b. Dasar Teori
Mutu biji karet terdiri dari 3 yaitu mutu genetis , mutu fisik dan mutu
fisiologis. Mutu genetik adalah kebenaran jenis atau klon. Mutu fisik adalah
kebenaran fisik benih itu dan mutu fisiologis ditunjukkan oleh viabilitas biji.
Viabilitas biji adalah daya hidup biji yang dapat ditunjukkan melalui
pertumbuhan dan gejala metabolisme. Penentuan/pengujian viabilitas biji
karet sebelum dan sesudah pengiriman pada saat perkecambahan adalah
penting. Pengujian viabilitas biji karet dapat dilakukan dengan metode daya
kecambah dan kesegaran. Uji daya kecambah merupakan metode uji yang
paling obyektif.
Uji Kenampakan
Biji yang baik akan nampak berwarna mengkilat, licin,
berbentuk normal dan berukuran normal.
Secara morfologis (visual) , biji yang berkecambah ditandai
dengan terlihatnya radicula (calon akar) atau plumula menonjol ke luar
dari biji. Tipe perkecambahan benih adalah Tipe Hipogeal , dimana
munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang ke atas permukaan tanah , sedangkan kotiledon tetap
berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.
Benih dikatakan baik jika :
1. Mempunyai daya kecambah 90%
2. Murni, warna mengkilat
3. Melenting
4. Tidak terserang atau membawa hawa penyakit
5. Tidak tercampur benda asing lain
Macam-macam Biji Hasil Perbanyakan Tanaman Karet
1. Biji Legitim (legitimate Seed)
Biji legitim adalah biji yang diperoleh dari kebun induk yang
proses penyerbukannya diketahui secara pasti darimana tepung sari itu
berasal .
2. Biji Propelegitim
Biji propelegitim (hampir legitim) diperoleh dari kebun induk
biji yang pohon induknya diketahui secara pasti , akan tetapi pohon
bapaknya hanya kira-kira saja, yaitu klon-klon yang berbunga pada
saat yang bersamaan dan letaknya berdekatan dengan pohon induk
tersebut. Biji propelegitim diperoleh dari kebun biji bi klon, yang
terdiri dari dua jenis unggul yang mudah berkawin silang.
3. Biji Illegitim (Illegitim Seed)
Biji illegitim diperoleh dari pohon induk tertentu yang diketahui
sifat-sifatmnya, akan tetapi tumbuhnya tercampur dengan berbagai
jenis klon lainnya yang dapat menyerbuki klon tersebut, sehingga biji
yang dihasilkan tidak diketahui seacra pasti darimana tepung sari itu
berasal.
4. Biji Sapuan
Biji sapuan adalah biji campuran dari berbagai jenis, yang telah jatuh dari
pohon dan kemudian dikumpulkan, tanpa diketahui sama sekali pohon induk serta
bapaknya. Biji tersebut biasanya bermutu rendah. Variabilitasnya besar, baik
dalam hal pertumbuhan , produksi diperlukan bibit yang bermutu tinggi, biji
sapuan itu sangat tidak homogen, maka pemakaian biji untuk tujuan penanaman
tidak dianjurkan.
Media pesemaian karet biasanya menggunakan pasir. Ini bertujuan untuk
memudahkan pencabutan bibit pada saat transplanting.
Media tanam merupakan tempat yang digunakan tanaman sebagai tempat akar
atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang . Media tanam merupakan tempat
berpegangnya akar agar tanaman nanti dapat tumbuh dan berkembang dengan
sempurna.
Keuntungan pembibitan polibag adalah
1) Pertumbuhan tanaman di lapangan lebih seragam dan pertumbuhan kuat
.Persentase kematian sangat rendah bahkan tidak ada,
2) Pertumbuhan akar lebih sempurna dan pada saat dipindahkan tidak ada
stagnasi pertumbuhan akar.
3) Seleksi klon lebih mudah dilaksanakan
4) Bibit yang dipindahkan dapat merupakan bibit yang benar-benar baik.
Benih karet yang dikecambahkan akan berkecambah setelah 4-7 hari.
Pemupukan Pembibitan
Tabel 1 Pemupukan Pembibitan Karet
No
Um umur Pup Pupuk dan Dosis Ket Keterangan
bibit
(bl)
1 0,5 Ure 10 g/15 l air, 250 ph Dis dibenamkan
2 1,0 Bay bayfoplan 20 cc/10 l, 4l/ha
Pu pupuk daun
3 1,5 ”” Pup pupuk daun
4 2,0 ” Pup pupuk daun
5 2,5 bayfolan 20 cc/10 l, Pup pupuk daun
4-5 l/ha
6 3,0 bayfolan , Urea Dise
2,5 disemprot
g/pohon
7 4,0 ” ”
8 5,0 ” ”
9 6,0 ” ”
10 7,0 ” ”
11 8, 0 Ure 2,5 gr/3 pohon "
12 9,0 Ure 2,5 gr/pohon ”
13 10,0 Ure 5 gr/3 ph ”
14 11,0 Ure 10 gr/3 phn ”
Buat pembahasan
Acara ke : 6,7,8 (3 acara)
Pokok Bahasan : Budidaya Tanaman Karet /Kakao
Acara : Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
(Okulasi) dan Pengamatan Hasil Okulasi
Praktikum/Praktek
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 3 X 2 jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu
Menjelaskan syarat-syarat batang bawah dan batang atas yang dapat
dipakai dalam perbanyakan okulasi karet
Melaksanakan okulasi sendiri
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan
okulasi
Mengetahui ciri - ciri okulasi yang jadi
a. Dasar Teori
Okulasi adalah salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara
menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas pada suatu
irisan dari kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi
tanaman yang baru.
Okulasi merupakan teknik pembiakan tanaman secara vegetatif
dengan cara menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman.
Okulasi bertujuan untuk menggabungkan sifat yang baik dari masing-masing
tanaman yang diokulasi sehingga mendapatkan varietas tumbuhan yang baik.
Prinsip dasar dari okulasi adalah penempelan atau penggabungan batang
bawah dengan batang bagian atas. Okulasi memerlukan teknik tersendiri
supaya tujuan okulasi dapat berhasi
Tanaman Okulasi terdiri batang bawah dan batang atas yang biasanya
berasal dari dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya. Keduanya dipaksa
untuk hidup bersama secara gotong royong , atau saling membantu seperti
halnya pada symbiosis. Untuk hidup bersama , maka pada tempat dimana
batang atas itu diletakkan pada batang bawah, maka tanaman okulasi tidak
dapat merupakan replika yang sempurna dari pohon induknya. Dari simbiosis
antara ke dua jenis tanaman itu diharapkan akan dapat diperoleh keuntungan
timbal balik. Batang atas akan dapat mempergunakan batang bawah sebagai
tempat yang baik untuk tumbuhnya.
Batang bawah dipergunakan tanaman muda di pesemaian yang tumbuh
dari biji dan telah mempunyai perakaran yang baik. Dengan akar tunggang
yang panjang maka batang akan dapat menyediakan banyak air dan zat hara
yang diperlukan untuk tumbuhnya batang atas. Sebaliknya batang atas yang
telah berdaun akan menghasilkan asimilasi atau zat organik dan mengalirkan
zat tewrsebut ke arah batang bawah untuk pertumbuhan akar.
Batang atas akan dapat tumbuh dengan baik, jika mendapat zat dari
batang bawah dalam bentuk dan perbandingan yang tepat. Syarat ini akan dapat
dipenuhi , jika sifat dari batang bawah dan batang atas tidak jauh berbeda.
Dalam kondisi itu kompatibilitas antara batang bawah dan batang atas
memegang peranan penting.
Tehnik Okulasi
Pembuatan okulasi harus dilakukan dengan baik dan cepat. Perhatian
hendaknya banyak dicurahkan terhadap pekerjaan :
a. Pembuatan jendela pada batang bawah
b.Bahan tempelan
c. Penempelan dan pembalutan
d.Penyerongan
Syarat utama dalam pembuatan okulasi adalah mata temple
harus melekat kuat sedemikian rupa, sehingga terjadi pertautan atau kontak
yang rapat antara kambium batang bawah dan batang atas.
Pengaruh Keadaan Luar
Keadaan tanah yang kering dan panas terik dapat memperlambat
pertumbuhan , atau menggagalkan okulasi, sedangkan iklim yang terlalu
basah dapat menyebabkan pembusukan.
Mikro organisme
Untuk menghindari infeksi , maka pisau yang dipakai untuk membuat
okulasi harus bersih dan tajam.
c. Organisasi
Praktikum dilaksanakan secara mandiri setiap mahasiswa mendapatkan 4
tanaman karet dan 4 tanaman kakao yang siap untuk diokulasi.
d. Alat dan Bahan
Alat : pisau, batu asah
Bahan : batang bawah (berumur ± 7 bulan (berdiameter1,0 -1,
5 cm)
Entres (mata prima yang diambil) keadaan diameter batang
hampir sama dengan diameter batang bawah ( 1,0 - 1,5 cm)
Serbet , pembalut okulasi (plastik es lilin =
1gulung/golongan), alkohol 70%
e. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Praktikum
Tahap-tahap Pelaksanaan Okulasi
c.Organisasi
e. Prosedur Kerja
Pengamatan II
(Umur)
Pengamatan III
(Umur)
Penyerongan
(Umur)
Mata Tunas
Melentis
(Umur)
Keberhasilan = .........................%
Pengamatan
II (Umur)
Pengamatan
III (Umur)
Penyerongan
(Umur)
Mata Tunas
Melentis
(Umur)
Alat : silet
Bahan : bibit karet stadia jarum yang sama panjangnya
pembungkus sambung dini (parafilm), label,spidol permanent
polibag ukuran 15 x 30 cm, furadan, Dhitane M-45
f. Prosedur Kerja
Cari bibit karet stadia pancing yang sama panjang
Sayat batang bibit masing-masing bagian sampingnya
Gabungkan batang ke dua bibit tersebung
Tali/ikat yang erat kedua batang bibit tersebut
Proses pembuatan akar ganda telah selesai
Amati 2 minggu kemudian
Ulangi pengamatan 2 minggu berikutnya
Acara ke : 11,12
Pokok Bahasan : Budidaya Tanaman Kopi
Acara Praktikum : Setek Sambung, Pengamatan Hasil Setek
Sambung
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 2 X 2 Jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu untuk :
Mengetahui tujuan dilakukan perbanyakan dengan memakai setek sambung
Membuat setek sambung
b. Dasar Teori
Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara generatif menggunakan
benih atau biji dan dengan cara vegetatif atau klonal. Perbanyakan tanaman
kopi secara generatif lebih umum dilakukan karena mudah dalam
pelaksanaannya, dan lebih singkat mencapai umur bibit siap tanam
dibandingkan bibit dari perbanyakan klonal.
(cm)
I
II
III
IV
Jumlah
SS
Hidup
Rata-rata
SS Hidup
c.Organisasi
Tiap mahasiswa membuat 3 sambung pucuk kopi dan 3 sambung
pucuk kakao kemudian masing2 kelompok menghitung jumlah bibit hasil
sambung pucuk yang hidup.
Prosedur Kerja
1. Batang bawah dipotong datar dengan menyisakan 4-5 helai daun
kemudian bagian yang terpotong disayat vertikal dengan pisau tajam
sepanjang 3-5 cm.
2. Entres atas disiapkan dengan cara memotong-motong menjadi 2-3 mata
tunas untuk setiap sambungan, kemudian bagian pangkal entres disayat
miring pada kedua sisinya sehingga bentuknya runcing seperti baji.
3. Pangkal entres yang runcing disisipkan pada belahan batang bawah,
salah satu sisi entres harus menyatu dengan salah satu sisi batang bawah
agar terjadi pertautan yang sempurna antara kambium batang bawah dan
batang atas
4. Pertautan diikat erat dengan tali lalu entres ditutup dengan kantong
plastik untuk menjaga kelembaban udara
5. Setelah 1-2 minggu sejak penyambungan dilakukan pemeriksaan okulasi.
Sambungan hidup ditandai dengan munculnya tunas baru ± 1-2 cm.
Sungkup dibuka tetapi tali pengikat tetap dipertahankan hingga pertautan
antara batang bawah dan batang atas sempurna
6. Sambungan yang gagal atau mati, bibit batang bawah dapat disambung
kembali hingga beberapa kali selama batang bawah masih memiliki
minimal dua helai daun
7. Bibit siap tanam saat umur bibit 3-4 bulan setelah penyambungan
dengan kriteria :
a. Tinggi bibit = 35 -50 cm
b. Diameter bibit = 0,25 – 0,5 cm
c. Jumlah Daun = 4 – 8 helai
f.Pengamatan
Tabel 14 Hasil Pengamatan Bibit Sambung Pucuk Kakao (1 bulan)
Kelompok Σ bibit yang Sambung pucuk Sambung pucuk
disambung yang hidup yang hidup(%)
I
II
III
IV
Jumlah
Rata-rata
Panjang Σ Daun
Tunas (cm)
I
II
III
III
Jumlah
Rata-rata
Panjang Σ Daun
Tunas (cm)
I
II
III
III
Jumlah
Rata-rata
Acara ke : 17,18,19
Pokok Bahasan : Pembibitan Lada
Acara Praktikum : Perbanyakan Lada Dengan Setek, Pemeliharaan
Stek lada
Tempat : Kebun Koleksi Politeknik Pertanian
Alokasi Waktu : 3 X 2 Jam
Dosen : Team Perbanyakan Tanaman Perkebunan
__________________________________________________________________
a. Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa diharapkan mampu :
Memilih bahan tanam stek lada dengan benar.
Melaksanakan persemaian dan pembibitan tanaman lada dengan baik dan
benar.
a. Dasar Teori
Merica atau lada merupakan nama/sebutan daerah untuk tanaman
yang bernama latin Piper nigrum L. yang berasal dari India. Nama merica
digunakan di daerah Sumatra Barat dan Sulawesi, di Jawa Tengah dan Timur
disebut merico, di Jawa Barat disebut pedes, sedangkan di Bangka-Belitung dan
Kalimantan dikenal dengan sebutan sahang. Buah merica Indonesia sudah dikenal
dunia sejak sebelum Perang Dunia Kedua. Saat itu daerah penghasil utama merica
adalah Lampung yang memproduksi merica hitam yang dikenal dunia dengan
sebutan 'Lampung black pepper', dan Bangka-Belitung yang memproduksi
merica putih yang dikenal dengan sebutan 'Muntok white pepper'.
Saat ini tanaman merica telah tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan
Sulawesi. Serangan hama dan patogen penyakit menyebabkan produktivitas
tanaman merica menjadi rendah. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan
patogen penyakit dapat ditekan dengan melakukan budidaya anjuran yang
bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan benar dan tepat.
Tanaman lada merupakan tanaman rempah yang berasal dari daerah India.
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi lada, dapat bersaing di
tingkat dunia, maka dilakukan sitem budidaya yang baik dan benar dengan
mempertimbangkan dan meningkatkan strategi potensi sumber daya alam,
lingkungan dan sosial ekonomi. Dengan sistem tersebut diharapkan
Mampu menghasilkan lada berkualitas tinggi (bebas dari senyawa/polutan an
organik racun), melalui penggunaan varietas unggul, sehat, tahan hama penyakit,
memaksimalkan penggunaan pupuk organik, menggunakan pestisida nabati dan
penggunaan agensia hayati,
( Sulkani, 2013).
Syarat – syarat tumbuh untuk tanaman lada adalah iklim tropis, tinggi tempat 0
s/d 1.000 meter dari peremukaan laut, namun idealnya 0 s/d 600 m dpl, kisaran
relatif udara yang optimal antara 80 % - 90 %, curah hujan tahunan yang optimal
antara 2.000 – 2.500 mm/tahun, struktur tanah gembur, tekstur tanah lempung
gembur, lempung berpasir, lempung liat berdebu, tebal solum mencapai
kedalaman 50 cm, pH tanah 6 – 7, drainase dan kelembaban tanah baik.
Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur panca
usaha pertanian yang utama dalam upaya meningkatkan produksi, penggunaan
benih unggul dalam proses budidaya tanaman dapat meningkatkan kuantitas
produksi juga dapat memperbaiki kualitasnya untuk memperoleh calon benih yang
bermutu tinggi.
Perbanyakan vegetatif terbagi dua cara yaitu perbanyakan dengan
menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan, pembiakan vegetatif jenis
ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang terdidik. Sedangkan
untuk jangka pendek dimana kemampuan biaya terbatas maka solusinya adalah
dengan perbanyakan vegetatif makro, perbanyakan makro seperti stek, sambungan
dan cangkok muda dipelajari dan tidak begitu membutuhkan teknologi yang
canggih. Cara ini dapat diterapkan dengan mudah dalam pemeliharaannya dan
memenuhi kaidah perbanyakan vegetatif secara standar. ( Pudjiono, 2000 )
Bahan Tanam
Bahan tanam ( varietas ) lada yang dianjurkan adalah berasal dari benih
bina yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Varietas lada yang telah dilepas
adalah : Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling 2, Lampung daun kecil,
Bengkayang dan Chunuk.
Perbanyakan tanaman lada dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif
1. Perbanyakan secara generatif
Perbanyakan tanaman lada berasal dari biji tidak dianjurkan karena lada
relatif cepat berkurang daya tumbuhnya serta hasil semaian beraneka ragam
bentuk dan sifat
2. Perbanyakan secara vegetatif
Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan stek batang atau sulur panjat
merupakan metode yang direkomendasikan karena efisien dalam
menggunakan stek dan menghasilkan benih yang baik dan seragam.
b. Organisasi
Kegiatan praktikum dilaksanakan secara kelompok, setiap kelompok
melaksanakan persiapan persemaian (membuat sungkup), memilih bahan
tanaman, dan pembibitan lada).
Naungan persemaian dapat terbuat dari daun kelapa, alang – alang atau
paranet.
35
Tabel 18 . Pengamatan Setek Lada Satu Ruas Daun Umur 3 Bulan
Penanaman Pengamatan Setek Setelah Berumur 3 Bulan
Setek /tgl
Kondisi Kondisi Panjang Diameter Jumlah
setek Akar Setek Tunas (cm) Tunas (cm) Daun
(hidup/mati)
Dibahas hasilnya..............................................................................
Dibahas hasilnya..............................................................................
36
. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mukti Nur dkk, (2015), Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi , Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Fatimah, T. 1987. Budidaya Tanaman Karet Di. PT. Perkebunan XIII Cikumpay
Subang. Jawa Barat. Polytechnic Education Development Center For
Agriculture (PEDCA) Bidang Studi Budidaya Tanaman Perkebunan . Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran..
Heru,Didik & Antok A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agro Media Pustaka.
Jakarta James.
http://rikimulya.blogspot.co.id/2012/01/teknik-sambung-pucuk-pada-budidaya.html.
diakses tanggal 21 Pebruari 2017
https://iccri.net/download/Leaflet%20Kopi/Kopi/2.%20perbanyakan%20klonal%20kopi
%20 2010.pdf diakses 22 Pebruari 2017
http://www.jitunews.com/read/11543/teknik-jitu-perbanyakan-klonal-kopi-secara-
konvensional diakses 22 Pebruari 2017
http://erikjonsitanggang.blogspot.co.id/2012/08/pembiakan-kopi-secara-
vegetatif_5441.html diakses 22 Pebruari 2017
https://yegiaproli.wordpress.com/2012/08/27/kopi-sambung-stek/diakses 22 Pebruari
2017
37
Misnawi, Agung Wahyu Susilo, John Bako Baon, A. Adi Prawoto, Endang Sulistyowati,
(2015), Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Abdul Mukti Nur dkk, (2015), Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi , Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
38
39