Anda di halaman 1dari 3

Gerakan Aceh Merdeka merupakan belligerent karena memenuhi syarat-syarat sehingga disebut

beliigerent.

1. terorganisasi secara jelas dan teratur di bawah kepemimpinan yang jelas.

Gerakan Aceh Merdeka adalah sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya
Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuknya telah terorganisasi yang
dipimpin oleh DR. Teungku Hasan Muhammmad di Tiro. L.L.D., Ph.D. tidak hanya memiliki
pemimpin, tetapi juga memiliki perdana menteri seperti Dr. Muchtar Hasbi (pPerdana MEnteri
Pertama GAM), Teungku Ilyas Leube (Perdana Menteri Gam 1980-1982), dan Malik Mahmud
(Perdana MEnteri terakhir)

2. Harus menggunakan tanda pengenal yang jelas yang menujukan identoitas.

Identitas secara harfiah adalah Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda
tanda atau jatidiri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain.1 Bendera salah satu yang dapat menunjukan suatu identitas entitas suatu kelompok
atau negara. GAM memiliki bendera sebagai tanda pengenalnya.

(Gambar Bendera GAM)

(sumberhttps://www.google.com/search?
q=bendera+gam&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjcjtuTivrkAhVKX30KHdzPDaMQ_AUIESgB&biw=1920&bi
h=937#imgrc=d8UmCacClLhjdM:, diakses pada tanggal 1 Oktober 2019, pukul 11.08)

3. Harus sudah menguasai secara efektif sebagian wilayah sehingga wilayah tersebut benar-
benar di bawah kekuasaanya.

Hal ini dapat di buktikan dengan adanya Panglima Wilayah di wilayah yang dikuasai

GAM yaitu :

1. Ishak Daud : Panglima GAM wilayah Peureulak


2. Fauzan Azima : Panglima GAM wilayah Linge
3. Mauzakir Manaf : Panglima GAM wilayah Pasee
4. Darwis Jeunib : Panglima GAM wilayahg BAtee il;like

1
Dwi Sulisworo, Wahyuningsih, dan Baehaqi Arif. “ Identitas NAsional “, 2012, hlm 4.
5. Tgk ZAmzani Abdulrani S.sos : Panglima GAM wilayah Meuyreuhom DSaya
6. Teungku Abdul Muthalib :Panglima GAM wilayah MEureuhom Daya
7. Sarjani Abdullah : PAnglima GAM wilayah Pidie
8. Kamaruddin Abubakar : Komandan Operasi Negara
9. Roni Ahmad : Panglima Muda Wilatyah Pidie
10. Teungku Jauhari : Panglima GAM Wilayah Meulaboh
11. Teungku Samsul Bahri : Panglima Wilayah Meul;aboh
12. Tgk. Dahlan : KOmanan Operasi GAM Wilayah Meulaboh
13. Husaini : Panglima Wilayah Batee Iliek

4. Harus mendapat dukungan dari rakyat di wilayah yang didudukinya

Setelah bergulirnya dan tumbangnya pemerintahan orde baru, pemerintah Gusdur dan
Megawati mengakui gerakan peralawanan bersenjata di Aceh sebagai instrugent (pihak pemberontak
ayang dulunya disebut GPK dengan mengakuinya sebagai Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pengakuan
GAM sebagai Instrugent merupakan penghormatan dan jaminan pemerintah Indonesia terhadap
berlakunya perlindungan pihak pemberontak melalui konvensi Janewa 1949, dalam konflik bersenjata
non internasional. Dengan demikian GAM diakui sebagai kelompok bersenjata yang boleh melakukan
penyerangan dan boleh dijadkan sasaran serangan dalam konflik bersenjata non internasional, (siebut
kombatan dalam konflik bersenjata internasional).

1. Pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati, mengakui Gerakan Aceh MErdeka
sebagai instugent (pihak pemberontak)
2. Tindak lanjut dari hal tersebut maka, pemerintahan Indonesia membuat perjanjian
“Jeda Kemanusiaan” yang ditandatangai di Janewa, anatara pihak GAM dan PEmerintah.
3. Jeda Kemanusiaan tidak dapat dikatakan adanya pengakuan dari pemerintah secara de
jure sehingga GAM dikatakan sebagai belligerent. Hal tersebut didasarkan pada Pasal 3
ayat (2) alinea II yang berbunyi sebagai berikut :
“…Pelaksanaan ketentuan tersebut diatas, tidak akan mempengaruhi kedudukan hukum
pihak-pihak dalam pertikaian”
4. Selanjutnya pada masa pemerintahan Megawati, pemerintah Indonesia
menandatangani “kesepakatan damai” (perjanjian damai) dengan GAM. Tujuannya
adalah agar konflik antara Aceh dapat diselesaikan dan memberikan otonomi khusus
bagi aceh untuk menjalankan syrariat islam dalam di Nanggroe Aceh Darussalam.
5. Dalam konteks hukum internasional, dengan menandatangani penjanjian damai anatara
GAM dengan pemerintah dapat menimbulkan anggapan bahwa GAM tidak lagi disebut
sebagai Instrugent melainkan mendapatkan pengakuan sebagai Belligerent. Sehingga
dapat dikonstruksikan bahwa kedudukan GAM sejajar dengan Pemerintah Indonesia.
6. Hal tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara pihak pemerintah dengan
GAM karena menetapkan zona yang di demiliterasi.
7. Karena merupakan bagian dari bangsa Indonesia, maka GAM tidak dapat menentukan
nasibnya sendiri karena berada dalam lingkup negara yang telah merdeka.
8. Dengan adanya kesepakatan mengenai zona yang di demiliterasi, maka pemerintah
mengakui secara de facto wilayah Aceh berada di kekuasaan GAM, yang merupakan
syarat adanya situasi konflik bersenjata non internasional.
9. Maka kedudukan GAM belum dapat dikatakan sebagai belligerent, karena perjanjian
damai dan kesepakatan zina yang di demiliterasi yang merupakan syarat yuridis adanya
konflik bersenjata internasional.
10. Untuk menentukan bahwa peralihan Instrugent menjadi belligerent adalah dengan
melihat adanya pengakuan secara de facto dari pihak III.
11. Pengakuan tersebut diberikan dengan dasar bahwa pihak pemebrontak ini telah
menguasai sebagian wialayah dari suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai