http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
Windi Eliyanti
Universitas Negeri Jakarta
windieliyanti@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam tentang relasi leksikal pada leksem
emosi dalam novel Pulang karangan Tere Liye. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
menggunakan teknik analisis konten. Data penelitian ini adalah semua leksem emosi yang terdapat
dalam novel Pulang karangan Tere Liye. Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu: (1) Leksem emosi yang ditemukan dalam novel Pulang karangan Tere Liye
berjumlah 48 leksem. Leksem-leksem tersebut terdiri atas delapan ranah makna, yaitu ranah makna
kesenangan (10 leksem), kesedihan (6 leksem), kemararahan (8 leksem), keheranan (4 leksem), rasa
malu (2 leksem), kebencian (6 leksem), kesukaan (4 leksem), dan ketakutan (8 leksem); (2)
Komponen makna pada leksem emosi yang berada dalam satu ranah makna yang sama ternyata
tidak hanya memiliki persamaan melalui komponen makna bersama, tetapi juga memiliki perbedaan
melalui komponen makna diagnostik; (3) Medan leksikal pada leksem emosi yang ditemukan
ternyata berbentuk hierarki atas-bawah dan sejajar; (4) Relasi leksikal yang terjadi di antara leksem-
leksem emosi yang berada dalam satu ranah makna dapat berupa relasi kehiponiman dan
kesinoniman; dan (5) Makna semantis pada leksem emosi ditentukan oleh komponen makna yang
bertanda (+) dan (±) yang dimiliki oleh setiap leksem berdasarkan (1) jenis emosi, (2) pelaku dan
tujuan, (3) akibat, dan (4) penyebab terjadi.
Kata kunci: relasi leksikal, leksem emosi, novel.
Abstract
The purpose of this research is to gain deep understanding about lexical relations of emotion
lexemes in the novel Pulang by Tere Liye. This is qualitative study used content analysis methode.
The data in this study were all emotion lexemes contained in the novel Pulang by Tere Liye. Based
on the analysis results, that can be concluded: (1) Emotions lexemes that found in the novel Pulang
by Tere Liye totaling 48 lexemes. There are consists of eight the realm of meaning that is the realm
of the meaning of pleasure, sadness, anger, wonder, shame, hateful, joy, and fear; (2) Component
meaning of emotion lexemes which is in the realm of the same significance is not only a commonality
through shared common component, but also has the distinction through diagnostic component; (3)
Lexical field of emotions lexemes found that the top-down hierarchy shaped and aligned; (4) Lexical
relation that occur between lexemes where are in a realm of meaning can be hyponymy and
synonymy relations; and (5) Semantic meaning of emotion lexemes were determined by component
of meaning that marked (+) and (±) which is owned by each lexeme through (a) type of emotion, (b)
actors and purpose, (c) result, (d) causes occured.
Keywords: lexical relations, emotion lexemes, novel.
73
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
tersebut. Misalnya, ketika orang sedang adalah emosi yang dirasakan akibat
senang maka orang tersebut dapat percampuran dua atau lebih emosi yang
mengatakan bahwa ia merasa senang, dirasakan oleh seseorang dalam waktu
bahagia, gembira, puas, nikmat, ceria, yang hampir bersamaan. Secara umum,
dan sebagainya. para ahli psikologi meng-usulkan lima
Jika berbicara tentang leksem emosi dasar yaitu kegembiraan (joy),
emosi tentu tidak bisa dilepaskan dari kesedihan (sad-ness), kemarahan
definisi emosi itu sendiri. Sampai (anger), kejijikan (disgust), dan
sekarang belum ada kesepakatan dari ketakutan (fear). Hal ini juga
para ahli psikologi mengenai definisi diungkapkan oleh Niedenthal et. al.,
yang tepat tentang emosi. Para penulis (2006: 43) “most basic emotions
Introduction to Psychology (dalam theorist do consistently include the five
Hude, 2006:17) juga cenderung tidak emotions of joy, sadness, anger,
memberi definisi pada emosi karena disgust, and fear among the basic
khawatir akan menimbulkan per- emotion, and they sometimes add
debatan antara para ahli. Sebagai surprise.” Penambahan emosi dasar
gantinya mereka mereka memberikan keheranan seperti yang diusulkan oleh
semacam panduan yang mengarah Ekman, Izard, Jhonson-Laird, &
pada emosi itu. Pertama, bahwa emosi Oatley, Plutchik, dan Tomkins.
adalah sesuatu yang kita rasakan pada Dalam kamus bahasa
saat terjadinya; kedua, dikenal bersifat Indonesia, dapat dilihat bahwa definisi
fisiologis dan berbasis pada perasaan leksem emosi yang ada belum mampu
emosional; ketiga, timbulnya efek pada merepresentasikan secara detail emosi
persepsi, pemikiran, dan perila-ku; yang terkandung dalam leksem emosi
keempat, mengacu pada cara tersebut. Hal ini dikarenakan belum
pengekspresian yang diejawantahkan tampaknya komponen pembeda di
dalam bentuk bahasa, ekspresi wajah, antara leksem emosi tersebut sehingga
isyarat, dan sebagainya. secara sekilas leksem-leksem yang
Berdasarkan dampak yang di- memiliki kedekatan makna dapat saling
timbulkannya, emosi dibagi menjadi menggantikan. Oleh karena itu, sangat
dua yaitu emosi positif dan negatif diperlukan pengkajian lebih lanjut
(Syukur, 2011:17). Emosi positif mengenai relasi leksikal antarleksem
adalah emosi yang memberikan emosi. Di sisi lain, konteks juga
dampak positif, menyenangkan dan menjadi hal yang sangat penting dalam
cenderung diidamkan oleh setiap menentukan pemakaian leksem-leksem
orang. Sementara itu, emosi negatif emosi. Karena ke-sesuaian pemakaian
adalah emosi yang memberikan leksem emosi tersebut baru akan
dampak negatif, tidak menyenangkan, terlihat jika sudah berada dalam
menyusahkan, dan cenderung dihin- konteks kalimat. Pemakaian leksem
dari oleh setiap orang karena dianggap emosi dalam sebu-ah konteks kalimat
merugikan juga akan mem-berikan gambaran
Selain itu, emosi juga dibagi mengenai kesesu-aian nuansa makna
menjadi dua yaitu emosi dasar dan yang dimiliki oleh masing-masing
emosi campuran. Emosi dasar adalah leksem emosi, terlebih leksem emosi
emosi paling dasar yang dimiliki oleh yang memiliki kede-katan makna.
manusia sedangkan emosi campuran
74
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
75
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
76
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
(2009) memiliki cakupan yang lebih yaitu metode yang didasarkan pada
luas karena bukan hanya meneliti relasi fakta yang ada atau fenomena yang
leksikal melainkan juga meneliti secara empiris hidup pada pengguna-
perubahan makna yang terjadi di antara penggunanya (Sudaryanto, 1988:62).
leksem-leksem sikap batin. Keterkaitan Sementara itu, teknik yang digunakan
dalam penelitian Zabadi dengan adalah teknik analisis isi.
penelitian dalam tulisan ini adalah Data penelitian ini adalah
dalam leksem sikap batin yang berada semua leksem emosi yang terdapat
dalam ranah afektif hampir memiliki dalam novel Pulang karangan Tere
pengertian yang sama dengan leksem Liye. Semua leksem emosi tersebut
emosi. Artinya, leksem emosi kemudian dianalisis relasi leksikalnya
merupakan gambaran repre-sentatif melalui komponen makna dan medan
dari leksem sikap batin yang berada leksikal. Sumber data yang digunakan
dalam ranah afektif. Sementara itu, dalam penelitian ini adalah novel
penelitian Pramanik (2005) mengkaji Pulang karangan Tere Liye.
medan leksikal yang terjadi dalam kata Teknik pengumpulan data
emosi. Fokus penelitian Pramanik lebih dilakukan dengan menggunakan meto-
kepada hubungan yang terjadi antara de simak dan catat. Sementara itu,
kata emosi yang ada dalam penelitian teknik analisis data yang digunakan
Markam (1992) dan KBBI sehingga dalam penelitian ini berdasarkan pada
penjabaran kata emosi kurang pandangan Mayring (2000:3-4) yang
mendalam jika dilihat dari segi relasi menganggap bahwa analisis data
maknanya. kualitatif bersifat induktif, yaitu dengan
Tulisan ini memaparkan pene- mempelajari dan mendalami teori
litian yang berfokus pada relasi leksikal terlebih dahulu sebelum meng-
pada leksem emosi dalam novel Pulang klasifikasi dan menganalisis data
karangan Tere Liye. Tujuan penulisan sehingga berpeluang menghasilkan
artikel ini adalah untuk menemukan: 1) hipotesis dan teori-teori yang bersifat
leksem emosi dalam novel Pulang substansial. Pandangan Milles dan
karangan Tere Liye, 2) komponen Huberman (1992:16) menganggap
makna pada leksem emosi dalam novel bahwa reduksi data, penyajian data, dan
Pulang karangan Tere Liye, 3) medan penarikan simpulan atau vetifikasi
leksikal pada leksem emosi dalam harus dilalui dalam penelitian kualitatif
novel Pulang karangan Tere Liye, 4) juga dijadikan dasar dalam peng-
relasi leksikal pada leksem emosi organisasian, pengklasifikasian, dan
dalam satu ranah makna pada novel penguraian data.
Pulang karangan Tere Liye, 5) makna Ada pun kriteria yang diguna-
semantis leksem emosi dalam novel kan dalam penelitian ini berdasarkan
Pulang karangan Tere Liye. Kelima subfokusnya, yaitu sebagai berikut.
tujuan tersebut menjadi subfokus Pertama, leksem emosi me-
dalam penelitian ini. rupakan leksem yang merujuk pada
keadaan emosi, perasaan, atau suasana
METODE hati yang dirasakan oleh seseorang.
Untuk menentukkan apakah sebuah
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif leksem itu merupakan leksem emosi
atau bukan maka dilakukan pengujian
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif
77
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
78
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
79
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
80
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
KESENANGAN
senang
senang1 asyik nikmat lega bangga
bahagia gembira puas
riang
ceria
KESEDIHAN
L Sedih
E
iba Duka kecewa nestapa Kuyu
K
S
KEMARAHAN
E
marah 1 marah 2
M
kalap kesal
berang gemas
E
geram
M
jengkel
O
masygul
S
I
KEHERANAN
Heran
takjub aneh
kagum
RASA MALU
Malu
Kikuk
KEBENCIAN
Benci
bosan cemburu
jijik muak
mual
KESUKAAN
Suka
sayang rindu
cinta
KETAKUTAN
Takut
takut1 takut 2
gentar khawatir
ngeri cemas
risau
gelisah
resah
81
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi Relasi leksikal yang terjadi antara
dalam satu medan leksikal pada Novel leksem emosi yang berada di dalam ranah
Pulang Karangan Tere Liye makna kemarahan adalah relasi
Berdasarkan analisis kom-ponen kehiponiman dan kesinoniman. Relasi
makna dan medan leksikal pada masing- leksikal kehi-poniman terjadi pada
masing leksem emosi yang berada dalam leksem marah dengan leksem marah1 dan
ranah makna yang sama maka didapat marah 2. Makna leksem marah tercakup
data mengenai relasi leksikal yang terjadi di dalam leksem-leksem yang menjadi
pada leksem emosi dalam novel Pulang hiponimnya. Selanjutnya, leksem marah1
karangan Tere Liye. Berikut adalah relasi juga berperan sebagai hipernim dari
leksikal pada leksem emosi berdasarkan leksem kalap dan berang, sedangkan
ranah maknanya. leksem marah2 merupakan hipernim dari
leksem gemas, geram, kesal, jengkel, dan
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi masygul.
Ranah Makna Kesenangan Sementara itu, relasi kesino-niman
Relasi leksikal yang terjadi antara terjadi di antara leksem-leksem yang
leksem emosi yang berada di dalam ranah menjadi hipo-nim dari leksem marah1,
makna kesenangan adalah relasi yaitu leksem kalap dan berang; leksem
kehiponiman dan kesinoniman. Relasi dan marah2, yaitu leksem kesal, jengkel,
kehiponiman terjadi pada leksem senang dan masygul; serta leksem geram dan
yang menjadi hipernim dari leksem asyik, gemas. Relasi kesinoniman dekat terjadi
nikmat, senang1, puas, lega, dan bangga, pada leksem kalap dan berang; kesal dan
yang menjadi hipo-nimnya. Leksem jengkel; serta jengkel dan masygul;
bahagia dan gembira merupakan hiponim sedangkan geram dan gemas memiliki
hubung-an kesinoniman proporsional.
dari senang1, sedangkan riang dan ceria
merupakan hiponim dari leksem gembira.
Sementara itu, relasi kesino-niman Relasi Leksikal pada Leksem Emosi
terjadi antara leksem baha-gia, gembira, Ranah Makna Keheranan
Relasi leksikal yang terjadi antara
dan senang; riang dan ceria; serta nikmat
leksem emosi yang berada di dalam ranah
dan puas. Relasi kesinoniman dekat
makna keheranan adalah relasi
terjadi pada leksem bahagia dan gembira;
kehiponiman dan kesinoniman. Relasi
senang dan bahagia; serta ceria dan
kehiponiman terjadi pada leksem heran
riang; sedangkan relasi kesi-noniman
yang menjadi hipernim dari leksem
yang terjadi pada leksem nikmat dan puas
takjub, kagum, dan aneh yang men-jadi
adalah sinonim proporsional.
hiponimnya. Sementara itu, relasi
kesinoniman terjadi antara leksem takjub
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi
dan leksem kagum. Leksem emosi
Ranah Makna Kesedihan
tersebut memiliki relasi kesinoniman
Relasi leksikal yang terjadi antara
proporsional.
leksem emosi yang berada di dalam ranah
makna kesedihan adalah relasi
kehiponiman. Relasi kehiponiman terjadi Relasi Leksikal pada Leksem Emosi
pada leksem sedih yang menjadi hipernim Ranah Makna Rasa Malu
dari leksem iba, duka, kecewa, nestapa, Relasi leksikal yang terjadi antara
dan kuyu yang menjadi hipo-nimnya. leksem emosi yang berada di dalam ranah
makna rasa malu adalah relasi
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi kehiponiman. Relasi kehiponiman ini
Ranah Makna Kemarahan terjadi pada lek-sem malu yang
82
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
merupakan hi-pernim dari leksem kikuk belum terjadi dan dilihat (hal-hal yang
yang menjadi hiponimnya. bersifat fiksi). Leksem takut1 merupakan
hipernim dari leksem gentar dan ngeri,
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi sedangkan leksem takut2 merupakan
Ranah Makna Kebencian hipernim dari leksem khawatir, cemas,
risau, gelisah, dan resah.
Relasi leksikal yang terjadi antara
Sementara itu, relasi ke-sinoniman
leksem emosi yang berada di dalam ranah
terjadi di antara leksem gentar dan ngeri
makna kebencian adalah relasi
yang memiliki hubungan sinonim
kehiponiman dan kesi-noniman. Relasi
proporsional. Selain itu, hubungan
kehiponiman ter-jadi antara leksem benci
kesinoniman ini juga dapat dilihat pada
menjadi hipernim dari leksem bosan,
leksem khawatir, cemas, risau, gelisah,
mual, jijik, muak, dan cemburu. Leksem
dan resah. Relasi kesinoniman dekat
benci merupakan hipernim dari leksem
terjadi pada leksem khawatir dan cemas;
bosan dan cemburu. Semen-tara itu,
gelisah dan khawatir; serta risau dan
leksem bosan menjadi hipernim dari
resah.
leksem mual, jijik, dan muak karena
ketiga leksem ini mengandung makna
‘bosan’. Se-mentara itu, relasi Makna Semantis Leksem Emosi dalam
kesinoniman terjadi antara leksem mual Novel Pulang Karangan Tere Liye
dan leksem jijik. Leksem emosi tersebut Berdasarkan analisis kom-ponen
memiliki relasi kesinoniman pro- makna, medan leksikal, dan relasi leksikal
porsional. maka dapat diketahui makna semantis
pada setiap leksem emosi dalam novel
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi Pulang karang-an Tere Liye. Makna
Ranah Makna Kesukaan semantis yang dimiliki oleh setiap leksem
emosi dipengaruhi oleh makna nonrefe-
Relasi leksikal yang terjadi antara
rensial, makna leksikal, dan makna
leksem emosi yang berada di dalam ranah
konotatif.
makna kesukaan adalah relasi
Pembahasan mengenai relasi
kehiponiman dan kesi-noniman. Relasi
leksikal dalam leksem emosi ini dapat
kehiponiman ter-jadi antara leksem suka
dilihat melalui kutipan berikut.
yang meru-pakan hipernim dari leksem
sayang, cinta, dan rindu. Sementara itu, Malam itu, di tengah hujan lebat, di
dasar rimba Sumatera yang
relasi kesinoniman dekat terjadi di antara
berselimut lumut dan gelap, sesosok
leksem sayang dan cinta.
monster mengerikan telah
mengambil rasa takutku. Tatapan
Relasi Leksikal pada Leksem Emosi
matanya yang merah, dengus
Ranah Makna Ketakutan
napasnya yang memburu, dan
Relasi leksikal yang terjadi antara
taringnya yang kemilau saat
leksem emosi yang berada di dalam ranah
ditimpa cahaya petir telah
makna ketakutan adalah relasi
membelah dadaku, mengeluarkan
kehiponiman dan kesinoniman. Relasi
rasa gentar. (Pulang: h. 1)
kehiponiman terjadi antara leksem takut
yang menjadi hipernim dari leksem takut1
Kutipan di atas memperli-hatkan
dan takut2. Leksem takut1 merupa-kan
bahwa paragraf ini memiliki dua leksem
perasaan takut yang muncul terhadap
emosi, yaitu takut dan gentar. Rasa takut
sesuatu yang telah terjadi dan dilihat (hal-
dan gentar merupakan emosi yang
hal yang bersifat fakta), sedangkan
umumnya memberikan dampak negatif
leksem takut2 merupakan perasaan takut
baik bagi diri sendiri maupun orang lain
yang muncul terhadap sesuatu yang
83
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
sehingga dapat dikatakan bahwa takut dan Sementara itu, leksem gentar memiliki
gentar merupakan emosi negatif. Kedua makna semantis ‘emosi negatif yang di-
leksem ini juga berada dalam satu ranah alami seseorang yang menim-bulkan rasa
yang sama yaitu ranah ketakutan. takut, dilakukan oleh diri sendiri atau
Dilihat dari tingkat keter- orang lain, berakibat negatif pada diri
hubungan medan makna atau medan sendiri dan orang lain, biasanya terjadi
leksikal, leksem takut menjadi karena rasa takut terhadap bentuk konkret
superordinat dari leksem gentar. Hal ini makhluk hidup seperti musuh (manusia)
dapat diketahui dari kenyataan bahwa dan hewan buas’.
ketakutan atau rasa takut dapat Perlu ditekankan bahwa makna
diungkapkan melalui leksem takut yang semantis baru didapat ketika leksem
memiliki komponen makna {+SESUATU emosi tersebut sudah dianalisis komponen
HAL YANG DIHINDARI KARE-NA maknanya. Makna semantis juga
AKAN MENDATANGKAN mempertim-bangkan makna
BENCANA} sedangkan leksem gentar nonreferensial, makna leksikal, dan
mempunyai komponen pembeda yang makna konotatif yang dimiliki oleh setiap
lebih spesifik seperti {+TAKUT AKAN leksem emosi tersebut. Makna leksem
MUSUH (MA-NUSIA) ATAU HEWAN emosi mencakup makna nonreferensial
BUAS}. Jadi, leksem takut dan gentar karena emosi tidak memiliki bentuk atau
memiliki makna yang saling referensi yang nyata di dalam dunia nyata.
berhubungan. Ada pun perubahan tubuh seperti
Leksem takut dan gentar memiliki tersenyum, menangis, atau pingsan tidak
makna yang hampir sama atau secara konstan terjadi pada setiap
bersinonim, namun keduanya tidak dapat individu dalam menanggapi emosi yang
saling menggantikan. Leksem takut sedang dirasakannya. Leksem emosi juga
memiliki komponen makna yang lebih mempertim-bangkan makna leksikal dan
general, dalam arti cakupan penyebab dari konotatif, yaitu dengan cara
emosi takut lebih luas, misalnya takut ter- membandingkan makna leksem emosi di
hadap hewan buas, takut terhadap dalam kamus dengan nilai rasa ‘konotatif’
serangga, takut akan kegelapan, dan lain- yang dimilikinya.
lain, sedangkan leksem gentar biasanya
hanya dipakai untuk menunjukkan emosi SIMPULAN
takut terhadap hewan buas, atau sesuatu Berdasarkan hasil analisis dan
yang sifatnya menakutkan dalam arti temuan penelitian, peneliti me-
‘berbahaya’, leksem gentar tidak dapat nyimpulkan hal-hal berikut.
dipakai untuk menunjukkan rasa takut
Pertama, leksem emosi yang
terhadap serangga maupun kegelapan.
ditemukan dalam novel Pulang karangan
Kalimat “Saya gentar terhadap serangga”
Tere Liye berjumlah 48 leksem. Leksem-
bisa dikatakan tidak lazim dan aneh leksem tersebut terdiri atas delapan ranah
terdengar di telinga. makna, yaitu ranah makna kesenangan,
Setelah dilakukan analisis kesedihan, kemararahan, keheranan, rasa
komponen makna, maka didapat makna malu, kebencian, kesukaan, dan
semantis untuk leksem takut dan gentar. ketakutan. Leksem emosi yang berada
Leksem takut memiliki makna semantis dalam ranah makna kese-nangan
‘emosi negatif yang dialami seseorang berjumlah 10 leksem, ranah kesedihan 6
yang menimbulkan rasa takut, dilakukan leksem, ranah kema-rahan 8 leksem,
oleh diri sendiri atau orang lain, berakibat ranah keheranan 4 leksem, ranah rasa
negatif pada diri sendiri dan orang lain, malu 2 leksem, ranah kebencian 6 leksem,
biasanya terjadi jika seseorang merasakan
sesuatu yang mendatangkan bencana’.
84
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
ranah kesukaan 4 leksem, dan ranah . Pengantar Semantik Bahasa
ketakutan 8 leksem. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,
Kedua, komponen makna pada 2009.
leksem emosi yang berada dalam satu Cruse, D. A. Lexical Semantics. New
ranah makna yang sama ternyata tidak York: Cambridge University Press,
hanya memiliki persamaan melalui 1986.
komponen mak-na bersama, tetapi juga Geeraerts, Dirk. Theories of Lexical
memiliki perbedaan melalui komponen Semantics, (New York: Oxford
makna diagnostik. Hal ini bergan-tung University Press, 2010.
pada nuansa makna yang dimiliki oleh Hude, M. Darwis. Emosi: Penjelajahan
Religio-Psikologis tentang Emosi
masing-masing lek-sem tersebut.
Manusia di dalam Alquran. Jakarta:
Ketiga, medan leksikal pada
Penerbit Erlangga, 2006.
leksem emosi yang ditemukan ternyata Liye, Tere. Pulang. Jakarta: Republika
berbentuk hierarki atas-bawah dan Penerbit. 2015.
sejajar. Hierarki atas bawah menunjukkan Markam, Suprapti. “Dimensi Pengalaman
bahwa dalam satu ranah makna terdapat Emosi: Kajian Deskriptif Melalui
leksem yang berfungsi sebagai hipernim Nama Emosi Berdasarkan Teori
dan hiponim, sedangkan dalam hierarki Kognitif”. Universitas Indonesia,
sejajar menunjukkan hubungan 1991.
kesejajaran di antara leksem-leksem Mayring, Philips. Qualitative Content
emosi yang berada dalam ranah makna Analysis dalam Forum: Qualitative
yang sama. Social Research. on line Jurnal
Keempat, relasi leksikal yang Vol.1 No.2 (2000). Diakses melalui
terjadi di antara leksem-leksem emosi http://www.
yang berada dalam satu ranah makna qualitativeresearch.net/index.php/f
dapat berupa relasi kehiponiman dan qs/article/download/1089/ 2386
kesino-niman. Relasi kehiponiman terjadi Milles, Mathew B. dan Michael Huberman.
di antara leksem yang berfungsi sebagai Qualitative Data Analysis: A
superordinat atau hipernim dan leksem Sourchbook of New Methode
yang berfungsi sebagai hiponim; (Analisis Data Kuali-tatif: Buku
sedangkan relasi kesi-noniman terjadi di Sumber tentang Metode-metode
antara leksem-leksem emosi yang Baru, diterjemahkan oleh Tjetjep
berfungsi seba-gai kohiponim. Relasi Rohendi Rohidi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1992.
kesino-niman terjadi dalam bentuk
Niedenthal, Paula M., Silvia Krauth-
sinonim proporsional dan sinonim dekat.
Gruber, dan François RIC.
Kelima, makna semantis pada Psychology of Emotion:
leksem emosi ditentukan oleh komponen Interpersonal, Experiental &
makna yang bertanda (+) dan (±) yang Cognitive Approach. New York and
dimiliki oleh setiap leksem berdasarkan Hove: Psychology Press, Taylor &
(1) jenis emosi, (2) pelaku dan tujuan, (3) Francis Group, 2006.
akibat, dan (4) penyebab terjadi. Makna Pramanik, Niken. “Medan Makna Ranah
semantis ini dapat dijadikan seba-gai Emosi dalam Bahasa Indonesia”.
acuan untuk membedakan definisi Universitas Indo-nesia. 2005.
masing-masing leksem emosi. Surdaryanto. Metode Linguistik Bagian
Pertama: Ke Arah Memahami
REFERENSI Metode Linguistik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta:
1988.
Rineka Cipta, 2007.
85
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017
BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16 Nomor 1 Januari 2017
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/
ISSN : 0853-2710
Syukur, Abdul. Beberapa Cara Terapi
Gangguan Emosi Sehari-hari.
Yogyakarta: Diva Press, 2011.
Wedhawati. Medan Leksikal dan Analisis
Komponensial dalam Jurnal Ilmiah
Masyarakat Linguistik Indonesia,
Februari 2002, Thn. 20, Nomor 1.
Zabadi, Fairul. “Leksem Sikap Batin Bahasa
Indonesia: Relasi Leksikal dan Perubahan
Makna”. Universitas Negeri Jakarta, 2009.
86
BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume Januari 2017