Anda di halaman 1dari 17

Filsafat Jiwa Islam

Ibnu Maskawaih

Dr. M. Zainal Abidin, M.Ag


Biografi Ibnu Maskawaih
• Nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub dan
bergelar Maskawaih. Dijuluki juga Abu al Khazin (sang
penyimpan), karena ia penyimpan buku-buku milik khalifah
al Malik Adhdudaulah bin Buwaih (berkuasa 367-372 H)
• Lahir di kota Ray (Iran) pada tahun 330 H (941 M) dan
meninggal di Isfahan pada tanggal 421 H (1030 M).
• Mengenai pendidikannya tidak banyak diketahui. Hanya
diketahui ia belajar sejarah yaitu kitab Tarikh al-Thabari
kepada Abu Bakar Ahmad ibn Kamil Al-Qadhi dan belajar
filsafat kepada Ibn al-Khammar, seorang komentator filsafat
Aristoteles terkenal pada masa itu.
Biografi Ibnu Maskawaih
• Ibnu Miskawaih menulis buku-buku kedokteran,
sejarah, akhlak, dan psikologi. Dia juga konsern dalam
bidang ilmu bahasa, sastra, dan ilmu-ilmu kuno.
• Tulisan Ibnu Miskawaih banyak dipengaruhi oleh filsafat
Yunani, Plato, Aristoteles, Forforius, Enbadgless serta
kaum Neo-Platonis.
• Popularitas Miskwaih umumnya karena filsafat
etikanya. Alirannya ini merupakan gabungan dari
pendapat Plato, Aristoteles, Galenos, dan hukum-
hukum syariat Islam.
KARYA-KARYA SEPUTAR AKHLAK/ JIWA
1. Tahdzib al-Akhlaq (akhlak)
2. Al-Fauz al-Ashgar
3. As-Sa’adah (akhlak dan
politik)
Dalam manuskrip:
1. Risalah fi al-Ladzdzat wa al-Alam
fi Jauhar an-Nafs
2. Ajwibah wa As’ilah fi an-Nafs wa
al-’Aql
3. Thaharah an-Nafs
Antara Akhlak dan Jiwa

Jalan untuk mencapai akhlak


adalah pertama-tama
dengan mengenal jiwa,
daya-dayanya, sifat-sifatnya,
dan kesempurnaannya.
Pengertian Jiwa
jiwa sebagai subtansi sederhana yang tidak dapat
diindera oleh salah satu indera.

jiwa bukanlah fisik, bukan bagian darinya dan bukan pula salah satu
kondisi nya. Jiwa adalah sesuatu yang berbeda dengan fisik, baik dari
segi subtansinya, hukum2nya, ciri2nya, maupun perilakunya.

Jiwa berasal dari substansi yang lebih tinggi, lebih mulia, dan lebih
utama dari sesuatu yang bersifat fisik di dunia
DAYA-DAYA JIWA

1. •Daya Rasional

2. •Daya Emosi

3. •Daya Syahwat
Daya-daya Jiwa
• Daya rasional, yaitu jiwa yang menjadi dasar berpikir,
membedakan, dan menalar hakikat segala sesuatu.
Pusatnya di otak.
• Daya emosi (an nafs as sabu’iyyah). Jiwa ini menjadi
dasar kemarahan, tantangan, keberanian, keinginan
berkuasa, pangkat, dan kesempurnaan. Pusatnya di
hati.
• Daya syahwat (an nafs al bahimiyah). Jiwa ini menjadi
dasar syahwat, makan, rindu utuk makan, minum
dan kawin serta berbagai kenikmatan inderawi.
Pusatnya di hati.
Jiwa ilmu &
normal
Rasional hikmah.

Normal dan
Jiwa Syahwat tunduk pada jiwa al-Iffah
rasional

Normal dan hilm &


Jiwa Emosi tunduk pada
jiwa rasional as-syaja’ah

al-’adalah
Daya-daya Jiwa
• Al Hikmah adalah keutamaan jiwa rasional,
yaitu mengenal seluruh maujudat, isu2
kemanusiaan, dan isu2 ketuhanan.
• Al ‘Iffah (kehormatan diri) adalah keutamaan
jiwa syahwat, yaitu jika manusia
memperlakukan syahwatnya sesuai arahan
jiwa rasional, sehingga tidak tunduk kepada
syahwat dan menjadi budak nafsu.
Daya-daya Jiwa
• Asy Syajaah adalah keutamaan jiwa emosi,
yaitu jika tunduk kepada jiwa rasional. Tidak
takut pada hal2 yang mengejutkan selama
itu baik, dan sabar atas cobaan dengan cara
terpuji.
• Al ‘Adalah adalah keutamaan jiwa yang
terjadi karena berkumpulnya ketiga
keutamaan di atas yang sudah dibiasakan.
Penyakit Jiwa, Penyebab dan Terapinya
Jiwa dan badan saling berhubungan dan
mempengaruhi. Apabila badan sakit
maka jiwa dan daya-dayanya juga sakit,
sehingga akal berubah dan mengingkari
otak, pikiran, fantasi dan daya-dayanya.
Oleh karena itu, kita harus memeriksa
penyakit jiwa kita yang berasal dari zat
jiwa, fisik dan indera.
Menjaga Kesehatan Jiwa
Apabila seseorang ingin jiwanya baik,
mulia, rindu dengan ilmu sejati dan
pengetahuan yang benar, maka berusaha
menjaga kesehatan jiwanya bergaul
dengan orang-orang baik dan menghindari
atau menjauhi pergaulan yang tidak baik,
agar tidak terpengaruh dengan yang tidak
baik.
Ibnu Miskawaih membagi metode dalam menjaga
kesehatan jiwa, yaitu :
1. Terus-menerus melakukan penalaran dan
perenungan.
2. Mengetahui nikmat mulia dan terhormat.
3. Tidak diperbolehkan menggerakkan daya
syahwat dan daya emosinya.
4. Memikirkan dengan matang perbuatan dari
jiwanya sendiri.
5. Mengenal aibnya sendiri dan memilih teman
sempurna dan terhormat untuk bercerita
mengenai aibnya.
6. Harus melihat aib dan keburukan orag lain.
Menurut Ibnu Miskawaih penyakit jiwa yang
dominan dan epidemik dari beberapa jenis
penyakit jiwa, yaitu takut dengan kematian dan
kesedihan yang disebabkan dari ketakutan
manusia seperti :
1. Tidak mengetahui hakikat kematian.
2. Tidak mengetahui nasib jiwa setelah
kematian.
3. Menduga jika badan rusak dan susunannya
hancur, maka zatnya hancur dan jiwanya
rusak, menduga alam selalu abadi,
sedangkan ia tidak berada di dalamnya.
4. Menduga kematian adalah penderitaan besar,
berbeda dengan penderitaan sebelumnya
dan menimbulkan kematian.
5. Percaya ia mendapatkan siksaan setelah
kematian.
6. Bingung dan tidak tahu apa yang diberikan
setelah kematian.
7. Menyesali uang dan simpanan yang
ditinggalkan.
Wassalam……

Anda mungkin juga menyukai