercampur hijau: cukup baik
Dari kriteria di atas dikumpulkan , biji yag baik mencapai
minimum 80%. Sedangkan apabila kurang 80% biji jelek. Persentase
baik merupakan biji yang memiliki kesegaran dan bisa dipertanggung
jawabkan.
Kesegaran biji perlu diperhatikan karena dalam pegiriman biji
dengan tujuan yang jauh dan dalam jumlah yang besar daya kecambah
biji dapat menurun sampai 50%. Daya kecambah biji dapat menurun
setelah biji disimpan . Oleh karena itu sebaiknya dihindari penyimpanan.
 Uji Lenting
Benih yang baik mempunyai daya lenting yang lebih tinggi
daripada benih yang jelek. Untuk pengujian daya lenting dapat
digunakan benda keras yang permukaannya rata, misalnya tegel beton
atau menggunakan alat khusus seleksi benih.
Biji yang mempunyai daya lenting jauh dinilai baik. Metode
pelentingan sudah dipraktekkan di kebun-kebun . Menurut pengamatan
hasil pengujian dengan pelentingan daya kecambah biji dapat
dipertanggung jawabkan lebih kurang 80%.
 Perendaman
Metoda perendaman dilakukan dengan memasukkan
/merendam biji ke dalam air . Biji yang baik adalah biji yang tenggelam
sedangkan biji yang jelek adalah biji yang tenggelam.

 Uji Kenampakan
Biji yang baik akan nampak berwarna mengkilat, licin,
berbentuk normal dan berukuran normal.
Secara morfologis (visual) , biji yang berkecambah ditandai
dengan terlihatnya radicula (calon akar) atau plumula menonjol ke luar
dari biji. Tipe perkecambahan benih adalah Tipe Hipogeal , dimana
munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang ke atas permukaan tanah , sedangkan kotiledon tetap
berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
Benih dikatakan baik jika :
1. Mempunyai daya kecambah 90%
2. Murni, warna mengkilat
3. Melenting
4. Tidak terserang atau membawa hawa penyakit
5. Tidak tercampur benda asing lain
Macam-macam Biji Hasil Perbanyakan Tanaman Karet
1. Biji Legitim (legitimate Seed)
Biji legitim adalah biji yang diperoleh dari kebun induk yang
proses penyerbukannya diketahui secara pasti darimana tepung sari itu
berasal .
2. Biji Propelegitim
Biji propelegitim (hampir legitim) diperoleh dari kebun induk
biji yang pohon induknya diketahui secara pasti , akan tetapi pohon
bapaknya hanya kira-kira saja, yaitu klon-klon yang berbunga pada
saat yang bersamaan dan letaknya berdekatan dengan pohon induk
tersebut. Biji propelegitim diperoleh dari kebun biji bi klon, yang
terdiri dari dua jenis unggul yang mudah berkawin silang.
3. Biji Illegitim (Illegitim Seed)
Biji illegitim diperoleh dari pohon induk tertentu yang diketahui
sifat-sifatmnya, akan tetapi tumbuhnya tercampur dengan berbagai
jenis klon lainnya yang dapat menyerbuki klon tersebut, sehingga biji
yang dihasilkan tidak diketahui seacra pasti darimana tepung sari itu
berasal.

4. Biji Sapuan
Biji sapuan adalah biji campuran dari berbagai jenis, yang telah jatuh dari
pohon dan kemudian dikumpulkan, tanpa diketahui sama sekali pohon induk serta
bapaknya. Biji tersebut biasanya bermutu rendah. Variabilitasnya besar, baik
dalam hal pertumbuhan , produksi diperlukan bibit yang bermutu tinggi, biji
sapuan itu sangat tidak homogen, maka pemakaian biji untuk tujuan penanaman
tidak dianjurkan.
Media pesemaian karet biasanya menggunakan pasir. Ini bertujuan untuk
memudahkan pencabutan bibit pada saat transplanting.
Media tanam merupakan tempat yang digunakan tanaman sebagai tempat akar
atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang . Media tanam merupakan tempat
berpegangnya akar agar tanaman nanti dapat tumbuh dan berkembang dengan
sempurna.
Keuntungan pembibitan polibag adalah
1) Pertumbuhan tanaman di lapangan lebih seragam dan pertumbuhan kuat
.Persentase kematian sangat rendah bahkan tidak ada,
2) Pertumbuhan akar lebih sempurna dan pada saat dipindahkan tidak ada
stagnasi pertumbuhan akar.
3) Seleksi klon lebih mudah dilaksanakan
4) Bibit yang dipindahkan dapat merupakan bibit yang benar-benar baik.
Benih karet yang dikecambahkan akan berkecambah setelah 4-7 hari.
 Pemupukan Pembibitan
Tabel 1 Pemupukan Pembibitan Karet
No
Um umur Pup Pupuk dan Dosis Ket Keterangan
bibit
(bl)
1 0,5 Ure 10 g/15 l air, 250 ph Dis dibenamkan
2 1,0 Bay bayfoplan 20 cc/10 l, 4l/ha
Pu pupuk daun
3 1,5 ”” Pup pupuk daun
4 2,0 ” Pup pupuk daun
5 2,5 bayfolan 20 cc/10 l, Pup pupuk daun
4-5 l/ha
6 3,0 bayfolan , Urea Dise
2,5 disemprot
g/pohon
7 4,0 ” ”
8 5,0 ” ”
9 6,0 ” ”
10 7,0 ” ”
11 8, 0 Ure 2,5 gr/3 pohon "
12 9,0 Ure 2,5 gr/pohon ”
13 10,0 Ure 5 gr/3 ph ”
14 11,0 Ure 10 gr/3 phn ”

(Sumber :Sulaeman dan Raharjo, -).


c. Organisasi
Tiap golongan mahasiswa dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri dari
4-5 orang. Tiap kelompok mencoba melakukan seleksi benih karet sesuai
dengan instruksi pembimbing praktikum
d. Alat dan Bahan
Alat : bedengan pesemaian permanen ukuran 1 x 2 m
Cangkul , gembor , timba , penggaris
Bahan : biji karet, Dithane M-45, Furadan 250, mulsa , pasir , polibag
ukuran
15 x 30 cm, tanah top soil, tanah pasir, pupuk kandang
e. Prosedur Kerja
1. Setiap kelompok kelompok menyiapkan 1 bedengan pesemaian
permanen. Beri dengan Dithane M-45 dan Furadan
2. Setiap kelompok mengambil secara acak 200 biji karet kemudian
dilakukan seleksi: biji yang baik akan nampak berwarna mengkilat,
licin, berbentuk normal dan berukuran normal.
3. Benih direndam dalam fungisida selama lebih kurang 2 menit
4. Benih ditanam dengan perut benih (funiculus) menghadap ke bawah
dengan posisi horizontal dan sedikit ditekan sehingga 2/3 benih
berada dalam pasir.
5. Usahakan micropyl (pintu lembaga) menghadap ke satu arah dan
harus tetap berada sedikit di bawah permukaan pasir.
6. Biji yang sudah selesai dikecambahkan kemudian ditutup dengan
mulsa
7. Dilakukan penyiraman
8. Lakukan pemeliharaan (penyiraman) sampai biji berkecambah dan
siap ditransplanting
9. Setelah transplating dapat dilakukan pemeliharaan pembibitan yaitu
penyiraman , pemupukan, pengendalian gulma dan pengendalian
hama dan penyakit sesuai dengan kondisi tanaman yang ada di
lapang.
Jika biji yang dikecambahkan biji baik m aka biji akan
berkecambah setelah 4-7 hari. Periode perkecambahan benih karet
berlangsung sampai umur 21 hari. Biji yang tidak berkecambah lebih
dari dua puluh satu hari tidak diikutkan dalam pembibitan

f. Hasil dan Pembahasan :


Tanggal Pesemaian :
Klon :
Jumlah Biji Karet sebelum diseleksi (Jumlah Biji Mula-mula)
Jumlah Biji Karet Setelah Diseleksi :
Ciri-ciri benih karet yang baik :
Berat 100 biji karet : gram

Tabel 2 Pengamatan Biji Karet pada Beberapa Perlakuan Seleksi


Benih
Pengamatan
Perlakuan Biji mula- Biji Hasil ∑ Biji yang ∑ Biji yang
mula (200 biji
)
Seleksi Dikecambahkan berkecambah
(biji)
Pelentingan
Visual
Perendaman
Total Biji yang berkecambah umur 15 hari (daya
berkecambah)

Beri pembahasan dari hasil kegiatan seleksi yang telah saudara


lakukan. Seleksi mana yang terbaik menurut pendapat saudara untuk
budidaya karet secara besar ?

Hitung kebutuhan tanah top soil, pasir, pupuk kandang,


Hitung kebutuhan tanah top soil, pasir, pupuk kandang per kelompok
sesuai dengan jumlah bibit yang ditanam
Tabel 3 Kebutuhan Media Tanam pada Beberapa Kelompok

Kelompok Kebutuhan Media Tanam (kg)


Kelompok I Top soil =
Pasir =
Pupuk Kandang =
Kelompok II Top soil =
Pasir =
Pupuk kandang =
Kelompok III Top soil =
Pasir =
Pupuk Kandang =
Kelompok IV Top Soil =
Pasir =
Pupuk Kandang =
Jumlah Kebutuhan Top soil =
Media Untuk 4 Kelompok Pasir =
Pupuk kandang =
Rata-rata per polibag Top soil =
Pasir =
Pupuk Kandang =
Tabel 4 Kebutuhan Pupuk Bibit Karet Setelah Ditransplanting sampai
Bibit Berumur 5 Bulan
No Umur Kebutuhan pupuk (gram), cc per Total
(bulan) Tanaman Kebutuhan
Pupuk
Urea Pupuk Daun Bayfolan
1 0,5
2 1,0
3 1,5
4 2,0
5 2,5
6 3,0
7 4,0

Tabel 5 Pengamatan Bibit Karet Sampai Bulan Ke -5 (Umur 5 Bulan


Setelah Transplanting)
Kelompok Tinggi Bibit Diameter Jumlah Panjang Jumlah
( Sampel (cm) Bibit daun Akar (cm) Akar
) (cm) (cm)
1
2
3
4
5
Jumlah
Rata-rata

Buat pembahasan
Acara ke : 6,7,8 (3 acara)
Pokok Bahasan : Budidaya Tanaman Karet /Kakao
Acara : Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
(Okulasi) dan Pengamatan Hasil Okulasi
Praktikum/Praktek
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 3 X 2 jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu
 Menjelaskan syarat-syarat batang bawah dan batang atas yang dapat
dipakai dalam perbanyakan okulasi karet
 Melaksanakan okulasi sendiri
 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan
okulasi
 Mengetahui ciri - ciri okulasi yang jadi
a. Dasar Teori
Okulasi adalah salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara
menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas pada suatu
irisan dari kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi
tanaman yang baru.
Okulasi merupakan teknik pembiakan tanaman secara vegetatif
dengan cara menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman.
Okulasi bertujuan untuk menggabungkan sifat yang baik dari masing-masing
tanaman yang diokulasi sehingga mendapatkan varietas tumbuhan yang baik.
Prinsip dasar dari okulasi adalah penempelan atau penggabungan batang
bawah dengan batang bagian atas. Okulasi memerlukan teknik tersendiri
supaya tujuan okulasi dapat berhasi
Tanaman Okulasi terdiri batang bawah dan batang atas yang biasanya
berasal dari dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya. Keduanya dipaksa
untuk hidup bersama secara gotong royong , atau saling membantu seperti
halnya pada symbiosis. Untuk hidup bersama , maka pada tempat dimana
batang atas itu diletakkan pada batang bawah, maka tanaman okulasi tidak
dapat merupakan replika yang sempurna dari pohon induknya. Dari simbiosis
antara ke dua jenis tanaman itu diharapkan akan dapat diperoleh keuntungan
timbal balik. Batang atas akan dapat mempergunakan batang bawah sebagai
tempat yang baik untuk tumbuhnya.
Batang bawah dipergunakan tanaman muda di pesemaian yang tumbuh
dari biji dan telah mempunyai perakaran yang baik. Dengan akar tunggang
yang panjang maka batang akan dapat menyediakan banyak air dan zat hara
yang diperlukan untuk tumbuhnya batang atas. Sebaliknya batang atas yang
telah berdaun akan menghasilkan asimilasi atau zat organik dan mengalirkan
zat tewrsebut ke arah batang bawah untuk pertumbuhan akar.
Batang atas akan dapat tumbuh dengan baik, jika mendapat zat dari
batang bawah dalam bentuk dan perbandingan yang tepat. Syarat ini akan dapat
dipenuhi , jika sifat dari batang bawah dan batang atas tidak jauh berbeda.
Dalam kondisi itu kompatibilitas antara batang bawah dan batang atas
memegang peranan penting.

Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Okulasi


Dalam perbanyakan vegetatif memakai okulasi, keserasian perpaduan
batang bawah dan atas harus diperhatikan sebaik-baiknya demi tercapainya
produktifitas lateks yang diharapkan.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
perbanyakan vegetatif memakai okulasi diantaranya
 Sifat Spesifik Batang Bawah dan Batang Atas
Kecepatan pertumbuhan memanjang dan menebal serta jumlah payung
yang terbentuk dalam jangka waktu tertentu , adalah sifat spesifik yang terdapat
pada keturunan sesuatu jenis pohon induk.
 Aktivitas Kambium
Pembuatan okulasi akan berhasil baik, jika batang bawah dan bahan
tempelan sedang dalam stadium pertumbuhan, artinya tidak dalam keadaan
istiorahat. Umumnya musim hujan tumbuhnya tanaman cepat, pengaliran zat
makanan klancar, kambium bekerja aktif dan kulit batang dapat dilepaskan
dengan mudah dari bagian kayunya. Bilamana pada waktu itu dilakukan
penempelan, maka okulasi akan berhasil baik. Dalam musim kemarau, atau
dalam musim gugur daun, cambium sedang istirahat kulit batang melekat pada
bagian kayu. Oleh karena itu dalam praktek okulasi tidak dilakukan dalam
musim kering , tetapi awal atau akhir musim pengjhujan, pada waktu kambium
bekerja aktif.
 Umur Batang Bawah dan Batang Atas
Adanya perbedaan tebal kulit anta batang bawah dan batang atas dapat
menyebabkan tidak dapat terjadinya petautan yang sempurna

 Tehnik Okulasi
Pembuatan okulasi harus dilakukan dengan baik dan cepat. Perhatian
hendaknya banyak dicurahkan terhadap pekerjaan :
a. Pembuatan jendela pada batang bawah
b.Bahan tempelan
c. Penempelan dan pembalutan
d.Penyerongan
Syarat utama dalam pembuatan okulasi adalah mata temple
harus melekat kuat sedemikian rupa, sehingga terjadi pertautan atau kontak
yang rapat antara kambium batang bawah dan batang atas.
 Pengaruh Keadaan Luar
Keadaan tanah yang kering dan panas terik dapat memperlambat
pertumbuhan , atau menggagalkan okulasi, sedangkan iklim yang terlalu
basah dapat menyebabkan pembusukan.
 Mikro organisme
Untuk menghindari infeksi , maka pisau yang dipakai untuk membuat
okulasi harus bersih dan tajam.

c. Organisasi
Praktikum dilaksanakan secara mandiri setiap mahasiswa mendapatkan 4
tanaman karet dan 4 tanaman kakao yang siap untuk diokulasi.
d. Alat dan Bahan
Alat : pisau, batu asah
Bahan : batang bawah (berumur ± 7 bulan (berdiameter1,0 -1,
5 cm)
Entres (mata prima yang diambil) keadaan diameter batang
hampir sama dengan diameter batang bawah ( 1,0 - 1,5 cm)
Serbet , pembalut okulasi (plastik es lilin =
1gulung/golongan), alkohol 70%

e. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Praktikum
Tahap-tahap Pelaksanaan Okulasi

 Setiap mahasiswa membuat okulasi sebanyak 8 tanaman (4 karet, 4


kakao)
 Bersihkan batang bawah dari kotoran, kerjakan semua untuk tiga
tanaman
 Sterilkan pisau memakai alcohol
 Buat jendela sesuai dengan jenis okulasi yang dilakukan . Tinggi
jendela adalah ± 10 cm dari tanah. Ukuran jendela 2 x 4 cm atau sesuai
ketebalan kulit dari tanaman yang akan diokulasi. Lakukan langsung
pada 3 batang bawah yang telah disediakan.
 Biarkan lateks menetes (keluar semua) (untuk karet). Untuk kakao
tidak perlu menunggu seperti karet , karena kakao tidak mengeluarkan
lateks. Jendela jangan dibuka terlebih dulu sehingga tidak kemasukan
kuman yang dapat menyebabkan kegagalan okulasi.
 Pengambilan mata entres. Mata entres diambil dari mata prima dengan
ukuran minimal sama dengan ukuran jendela yang dibuat. Dalam
pengambilan mata diusahakan pisau harus steril dan tajam. Pisau
tumpul dapat menyebabkan mata okulasi yang diambil menjadi pecah.
 Bersihkan getah yang keluar akibat pembuatan jendela , diusahakan
jangan sampai ada kotoran masuk. Selanjutnya tempelkan mata okulasi
yang diambil dan balutlah jendela dengan tali plastik. Pembalutan
tempelan dilakukan dari bawah ke atas (seperti memasang genting)
sehingga air hujan tidak masuk.
Penyerongan merupakan pekerjaan pemotongan batang bawah
hasil okulasi yang telah hidup. Pekerjaan ini basanya dilaksanakan pada
waktu berumur ±1 bulan setelah bibit diokulasi.
Penyerongan batang bawah akan menyebabkan pengaliran zat
makanan terhenti, sehingga mata tempelan dapat mempergunakan zat
makanan yang tersedia di dalam batang bawah. Hal ini akan mengakibatkan
pertumbuhan mata sehingga akan terbentuk batang baru.
Pemeriksaan Okulasi
Pemeriksaan hasil okulasi dilaksanakan tiga kali

 Pemeriksaan I dilakukan pada umur 2 minggu setelah okulasi


 Pemeriksaan II dilaksanakan pada umur 2 minggu setelah pemeriksaan I
 Pemeriksaan III dilakukan pada umur 20 hari setelah pemeriksaan II.
 Keterangan : pemeriksaan ke 2 dan 3 dilaksanakan di luar jam praktikum

c.Organisasi

Praktikum dilaksanakan mandiri.

d. Bahan dan Alat

Bahan : Bibit karet, bibit kakao


entres karet, entres kakao
plastik gulung buat okulasi, alkohol 70%,
Atonik , serbet
Alat : pisau okulasi, gunting pangkas, batu asah

e. Prosedur Kerja

Prosedur Kerja Praktikum


Tahap-tahap Pelaksanaan Okulasi

 Setiap mahasiswa membuat okulasi sebanyak 8 tanaman (4 karet, 4


kakao)
 Bersihkan batang bawah dari kotoran, kerjakan semua untuk tiga
tanaman
 Sterilkan pisau memakai alkohol
 Buat jendela sesuai dengan jenis okulasi yang dilakukan . Tinggi jendela
adalah ± 10 cm dari tanah. Ukuran jendela 2 x 4 cm atau sesuai
ketebalan kulit dari tanaman yang akan diokulasi. Lakukan langsung
pada 3 batang bawah yang telah disediakan.
 Biarkan lateks menetes (keluar semua) (untuk karet). Untuk kakao tidak
perlu menunggu seperti karet , karena kakao tidak mengeluarkan lateks.
Jendela jangan dibuka terlebih dulu sehingga tidak kemasukan kuman
yang dapat menyebabkan kegagalan okulasi.
 Pengambilan mata entres. Mata entres diambil dari mata prima dengan
ukuran minimal sama dengan ukuran jendela yang dibuat. Dalam
pengambilan mata diusahakan pisau harus steril dan tajam. Pisau tumpul
dapat menyebabkan mata okulasi yang diambil menjadi pecah.
 Bersihkan getah yang keluar akibat pembuatan jendela , diusahakan
jangan sampai ada kotoran masuk. Selanjutnya tempelkan mata okulasi
yang diambil dan balutlah jendela dengan tali plastik. Pembalutan
tempelan dilakukan dari bawah ke atas (seperti memasang genting)
sehingga air hujan tidak masuk
f.Pengamatan

Tabel 6 Pengamatan Okulasi Karet Tanaman ( 1 ) Tanggal Okulasi


Waktu Pengamatan Hasil Okulasi Keterangan
Okulasi (Umur)
Hidup Mati Ciri-ciri
/H /M
Pengamatan I
(Umur)

Pengamatan II
(Umur)

Pengamatan III
(Umur)

Penyerongan
(Umur)

Mata Tunas
Melentis
(Umur)

Keberhasilan = .........................%

Tabel 7 Waktu Okulasi Bibit Karet

Okulasi Waktu Okulasi


(Bibit) (Menit)
1
2
3
4
Jumlah
Rata -rata

Tabel 8. Pertumbuhan Tunas Hasil Penyerongan Minggu II – VIII Bibit


Karet Hasil Penyerongan
Pengamatan
Tanaman Pertumbuhan Mata Tunas
Minggu II Minggu IV Minggu VI Minggu VIII
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Pembahasan : bahas hasil pengamatan , bandingkan dengan teori yang telah
saudara pelajari
Kesimpulan : simpulkan hasil pengamatan saudara.

Tabel 9 Pengamatan Okulasi Kakao Tanaman 1 dst


Tgl Pengamatan Hasil Okulasi Keterangan
Okulasi (Umur)
Hidup Mati Ciri-ciri
/H /M
Pengamatan
I (Umur)

Pengamatan
II (Umur)

Pengamatan
III (Umur)

Penyerongan
(Umur)

Mata Tunas
Melentis
(Umur)

Tabel 10 Waktu Okulasi Bibit Kakao (menit)

Okulasi Waktu Okulasi


(Bibit) (Menit)
1
2
3
4
Jumlah
Rata -rata
Tabel 11. Pertumbuhan Tunas Hasil Penyerongan Minggu II – VIII Bibit
Karet Hasil Penyerongan
Pengamatan
Tanaman Pertumbuhan Tunas
Minggu II Minggu IV Minggu VI Minggu VIII
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4

Pembahasan : bahas hasil pengamatan , bandingkan dengan teori yang telah


saudara pelajari
Kesimpulan : simpulkan hasil pengamatan saudara.
Acara ke : 9, 10
Pokok Bahasan : Perbanyakan Karet Secara Vegetatif
Acara Praktikum : Membuat Bibit Dengan Akar Ganda,
Pengamatan Hasil Akar Ganda
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 1 X 2 Jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman
_________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
 Mahasiswa dapat mengenal perbanyakan tanaman karet secara akar ganda
 Mahasiswa dapat membuat akar ganda pada karet
b. Dasar Teori .
Perbanyakan karet dapat dilakukan baik secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan secara generatif biasanya digunakan sebagai batang
bawah untuk dilanjutkan lagi dengan cara disambung dan diokulasi. Ini
disebabkan sifat penyerbukan tanaman karet adalah silang sehingga apabila
dilakukan secara generatif kadang kadang sifat tanaman tidak sesuai dengan
induknya. Selain dengan sambung dan okulasi perbanyakan karet bisa
dilakukan secara setek dan cangkok. Masing-masing perbanyakan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sampai sekarang perbanyakan yang
tetap dipertahankan di perkebunan karet adalah dengan okulasi.
Ada tekhnik lain yang pernah dicoba yaitu dengan akar ganda, artinya pada
saat bibit stadia pancing , 2 stadia tersebut digabung, setelah tumbuh baru
dipilih bibit yang terbaik yang dipertahankan. Alasan dilakukan penggabungan
tersebut adalah nantinya tanaman karet akan mempunyai 2 akar tunggang,
dengan demikian diharapkan tanaman dapat tumbuh lebih kokoh, penyebaran
akar lebih luas sehingga tanaman diharapkan tumbuh lebih sehat , kuat dan
subur
c.Organisasi
Praktikum dilakukan secara mandiri, masing masing mahasiswa
membuat 3 akar ganda
d.Alat dan Bahan

Alat : silet
Bahan : bibit karet stadia jarum yang sama panjangnya
pembungkus sambung dini (parafilm), label,spidol permanent
polibag ukuran 15 x 30 cm, furadan, Dhitane M-45

f. Prosedur Kerja
 Cari bibit karet stadia pancing yang sama panjang
 Sayat batang bibit masing-masing bagian sampingnya
 Gabungkan batang ke dua bibit tersebung
 Tali/ikat yang erat kedua batang bibit tersebut
 Proses pembuatan akar ganda telah selesai
 Amati 2 minggu kemudian
 Ulangi pengamatan 2 minggu berikutnya
Acara ke : 11,12
Pokok Bahasan : Budidaya Tanaman Kopi
Acara Praktikum : Setek Sambung, Pengamatan Hasil Setek
Sambung
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 2 X 2 Jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu untuk :
 Mengetahui tujuan dilakukan perbanyakan dengan memakai setek sambung
 Membuat setek sambung
b. Dasar Teori
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara generatif menggunakan
benih atau biji dan dengan cara vegetatif atau klonal. Perbanyakan tanaman
kopi secara generatif lebih umum dilakukan karena mudah dalam
pelaksanaannya, dan lebih singkat mencapai umur bibit siap tanam
dibandingkan bibit dari perbanyakan klonal.

Keunggulan perbanyakan kopi secara klonal adalah sebagai berikut


 : Mutu hasil yang seragam.
 Memiliki sifat genetik yang sama dengan tanaman tetuanya.
 Mutu hasil yang seragam.

 Memanfaatkan dua sifat unggul batang bawah dan batang atas.


 Memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal.
Perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan adalah
sambungan dan setek. Penyambungan bibit kopi memiliki tujuan untuk
memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama
nematode parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu produksi tinggi
maupun mutu biji baik.
Perbanyakan kopi dengan setek sambung pada kopi dilakukan dengan
tujuan ; setek yang dilakukan pada batang bawah untuk menghasilkan tanaman
klonal yang sulit dilakukan yang diharapkan sama dengan induknya..Ini sulit
dilakukan terutama pada kopi Robusta dimana jenis ini mempunyai sistim
penyerbukan silang. Sedangkan sambung pada batang atas untuk mencari benih
yang dihasilkan dengan sifat unggul.
c.Organisasi
Kegiatan membuat setek sambung dilakukan secara mandiri. Setiap anak
membuat 3 setek sambung. Hasil setek sambung tiap kelompok dijadikan satu
dan dilakukan penyungkupan per kelompok.

d.Alat dan Bahan

Alat : pisau okulasi, gunting pangkas,


Bahan : entres kopi, Rootone, plastic gulungan
spidol permanen, plastik sungkup
tanah top soil, tanah pasir, pupuk kandang
e.Pelaksanaan
 Ambil entres dari kebun induk yang berumur 3-6 bulan (tidak terlalu tua
dan tidak terlalu muda)
 Buat setek 2 ruas dengan kemiringan 45o. untuk batang bawah sedangkan
batang atasnya dibuat rata. Bahan entres yang dipakai adalah ruas ke 2-4
dari pucuk
 Buat entres yang akan dipakai sebagai batang atas
 Kupir daun apabila daun lebar-lebar untuk mengurangi penguapan
 Iris batang bawah
 Buat irisan miring batang atas, membentuk huruf V
 Masukkan irisan batang atas pada batang bawah
 Ikat rapat.
 Batang bawah dicelupkan pada pasta Rootone yang sudah dipersiapkan
 Tanam dalam polibag yang berisi campuran tanah, top soil, pasir : 1 : 1 :1
 Siram
 Sungkup
 Lakukan pemeliharaan bibit setelah setek umur ± 3 bulan dilakukan penye-
suaian dengan membuka sungkup secara bertahap, dan pada umur ± 4 bulan
setek dipindahkan ke pembibitan.
 Bibit setek siap tanam di kebun setelah \berumur + 7 bulan di pembibitan.
Tabel 12. Pengamatan Hasil Setek Sambung Kopi
Tanaman Pengamatan I Pengamatan II Keterangan
Hidup Mati Hidup Mati
1

Tabel 13 Pengamatan Setek Sambung (SS)Kopi Masing-masing


Kelompok Umur 4 Bulan
Kelompok Jumlah SS Jumlah Rata-rata Panjang Rata-rata
Akar Jumlah Akar Akar (cm) Panjang
(%) Akar

(cm)
I
II
III
IV
Jumlah
SS
Hidup
Rata-rata
SS Hidup

Buat pembahasan hasil praktikum saudara


Acara ke : 13 , 14, 15, 16
Pokok Bahasan : Budidaya Tanaman Kopi/Kakao
Acara Praktikum : Sambung Pucuk Kopi/Kakao/ Pengamatan Hasil
Sambungan Kopi/ Kakao
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 4 X 2 Jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu
a. Menjelaskan difinisi sambung pucuk
b. Menjelaskan , memilih entres untuk membuat sambung pucuk
b. Membuat sambung pucuk
c Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan
sambung pucuk
b.Dasar Teori
Sambungpucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara
perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian
vegetatif (cabang/ranting) yang berasal daritanaman lain.
Kegiatan sambung pucuk kerap digunakan dengan menggabungkan
batang bawah dan batang atas. Batang bawah diharapkan menjadi batang
yang tahan terhadap patogen tanah dan kokoh sedangkan batang atas
merupakan bagian yang memilki karakter produksi yang diinginkan. Batang
bawah biasanya dipakai dari tanaman yang tumbuh dari biji sehingga
perakarannya lebih kuat. Akan tetapi, batang bawah yang berasal dari biji
memiliki karakter yang berbeda (segregasi).
Pada tanaman kakao perpaduan dari bagian tanaman yang disatukan
akan berkembang membentuk tanaman jenis baru, dengan kelebihan yang
dimilikinya antara lain : keunggulan dari segi perakaran, masa berbuah lebih
cepat, ukuran tanaman yang lebih pendek,memiliki sifat genetis yang berasal
dari induknya misalnya ukuran buah, daging yang tebal dan rasa manis
sertaterhadap penyakit. Bahan yang dibutuhkan dalam proses penyambungan
ini adalah bagian tanaman yang akan di sambung atau disebut batang atas
(entres)bisa tunas pucuk atau tunas samping.bagian bawah yang menerima
sambungan di sebut Batang Bawah(understock).cara mendapatkan batang
bawang dengan penyemaian biji tanaman lokal yg memilki perakaran yg baik
dan tahan terhadap serangan busuk akar.
Menurut Misnawi dkk, 2015 mengatakan bahwa tanaman asal
cabang plagiotrop mempunyai ciri-ciri bahan tanam ini lazimnya berasal dari
sambung pucuk (grafting) , tanaman tidak memiliki jorket, mulai permukaan
tanah sudah menumbuhkan cabang (menyemak-bushy).
Batang Atas
1. Entres (mata tunas) , diambil dari entres klon-klon unggul
2. Entres berupa cabang Orhotrop atau plagiotrop , namun yang banyak
adalah berasal dari cabang plagiotrop karena ketersediaan bahan
Batang Bawah
1. Bibit dari batang bawah merupakan semaian benih yang diambil dari
kebun benih yang telah ditetapkan
2. Batang bawah siap disambung umur 3-4 bulan

c.Organisasi
Tiap mahasiswa membuat 3 sambung pucuk kopi dan 3 sambung
pucuk kakao kemudian masing2 kelompok menghitung jumlah bibit hasil
sambung pucuk yang hidup.

d.Alat dan Bahan


Alat : pisau , gergaji pangkas,
Bahan : bibit kakao , bibit kopi, entres kakao, entres kopi
spidol permanent, plastic gulung, plastic sungkup

Prosedur Kerja
1. Batang bawah dipotong datar dengan menyisakan 4-5 helai daun
kemudian bagian yang terpotong disayat vertikal dengan pisau tajam
sepanjang 3-5 cm.
2. Entres atas disiapkan dengan cara memotong-motong menjadi 2-3 mata
tunas untuk setiap sambungan, kemudian bagian pangkal entres disayat
miring pada kedua sisinya sehingga bentuknya runcing seperti baji.
3. Pangkal entres yang runcing disisipkan pada belahan batang bawah,
salah satu sisi entres harus menyatu dengan salah satu sisi batang bawah
agar terjadi pertautan yang sempurna antara kambium batang bawah dan
batang atas
4. Pertautan diikat erat dengan tali lalu entres ditutup dengan kantong
plastik untuk menjaga kelembaban udara
5. Setelah 1-2 minggu sejak penyambungan dilakukan pemeriksaan okulasi.
Sambungan hidup ditandai dengan munculnya tunas baru ± 1-2 cm.
Sungkup dibuka tetapi tali pengikat tetap dipertahankan hingga pertautan
antara batang bawah dan batang atas sempurna
6. Sambungan yang gagal atau mati, bibit batang bawah dapat disambung
kembali hingga beberapa kali selama batang bawah masih memiliki
minimal dua helai daun
7. Bibit siap tanam saat umur bibit 3-4 bulan setelah penyambungan
dengan kriteria :
a. Tinggi bibit = 35 -50 cm
b. Diameter bibit = 0,25 – 0,5 cm
c. Jumlah Daun = 4 – 8 helai

f.Pengamatan
Tabel 14 Hasil Pengamatan Bibit Sambung Pucuk Kakao (1 bulan)
Kelompok Σ bibit yang Sambung pucuk Sambung pucuk
disambung yang hidup yang hidup(%)
I
II
III
IV
Jumlah
Rata-rata

Tabel 15 Hasil Pengamatan Bibit Sambung Pucuk Kopi (1 bulan)


Kelompok Σ bibit yang Sambung pucuk Sambung pucuk yang
disambung yang hidup hidup(%)
I
II
III
IV
Jumlah
Rata-rata

Tabel 16 Hasil Pengamatan Bibit Sambung Pucuk Kakao (1 bulan), Rata-


rata per Tanaman
Kelompok Pertumbuhan Tunas Panjang Akar (cm) Jumlah Akar
(cm)

Panjang Σ Daun
Tunas (cm)
I
II
III
III
Jumlah
Rata-rata

Tabel 17 Hasil Pengamatan Bibit Sambung Pucuk Kopi (1 bulan), Rata-


rata per Tanaman

Kelompok Pertumbuhan Tunas Panjang Akar (cm) Jumlah Akar


(cm)

Panjang Σ Daun
Tunas (cm)
I
II
III
III
Jumlah
Rata-rata
Acara ke : 17,18,19
Pokok Bahasan : Pembibitan Lada
Acara Praktikum : Perbanyakan Lada Dengan Setek, Pemeliharaan
Stek lada
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 3 X 2 Jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu :
 Memilih bahan tanam stek lada dengan benar.
 Melaksanakan persemaian dan pembibitan tanaman lada dengan baik dan
benar.

a. Dasar Teori
Merica atau lada merupakan nama/sebutan daerah untuk tanaman
yang bernama latin Piper nigrum L. yang berasal dari India. Nama merica
digunakan di daerah Sumatra Barat dan Sulawesi, di Jawa Tengah dan Timur
disebut merico, di Jawa Barat disebut pedes, sedangkan di Bangka-Belitung dan
Kalimantan dikenal dengan sebutan sahang. Buah merica Indonesia sudah dikenal
dunia sejak sebelum Perang Dunia Kedua. Saat itu daerah penghasil utama merica
adalah Lampung yang memproduksi merica hitam yang dikenal dunia dengan
sebutan 'Lampung black pepper', dan Bangka-Belitung yang memproduksi
merica putih yang dikenal dengan sebutan 'Muntok white pepper'.
Saat ini tanaman merica telah tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan
Sulawesi. Serangan hama dan patogen penyakit menyebabkan produktivitas
tanaman merica menjadi rendah. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan
patogen penyakit dapat ditekan dengan melakukan budidaya anjuran yang
bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan benar dan tepat.
Tanaman lada merupakan tanaman rempah yang berasal dari daerah India.
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi lada, dapat bersaing di
tingkat dunia, maka dilakukan sitem budidaya yang baik dan benar dengan
mempertimbangkan dan meningkatkan strategi potensi sumber daya alam,
lingkungan dan sosial ekonomi. Dengan sistem tersebut diharapkan
Mampu menghasilkan lada berkualitas tinggi (bebas dari senyawa/polutan an
organik racun), melalui penggunaan varietas unggul, sehat, tahan hama penyakit,
memaksimalkan penggunaan pupuk organik, menggunakan pestisida nabati dan
penggunaan agensia hayati,
( Sulkani, 2013).
Syarat – syarat tumbuh untuk tanaman lada adalah iklim tropis, tinggi tempat 0
s/d 1.000 meter dari peremukaan laut, namun idealnya 0 s/d 600 m dpl, kisaran
relatif udara yang optimal antara 80 % - 90 %, curah hujan tahunan yang optimal
antara 2.000 – 2.500 mm/tahun, struktur tanah gembur, tekstur tanah lempung
gembur, lempung berpasir, lempung liat berdebu, tebal solum mencapai
kedalaman 50 cm, pH tanah 6 – 7, drainase dan kelembaban tanah baik.
Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur panca
usaha pertanian yang utama dalam upaya meningkatkan produksi, penggunaan
benih unggul dalam proses budidaya tanaman dapat meningkatkan kuantitas
produksi juga dapat memperbaiki kualitasnya untuk memperoleh calon benih yang
bermutu tinggi.
Perbanyakan vegetatif terbagi dua cara yaitu perbanyakan dengan
menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan, pembiakan vegetatif jenis
ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang terdidik. Sedangkan
untuk jangka pendek dimana kemampuan biaya terbatas maka solusinya adalah
dengan perbanyakan vegetatif makro, perbanyakan makro seperti stek, sambungan
dan cangkok muda dipelajari dan tidak begitu membutuhkan teknologi yang
canggih. Cara ini dapat diterapkan dengan mudah dalam pemeliharaannya dan
memenuhi kaidah perbanyakan vegetatif secara standar. ( Pudjiono, 2000 )

Bahan Tanam

Bahan tanam ( varietas ) lada yang dianjurkan adalah berasal dari benih
bina yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Varietas lada yang telah dilepas
adalah : Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling 2, Lampung daun kecil,
Bengkayang dan Chunuk.
Perbanyakan tanaman lada dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif
1. Perbanyakan secara generatif
Perbanyakan tanaman lada berasal dari biji tidak dianjurkan karena lada
relatif cepat berkurang daya tumbuhnya serta hasil semaian beraneka ragam
bentuk dan sifat
2. Perbanyakan secara vegetatif
Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan stek batang atau sulur panjat
merupakan metode yang direkomendasikan karena efisien dalam
menggunakan stek dan menghasilkan benih yang baik dan seragam.

Teknologi Pemilihan Benih


Stek lada diambil dari sulur panjat yang sudah berkayu tetapi tidak terlalu tua
berasal dari pohon induk varietas unggul belum/tidak berproduksi, sehat, tanpa
gejala serangan hama dan penyakit, kemudian dicuci dengan air mengalir.
Untuk memperbanyak lada dapat menggunakan stek 5 – 7 atau 1 buku,
penentuan jumlah stek yang akan digunakan disesuaikan dengan ketersediaan
sulur panjat untuk benih, jika sulur panjat tersedia cukup banyak maka
dianjurkan menggunakan stek 5 – 7 buku. Namun jika ketersediaannya terbatas
dapat menggunakan stek 1 buku yang dapat dipelihara terlebih dahulu di
persemaian.

b. Organisasi
Kegiatan praktikum dilaksanakan secara kelompok, setiap kelompok
melaksanakan persiapan persemaian (membuat sungkup), memilih bahan
tanaman, dan pembibitan lada).

c. Alat dan Bahan


 Alat : Cangkul, Parang, Meteran, Gunting pangkas, Carter, Timba,
Ayakan, Linggis, dan Gelas ukur.
 Bahan Tanam : Sulur Panjat, Sulur Produksi, Rootone, Fungisida,
Insektisida, gula putih, Pasir, Kompos/Pupuk Kandang, tanah top soil
,Bambu, Plastik meteran putih, dan Polybag ukuran 20 x 30 cm
d. Prosedur Kerja
1. Cara membuat stek 5 – 7 buku
 Menanam tajar hidup tanaman gliriside atau kelor.
 Sulur panjat dipotong – potong menjadi stek 5 – 7 buku
 Stek dicelupkan kedalam larutan fungisida sekitar 2 g/l air selama kurang
5 menit untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi penyakit
 Pangkal stek dioles dengan larutan rootone yang sudah dibuat pasta.

 Stek 5 – 7 buku dapat langsung ditanam di lapangan

2. Cara membuat stek 1 buku

 Penggunaan stek satu buku berdaun tunggal harus disemaikan terlebih


dahulu pada polibag berukuran 12 x 15 cm sampai tumbuh menjadi 5 – 7
buku.

 Setek panjang dipotong menjadi stek satu buku berdaun tunggal.

 Kemudian direndam dalam larutan gula ( 1 - 2 % atau 10 – 20 g/l air )


selama 1/2 - 1 jam.
 Stek diolesi dengan pasta rootone

 Stek disemai dalam polibag berukuran 12 x 15 cm yang berisi media tanam


campuran tanah atas (top soil) dengan pupuk kandang dan pasir kasar
atau sekam padi dengan perbandingan 2:1:1 atau 1:1:1

 Stek yang sudah ditanam dalam polibag disimpam ditempat persemaian


yang ternaungi (intensitas sinar matahari 50 – 75 %)

 Naungan persemaian dapat terbuat dari daun kelapa, alang – alang atau
paranet.

 Untuk mempertahankan kelembaban lingkungan maka diperlukan sungkup


plastik dengan kerangka bambu setinggi lebih kurang 1 m. Penyinaran
dilakukan 2 hari sekali dengan menggunakan ember/gembor. Sungkup
dibuka setiap pagi ( jam 09,00 – 10.00 ) selama 1 jam.
 Apabila telah tumbuh 2 – 3 daun baru, setiap benih harus diberi tegakan
dari bambu agar tumbuh akar lekat disetiap bukunya, sungkup plastik
kemudian dibuka
 Benih siap ditanam apabila stek telah mencapai 5 -7 buku.

Gambar 1 : bahan tanam untuk stek

Gambar 2 : pembibitan lada

Gambar 3 : stek 1 buku


Gambar 2 : stek 5 – 7 buku

f. Hasil dan Pembahasan


 Pemeliharaan dilakukan setiap 2 hari sekali dengan penyiraman.

 Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, catat data hasil pengamatan.

35
Tabel 18 . Pengamatan Setek Lada Satu Ruas Daun Umur 3 Bulan
Penanaman Pengamatan Setek Setelah Berumur 3 Bulan
Setek /tgl
Kondisi Kondisi Panjang Diameter Jumlah
setek Akar Setek Tunas (cm) Tunas (cm) Daun
(hidup/mati)

Dibahas hasilnya..............................................................................

Tabel 19 . Pengamatan Setek Lada Lima Ruas Daun Umur 3 Bulan


Penanaman Pengamatan Setek Setelah Berumur 3 Bulan
Setek /tgl
Kondisi Kondisi Panjang Diameter Jumlah
setek Akar Setek Tunas (cm) Tunas (cm) Daun
(hidup/mati)

Dibahas hasilnya..............................................................................

36
. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1985. Pedoman Bercocok Tanam Karet. Departemen Pertanian Direktorat


Jendral Perkebunan

Abdul Mukti Nur dkk, (2015), Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi , Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Bambang Sardjono. 2000. Vademecum Budidaya Karet. PT. Perkebunan XII

Fatimah, T. 1987. Budidaya Tanaman Karet Di. PT. Perkebunan XIII Cikumpay
Subang. Jawa Barat. Polytechnic Education Development Center For
Agriculture (PEDCA) Bidang Studi Budidaya Tanaman Perkebunan . Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran..

Fatimah, T. 2009. Budidaya Tanaman Karet (Perbanyakan Tanaman Karet ) Progam


Studi Produksi Tanaman Perkebunan. Politeknik Negeri Jember (Diktat)

Heru,Didik & Antok A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agro Media Pustaka.
Jakarta James.
http://rikimulya.blogspot.co.id/2012/01/teknik-sambung-pucuk-pada-budidaya.html.
diakses tanggal 21 Pebruari 2017

htt://wisahya.blogspot.co.id/2011/10/teknik-sambung-pucuk.html diakses tanggal 21


Pebruari 2017

https://iccri.net/download/Leaflet%20Kopi/Kopi/2.%20perbanyakan%20klonal%20kopi
%20 2010.pdf diakses 22 Pebruari 2017

http://www.jitunews.com/read/11543/teknik-jitu-perbanyakan-klonal-kopi-secara-
konvensional diakses 22 Pebruari 2017

.http://budidayakopi.com/cara-stek-batang-tanaman-kopi-unggul/ diakses 22 Pebruari


2017

http://erikjonsitanggang.blogspot.co.id/2012/08/pembiakan-kopi-secara-
vegetatif_5441.html diakses 22 Pebruari 2017
https://yegiaproli.wordpress.com/2012/08/27/kopi-sambung-stek/diakses 22 Pebruari
2017

37
Misnawi, Agung Wahyu Susilo, John Bako Baon, A. Adi Prawoto, Endang Sulistyowati,
(2015), Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Abdul Mukti Nur dkk, (2015), Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi , Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Nandang Sulaeman , Rahardjo, 1982 . Bercocok Tanam Karet. Lembaga Penelitian


Perkebunan. Yogyakarta

Sardjono ,B. 2000. Vademecum Budidaya Karet. PT. Perkebunan XII.

Setiawan, Andoko 2005.Petunjuk Lengkap Budidaya Tanaman Karet. Penebar


Swadaya. Jakarta.

38
39

Anda mungkin juga menyukai