Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENTINGNYA PENGGUNAAN KALIMAT YANG BENAR DALAM


PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia)

Disusun Oleh:
Alliya Nabilah Rachma Putri
1901010046

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(STMIK) PRIMAKARA
2019

1
MAKALAH

PENTINGNYA PENGGUNAAN KALIMAT YANG BENAR DALAM


PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia)

Disusun Oleh:
Alliya Nabilah Rachma Putri
1901010046

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(STMIK) PRIMAKARA
2019

i
ABSTRAK

Penelitian ini berisikan tentang pengertian kalimat, unsur-unsur kalimat, dan jenis-
jenis kalimat. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami pentingnya penggunaan
kalimat dalam penulisan karya tulis ilmiah. Metode penelitian yang dipakai adalah
pengumpulan data dari buku dan e-book. Fokus dari penulisan makalah ini adalah untuk
menjelaskan bagian-bagian kalimat dan penggunaan kalimat yang tepat dan benar saat
menulis sebuah karya tulis ilmiah seperti makalah.

Kata kunci: kalimat, unsur, jenis

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunianya baik berupa kesehatan maupun kesempatan sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Makalah ini dibuat
untuk melaksanakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisikan beberapa informasi mengenai kalimat, unsur-unsurnya, dan
jenis-jenis kalimat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
penggunaan tata kalimat yang benar bagi para pembaca dan juga bagi penulis dalam
membuat sebuah karya tulis ilmiah.
Pada kesempatan kali ini, tidak lupa saya selaku penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Anak Agung Gede Adi Mega Putra, S.Sos.H., M.Pd
selaku pembimbing sekaligus dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
yang ada di dalamnya, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak, sangat saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini, harapan penulis mudah-mudahan makalah ini
dapat memenuhi fungsinya.

Denpasar, 2 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
ABSTRAK...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
1.4 Manfaat penulian............................................................................................ 2
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................... 2
1.4.2 Manfaat Praktis.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kalimat.........................................................................................3
2.2. Unsur-Unsur Kalimat.....................................................................................4
2.2.1. Subjek.................................................................................................4
2.2.2. Objek ..................................................................................................7
2.2.3. Pelengkap ...........................................................................................8
2.2.4. Keterangan .........................................................................................9
2.3. Jenis-Jenis Kalimat.......................................................................................10
2.3.2 Kalimat Tunggal...............................................................................11
2.3.3 Kalimat Majemuk.............................................................................14
2.3.4 Kalimat Mayor.................................................................................17
2.3.5 Kalimat Minor..................................................................................17
2.3.6 Kalimat Berita..................................................................................17
2.3.7 Kalimat Perintah...............................................................................18
2.3.8 Kalimat Tanya..................................................................................18
2.3.9 Kalimat Seru.....................................................................................19
2.3.10 Kalimat Penegasan...........................................................................19

iv
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan...................................................................................................... 20
3.2 Saran............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan tulis - menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam
proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada
setiap semester para mahasiswa harus menulis makalah atau tulisan lainnya untuk
memenuhi tugas mata kuliah tertentu. Dengan demikian, mereka diharapakan akan
memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya. Dalam
menghadapi tugas menulis diatas sebagian besar mahasiswa menganggapnya sebagi beban
berat. Anggapan tersebut muncul karena kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga,
pemikiran, serta butuh perhatian yang lebih dalam mengerjakannya. Disamping itu
kegiatan menulis menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh beberapa
mahasiswa.

Tentu saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak semudah menulis di lembaga
pendidikan dasar atau menengah. Contohnya penulisan karya tulis ilmiah yang merupakan
salah satu ciri pokok kegiatan perguruan tinggi. Karya tulis ilmiah adalah karya tulis atau
bentuk lainnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni yang ditulis atau
dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah, dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah
yang telah disepakati atau ditetapkan. Dimana dosen maupun mahasiswa pasti akan
membuat suatu karya tulis ilmiah baik itu makalah, skripsi atau tugas akhir, tesis, disertasi,
jurnal, dan lain-lainnya. 

Dalam hal menulis baik itu dalam penulisan karya tulis ilmiah maupun tulisan
lainnya perlu menggunakan kalimat yang baik dan benar. Kalimat memiliki peran penting
sebagai wujud tuturan dalam komunikasi dan wujud interaksi dengan sesama manusia.
Penulis perlu memperhatikan pilihan kalimat yang digunakan agar dapat dengan mudah
dipahahami oleh para pembaca nantinya.

Namun masih banyak orang khususnya mahasiswa yang belum mengetahui dan
memahami tentang penggunaan dan pemilihan kalimat yang benar dalam bentuk tulisan.
Kalimat yang baik persyaratan utamanya harus memenuhi persyaratan. Hal tersebut berarti
bahwa kalimat harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah
tersebut menurut Sabarti Akhadiah dkk (1988) meliputi: (1) Unsur-unsur penting yang
harus dimiliki setiap kalimat, (2) Aturan-aturan tentang PUEBI, (3) Cara memilih kata
dalam kalimat (diksi).

Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat.


Oleh sebab itu sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang
lengkap ini harus ditulis sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipiih dengan tepat,
sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul
“Pentingnya Penggunaan Kalimat yang Benar Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah”.
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan para pembaca bisa menggunakannya sebagai
pedoman dalam pembuatan suatu karya tulis ilmiah atau memperbaiki kesalahan
sebelumnya saat pembuatan karya tulis ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian kalimat?
1.2.2 Bagaimanakah unsur-unsur kalimat?
1.2.3 Bagaimanakah jenis-jenis kalimat?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang pengertian kalimat.
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur pada kalimat.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kalimat.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan masukan
dalam bidang Pendidikan. Khususnya dalam kegiatan pembelajarn di sekolah mupun
di universitas. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian
sebelumnya dan digunakan dalam pembuatan penelitian lebih lanjut dan lainnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran tentang penggunaan tata kalimat yang benar dalam penulisan karya tulis
ilmiah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat


Kalimat menurut Fokker (Djonhar, 1980: 11), adalah ucapan bahasa yang
mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh turunnya suara. Jadi
kriterium yang akan dipakai untuk menentukan apakah akan dihadapkan dengan kalimat
atau tidak ialah yang dinamakan bunyi kalimat atau intonasi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian kalimat adalah satu


kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; perkataan; Ling
satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara
aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Sedangkan menurut Dr. R. Kunjana Rahardi dalam bukunya (Kunjana, 2010: 76),
kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk
menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagi satuan bahasa terkecil karena
sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan kebahasaan lain yang jauh
lebih besar. Pakar berbeda menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi akhir, dan secara aktual dan potensial terdiri
atas klausa.

Jadi, tidak salah pula kalau dikatakan bahwa sesungguhnya sebuah kalimat
membicarakan hubungan antara klausa yang satu dan yang lainnya. Secara umum dapat
disampaikan pula bahwa satuan- satuan bahasa lebih besar yang ada di atas tataran kalimat
itu adalah paragraf dan wacana.

Kalimat adalah kesatuan ujar yang megungkapkan suatu konsep pikiran dan
perasaan (Moeliono, 1999:434). Kalimat juga mempunyai pengertian sebagai satuan
bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat
diwujudkan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam bentuk lisan, kalimat ditandai dengan
alunan titinada, keras lembutnya suara, dan disela jeda, serta diakhiri dengan nada selesai.
Adapun dalam bentuk tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda itik, tanda seru, atau tanda tanya.
3
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Kalimat selalu kita ucapkan ketika kita berbicara
kepada seseorang. Didalam kalimat itu sendiri terdapat tata bahasa dan unsur-unsurnya.

2.2 Unsur Kalimat

Dalam menuliskan kalimat saat membuat suatu karya tulis ilmiah dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar maka kita harus mengetahui unsur-unsur yang dipakai
dalam sebuah kalimat. Seperti yang dikatakan Hs (2007:146) mengatakan bahwa “Unsur-
unsur tersebut mempunyai fungsi dan dan pengertian tertentu yang disebut bagian
kalimat”. Unsur kalimat tersebut adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Selain itu, kalimat dalam bahasa Indonesia baku sekurang- kurangnya harus
terdiri atas dua unsur yaitu subjek dan predikat, baik itu sebagai bahasa lisan maupun
tulisan. Unsur- unsur yang lain yaitu objek, pelengkap, dan keterangan kehadirannya
tergantung konteks (Yanti dkk, 2016:76). Untuk lebih jelasnya, unsur- unsur kalimat dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

2.2.1 Subjek
Subjek (S) adalah unsur yang berfungsi sebagai pokok pembicaraan dalam
suatu kalimat dan biasanya sebagai unsur yang melakukan pekerjaan / perbuatan.
Menurut Sarmadan dan Alu (2015:92) untuk menghasilkan kalimat yang terstruktur
dengan baik, penulis perlu mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci.
Adapun ciri-ciri subjek yaitu:
a) Jawaban Atas Pertanyaan apa atau siapa.
Untuk mencari subjek kalimat yang berupa manusia biasanya menggunakan
kata tanya siapa.
Contoh:
Gita sedang berdiskusi.
S P
Untuk mencari subjek kalimat diatas, kita bisa mencari jawaban dari siapa yang
sedang berdiskusi? Pada kalimat diatas subjeknya adalah Gita, sedangkan verba
berdiskusi adalah predikat.
Sedangkan, untuk mencari subjek kalimat yang berupa benda (selain
manusia) menggunakan kata tanya apa.

4
Contoh:
Kemarin kampus di belakang pasar itu kebakaran.
Ket S P
Untuk mencari subjek kalimat diatas, kita bisa mencari jawaban atas apa yang
kebakaran kemarin? Pada kalimat diatas subjeknya adalah kampus di belakang
pasar, sedangkan verba kebakaran adalah predikat.
b) Disertai Kata Itu
Kata itu menunjukkan pada hal yang belum takrif. Kata yang menyertai kata
itu pada tempat sebelumnya disebut sebagai subjek. Untuk subjek berupa nama
orang, pronoun, dan nama diri lainnya sudah takrif tidak lagi ditambah kata itu
(Yanti dkk, 2017:79).
Contoh:
1) Pria itu adalah seorang polisi.
2) Orang tua itu memakai kacamata hitam.
3) Sarjana yang baru lulus itu diterima di perusahaan besar.
c) Didahului kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif, kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi objek.
Contoh:
1) Bahwa Indonesia sedang krisis BBM.
2) Dari hasil seminar itu terbukti bahwa perkembangan perekonomian
masyarakat sangat pesat.
d) Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinakmakan keterangan
pewatas.
Contoh:
1) Rumah yang megah itu akan dijual.
2) Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.
3) Mobil yang baru dibeli Ayah bertabrakan dengan kereta.

5
e) Tidak didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi yaitu kata depan seperti ke, dari, di, dalam,
kepada, dan pada. Jika kata-kata tersebut ditambahkan di depan sebuah subjek
maka kata tersebut tidak berfungsi lagi sebagai subjek.
Contoh:
1) Sekarang di Indonesia sedang diselenggarakan pilkada.
S
2) Dalam buku itu terkandung ilmu yang sangat bermanfaat.
S
f) Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek umumnya berupa nomina atau frasa nominal. Disamping nomina,
subjek dapat berupa verba atau adjektiva dan biasanya disertai kata petunjuk
itu.
Contoh:
1) Bermain itu menyenangkan.
2) Kuda melambangkan kekuatan.
3) Semua mata pelajaran harus dikuasai anak.
2.2.2 Predikat
Predikat adalah unsur utama disamping subjek (S). Predikat
berfungsi menjelaskan subjek. Dengan kata lain, predikat adalah bagian
kalimat yang memberi tahu melakukan tindakan (apa) atau dalam keadaan
bagaimana subjek dalam suatu kalimat.
Adapun ciri-ciri Predikat yaitu:
a) Jawaban Atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana / dilihat dari segi
makna.
Menurut Samardan dan Alu (2015:94) pertanyaan sebagai apa atau
jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa
nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa digunakan untuk
menentukan predikat yang beripa numeralia.
Contoh:
1) Gadis itu cantik.
2) Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

6
b) Kata adalah, ialah atau merupakan.
Predikatnya tergolong pada predikat berupa nomina atau frase
nomina. Predikat itu digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang
panjang sehingga batas antara subjek dan predikat tidak jelas (Yanti
dkk, 2017:81).
Contoh:
1) Isyana Sarasvati adalah penyanyi favoritku
2) Keterpurukan ekonomi dan politik ialah karena penataan yang
rapuh pada masa lampau.
c) Dapat diingkarkan.
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran
yang diwujudkan dengan kata tidak atau bukan. Bentuk pengingkaran
menggunakan kata tidak digunakan untuk predikat yang berupa verba
atau adjektiva. Kata bukan untuk penanda predikat yang berupa nomina.
Contoh:
1) Agus tidak menangis ketika terjatuh di depan umum.
2) Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.
3) Pak Adi bukan pimpinan yang bijaksana.
d) Dapat Disertai Kata-Kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai
kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata
itu terleta didepan verba atau adjektiva.
Contoh:
1) Negara kita sedang krisis moneter.
2) Obama akan datang ke Indonesia
3) Pembangunan Trans Studio Bali sudah terselesaikan 100%
2.2.3 Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Unsur kalimat ini
bersifat wajib dalam kalimat aktif transitif. Predikat yang berupa verba
intransitif (berawalan ber- atau ter) tidak memerlukan objek, sedangkan

7
verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Adapun
ciri-ciri objek sebagai berikut:
a) Berada Langsung di Belakang Predikat
Objek selalu menempati posisi di belakang predikat, baik urutan
dasar maupun urutan variasi.
Contoh:
 Sinta memberikan Jojo komputer baru.
 Dia memenangkan lomba essay tingkat nasional.
 Guruh Soekarno Putra menciptakan lagu Mahadaya Cinta.
b) Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek dapat dibuktikan dengan membalikkan kalimat aktif menjadi
kalimat pasif. Posisi objek pada kalimat aktif menjadi subjek pada
kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Contoh:
1) Andi membentuk kelompok belajar
S P O
Menjadi
2) Kelompok belajar dibentuk Andi
S P O
c) Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu berada di belakang predikat tidak didahului
preposisi. Dengan kata lain, diantara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
Contoh:
1) Panglima Sudirman tidak mau menyerah kepada musuh.
(Kata musuh bukan objek karena didahului oleh preposisi
kepada, sehingga kepada musuh merupakan frase berpreposisi
yang berfungsi sebagai keterangan).
2.3.4 Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen merupakan unsur bagian wajib
untuk melengkapi makna verba predikat pada kalimat. Pelengkap pun
terbagi menjadi dua, yaitu pelengkap predikat dan pelengkap objek.
Contoh:
8
1) Usulan itu merupakan saran belaka.
S P O
2) Dosen akan memberikan mahasiswa tugas.
S P O Pel
2.2.5 Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberi informasi lebih
lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi
informasi tentang tempat, waktu, cara, tujuan, dan sebagainya. Unsur
keterangan ini dapat menerangkan S, P, O dan Pel. Berikut ciri-ciri
keterangan:
a) Bukan Unsur Utama
Berbeda dengan unsur kalimat lainnya, keterangan merupakan unsur
kalimat tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan
tidak bersifat wajib.
b) Tidak Terikat Posisi
Keterangan memiliki posisi manasuka artinya bebas, dapat berada di
awal, di tengah, maupun di akhir kalimat.
Contoh:
3) Malam ini, EXO akan datang ke Indonesia.
4) Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
5) Remaja sekarang senang sekali pergi ke bar.
c) Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya didalam kalimat.
1) Keterangan waktu: besok, kemarin, tahun, bulan, sekarang dan
lain-lain.
2) Keterangan tempat: di rumah, ke kampus, di pasar, dan lain-lain.
3) Keterangan alat: dengan pisau, dengan sendok, dengan gunting,
dan lain-lain.
4) Keterangan cara: dengan hati-hati, dengan marah, dalam diam,
dan lain-lain.
5) Keterangan modalitas: harus, barangkali, sepatutnya,
sesungguhnya, dan lain-lain.
6) Keterangan aspek: sedang, akan, sudah, telah.
9
7) Keterangan tujuan: agar, untuk, supaya, dan lain-lain.
8) Keterangan akibat: hingga, akibatnya, sehingga, menjadi.
9) Keterangan sebab: karena, sebab, lantaran.
10) Keterangan aposisi: keterangan yang saling menggantikan;
Bapak Presiden, Joko Widodo; Dosen saya, Pak Adi.
11) Keterangan tambahan: bersifat memberi penjelasan nomina
(subjek atau objek). Berbeda dengan keterangan aposisi,
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
ditambahkan.
Contoh:
 Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapatkan
beasiswa.
Siswanto tidak bisa menggantikan tingkat lima. Jika hal
itu dilakukan maka akan mengubah makna.
12) Keterangan pewatas: bersifat memberi pembatas pada nomina
yang berkedudukan sebagai subjek, objek, predikat, pelengkap,
dan keterangan. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh:
 Mahasiswa yang mengikuti UKM Musik berkumpul di
studio musik.
(Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua
mahasiswa yang berkumpul di studio musik, melainkan
hanya mahasiswa yang mengikuti UKM Musik).
13) Keterangan syarat: keterangan ini menambahkan keterangan
syarat terjadinya suatu peristiwa, yaitu jika dan bila.
14) Keterangan kuantitas: sebesar, sebanyak-banyaknya, tiga kali
sehari, empat kilo, dan lain-lain.
15) Keterangan penyerta: bersama, dengan, dan lain-lain.

2.3 Jenis Kalimat


Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan menurut jumlah klausa
pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, dan susunan subjek predikatnya
10
(Finoza, 2002: 119). Lebih lanjut dinyatakan bahwa secara sistematis jenis- jenis kalimat
tersebut akan diurai dengan disertai contoh agar lebih jelas dan lebih memudahkan dalam
mengidentifikasi kalimat dalam bahasa Indonesia.

Menurut The King Eduka (2018:124) jika dilihat dari bentuknya, kalimat dapat
berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Adapun menurut tata bahasa modern,
kalimat dapat berupa kalimat minor dan kalimat mayor. Jika ditinjau dari segi maknanya,
kalimat dapat berupa kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru, dan
kalimat penegasan.

2.3.1 Kalimat Tunggal


Menurut Wasrie (2012:73) menyatakan bahwa “Kalimat tunggal adalah
kalimat yang terdiri atas subyek dan predikat saja (satu pola kalimat)”.

Contoh:

a. Bukunya baru
S P
[Kalimat ini predikatnya bukan kata kerja]
b. Ayah kerja
S P
[Kalimat ini predikatnya kata kerja]
Hal yang menarik dalam kalimat tunggal yaitu ternyata kalimat tunggal
masih dapat dibagi berdasarkan jenis kata yang ada dalam predikatnya. Kalimat itu
terbagi atas kalimat tunggal yang predikatnya berkelas kata nominal, kalimat
tunggal yang predikatnya berkelas kata adjektival, kalimat tunggal yang
predikatnya berkelas kata verbal, dan kalimat tunggal yang predikatnya berkelas
kata preposisional (Sitorus, 2019:216). Berikut pembagian dan pembahasannya
secara runtut:
1) Kalimat Nominal
Kalimat nominal merupakan kalimat tunggal yang predikatnya terbentuk
dari kata atau frasa yang mengandung kelas kata benda. Atau bisa dikatakan,
pembentuk predikat dalam kalimat seperti ini adalah karena hadirnya kelas kata
baik benda yang konkret maupun benda yang abstrak.
Contoh:

11
a) Ayahku seorang guru.
b) Ibunya seorang pegawai swasta.
c) Abangku pemain basket.
2) Kalimat Adjektival
Kalimat adjectival merupakan kalimat tunggal yang predikatnya terbentuk
dari kata atau frasa yang mengandung kelas kata sifat. Atau bisa dikatakan,
pembentuk predikat dalam kalimat ini adah karena hadirnya kelas kata sifat.
Contoh:
a) Budi sangat pintar.
b) Ayu cukup malas.
c) Risky sangat jahil.
3) Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan kalimat tunggal yang predikatnya terbentuk dari
kata atau frasa yang mengandung kelas kata kerja. Adapun kata kerja yang
dimaksud dapat berupa kata kerja aktif maupun kata kerja pasif. Atau bisa
dikatakan, pembentuk predikat dalam kalimat ini adah karena hadirnya kelas
kata kerja.
Menurut Sitorus (2019:217) Berdasarkan kata kerja aktif, kalimat verbal
masih dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya objek dalam kalimat sehingga
dikenal dengan istilah (a) Kalimat verbal intransitif, (b) Kalimat verbal transitif
yang terdiri atas kalimat verbal ekstransitif, dan kalimat verbal dwi transitif,
dan (c) Kalimat pasif.
a. Kalimat Verbal Intransitif
Kalimat verbal intransitive merupakan kalimat tunggal yang
mengandung kata kerja dan tidak memerlukan sebuah objek, tetapi
mungkin mendapat sebuah keterangan pelengkap.
Contoh:
a) Kami sedang bernyanyi di teras.
b) Adik sedang bermain bola di lapangan.
c) Rani sering membaca di perpustakaan.
b. Kalimat Verbal Transitif

12
Kalimat verbal transitif merupakan kalimat tunggal yang
mengandung kata kerja dan memerlukan objek atau pelengkap dalam
kalimatnya.
Contoh:
a) Satya memasak telur di dapur.
b) Agus mencukur kumis di rumah.
c) Wahyu menanam bunga di taman.

Kalimat verbal transitif terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu kalimat
verbal ekstransitif dan kalimat verbal dwi transitif.

1) Kalimat verbal ekstransitif


Kalimat verbal ekatransitif merupakan kalimat yang hanya
diikuti oleh satu objek.
Contoh:
a) Budi membuat roti bakar
b) Ibu sedang menanak nasi
2) Kalimat verbal dwi transitif
Kalimat verbal dwi transitif adalah kalimat yang berobjek
dua.
Contoh:
a) Ia mencarikan adiknya pekerjaan.
b) Rumah saudaraku kemasukan pencuri senin yang lalu.
c) Della kehilangan uangnya sewaktu liburan.
c. Kalimat Verbal Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya mengandung
kelas kata kerja pasif. Biasanya predikatnya mendapat awalan di- atau
ter-.
Contoh:
a) Yoga dipukul Ariel di Pasar Badung.
b) Hewan itu dipelihara oleh Nenek setahun yang lalu.
c) Buku dibaca oleh Bayu di perpustakaan.
4) Kalimat Preposisional

13
Kalimat preposisional adalah kalimat tunggal yang didalamnya
menggunakan unsur preposisi (kata depan). Ciri dari kalimat ini adalah
penggunaan kata depan di, ke, dari.
Contoh:
a) Dosen itu berasal dari Medan.
b) Saya akan pergi ke Bali bulan depan.
c) Ani bersekolah di SMK Wira Harapan.

2.3.2 Kalimat Majemuk

Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mengandung lebih dari satu pola.
Artinya, jika dilihat dari sisi unsur struktur kalimat atau struktur fungsi kalimat (S-
P-O-K-Pel) terdapat minimal dua pola dalam kalimat tersebut. Dalam kalimat ini
biasanya terdapat minimal dua subjek dan minimal dua predikat (Sitorus,
2019:220).
Contoh:
Agus sedang bermain gitar di ruang keluarga, sedangkan Wahyu sedang
membaca buku di kamar.
Dalam kalimat tersebut, terdapat dua unsur subjek yaitu subjek 1 dengan
kata Agus, sedangkan subjek 2 dengan kata Wahyu. Demikian pula jika dilihat dari
unsur predikatnya yaitu predikat 1 dengan frasa sedang bermain, sedangkan
predikat 2 dengan frasa sedang membaca. Selanjutnya, jika dilihat dari unsur objek,
kalimat tersebut juga memiliki dua objek yaitu objek 1 gitar, sedangkan objek 2
buku.
Pada dasarnya kalimat majemuk tebagi menjadi dua macam yaitu kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

1. Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa.
Menurut Hs (2007:158) mengatakan bahwa “Kalimat majemuk setara
bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan”. Kalimat majemuk setara
memiliki 4 macam, yaitu: (a) setara gabungan menggunakan kata dan,
serta; (b) setara pilihan menggunakan kata atau; (c) setara urutan
menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian; (d) setara perlawanan
menggunakan kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
14
Berikut penjelasan lebih lengkap menurut Hs (2007:159).
a. Kalimat majemuk setara gabungan menggunakan: dan, serta
Contoh:
1) Ibu memasak ikan goreng dan adik memakannya dengan lahap.
2) Dosen serta mahasiswa bekerja secara kreatif dan inovatif.
b. Kalimat majemuk setara pilihan menggunakan atau
Contoh:
1) Anda masuk kelas Bahasa atau IPA?
2) Budi harus kuliah dengan nilai yang tinggi atau tidak usah
kuliah.
c. Kalimat majemuk setara urutan menggunakan: lalu, lantas, dan
kemudian
Contoh:
1) Ia pulang lalu pergi ke rumah.
2) Kami bekerja dahulu lantas kuliah.
3) Kami bekerja dan menabung kemudian membayar biaya kuliah.
d. Kalimat majemuk setara perlawanan menggunakan: tetapi, melainkan,
dan sedangkan
Contoh:
1) Ari berharap nilai ujiannya tinggi tetapi malas belajar.
2) Bayu tidak bodoh melainkan malas.
3) Adam memiliki postur tubuh yang tinggi sedangkan adiknya
pendek.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat tunggal yang
diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola
kalimat baru. Kalimat majemuk bertingkat dibedakan menjadi 8 macam
berdasarkan jenis anak kalimat (AK).
(1) AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah,
sebelum;
Contoh:
1) Saya sudah mengerjakan tugas, sebelum batas waktu pengumpulan.
2) Waktu menjadi ketua kelas, ia sangat berwibawa.
15
3) Mereka mencari pekerjaan setelah menyelesaikan studinya.
(2) AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena.
Contoh:
1) Putri memasak sendiri sebab neneknya telah meninggal dunia.
2) Ani terlambat masuk kelas karena ia bangun kesiangan.
3) Debby mengalami obesitas lantaran ia tidak menjaga pola makan.

(3) AK keterangan akibat menggunakan kata hingga, akibatnya, sehingga,


akhirnya.
Contoh:
1) Mahasiswa itu belajar dengan giat sehingga berhasil mendapatkan
beasiswa ke luar negeri.
2) Anak-anak jajan sembarangan akibatnya beberapa dari mereka
sakit perut.
3) Ia mengalami kecelakaan parah akhirnya nyawanya tidak
tertolong.
(4) AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, andaikata.
Contoh:
1) Andaikata kamu mendapat sebongkah emas, apa yang akan kamu
lakukan?
2) Ibu akan membelikan sepatu baru jika aku menjadi juara kelas.
3) Saya akan santuni anak yatim apabila mendapatkan uang sebanyak
itu.
(5) AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, untuk, demi,
guna.
Contoh:
1) Kita harus bekerja keras demi masa depan yang gemilang.
2) Andi mengisi bensin di pertamini agar tidak kehabisan bensin.
3) Saya membuat makalah guna memenuhi tugas mata kuliah.
(6) AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam.
Contoh:
1) Dalam menghadapi masalah, ia selalu menemukan sosusinya.
16
2) Dosen itu menerangkan masalah dengan pendekatan ilmiah.
3) Dengan cara berjualan koran, ia mendapatkan uang untuk
menghidupi keluarganya.
(7) AK keterangan konsesif menggunakan kata meskipun, biarpun,
walaupun.
Contoh:
1) Saya akan berusaha meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit
diwujudkan.
2) Biarpun sudah mahasiswa senior, Deva tidak sombong terhadap
adik tingkatnya.
3) Usahanya tetap gagal, meskipun ia sudah bekerja keras.
(8) AK keterangan pengganti nomina menggunakan kata bahwa.
Contoh:
1) Presiden menegaskan bahwa Negara Indonesia harus menegakkan
hukum.
2) Mita memakan sayur-sayuran setelah mendapat saran dari dokter
bahwa itu akan membuat tubuhnya menjadi lebih sehat.
3) Cindy berbicara dengan ria bahwa ia telah mendapatkan pekerjaan
yang tetap.

2.3.4 Kalimat Mayor


Kalimat mayor adalah yang sekurang-kurangnya mengandung dua
unsur pusat atau inti, dapat berupa S-P, S-P-O, atau S-P-O-K.
Contoh:
1) Ani memasak.
2) Dika berkunjung ke Malaysia.
3) Bella menyiram bunga di taman.
2.3.5 Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat
atau inti (kalimat inti). Unsur pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh:
1) Ayo!
2) Apa?
3) Ayah
17
2.3.6 Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang memberitakan atau menyatakan
sesuatu. Kalimat berita mempunyai dua makna, yaitu makna positif dan
makna negatif. Menurut The King Eduka (2007) kalimat berita bisa disebut
juga sebagai kalimat deklaratif yang mendeklarasikan sesuatu.
Adapun ciri-ciri kalimat berita yaitu:
1) Isinya memberitahukan sesuatu.
2) Intonasinya netral (nada suara berakhir turun jika diucapkan).
3) Tanggapan pendengar atau pembaca tidak ada (zero).
4) Menggunakan kata tugas seperti, akan memang, betul, sungguh, dan
sudah tentu, dan lain-lain.
5) Dalam tulisan, diawali huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.).
Contoh:
1) Zaki memang orang pintar di kelas kami.
2) Nokia memang cukup terkenal dalam dunia komunikasi,
namun untuk inovasinya dari tahun ke tahun cukup
meragukan.
2.3.7 Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat berupa perintah yang agar seeorang
melakukan atau berbuat sesuatu, dan reaksinya berupa sebuah tindakan.
Adapun ciri-ciri kalimat perintah yaitu:
(1) Berisi perintah untuk melakukan sesuatu.
(2) tanggapannya dalam bentuk perbuatan.
(3) Kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!).
Contoh:
1) Tolong buka jendela itu!
2) Bacalah pengumuman ini sebelum pulang!
3) Ambilkan gelas di meja!
2.3.8 Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang menanyakan sesuatu kepada
seseorang. Kalimat tanya sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kalimat tanya biasa dan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban
(retoris). Adapun ciri-ciri kalimat tanya yaitu:
18
(1) Bertujuan untuk menanyakan sesuatu.
(2) Tanggapannya berupa jawaban.
(3) Pada kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya (?).
Contoh:
1) Siapa nama dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di STMIK
Primakara? (pertanyaan yang memerlukan jawaban)
2) Adakah orang yang tidak ingin bahagia? (pertanyaan retoris)

2.3.9 Kalimat Seru


Kalimat seru adalah kalimat yang digunakan untuk menyatakan
perasaan kagum atau heran. Karena rasa kagum berhubungan dengan kata
sifat, kalimat seru dibentuk dari kalimat statif. Kalimat seru disebut juga
kalimat interjektif. Secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapa,
atau bukan main pada kalimat berpredikat kata sifat.
Contoh:
1) Alangkah indahnya pemandangan ini!
2) Betapa cantiknya perempuan itu!
3) Luncunya bukan main anak kecil itu!
2.3.10 Kalimat Penegasan
Nababan (2006) Kalimat penegasan atau kalimat emfatik merupakan
kalimat yang memberikan penegasan khusus terhadap objek. Penegasan ini
dilakukan dengan cara:
(1) Tambahkan partikel (-lah) di belakang S.
(2) Tambahkan kata sambung yang di belakang S. Dengan penegasan itu,
S berubah fungsi menjadi P.
Contoh:
1) Kamilah yang terlambat datang.
2) Dialah yang memulai semua konflik.
3) Merekalah yang menyelesaikan tugas tepat waktu.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang tata cara penggunaan
kalimat yang benar maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu kalimat
merupakan susunan dari kata atau kelompok kata yang memiliki suatu maksud jika
kata dan kelompok kata tersebut tergabung dalam suatu kalimat. Adapun unsur-
unsur kalimat yang menentukan pola dasar kalimat adalah subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan.
Selain unsur-unsur kalimat, ada jenis-jenis kalimat yang berbagai
macamnya. Adapun jenis-jenis kalimat yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk,
kalimat mayor, kalimat minor, kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya,
kalimat seru, dan kalimat penegasn. Dari jenis-jen kalimat diatas, setiap jenis
memiliki ciri dan tata penulisan yang berbeda.
Untuk itu dalam menulis sebuah karya tulis ilmiah, penulis perlu
memperhatikan unsur-unsur kalimat dan jenis kalimat yang akan digunakan dalam
karya tulis ilmiah yang dibuatnya.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dalam membuat suatu karya tulis ilmiah
hendaknya kita perlu mengetahui dan memahami tata cara penulisan kalimat yang
benar dengan cara mengetahui unsur-unsur kalimat dan jenis-jenis kalimat. Karena

20
penulisan kalimat yang benar pada karya tulis ilmiah maupun karya tulis lainnya
sangat penting agar tidak ada terjadinya kesalahan dalam makna kalimat.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan yang ada pada makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini, harapan penulis
mudah-mudahan makalah ini dapat memenuhi fungsinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Eduka, The King. 2018. Modul Ringkasan SBMPTN TKPA. Jakarta: Cmedia.
Fokker, A.A. 1983. Pengantar Sintaksis Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.
Hs, Widjono. 2007. Bhs Ind Mt Kulh Pngemb Kepri DiPT. Jakarta: Grasindo.
Kunjana, Rahardi. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. 2009. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Moeliono, Anton M. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nababan, Diana. 2006. Intisari Bahasa Indonesia untuk SMA. Jakarta: Kawan Pustaka.
Samadan dan La Alu. 2015. Buku Ajar Bahasa Indonesia Dan Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Deepublish.
Sitorus, Jonter Pandapotan. 2019. Mengenal Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Evernity
Fisher Media.
Waridah, Ernawati dan Ade Saiful M. 2015. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan.
Jakarta: Ruang Kata.
Wasrie, Moh. Kusnadi. 2012. Intisari Lengkap Bahasa Indonesia: Untuk SD, SMP, SMA,
dan Umum. Jakarta: IndonesiaTera.
Yanti, Prima Gusti dkk. 2016. Bahasa Indonesia: Konsep Dasar dan Penerapan. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai