SKRIPSI
oleh:
Shofil Setyarini
120910201077
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Administrasi Negara (S1)
dan meraih gelar Sarjana Sosial
oleh:
Shofil Setyarini
120910201077
ii
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan karunia Allah SWT, dengan rasa tulus dan rendah hati,
penulis mempersembahkan skripsi ini untuk :
1. Ibunda Indrawati dan Ayahanda Sahur, terima kasih untuk segala untaian doa,
segenap curahan kasih sayang, motivasi, kerja keras dan pengorbanan untuk
ananda dapat menyeleseaikan skripsi ini;
2. Kakak Hendra Setiawan dan Kakak Ipar Robiatul Adawiyah, S.pd terima
kasih untuk dukungan baik secara moriil maupun materiil;
3. Semua Guru yang senantiasa membimbing penulis sejak masa kanak-kanak
di TK PG Asembagus, SMPN 1 Asembagus, SMAN 2 Situbondo dan
Universitas Jember, saya ucapkan terima kasih telah memberikan berbagai
ilmu pengetahuan dan pembelajaran hidup yang sangat berharga.
4. Almamaterku Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Jember.
iii
MOTTO
“kita tidak selalu membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita bisa
membangun generasi muda untuk masa depan yang lebih baik.”
(Franklin D. Roosevelt)2
1
Departemen Agama Republik Indonesia. 2005. Al-Jumanatul Ali Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J-Art Anggota Ikapi
2
Kata mutiara [serial online] akun line UNICEF (05 Februari 2017)
iv
PERNYATAAN
Shofil Setyarini
NIM. 120910201077
v
SKRIPSI
Oleh:
Shofil Setyarini
NIM 120910201077
Pembimbing
vi
PENGESAHAN
Tim Penguji:
Ketua, Sekretaris,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember,
vii
RINGKASAN
viii
dalam menganalisa ketercapaian indikator melalui enam langkah dalam evaluasi
kebijakan dengan hasil sebagai berikut: 1) Identifikasi tujuan program, upaya
SKPD terkait untuk menentukan dan menetapkan ketercapaian indikator yang
sudah ditentukan dalam klaster hak sipil dan kebebasan, 2) Analisis terhadap
masalah, upaya pemerintah untuk menganalisis masalah sesuai dengan tujuan
program yang telah ditetapkan dengan jelas agar pemerintah dapat segera
memperbaiki kekurangan dalam upaya pencapaian indikator program tersebut, 3)
Deskripsi dan standarisasi kegiatan, upaya pemerintah untuk mendeskripsikan
berbagai kebijakan yang dijalankan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
terkait pemenuhan hak anak, melakukan sosialisasi, kerjasama lintas sektor (Dinas
Pendidikan dan Dinas Kesehatan) dan berbagai inovasi dalam menjalankan
kebijakan agar tujuan yang diinginkan tercapai melalui Pelanduk Cepat dan
Perisai Mas, 4) Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi, upaya
pemerintah untuk mengetahui sejauh mana tujuan dan indikator tersebut tercapai,
dari tahun 2015 hingga 2016 tingkat kepemilikan akta kelahiran dan jumlah forum
anak di Kabupaten Situbondo meningkat meski belum seluruhnya, 5) Menentukan
perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena
penyebab lain, upaya pemerintah agar SKPD saling berkoodinasi dan bekerja
sama dalam melaksanakan program yang telah ditentukan dan disepakati bersama
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2013 tentang
Rencana Aksi Daerah Kabupaten Layak Anak (KLA) Kabupaten Situbondo
Tahun 2013-2017, 6) Beberapa Indikator untuk menentukan keberadaan suatu
dampak, upaya pemerintah untuk menentukan bahwa tindakan inovasi pemerintah
dapat diterima masyrakat. Hambatan yang terjadi selama program berjalan yaitu
kurangnya koordinasi antar SKPD dalam menjalankan tupoksinya seperti yang
telah ditentukan sehingga ada program yang tidak terlaksana dan keterbatasan
anggaran.
ix
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Kebijakan Pengembangan Kabupaten Layak Anak (Kla)
Dalam Pemenuhan Klaster Hak Sipil Dan Kebebasan Di Kabupaten Situbondo”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
strata satu (S1) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada;
1. Dr. Ardiyanto, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember;
2. Dr. Edi Wahyudi, M.M, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember;
3. Dr. Anastasia Murdiastuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember;
4. Dra. Inti Wasiati, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran untuk peneliti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;
5. M. Hadi Makmur, S.Sos, M.AP, selaku Dosen Pembimbing Anggota, yang
telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam pembimbingan
penulisan skripsi ini;
6. Seluruh Dosen beserta segenap staf edukatif dan administratif Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember;
7. Bapak Mulyono selaku bagian nilai Ilmu Administrasi Negara atas
kesabarannya telah memfasilitasi penulis dalam mengurusi birokrasi selama
ini;
x
8. Bapak dan Ibu Narasumber yang sudah meluangkan waktu untuk
memberikan informasi yang sangat membantu peneliti menyelesaikan skripsi
ini (Edi Wiyono, S.Sos, M.Si., Drs. Subandi, Muhammad Fahri Priambudi,
Dra. Aisyah Armina, Hadi Soesanto, SH., Mardiko Wicaksono, S.Kom., Drs.
Marwito, M.Si., Muhammad Rasidi S.KM, MM., Zainur Rohman)
9. Tim Hore Mega Puspitawarni, Rimadhany Arinda, Dina Fauziah Zalikha,
Bella Lubnal Baladani, Fitria Nur Indahsari, Fityatur Rosiko Utami, M. Habib
Nasrulloh, Kholida Aisyah yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian selama proses penulisan skripsi.
10. Sahabat-sahabatku tersayang Rana Alvionita, Indah Lestari, Khoirun Nisa,
Husnul Khotimah dan Fera Denis Erlinda yang selalu menjadi penyemangat,
teman diskusi bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
11. Keluarga Besar “Khobe” Aprilia Yesi Anggraini, Ayudiah Anjani, Nurul
Qomariyah, Intan Mustiko Pertiwi, Tuhfatul Ulya, Amik Purnami, Komang
Fridayanti Dewi dan Putu Argianti terima kasih untuk segala kisah kasih
selama 4 tahun di Kota rantau yang tak selalu manis namun akan selalu
melekat di hati penulis;
12. Teman Lembaga Ilmiah Sospol (LIMAS) Anikmatul Karimah, Jamiliatul
Rikzah, Aprilia Nurlaily Utami, Nur Rulita, Alfian Aji, dan Tomi terima
kasih untuk prosesnya selama di LIMAS.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis,
Shofil Setyarini
xi
DAFTAR ISI
Halaman
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
Tabel 4.11 Rekapitulasi Forum Anak Tahun 2011-2016 ................................ 105
Tabel 4.12 Anggaran Kabupaten Layak Anak (Kla) ....................................... 114
Tabel 4.13 Alokasi Anggaran KLA dalam 5 Klaster ....................................... 114
Tabel 4.14 Alokasi Anggaran Forum Anak ..................................................... 115
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2 Presentase kepemilikan Akta Kelahiran Tahun 2014-2017 ......... 104
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Surat Izin Penelitian dari Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Jember.
3. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Situbondo.
4. Surat keterangan selesai penelitian dari lokasi penelitian.
5. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Pengembangan Kabupaten Layak Anak
6. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator
Kabupaten Layak Anak
7. Peraturan Bupati Situbondo Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi
Daerah Kabupaten Layak Anak (RAD-KLA) Kabupaten Situbondo Tahun
2013-2017
8. Keputusan Bupati Situbondo Nomor: 188/285/P/004.2/2012 tentang
Gugus Tugas Kabupaten Layak Anak Kabupaten Situbondo
9. Keputusan Bupati Situbondo Nomor: 188/550/P.006.2/2014 tentang
Forum Anak Kabupaten Situbondo
10. Keputusan Lurah Patokan Nomor: 188/19/P/431.510.9.1/2015 tentang
Forum Anak Kelurahan Patokan
11. Keputusan Camat Mangaran Nomor: 188/08.C/431.512.5/2015 tentang
Forum Anak Kecamatan Mangaran
12. Keputusan Camat Mlandingan Nomor: 188/44/431.506.05/2015 tentang
Forum Anak Kecamatan Mlandingan
13. Keputusan Lurah Dawuhan Nomor: 188/012/P001.2/2015 tentang Forum
Anak Kelurahan “Cantika”
14. Keputusan Camat Jatibanteng Nomor: 188/10/431.502.7.3/2015 tentang
Forum Anak Kecamatan Jatibanteng
15. Keputusan Camat Panarukan Nomor: 188/15/431.508.5/2015 tentang
Forum Anak Kecamatan Panarukan
16. Keputusan Camat Suboh Nomor: 188/028/431.505/2015 tentang Forum
Anak Kecamatan Suboh
17. Keputusan Camat Besuki Nomor: 188/028/431.504/2015 tentang Forum
Anak Kecamatan Besuki
18. Keputusan Camat Kapongan Nomor: 188/361/431.513.6/2015 tentang
Forum Anak Kecamatan Kapongan
19. Keputusan Camat Sumbermalang Nomor: 06 Tahun 2015 tentang Forum
Anak Kecamatan Sumbermalang
xvii
20. Keputusan Kepala Desa Blimbing Nomor: 188/02/431.504.9.9/2015
tentang Forum Anak Desa Blimbing
21. Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD Pemerintah Kabupaten Situbondo
Tahun 2016
22. Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor:100/7653/Dukcapil
tentang Penyelesaian Target Kinerja Penyelenggaraan Adminduk Tahun
2016
23. Agregat Kependudukan Per Kecamatan Berdasarkan Kepemilikan Akta
Kelahiran Kelompok Umur 0-18 Tahun Per Tanggal 25 Desember Tahun
2015-2016 Kabupaten Situbondo
24. Nota Kesepahaman Bersama antara RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Situbondo
tentang Pelayanan Akta Kelahiran Bagi Bayi Baru Lahir di RSUD dr.
Abdoer Rahem Situbondo
25. Profil dan Laporan Forum Anak Kabupaten Situbondo Tahun 2015
26. Laporan kegiatan pelayanan perpustakaan keliling tahun 2013-2016
27. Daftar isian masalah dan usulan anak dalam Musrenbang Kecamatan
Besuki Tahun 2015
28. Dokumentasi penelitian
xviii
xix
BAB 1 PENDAHULUAN
akan terpenuhi. Oleh karena itu, dalam mengukur ketercapaian indikator program
Kabupaten Layak Anak, peneliti memilih klaster hak sipil dan kebebasan sebagai
fokus penelitian yang didalamnya meliputi beberapa indikator, antara lain:
a. Presentase anak yang teregistrasi dan mendapatkan kutipan akta kelahiran;
b. Terbentuknya forum anak di tingkat Kabupaten, Kecamatan dna Desa;
c. Tersedianya informasi yang layak untuk anak.
Keberadaan Forum Anak merupakan salah satu indikator dalam
kebijaksanaan pengembangan Kota/Kabupaten Layak Anak, yang terdapat dalam
klaster hak sipil dan kebebasan. Pada tingkat nasional, forum anak dimulai pada
tahun 2004-2005 mencanangkan indonesia layak anak idola tahun 2015, oleh
sebab itu dikembangkan program Kabupaten Layak Anak (KLA). Situbondo
merupakan salah satu kabupaten yang ikut mengembangkan program Kabupaten
Layak Anak (KLA) karena secara bertahap, pemerintah pusat ingin ada 100
kabupaten / kota di Indonesia yang sudah layak anak. Sedangkan situbondo
sendiri masih menuju layak anak yang baru di launching pada 4 Oktober 2012 di
Alun-alun Situbondo.
Dengan demikian, jelaslah bahwa respon terhadap berbagai permasalahan
anak telah dituangkan dalam Konvensi Hak Anak yang berisi kewajiban Negara
dalam pemenuhan hak anak yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Kesepakatan Internasional
terus dikembangkan disamping merespon permasalahan kekerasan, bentuk-bentuk
pekerjaan terpuruk bagi anak, trafficking dan anak behadapan dengan hukum,
dunia juga membangun wacana untuk mewujudkan dunia yang layak bagi anak
melalui “A World Fit For Children”. Pada tahun 2015, Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise menjelaskan bahwa
di tahun ini kabupaten atau kota yang menerapkan layak anak sejumlah 264
kabupaten atau kota dari 514 kabupaten atau kota yang ada di Negara Indonesia.
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten yang menerapkan
kebijakan layak anak. Kabupaten Situbondo Layak Anak (KLA) berdasarkan
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PP
dan PA) Nomor 02 Tahun 2009 tentang Kebijakan KLA adalah sistem
4
2011. Pada tahun 2013 sudah ada pergantian kepengurusan Forum Anak
selama 2 tahun, dan dalam SK Bupati tersebut tercantum tugas dan fungsi
Forum Anak, serta struktur personalia forum anak. Selain ada di tingkat
Kabupaten, Forum Anak telah ada di tingkat Kecamatan dan Desa yang
relatif telah mewakili semua anak dari berbagai latar belakang. Sekretariat
Forum Anak telah tersedia, sehingga koordinasi antar pengurus sudah relatif
berjalan dengan baik, meskipun keberadaan Forum Anak belum banyak
mempengaruhi kebijakan terkait dengan pemenuhan hak-hak anak.
6
Tabel 1.1 Rekapitulasi Eksistensi Forum Anak di Kabupaten Situbondo Tahun 2014
Jumlah
Memiliki
Memiliki
Status
Belum
Sudah
Nama Forum Tgl/ Bln/ Anak Alamat
SK
SK
No. Tingkat Nama Wilayah Forum
Anak Thn Sekretariat
Anak L P
Jl. PB
FA Kab.
1.1 Kabupaten Situbondo Aktif 02/11/2011 - Ada 20 20 Sudirman No.
Situbondo
1 Situbondo
Belum
2.1 Kecamatan Sumbermalang - - - - - -
ada
Belum
2.2 Jatibanteng - - - - - -
ada
Belum
2.3 Banyuglugur - - - - - -
Ada
Belum
2.4 Besuki
ada
Belum
Desa Blimbing - - - - - -
ada
Belum
2.5 Suboh - - - - - -
adan
Belum
2.6 Mlandingan - - - - - -
ada
Belum
2.7 Bungatan - - - - - -
Ada
Belum
2.8 Kendit - - - - -- -
Ada
Belum
2.9 Kecamatan Panarukan
ada
Wringin FA Ds. Wr. Jl. Raya
2.9.1 Desa Aktif 24/10/2012 - Ada 4 7
Anom Anom Wringinanom,
7
Panarukan
FA Kec. Jl. WR.
2.10 Kecamatan Situbondo Aktif 24/10/2012 - Ada 6 4
Situbondo Supratman
Belum
2.10.1 Kelurahan Dawuhan
ada
Belum
2.10.2 Patokan
ada
Belum
2.11 Kecamatan Mangaran
ada
Belum
2.12 Panji -
Ada
FA Kel. Jl. Besuki
2.12.1 Kelurahan Mimbaan Aktif 24/10/2012 - Ada 2 8
Mimbaan Rahmat
FA Kel.
Ardirejo Aktif 24/10/2012 - Ada 6 4 Jl. Pemuda
Ardirejo
Belum
Kecamatan Kapongan
ada
Belum
Arjasa -
Ada
Belum
Jangkar -
Ada
Belum
Asembagus -
Ada
Belum
Banyuputih -
Ada
JUMLAH PARTISIPASI ANAK 122 124
Sumber: Laporan Forum Anak Tahun 2014
7
Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa belum semua Kecamatan hingga
tingkat Desa berkomitmen dalam pembentukan forum anak meskipun telah
dilakukan sosialisasi terkait pembentukan forum anak, hanya 1 kecamatan
yang sudah berkomitmen mengembangkan forum anak dan 4 Desa/kelurahan
yang dijadikan Desa/kelurahan percontohan. Selain itu, Belum terdapat data
terkait sekolah ramah anak di Kabupaten Situbondo. Namun telah ada
sekolah yang mengikuti program rintisan sekolah pembentukan sekolah
ramah anak, melalui perwakilan siswa-siswinya dikirim untuk menjadi
anggota Forum Anak. Tidak kurang dari 28 sekolah di Kabupaten Situbondo
yang siswa-siswinya terlibat aktif dalam kegiatan Forum Anak ditingkat
maupun ditingkat desa/kelurahan.
3. Telah terdapat banyak fasilitas informasi untuk anak, seperti: perpustakaan
sekolah, Taman Bacaan PKK di Desa maupun perpustakaan keliling, ada juga
fasilitas internet gratis, namun banyak juga warnet-warnet yang belum
mendapatkan pengawasan yang memadai, sehingga masih terdapat situs-situs
porno yang membahayakan bagi tumbuh kembang anak. Berikut pelayanan
yang dilakukan oleh kantor perpustakaan dan arsip daerah dalam bentuk
pemberian pendampingan maupun pelayanan perpustakaan keliling di
berbagai lembaga di Kabupaten Situbondo:
Tabel 1.2 Kegiatan Penyuluhan dan Pelayanan Perpustakaan Keliling Tahun 2015
Jumlah Lembaga
Jumlah Lembaga
Yang Dikunjungi
No. Bulan Yang Dikunjungi Keterangan
Untuk Kegiatan
Untuk Pelayanan
Pembinaan
1 Februari 13 lembaga 14 lembaga SD/MI
2 Maret 14 lembaga 10 lembaga SD/MI
3 April 12 lembaga 14 lembaga SD/MI
4 Mei 7 lembaga 10 lembaga SD/MI
5 Juni 4 lembaga 10 lembaga SD/MI
6 Juli 11 lembaga - SD/MI
7 Agustus 7 lembaga 6 lembaga SD/MI
8 September 12 lembaga 10 lembaga SD/MI
9 Oktober 10 lembaga 10 lembaga SD/MI
10 November 4 lembaga 6 lembaga SD/MI
11 Desember 6 lembaga 10 lembaga SD/MI
8
Jumlah Lembaga
Jumlah Lembaga
Yang Dikunjungi
No. Bulan Yang Dikunjungi Keterangan
Untuk Kegiatan
Untuk Pelayanan
Pembinaan
Jumlah 100 lembaga 100 lembaga
Target yang harus 100 lembaga 100 lembaga
dicapai
Presentase yang 100% 100%
dicapai
Sumber: Laporan Kegiatan Pelayanan Perpustakaan Keliling Tahun 2015
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dalam upaya untuk menyediakan
informasi yang layak bagi anak, kantor perpustakaan dan arsip daerah
mengupayakan program kunjungan minimal 10 lembaga dalam tiap bulannya
dalam upaya melakukan pendampingan dan pelayanan. Lembaga yang
dikunjungi biasanya SD/MI/Sederajat untuk memeriksa kelengkapan dan
kelayakan buku yang tersedia.
Dari berbagai permasalahan yang menyangkut hak-hak Anak seperti yang
diuraikan diatas di Kabupaten Situbondo, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap Program Kebijakan Kabupaten Layak Anak di Kabupaten
Situbondo khususnya dalam klaster pemenuhan hak sipil dan kebebasan, apakah
dengan adanya penyelenggaraan kebijakan Kabupaten Layak Anak tersebut
mampu menjawab berbagai permasalahan yang ada atau tidak.
dilanjutkan atau tidak. Hal ini dapat menjadi masukan bagi pelaksanaan
kebijakan Kabupaten Layak Anak yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Situbondo.
c. Bagi khalayak umum
Bagi khalayak umum khususnya pembaca karya ini bisa dijadikan
referensi atau informasi tumbuhan untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dari pendapat yang disampaikan oleh Lester dan Stewart, kemudian secara
lebih teknis, Jones menjelaskan bahwa dalam upaya memenuhi tugas tersebut,
suatu evaluasi kebijakan harus meliputi beberapa kegiatan, yakni pengkhususan
(spesification), pengukuran, (measurement), analisis dan rekomendasi (Jones
dalam Winarno, 2007:227), berikut penjelasannya:
1) Spesifikasi merupakan kegiatan yang aling penting dibandingkan kegiatan
yang lain. Kegiatan ini meliputi identifikasi tujuan atau kriteria mana
program tersebut dievaluasi. Ukuran-ukuran atau kriteria inilah yang
nantinya akan kita pakai untuk menilai manfaat program kebijakan;
2) Pengukuran menyangkut aktivitas pengumpulan informasi yang relevan
untuk obyek evaluasi;
3) Analisis adalah penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka
menyusun keismpulan;
4) Rekomendasi yakni penentuan mengenai apa yang harus dilakukan dimasa
yang akan datang.
tersendiri yang tidak kalah kompleksnya dengan yang dihadapi oleh kota. Dalam
perkembangannya, antusiasme terhadap pengembangan Kabupaten/ Kota Layak
Anak terus berkembang dari tahun ke tahun. Semula hanya beberapa
kabupaten/kota yang tergerak dan terlibat. Namun seiring dengan waktu, muncul
kebutuhan dan inisiatif dari kabupaten/kota untuk ikut membangun dunia yang
layak anak tersebut di daerahnya. Untuk menjawab tingginya antusiasme
Pemerintah Daerah dan tantangan perubahan jaman yang berdampak serius
terhadap anak, maka dirasakan mendesak untuk menyusun Kebijakan
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA).
Kabupaten Situbondo Layak Anak (KLA) berdasarkan Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PP dan PA) Nomor
11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Kabupaten Layak Anak adalah sistem
pembangunan satu wilayah administrasi yang mengintegrasikan komitmen dan
sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara
menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak anak.
Tujuan dari kebijakan KLA adalah:
a. Meningkatkan komitmen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di
Kabupaten/Kota dalam upaya mewujudkan pembangunan yang peduli
terhadap anak, kebutuhan dan kepentingan terbaik bagi anak;
b. Mengintegrasikan potensi sumber daya manusia, keuangan, sarana, prasarana,
metode dan teknologi yang pada pemerintah, masyarakat serta dunia usaha di
Kabupaten/kota dalam mewujudkan hak anak;
c. Mengimplementasikan kebijakan perlindungan anak melalui perumusan
strategi dan perencanaan pembangunan kabupaten/kota secara menyeluruh
dan berkelanjutan sesuai dengan indikator KLA; dan
d. Memperkuat peran dan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dalam
mewujudkan pembangunan di bidang perlindungan anak.
Sedangkan ruang lingkup KLA berdasarkan Peraturan Menteri PP dan PA
tersebut adalah:
1) Pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan, infrastruktur,
lingkungan hidup dan pariwisata, baik secara langsung maupun tidak
22
e) Perlindungan Khusus
(1) Anak dalam situasi darurat
Anak yang mengalami situasi darurat karena kehilangan orang
tua/pengasuh/tempat tinggal dan fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar
(sekolah, air bersih, bahan makanan, sandang, kesehatan dan
sebagainya) yang perlu mendapatkan prioritas dalam pemenuhan dan
perlindungan hak-hak dasarnya.
(a) Pengungsi anak: memastikan bahwa setiap anak yang harus
berpindah dari tempat asalnya ke tempat yang lain, harus
mendapatkan jaminan pemenuhan hak tumbuh kembang dan
perlindungan secara optimal.
(b) Situasi konflik bersenjata: memastikan bahwa setiap anak yang
berada di daerah konflik tidak direkrut atau dilibatkan dalam
peranan apapun, contoh: menjadi tameng hidup, kurir, mata-mata,
pembawa bekal, pekerja dapur, pelayan barak, penyandang senjata
atau tentara anak.
(2) Anak yang berhadapan dengan hukum
Memastikan bahwa anak-anak yang berhadapan dengan hukum
mendapatkan perlindungan dan akses atas tumbuh kembangnya secara
wajar, dan memastikan diterapkannya keadilan restoratif dan prioritas
diversi bagi anak, sebagai bagian dari kerangka pemikiran bahwa pada
dasarnya anak sebagai pelaku pun adalah korban dari sistem sosial
yang lebih besar.
(3) Anak dalam situasi eksploitasi
Yang dimaksud dengan situasi eksploitasi adalah segala kondisi yang
menyebabkan anak tersebut berada dalam keadaan terancam, tertekan,
terdiskriminasi dan terhambat aksesnya untuk bisa tumbuh kembang
secara optimal. Praktek yang umum diketahui misalnya dijadikan
pekerja seksual, joki narkotika, pekerja anak, pekerja rumah tangga,
anak dalam lapangan pekerjaan terburuk bagi anak, perdagangan dan
penculikan anak, atau pengambilan organ tubuh. Untuk itu, perlu
27
3. Seluruh tenaga atau petugas pemberi layanan kepada anak terlatih KHA;
4. Ada data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur dan kecamatan;
5. Meningkatnya jumlah dan kapasitas lembaga layanan untuk tumbuh
kembang dan perlindungan anak;
6. Semua perusahaan di Kabupaten Situbondo mengalokasikan dana CSR
untuk mendukung tumbuh kembang dan perlindungan anak;
II. Klaster Hak Sipil dan Kebebasan
7. Adanya forum anak di Kabupaten Situbondo;
8. Semua anak tercatat memiliki akta kelahiran;
9. Tersedianya informasi yang layak bagi anak;
10. Adanya kelembagaan yang mengatur dan mengawasi informasi yang layak
anak;
III. Klaster Lingkungan Keluarga Dan Pengasuhan Alternatif
11. Berkurangnya jumlah perkawinan anak dibawah usia 18 tahun;
12. Ketersediaan lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang
pengasuhan dan perawatan anak;
13. Adanya lembaga konsultasi pengasuhan dan perawatan anak LKSA;
IV. Klaster Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
14. Penurunan angka kematian bayi;
15. Peningkatan gizi balita dan ibu hamil;
16. Peningkatan pemberian ASI eksklusif;
17. Jumlah pojok ASI
18. Semua balita mendapatkan imunisasi dasar lengkap;
19. Adanya lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi dan
mental;
20. Semua anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan
kesejahteraan;
21. Semua rumah tangga mendapatkan akses air bersih;
22. Semakin bertambah jumlah kawasan tanpa rokok;
29
Kebijakan Publik
a. Observasi
Observasi dihubungkan dengan upaya-upaya: merumuskan masalah
membandingkan masalah (yang dirumuskan dengan kenyataan) di lapangan),
pemahaman secara detail permasalahan (guna menemukan detail pertanyaan)
yang akan dituangkan dalam kuisioner, ataupun untuk menemukan strategi
pengambilan data dan bentuk perolehan pemahaman yang dianggap paling tepat
(Fatchan, 2011).
Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010) observasi dibagi menjadi:
a) Observasi partisipatif
b) Observasi terus terang dan tersamar
c) Observasi tak terstruktur.
Sedangkan menurut Moeloeng (2012, 178) penggunaan observasi atau
pengamatan secara metodologis ialah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia
sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti
fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap arti fenomena dari segi
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan
para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti
merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan
pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan
pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak
subjek.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
ditentukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moeloeng. 2012: 186). Kahija (2006) mendefinisikan wawancara
adalah metode pengumpulan data dimana satu orang menanyakan pertanyaan ke
orang lain baik berhadapan langsung face to face, berhadapan lewat layar atau
43
berbicara lewat telepon. Secara teoritis wawancara biasanya terbagi dalam 3 jenis,
yakni wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan semistruktur.
Dalam bukunya Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemui permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Dalam penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti
juga melakukan interview kepada orang-orang yang ada di dalamnya.
1. Wawancara terstruktur
Fatchan (2011) mengatakan bahwa interview (wawancara) yang terstruktur
merupakan bentuk nterview yang sudah diarahkan oleh sejumlah pertanyaan
secara ketat. Menurut Sugiyono (2010) wawancara jeis ini digunakan sebagai
teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam hal ini sebelum
wawancara dilakukan, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya juga sudah
dipersiapkan. Dalam wawancara ini para responden diberi pertanyaan sama dan
pengumpul data mencatatnya.
2. Wawancara semistruktur
Dalam wawancara semistruktur meskipun interview sudah diarahkan oleh
sejumlah daftar pertanyaan tidak tertutup kemungkinan memunculkan pertanyaan
baru yang idenya muncul secara spontan sesuai dengan konteks pembicaraan yang
dilakukannya (Fatchan, 2011). Menurut Sugiyono (2010) wawancara ini sudah
termasuk dalam kategori in-depth interview dimana pelaksanaannya lebih bebas
dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, karena pihak yang diwawancara
diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
44
e. Pengecekan anggota
Pengecekan anggota merupakan proses pengumpulan data yang penting
untuk memperoleh kepercayaan data yang dihasilkan. Pada proses ini, peneliti
dapat melakukan pengecekan anggota baik secara formal maupun tidak
formal. Dengan kata lain, peneliti akan mengumpulkan anggota yang menjadi
sumber data untuk mengecek kebenaran data dan hasil interpretasinya.
Menurut Moleong (2011:336) proses pengecekan anggota dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a. responden melakukan penilaian
b. melakukan koreksi atas kekeliruan
c. memberikan tambahan informasi
d. respoonden dilibatkan dalam penelitian sebagai langkah awal analisis data
e. memberi penilaian atas data yang telah dikumpulkan
f. Kecukupan Referensi
Melalui banyaknya referensi dapat untuk menguji serta mengoreksi hasil
penelitian yang telah dilakukan. Referensi dapat berasal dari orang lain
maupun diperoleh selama penelitian. Peneliti selama mengadakan penelitian,
mendapatkan referensi nama-nama orang yang dijadikan informan. Selain itu,
peneliti juga selalu menggali data-data dari web, skripsi, dokumen sebagai
referensi.
g. Uraian rinci
Keteralihan tergantung pada pengetahuan peneliti tentang konteks
pengirim dan penerima, dengan begitu peneliti bertanggungjawab pada
penyelidikan dasar secukupnya yang memungkinkan adanya pembanding.
Dalam teknik ini, peneliti dituntut untuk memberikan laporan yang hasil
penelitiannya diuraikan secara teliti, rinci dan cermat dengan menggambarkan
realita di lapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengutamakan teknik pemeriksaan data
dengan menggunakan teknik triangulasi dengan sumber dan pemeriksaan sejawat
melalui diskusi. Tujuannya yakni agar penelitiannya dapat memiliki derajat
50
melakukan telaah terhadap seluruh yang telah terkumpul dari beberapa sumber.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam irawan (2006:73) analisis data adalah sebagai
berikut:
“analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis
transkip interview, catatan di lapangan dan bahan-bahan lain yang anda
dapatkan, yang kesemuanya itu anda kumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman anda (terhadap suatu fenomena) dan membantu anda untuk
mempresentasikan penemuan anda kepada orang lain.”
Penyajian data dilakukan dalam bentuk bahasa yang tidak formal, dalam
susunan kalimat sehari-hari dan pilihan kata atau konsep asli informan, cukup
rinci tanpa adanya interpretasi dan evaluasi dari peneliti. Kemudian berdasarkan
cerita dengan bahasa dan ungkapan asli responden atau informan tersebut mulai
dikemukakan temuan peneliti yang nanti akan didiskusikan atau dijelaskan
dengan perspektif atau teori-teori yang telah dipilih seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya (Hamidi, 2004). Menurut Miles and Huberman (dalam
Prastowo, 2012:241), membagi proses dalam 4 tahapan analisis data yang
dinamakan analisis interaktif. Berikut adalah gambar model analisis interaktif
Miles dan Huberman.
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman
data
Reduksi
data Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
(Sumber: Miles dan Huberman (2007:20) yang dikutip dari Prastowo (2012:243)
Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman melalui empat
tahapan seperti gambar di atas.
a. Pengumpulan Data
52
R T/
R W/
Dusun/ Neighbourhoo
Desa/ Neighbour
Kecamatan/ Lingkungan d
Kelurahan Citizen
Subdisdtrict Small Village Community
/Village Neighbourhoo
/ Environment
d
01. Sumbermalang 9 32 55 162
02. Jatibanteng 8 30 87 192
03. Banyuglugur 7 27 39 107
04. Besuki 10 43 116 308
05. Suboh 8 26 60 170
06. Mlandingan 7 34 58 128
07. Bungatan 7 32 59 141
08. Kendit 7 32 94 192
09. Panarukan 8 50 81 235
10. Situbondo 6 14 66 237
11. Mangaran 6 39 78 170
12. Panji 12 49 90 270
13. Kapongan 10 47 98 253
14. Arjasa 8 44 90 215
15. Jangkar 8 44 70 179
16. Asembagus 10 35 68 195
17. Banyuputih 5 29 56 174
Jumlah / Total 136 607 1 265 3 328
57
R T/
R W/
Dusun/ Neighbourhoo
Desa/ Neighbour
Kecamatan/ Lingkungan d
Kelurahan Citizen
Subdisdtrict Small Village Community
/Village Neighbourhoo
/ Environment
d
2014
Jumlah / Total
136 627 1 265 3 328
2013
Jumlah / Total
136 627 1 265 3 328
2012
Jumlah / Total
136 660 1 307 3 325
2011
Jumlah / Total
136 660 1 307 3 325
2010
Sumber : Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah
& Kantor Camat
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah total Kecamatan yang ada di
Kabupaten Situbondo yaitu 17 Kecamatan, dan jumlah Desa/Kelurahan yaitu 136
Desa/kelurahan yang terdiri dari 607 Dusun, 1265 RW dan 3328 RT. Baik jumlah
Desa maupun Kecamatan tidak mengalami kenaikan sejak tahun 2010 hingga
tahun 2014. Sedangkan jumlah Dusun dan Rukun Warga (RW) mengalami
penurunan sebanyak 33 Dusun dan 42 Rukun Warga (RW) pada tahun 2012
hingga tahun 2014, namun jumlah Rukun Tetangga mengalami kenaikan yang
dinamis yaitu 3 Rukun Tetangga (RT) pada tahun 2012 hingga tahun 2014.
Adapun Rasio seks penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kabupaten Situbondo dapat diamati pada tabel di bawah ini.
58
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Situbondo Tahun 2015
Sex
Age Group
Male Female Total
0‒4 24 316 23 302 47 618
5‒9 24 683 23 775 48 458
10‒14 24 817 23 840 48 657
15‒19 26 166 27 361 53 527
20‒24 25 859 25 827 51 686
25‒29 23 567 25 244 48 811
30‒34 24 419 26 951 51 370
35‒39 26 353 26 843 53 196
40‒44 25 835 26 601 52 436
45‒49 24 800 25 979 50 779
50‒54 22 157 23 682 45 839
55‒59 18 892 19 053 37 945
60‒64 15 093 15 820 30 913
65+ 19 543 28 935 48 478
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah anak baik berjenis kelamin
laki-laki maupun perempuan (0-18 tahun) di Kabupaten Situbondo sebanyak
198.269 jiwa. Jumlah pemuda baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan
(20-29) sebanyak 100.947 jiwa. Jumlah orang dewasa baik laki-laki maupun
perempuan (30-59) sebanyak 291.565 Jiwa, dan jumlah usia lanjut baik laki-laki
maupun perempuan sebanyak 79.391 Jiwa. Dapat disimpulkan bahwa jumlah
penduduk di Kabupaten Situbondo dengan kategori usia dewasa dan kategori anak
merupakan jumlah penduduk terbanyak.
59
Tabel 4.3 Penguatan Kelembagaan Dan Klaster Hak Anak Pada SKPD Menurut
Tahun Angggaran 2012 Dan 2013
No. Penguatan Kelembagaan SKPD dan Jumlah anggaran
dan 5 Klaster Hak Anak Lembaga Tahun 2013 Tahun 2012
Terkait
1 Penguatan kelembagaan BPMP 40.000.000 40.000.000
(pelatihan KHA bagi
aparat dan pendamping,
kampanye, sosialisasi, dll)
2 Hak sipil dan kebebasan Kantor Perpus 59.999.900 75.997.000
(pemenuhan akta dan Arda
kelahiran, penyediaan
fasilitas perpustakaan
fasilitas teknologi
informasi, fasilitas
kelompok anak, fasilitas
kegiatan partisipasi anak,
dll)
3 Lingkungan keluarga dan Dinas Sosial 454.500.000 284.571.000
pengasuhan alternatif Disnakertrans 434.860.000 301.980.000
(pembinaan keluarga balita
dan remaja, penyediaan
dan pemeliharaan fasilitas
dan tenaga konsultasi,
penyediaan dan
pemeliharaan LKSA/panti,
dll)
4 Kesehatan dasar dan Dinas 177.956.100 1.577.868.450
kesejahteraan (gizi, Kesehatan
imunisasi, penanggulangan BPMP 30.000.000 30.000.000
penyakit, dll) LSM SAR - 40.000.000
5 Pendidikan, pemanfaatan Dinas 75.000.000 400.000.000
waktu luang dan kegiatan Pendidikan
seni budaya (PAUD, wajib Dinas Cipta 0 0
belajar 12 tahun, Karya
pengadaan, pemeliharaan, Dishub dan 0 0
fasilitas rekreasi, Kominfo
pengembangan kreatifitas Kantor LH 0 0
anak, dll)
6 Perlindungan khusus BPMP 150.100.000 190.100.000
(pelayanan, pengadaan dan
pemeliharaan fasilitas
perlindungan anak, dll)
Jumlah 1.422.416.000 2.920.516.450
Sumber: Perbup RAD KLA Tahun 2013-2017
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa anggaran untuk klaster hak sipil
dan kebebasan sebesar Rp. 75.997.000,- untuk tahun 2012 dan sebesar Rp.
62
tahun 2015, sejumlah 158 lokasi di Kabupaten Situbondo, terdiri dari Wi-Fi
gratis 25 titik dan Wi-Fi murah untuk masyarakat di sejumlah 133 titik.
Sedangkan jumlah pojok baca, taman cerdas, taman baca yang menyediakan
informasi sesuai kebutuhan dan usia anak tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Situbondo sebanyak 21 taman bacaan masyarakat (TBM) dan
jumlah perpustakaan desa yang sudah aktif sebanyak 52 Desa.
Fasilitas yang didata tersebut hanya yang termasuk dalam kriteria layak untuk
anak, yaitu bebas pelanggaran hak anak, misalnya: kekerasan, diskriminasi,
rasialisme, ancaman dan pornografi. Bahan informasi yang disediakan sudah
diperiksa dan ada pemantauan rutin dari Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah. Masyarakat dapat menikmati dan mengakses layanan tersebut tanpa
harus mengeluarkan biaya, misalnya untuk pembuatan kartu anggota
Perpusda dan ketika melakukan peminjaman. Penyebaran lokasi merata dan
menjangkau setiap pelosok, sudah memperhatikan kebutuhan anak, termasuk
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan anak dari kelompok miskin atau
korban bencana.
c. Presentase forum anak, termasuk kelompok anak, yang ada di
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Di Kabupaten Situbondo sudah dibentuk Forum Anak pada tahun 2011
melalui SK Bupati No. 188/602/P/004.2/2011 tanggal 2 November.
Pembentukan forum anak tersebut berdasarkan keputusan Kongres Anak
yang diselenggarakan 2 tahun sekali ketika masa kepengurusan akan berakhir.
Meskipun Forum Anak belum mewakili semua kelompok anak termasuk
anak yang memerlukan perlindungan khusus (AMPK), mempunyai visi, misi,
struktur organisasi dan rencana kerja serta sekretariat Forum Anak yang
bertempat di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BPMP).
Dalam menjalankan program kegiatan, forum anak didampingi oleh fasilitator
anak yang bertugas untuk mendampingi dan memfasilitasi kegiatan forum
anak. Forum anak sudah mulai aktif berpasrtisipasi baik dalam bidang
pendidikan maupun bidag sosial. Misalnya dalam bidang pendidikan, forum
anak aktif dalam mendampingi kegiatan MOS/MOPDB untuk menghindari
65
Seperti yang tercantum dalam Perbup No. 39 tahun 2013 tentang Rencana
Aksi Daerah Kabupaten Layak Anak 2013-2017 sebanyak 136 Desa/Kelurahan
yang ada di Kabupaten Situbondo hanya 5 (lima) Desa/Kelurahan yang dipilih
sebagai Desa/Kelurahan percontohan yang berkomitmen mengembangkan Forum
Anak, yaitu Desa Wringinanom, Kelurahan Dawuhan, Kelurahan Mimbaan,
Kelurahan Patokan dan Kelurahan Ardirejo. Seharusnya Desa/Kelurahan yang
dipilih sebagai percontohan dapat mengelola Forum Anak lebih pesat, tetapi pada
kenyataannya Pemerintah Desa maupun Kelurahan hanya sekedar memenuhi
himbauan dari Pemerintah Kabupaten untuk membentuk Forum Anak ditingkat
Desa/Kelurahan tanpa adanya tindak lanjut dengan program kerja atau agenda
kegiatan yang jelas. Bahkan Desa/Kelurahan yang dinobatkan sebagai
Desa/Kelurahan percontohan tidak tahu menahu tentang adanya desa percontohan.
Melalui penelitian yang dilakukan penulis dengan mengambil sampel 3 dari 5
Desa/Kelurahan yang dijadikan percontohan pengembangan Forum Anak, Kepala
Desa maupun Lurah mengaku tidak tahu menahu tentang Desa/Kelurahan
Percontohan, seperti yang dituturkan Bapak Dariharto selaku Kepala Desa
Wringinanom;
“Bagaimana? Desa percontohan? Itu gimana mbak? Saya ndak
pernah tahu kalau Desa Wringin Anom sebagai Desa
Percontohan, sejak kapan?... Perbup-nya saja saya tidak tahu
mbak, tidak ada himbauan kalau Desa Wringin Anom dijadikan
sebagai Desa Percontohan. Sejauh saya menjabat sejak tahun
2013 hingga sekarang tidak ada pemberitahuan semacam itu,
Perbup tahun berapa mbak?.” (Dariharto, wawancara 7 Juni 2016
pukul 09.00 WIB).
Dari penuturan tersebut membuktikan bahwa baik Desa maupun Kelurahan
terkait memang tidak tahu menahu perihal Desa/kelurahan percontohan seperti
yang tercantum di Perbup Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Daerah
Kabupaten Layak Anak Tahun 2013-2015. Memang di Desa/Kelurahan sudah
terbentuk Forum Anak namun kondisinya sama dengan Desa bahkan Kecamatan
yang sekedar membentuk tanpa ada kegiatan yang jelas, seharusnya
Desa/Kelurahan yang telah dijadikan percontohan lebih baik pengelolaannya
dibanding Desa/Kelurahan bahkan kecamatan lain. Berikut tabel rekapitulasi
71
Tabel 4.4 Rekapitulasi eksistensi forum anak di Kabupaten Situbondo Tahun 2016
Memiliki
Memiliki
Status Tgl/
Belum
Sudah
Nama Forum
SK
SK
No. Tingkat Nama Wilayah Forum Bln/ Alamat Sekretariat
Anak
Anak Thn
FA Kab. 02/11/
1.1 Kabupaten Situbondo Aktif - Ada Jl. PB Sudirman No. 1 Situbondo
Situbondo 2011
FA Kec. 17/06/
2.1 Kecamatan Sumbermalang Ada - Ada Jl. Rengganis No. 05 Sumbermalang
Sumbermalang 2015
FA Kec. 08/06/
2.2 Jatibanteng Ada - Ada Jl. Raya Jatibanteng No. 24
Jatibanteng 2015
2.3 Banyuglugur Belum Ada -
FA Kec. 09/06/
2.4 Besuki Aktif - Ada Jl. Raya Situbondo No. 59
Besuki 2015
FA Desa 15/06/
Desa Blimbing Ada - Ada Jl. Sumbermalang No. 04
Blimbing 2015
FA Kec. 09/06/
2.5 Kecamatan Suboh Ada - Ada Jl. Bondowoso No. 02
Suboh 2016
FA Kec. 12/06/
2.6 Mlandingan Ada - Ada Jl. Trebungan No. 03
Mlandingan 2015
2.7 Bungatan Belum Ada -
2.8 Kendit Belum Ada -
11/06/
2.9 kecamatan Panarukan Ada - Ada Jl. Raya Panarukan No. 02
2015
FA Ds. Wr. 24/10/
2.9.1 Desa Wringin Anom Aktif - Ada Jl. Raya Wringinanom, Panarukan
Anom 2012
73
FA Kec. 24/10/
2.10 Kecamatan Situbondo Aktif - Ada Jl. WR. Supratman
Situbondo 2012
2.10. FA Kel. 29/06/
Kelurahan Dawuhan Aktif - Ada Jl. Wijaya Kusuma No. 28
1 Dawuhan 2015
2.10. FA Kel. 15/06/
Patokan Aktif - Ada Jl. Mawar No. 14
2 Patokan 2015
FA Kec. 12/06/
2.11 Kecamatan Mangaran Ada - Ada Jl. Raya Mangaran No. 01
Mangaran 2016
2.12 Panji Belum Ada -
2.12. FA Kel. 24/10/
Kelurahan Mimbaan Aktif - Ada Jl. Besuki Rahmat
1 Mimbaan 2012
FA Kel. 24/10/
Ardirejo Aktif - Ada Jl. Pemuda
Ardirejo 2012
FA Kec. 09/05/
Kecamatan Kapongan Ada - Ada Jl. Raya Banyuwangi No. 354
Kapongan 2016
Arjasa Belum Ada -
Dari tabel di atas, dari 17 Kecamatan dan 136 Desa/Kelurahan yang ada di
kabupaten Situbondo hanya 9 Kecamatan dan 6 Desa/Kelurahan yang
berkomitmen membentuk Forum Anak. Jumlah tersebut berbeda dengan yang
tercantum di Laporan Kegiatan Forum Anak Tahun 2015, hal ini dikarenakan
fasilitator yang menyusun laporan kegiatan tahunan tersebut memang sengaja
hanya memasukkan daftar Desa/kelurahan maupun Kecamatan yang sudah
berkomitmen membentuk dan aktif mengembangkan Forum Anak. Kategori aktif
yang dimaksud disini yaitu Kecamatan sudah mampu menjalankan kegiatan
Forum Anak secara mandiri, tidak hanya sebatas pembentukan saja untuk
memenuhi instruksi dari Pemerintah Kabupaten Situbondo. Berikut bentuk
eksistensi forum anak dan partisipasi anak sebagai upaya dalam pemenuhan hak
anak:
1) Kongres Anak
Kongres anak merupakan pertemuan anak yang menghasilkan suatu
deklarasi anak. Kongres Anak diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali yaitu setiap
kali akan berakhir masa berlaku SK Kepengurusan Forum Anak. dalam kegiatan
kongres anak ini, selain pembentukan kepengurusan Forum Anak yang baru juga
dilakukan pemilihan Duta Anak Kabupaten Situbondo. Kegiatan ini bertempat di
Hotel Asri, Panarukan, Situbondo. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Forum Anak
Kab. Situbondo di bawah bimbingan BPMP Kab. Situbondo. Peserta yang hadir
dalam Kongres Anak merupakan perwakilan dari masing-masing Desa/Kelurahan
dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo. Kegiatan ini bertujuan untuk
memilih Duta Anak Situbondo untuk dikirimkan dalam Forum Anak Provinsi
Jawa Timur yang kemudian akan mengikuti seleksi untuk mengikuti kegiatan
Forum Anak Nasional. Bapak Bupati berkenan hadir dalam kegiatan ini dan
memberi wejangan untuk selalu giat berorganisasi, dengan tidak melupakan
kewajiban sebagai anak dan seorang pelajar. Selain itu Kongres anak membuat
peserta lebih mengenal permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak Situbondo
dalam kluster hak anak bidang Pendidikan, Partisipasi, Kesehatan, maupun
Perlindungan.
75
Tabel 4.6 Rekapitulasi hasil Observasi Pemantauan Dan Pendampingan MOS/MOPDB Ramah Anak Forum Anak Kabupaten
Situbondo Tahun 2015
Indikator
terhadap partisipasi /
Penerapan hukuman
Bagaimana kegiatan
mekanisme kegiatan
pemahaman panitia
dan resolusi konflik
komunikasi panitia
menangani peserta
Bagaimana panitia
digunakan/dibawa
terhadap peserta
Atribut / barang
Kelengkapan
Sejauh mana
Sejauh mana
berlangsung
Admnistrasi
kerjasama/
Efektivitas
hak anak
Sekolah
No Sekolah
yang
FA
Total
1 SMAN 1 Situbondo 5 8 9 9 7 2 9 4 9 62
2 SMAN 2 Situbondo 9 9 9 8 8 6 6 7 8 70
3 SMAN 1 Panji 8 5 6 8 7 9 8 7 8 66
4 SMAN 1 Panarukan 9 9 8 8 9 9 3 6 7 68
5 SMAN 1 Kapongan 7 5 8 6 7 9 5 4 8 59
6 SMAN 1 Suboh 8 6 8 8 8 9 7 6 9 70
7 SMAN 1 Besuki 6 2 7 8 8 6 6 5 7 55
8 SMAN 1 Asembagus 9 6 7 6 7 9 5 3 8 59
9 SMA Ibrahimy 7 3 7 7 8 9 7 6 5 56
Situbondo
10 SMKN 1 Panji 9 4 6 4 6 9 6 4 7 55
11 SMKN 1 Situbondo 9 9 7 6 8 9 8 6 8 70
12 SMKN 2 Situbondo 8 3 7 4 6 8 4 2 9 51
13 SMKN 1 Suboh 4 6 8 8 7 9 7 7 9 64
83
Indikator
terhadap partisipasi /
Penerapan hukuman
Bagaimana kegiatan
mekanisme kegiatan
pemahaman panitia
dan resolusi konflik
komunikasi panitia
menangani peserta
Bagaimana panitia
digunakan/dibawa
terhadap peserta
Atribut / barang
Kelengkapan
Sejauh mana
Sejauh mana
berlangsung
Admnistrasi
kerjasama/
Efektivitas
hak anak
Sekolah
No Sekolah
yang
FA
Total
4. Efektivitas kegiatan
Indikator ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat dipahami/tersampaikan makna/manfaatnya pada peserta.
Adapun variabel yang mempengaruhi nilai indkator ini beragam, antara lain:
a. Kondisi/keadaan peserta;
b. Kondisi/suasana tempat kegiatan;
c. Durasi kegiatan;
d. Pemateri dan materi kegiatan.
5. Hubungan panitia-peserta
Dalam indikator ini, dapat diketahui bagaimana hubungan yang dibangun
antara panitia dengan peserta MOPDB; apakah telah terdapat perpaduan atau
chemistry antar keduanya, atau malah bersifat kaku dan dingin. Hubungan yang
baik berkontribusi terhadap cepatnya peserta didik beradaptasi dengan sekolah
barunya.
6. Kerjasama/komunikasi panitia-forum anak
Indikator ini berusaha untuk menentukan seberapa jauh kerjasma dan
komunikasi yang telah dicapai antara panitia dengan forum anak, baik sebelum
maupun selama pelaksanaan kegiatan MOPDB.
7. Resolusi konflik
Setelah mengamati bagaimana sekolah/panitia memberikan hukuman dlam
menyelesaikan masalah pada peserta, kami dapat menentukan seberapa ramahkah
resolusi konflik pada sekolah mitra tersebut.
8. Pemahaman partisipasi/Hak Anak
Dalam indikator ini, dapat diketahui seberapa besar pemahaman
sekolah/panitia terhadap konsep partisipasi dan perlindungan anak. tingkat
pemahaman ini berhubungan dengan banyaknya implementasi konsep tersebut
pada sekolah mitra.
Dari tabel di atas, dapat kita ketahui dari 16 jumlah SMA Negeri maupun
swasta yang terdapat di Kabupaten Situbondo, yang termasuk dalam kategori
ramah anak yaitu berjumlah 4 (empat) sekolah, kategori sekolah menuju ramah
anak berjumlah 9 (sembilan) sekolah, sedangkan kategori untuk sekolah yang
86
sudah ramah anak berjumlah 3 (tiga) sekolah. Hal tersebut dikarenakan minimnya
komunikasi antara panitia dan Forum Anak sehingga menimbulkan perbedaan
persepsi terkait konsep partisipasi anak. Hal ini membuktikan masih tingginya
perpeloncoan di sekolah-sekolah baik dari panitia MOS/MOPDB itu sendiri
bahkan termasuk tenaga pendidik, Hal tersebut dikarenakan masih adanya
hukuman fisik spontan yang diberikan oleh oknum guru. Keikutsertaan Forum
Anak dalam pendampingan MOS/MOPDB bertujuan untuk mencegah terjadinya
perpeloncoan hingga tindak kekerasan di sekolah-sekolah. Namun tidak ada
sanksi tegas dari pemerintah daerah Kabupaten Situbondo terhadap sekolah yang
masuk kategori tidak ramah anak. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh
Muhammad Fahri Priambudi selaku fasilitator anak;
Ndak mau nerima, ndak welcome, saya ditelfon baru saya datang.”
(Drs. Subandi, wawancara 25 Agustus 2016 Pukul 10.30 WIB)
Hal ini membuktikan bahwa pandangan masyarakat terhadap keterlibatan
partisipasi anak masih dipandang sebelah mata. Sehingga pada pelaksanaan
kegiata forum anak tidak bisa berjalan sendiri, namun masih ada campur tangan
dan intervensi dari pemerintah Kabupaten sebagai pembina dan penanggung
jawab.
menjadi bagian dari Liaison Officer (LO) atau panitia penyelenggara kegiatan
tersebut. Kegiatan yang berlangsung pada 8 s.d 11 Agustus 2015 itu bertempat di
Kampus IPC Ciawi, Bogor Jawa Barat.
Tema FAN 2015 adalah “Kebhinekaan, Persaudaraan, Cinta Tanah Air dan
Gotong Royong”. Tema tersebut direalisasikan melalui kegiatan-kegiatan seperti
penguatan kapasitas, diskusi interaktif, permainan-permainan kekompakan yang
sangat seru, serta apresiasi seni dari berbagai daerah di pelosok negeri. Selain itu
juga ada pengumuman pemenang Tunas Muda Pemimpin Indonesia (TMPI) dan
Data Forum Anak Awards (DAFA AWARDS) 2015. Forum Anak Kabupaten
Situbondo mendapatkan penghargaan DAFA AWARDS terfavorit dan membawa
pulang piagam penghargaan berdasarkan program kegiatan yang sudah dilakukan.
Setelah kegiatan FAN 2015 berakhir, peserta dan panitia FAN diantar
menuju Istana Bogor untuk bersama-sama mengikuti Puncak Perayaan Hari Anak
Nasional Tahun 2015 bersama Bapak Presiden. Dalam kesempatan itu juga
dibagikan Anugerah Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) kepada daerah yang
telah berkomitmen untuk mengembangkan implementasi KLA di daerah mereka
masing-masing. Provinsi Jawa Timur meraih penghargaan tersebut. Terdapat
sekitar 15 kabupaten/kota di Jawa Timur yang mendapatkan anugerah serupa,
namun sayangnya tidak ada yang berasal dari daerah Tapal Kuda. Hal ini
mendorong agar Pemerintah Kabupaten Situbondo lebih memperhatikan dan
berkomitmen untuk menyempurnakan pelaksanaan KLA khususnya
pengembangan forum anak yang sudah lebih dari empat tahun ini, namun hingga
sekarang Situbondo masih dalam kategori menuju Kabupaten Layak Anak.
tersebut tercantum tugas dan fungsi Forum Anak, serta struktur personalia
Forum Anak. Forum anak tidak hanya dibentuk di tingkat Kabupaten saja
tetapi juga dibentuk ditingkat Kecamatan hingga tingkat Desa/Kelurahan
yang relatif telah mewakili semua anak dari berbagai latar belakang.
Komunikasi yang dilakukan BPMP untuk mendistribusikan kebijakan
terkait pembentukan Forum Anak yaitu dengan cara sosialisasi dan
melakukan beberapa pengarahan dalam beberapa pertemuan kongres anak
yang dilaksanakan selama 2 tahun sekali. Pada tahun 2015, BPMP
merencanakan akan membentuk Forum Anak di 136 Desa/Kelurahan. BPMP
sebagai pembina Forum Anak melakukan sosialisasi pada tahun 2015 terkait
pembentukan Forum Anak di 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Situbondo. Sedangkan dalam rangka menindaklanjuti pembentukan Forum
Anak, pada tahun 2016 BPMP melakukan kegiatan Penguatan Kapasitas
Forum Anak dan Kongres Anak dalam rangka pemilihan Kepengurusan
Forum Anak periode 2016.
3) Tersedianya fasilitas informasi layak anak
Pemerintah Kabupaten Situbondo berkomitmen mengembangkan program
Kabupaten Layak Anak demi terpenuhinya hak-hak anak. Sebagai bentuk
komitmen pemerintah dalam memenuhi hak anak tersedianya informasi yang
layak bagi anak, pemerintah Kabupaten Situbondo menguraikan indikator
tersebut dalam beberapa aktivitas, diantaranya:
a) Lokakarya perumusan sistem dan mekanisme kontrol informasi
terhadap anak
b) Pengesahan sistem dan mekanisme kontrol informasi
c) Penindakan terhadap perusahaan yang tidak mentaati aturan
d) Memperbanyak taman bacaan dan perpustakaan keliling untuk anak
e) Mengembangkan koran anak
Adapun tujuan dari program tersebut yaitu adanya aturan tentang jam
belajar, jam menonton TV, jam bermain dan di warnet bagi anak, adanya
perusahaan dan pihak-pihak yang ditindak sebab melanggar aturan, di setiap
97
RW terdapat taman baca untuk anak dan terjadinya rolling buku bacaan yang
dikoordinasikan oleh perpustakaan keliling.
Pemerintah Kabupaten bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
membangun Taman Baca Masyarakat (TBM) yang tersebar di sebagian besar
Kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo.
b. Analisis terhadap masalah
Permalasahan yang terjadi dalam beberapa indikator untuk klaster hak sipil
dan kebebasan, yaitu;
1) Presentase kepemilikan akta kelahiran
Meskipun telah ada desa-desa yang hampir semua anaknya tercatat
memiliki akta kelahiran, namun masih lebih dari 18,8% anak belum
mempunyai akta kelahiran. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran
sebagian masyarakat akan arti pentingnya dokumen kependudukan, kondisi
sosial budaya masyarakat yang menyebabkan minat mengurus dokumen
kependudukan hanya pada saat dibutuhkan, kondisi ekonomi masyarakat
yang menyebabkan masyarakat dengan tempat tinggalnya jauh kurang
berminat mengurus atau mengajukan dokumen kependudukan ke Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, masih ada sebagian masyarakat yang
menggunakan jasa calo dalam mengurus dokumen kependudukan dengan
harga yang mahal sehingga masyarakat menganggap bahwa pengurusan
dokumen dikenakan biaya mahal.
2) Pembentukan forum anak dan partisiapasi anak
Forum anak atau Dewan perwakilan anak memang telah ada ditingkat
Kabupaten, Kecamatan dan Desa/kelurahan meski belum seluruhnya, namun
relatif belum mewakili semua anak dari berbagai latar belakang. Seharusnya
forum anak menjadi wadah aspirasi atas semua kelompok atau komunitas
anak, misalnya kelompok anak jalanan, komunitas pencinta motor, dll.
Selama program berjalan hanya segelintir anggota komunitas ikut dalam
kegiatan anak, namun tidak lama karena mereka merasa kurang percaya diri
bergabung dengan anak sekolah, sehingga mereka memutuskan untuk
berhenti mengikuti kegiatan forum anak.
98
perlu menunggu lama dan tanpa dipungut biaya apapun apabila dokumen
yang disapkan sudah lengkap dan tidak ada kesalahan.
2) Terbentuknya forum anak di Kabupaten hingga tingkat kecamatan dan
Desa/kelurahan
Pemerintah melaksanakan berbagai kegiatan untuk melakukan
pembentukan dan mengenalkan program forum anak di tingkat kecamatan
hingga Desa/kelurahan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mengenalkan forum anak yaitu dengan mengikutsertakan anak dalam
musyawarah perencanaan pembangunan yang diselenggarakan di tingkat
Desa dan Kecamatan. Dalam kegiatan tersebut anak menyampaikan aspirasi
dan fasilitas yang mendukung tumbuh kembang anak.
Dalam upaya pembentukan forum anak, pemerintah melaksanakan sosialisasi
untuk membentuk forum anak yang dilaksanakan di tiga sektor yaitu sektor
timur bertempat di Balitas Kecamatan Banyuputih, sektor tengah bertempat di
Kaliurang Kecamatan Kapongan dan sektor barat bertempat di Kecamatan
Banyuglugur. Setelah melakukan sosialisasi terkait pembentukan forum anak,
pemerintah kabupaten dalam hal ini BPMP yang merupakan tempat
sekretariat forum anak melakukan sosialisasi penguatan forum anak, hal
tersebut bertujuan agar forum anak yang sudah terbentuk tidak terbengkalai
jadi bukan hanya sekedar membentuk kemudian tidak ada kegiatan yang
terlaksana.
3) Tersedianya fasilitas informasi layak anak
Dalam upaya penyediaan informasi layak anak, SKPD yang terkait yaitu
Dinas Kominfo dan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah. Dinas
Komunikasi dan Informasi bertugas untuk mengontrol setiap informasi yang
tersedia untuk anak dengan tujuan pencegahan komunikasi yang berisi konten
negatif dan membahayakan tumbuh kembang anak. Sedangkan Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah bertugas untuk menyediakan informasi yang
layak bagi anak. Program yang dijalankan oleh Kantor perpustakaan dan
Arsip Daerah, yaitu:
a) Memperbanyak taman bacaan dan perpustakaan keliling untuk anak
102
Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa beberapa indikator masih belum
terlaksana yaitu memfasilitasi pembentukan forum anak di tingkat desa dan
kecamatan, lokakarya perumusan sistem dan mekanisme kontrol informasi
terhadap anak, Pengesahan sistem dan mekanisme kontrol informasi, Penindakan
terhadap perusahaan yang tidak mentaati peraturan, serta Mengembangkan koran
anak.
d. Pengukuran terhadap tingkat perubahan yang terjadi
1) Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
a) Presentase kepemilikan akta kelahiran
Gambar 4.2 Presentase kepemilikan Akta Kelahiran Tahun 2014-2017
90
80
70
60
50 East
40 West
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017
Dari gambar diatas dapat kita ketahui presentase kepemilikan akta kelahiran
pada tahun 2014 hingga per Januari Tahun 2017. Apabila dijumlahkan rata-
rata pada tahun 2014 presetase anak yang teregistrasi memiliki akta
kelahiran yaitu sebesar 66%, pada tahun 2015 presentase kepemilikan akta
kelahiran meningkat sebesar 4,35% menjadi 70,35% per Desember 2015.
Kemudian pada tahun 2016, presentase kepemilikan akta kelahiran
mencapai 82,20% per Desember 2016 meningkat sebesar 11,85% dari tahun
sebelumnya. Angka tersebut melampaui target pencapaian tersebut yang
telah ditentukan ditentukan pemerintah pusat sesuai RPJMN/Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 bahwa penyelesaian target nasional
penerbitan akta kelahiran anak usia 0-18 tahun 2016 yaitu sebesar 77,5%.
Sedangkan pada tahun 2017 presentase anak yang teregistrasi memiliki akta
kelahiran meningkat sebesar 0,69% menjadi 82,89% per Januari 2017.
2) Rekapitulasi pembentukan forum anak
Tabel 4.11 Rekapitulasi Forum Anak Tahun 2011-2016
Jumlah Forum Anak Memiliki Belum
Tahun
Kab. Des/Kel Kec. SK memiliki SK
2011 1 1 -
2012 3 1 4 -
2013 - -
2014 - -
2015 12 5 7 10
2016 3 3 -
Jumlah 1 15 9 15 10
Sumber: laporan forum anak tahun 2015
satunya yaitu Dinas Komunikasi dan Informasi yang sama sekali tidak
melaksanakan tupoksi seperti yang tercantum di Peraturan Bupati, yaitu
mekanisme kontrol terhadap informasi negatif untuk anak dengan kegiatan
pengadaan lokakarya perumusan sistem dan mekanisme kontrol informasi
terhadap anak serta pengesahan sistem dan mekanisme kontrol informasi, bahkan
kegiatan tersebut belum terlaksana hingga kebijakan akan berakhir.
f. Indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak
1) Presentase kepemilikan akta kelahiran telah melampaui target yang
ditentukan oleh pemerintah pusat
Sesuai RPJMN/Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 bahwa
penyelesaian target nasional penerbitan akta kelahiran anak (0-18 tahun) pada
tahun 2016 sebesar 77,5% yaitu sejumlah 125.855 jiwa dari total jumlah anak
usia 0-18 tahun sebesar 162.394 jiwa. Sedangkan cakupan penerbitan akta
kelahiran berdasarkan Sistem Informasi Adiministrasi Kependudukan (SIAK)
untuk saat ini baru mencapai 74,72% (121.336 jiwa). Sehingga Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Situbondo harus
menyelesaikan penerbitan akta kelahiran sebesar 2,78% (4.519 jiwa). Pada
Desember 2016, presentase kepemilikan akta kelahiran sebesar 82%
mengalami peningkatan sebesar 7,28% dari tahun sebelumnya dan mampu
melampaui target sebesar 4,5% dari target yang ditentukan pemerintah pusat.
Selain itu, inovasi dan kreasi yang dilakukan pemerintah memberikan
kepuasan masyarakat dengan sistem pelayanan yang memudahkan
masyarakat dengan program Perisai Mas (Pelayanan Sehari Masyarakat
Senang), Pelanduk Cepat (Pelayanan Penduduk Cetak di Tempat) serta
pemberian “souvenir” berupa akta kelahiran kepada orang tua yang
melakukan persalinan di Rumas Sakit Umum Daerah. Berikut penuturan
masyarakat yang telah mendapatkan “souvenir” berupa akta kelahiran;
“setelah saya berada di ruang bersalin, perawat meminta kepada
Ibu Saya untuk menyiapkan surat-surat untuk melengkapi
pembuatan akta kelahiran buat bayi saya. Jadi nanti kalau saya
sudah diijinkan pulang dari Rumah Sakit sudah bisa langsung
membawa akta lahir. Enak mbak, ndak repot ngurusi ke
109
mereka terkait apa yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya. Tidak
hanya itu, pasrtisipasi forum anak juga dalam beberapa festival pendidikan
untuk memberikan motivasi bagi anak agar mengecap pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Forum anak juga melakukan pengawasan dan penilaian
terhadap beberapa sekolah yang tergolong kategori ramah anak atau tidak
melalui pendampingan dalam kegiatan MOS/MOPDB. Hasil tersebut
disampaikan kepada BPMP dan Dinas Pendidikan untuk melakukan tindakan
terhadap sekolah yang tergolong kategori tidak ramah anak. Bagi sekolah
yang masuk dalam kategori tidak ramah anak akan dikenakan sanksi berupa
teguran dari Dinas Pendidikan. Kegiatan pendampingan MOS/MOPDB yang
dilakukan forum anak dilaksanakan setiap tahun pada masa penerimaan siswa
baru. Melalui program kegiatan tersebut, forum anak mendapatkan
penghargaan berupa DAFA AWARDS tahun 2015 dalam kategori daftar
program kegiatan favorit.
3) Telah tersedia taman baca di berbagai kecamatan baik yang merupakan
binaan pemerintah maupun individu
Sebagai bentuk dari penyediaan informasi yang layak bagi anak,
pemerintah kabupaten melalui Kantor Perpustakaan Umum Dan Arsip Daerah
menyediakan informasi untuk anak melalui beberapa program misalnya
dengan menggunakan mobil pintar perpustakaan keliling untuk menjangkau
tempat-tempat terpencil dengan fasilitas perpustakaan yang belum memadai.
Tempat tujuan perpustakaan keliling yaitu Desa dan Sekolah, tujuannya untuk
memberikan pelayanan dan pendampingan serta mengecek kondisi dan
fasilitas perpustakaan yang tersedia di Desa maupun Sekolah masih layak atau
tidak untuk anak. Mobil perpustakaan keliling tidak hanya beroperasi ketika
hari aktif saja tetapi juga ketika malam minggu bertempat di Alun-alun
Kabupaten Situbondo, karena pada malam minggu di Alun-alun merupakan
tempat berkumpul masyarakat mulai dari anak hingga orang dewasa. Sehingga
anak yang berkunjung bisa bermain dan belajar meskipun buku tidak dapat
dipinjam dan dibaca ditempat. Selain itu, telah banyak didirikan TBM (Taman
Baca Masyarakat) di berbagai kecamatan untuk mendukung tersedianya
111
24 Tahun 2013 disebutkan bahwa pengurusan akte kelahiran bisa dilakukan oleh
siapa saja tidak harus wali sah. Pemerintah hanya mampu menekan dan
membatasi jumlah biro jasa tersebut dengan cara program pelayanan PERISAI
MAS hanya untuk wali sah. Apabila menggunakan biro jasa maka pelayanan akan
diperlambat hingga 3 hari selesai.
b. Faktor administrasi pernikahan
Kendala dalam pegurusan akte kelahiran yaitu salah satunya adalah
kepemilikan buku nikah. Masih adanya perkawinan tanpa melalui proses hukum
atau yang dikenal dengan istilah “kawin siri” hal ini dikarenakan beberapa faktor
salah satunya yaitu pernikahan dibawah usia 18 tahun. Sehingga mereka tidak
akan mendapatkan buku nikah dan akibatnya anak juga tidak akan memiliki akte
kelahiran. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Marwito,
“Masalah terkait administrasi pernikahan. Orang tuanya tidak
memiliki buku nikah atau orang tuanya sudah bercerai. Nah untuk itu
harus melalui proses pengadilan, kadang masyarakat tidak mau
melalui proses tersebut”. (Drs. Marwito, M.Si, wawancara 13 Maret
2017 pukul 09.00 WIB)
Selain itu, Dinas Komunkasi dan Informasi juga membenarkan tidak adanya
koordinasi antar SKPD dalam pelaksanaan Kebijakan Kabupaten Layak Anak.
Berikut penuturan Bapak Mardiko Wicaksono, S.Kom selaku Kasi Infrastruktur
dan Teknologi Dinas Komunikasi dan Informasi,
Anak, serta menyediakan berbagai informasi yang layak bagi anak. Berikut ini
uraian alokasi anggaran untuk klaster Hak Sipil dan Kebebasan:
Tabel 4.14 Alokasi Anggaran Forum Anak
2013 2014 2015 2016
Anak yang diregistrasi
dan mendapatkan
kutipan akta 208.724.900 456.665.500 491.469.000 -
kelahiran/100% (semua
anak)
Fasilitas informasi
layak anak/ada,
dapat diakses oleh
semua anak dan 216.199.950 184.693.500 184.103.175 -
jumlahnya
meningkat setiap
tahun
Forum anak,
termasuk kelompok
anak yang ada di
kabupaten, kota,
kecamatan dan
40.000.000 147..460.000 173.439.000 292.654.000
desa/keluarahan
meningkat setiap
tahun dan harus ada
forum anak
kabupaten/kota
Selain itu, program forum anak ditingkat kecamatan dan desa belum
memiliki program kerja yang jelas, sehingga belum ada laporan kegiatan yang
sudah terlaksana. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Hadi Soesanto, SH selaku
Kasi Pembangunan Kecamatan Besuki;
“kami sudah membentuk forum anak tetapi memang tidak seberapa
aktif dibandingkan dengan forum anak yang ada di Kabupaten.
Karena untuk menyusun dan melakukan kegiatan tidak ada
pendampingan dari Kabupaten atau istilahnya tidak ada fasilitator
118
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti terkait evaluasi
kebijakan pengembangan kabupaten layak anak khususnya dalam pemenuhan
klaster hak sipil dan kebebasan melalui ketercapaian indikator yang telah
ditentukan oleh pemerintah kabupaten situbondo tercantum dalam Peraturan
Bupati No. 39 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Daerah Kabupaten Layak Anak
(KLA) Tahun 2013-2017 bahwa adanya kebijakan kabupaten layak anak belum
sepenuhnya memberikan perubahan kepada masyarakat terutama terkait
pemenuhan hak anak. Adapun indikator tersebut, antara lain, presentase
kepemilikan akta kelahiran, pembentukan forum anak sebagai wadah partisipasi
anak, serta adanya sistem dan mekanisme kontrol terhadap informasi negatif
untuk anak.
Dari hasil evaluasi kebijakan pengembangan Kabupaten Layak Anak (KLA)
khususnya dalam klaster Hak Sipil dan Kebebasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Indikator yang telah ditentukan Pemerintah Kabupaten sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Bupati No. 39 Tahun 2013 belum tercapai, hal
ini terbukti dengan belum semua anak teregistrasi memiliki akta kelahiran,
hanya 9 Kecamatan dan 6 Desa/Kelurahan yang berkomitmen
mengembangkan Forum Anak, belum dilaksakannya mekanisme lokakarya
dan mekanisme kontrol terhadap informasi negatif untuk anak. Kabupaten
Situbondo masih tergolong kategori Kabupaten Menuju Layak Anak masih
belum dikategorikan sebagai Kabupaten Layak Anak.
2. Hambatan dalam ketercapaian indikator tersebut yaitu kurangnya keseriusan
pemerintah dalam menjalankan kebijakan kabupaten layak anak,
keterbatasan anggaran, kurangnya koordinasi antar SKPD, masih adanya
biro jasa, permasalahan administrasi pernikahan dan tidak tersedianya
fasilitator anak di tingkat Kecamatan.
120
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi. Jakarta: PT. Buku Seru
Saiful Mujani, dkk. 2012. Kuasa rakyat (analisis tentang perilaku memilih dalam
pemilihan legislatif dan presiden indonesia pasca-orde baru). Jakarta
Selatan: Mizan Publika
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Edisi keempat. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Edisi ketiga. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Produk Hukum:
UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Kebijakan
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Indikator
Kabupaten/Kota Layak Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Panduan
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak
Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
Peraturan Bupati Situbondo Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Rencana Aksi Daerah
Kabupaten Layak Anak (RAD-KLA) Tahun 2013-2017
Website:
http://bappeda.situbondokab.go.id
http://situbondo.bps.go.id