Anda di halaman 1dari 7

Suatu pengusaha ingin membuat bisnis jualan rokok dengan modal uang 10.000.000.

  Dia membelanjakan uang tersebut


dengan rincian sebagai berikut :

4 juta untuk uang cash

5 juta untuk stok persediaan (rokok)

1 juta untuk asset tidak lancar seperti gerobak

Jika di tuliskan dalam sebuah neraca keuangan, maka akan menjadi seperti berikut :

gambar 1. uang cash 4.000.000, piutang tidak ada, persediaan barang 5.000.000, gerobak 1.000.000. Untuk piutang, hutang
dagang, hutang bank, biaya penyusutan, dan laba ditahan belum ada, karena baru mulai usaha dan belum mulai
jualan.Etalase (gerobak) dan sewa tempat diperkirakan akan rusak setelah satu tahun digunakan, sehingga nanti setelah satu
tahun digunakan, harus ganti baru.

Margin keuntungan yang akan diambil pengusaha tersebut adalah 10 %. Sedangkan biaya operasional (gaji, bayar listrik,
transport belanja/parkir, dll)= 1.000.000/bulan.

maka yang akan dilakukan pengusaha tersbut adalah menggelar dagangannya (jualan!!) dengan alur sebagai berikut :
 

Setelah satu tahun, maka dilakukan perhitungan stok dan perhitungan seluruh aset

sehingga diperoleh   kondisi usahanya adalah sebagai berikut :

uang cash per tanggal saat stok opname adalah 11.000.000, persediaan barang 7.000.000, hutang dagang 2.000.000,
gerobak sudah Rp.0 (Harus ganti). Lihat pada biaya penyusutan gerobak ada anggaran 1.000.000, ini digunakan untuk beli
gerobak baru.
Nah…dari pembacaan neraca keuangan diatas, stelah 1 tahun usaha berjalan, maka kita akan tahu fungsi dari neraca
keuangan adalah :

1. dapat mengetahui kondisi harta kita baik dalam bentuk uang, piutang, barang dagangan dan juga hutang dagang. Selain
itu, dengan melihat modal awal, maka kita dapat mengetahui laba ditahan jumlahnya berapa. Laba ditahan adalah laba yang
digunakan untuk pengembangan usaha kita dan belum diambil). Laba ini dapat diambil jika ingin diambil atau didiamkan
untuk pengembangan usaha. Laba ini  yang nantinya akan kita gunakan untuk “bagi hasil” jika usaha merupakan rekanan.
Dalam pengalaman saya, tanpa bekerja sama dengan orang lain, maka saya akan mengambil laba tersebut 50 % untuk
keuntungan, dan 50 % menjadi  laba ditahan sebagai pengembangan usaha. Jika anda bekerjasama dengan orang lain, maka
hitung – hitungan pembagian keuntungan adalah pada  laba ini. Banyak bisnis rekanan yang bubar karena tidak memahami
perihal laba ini. Dalam bisnis rekanan, Biasanya 30 % laba tetap ditahan, sisanya untuk bagi hasil.

Misal setelah 1, 5 tahun, kondisi usaha menjadi seperti ini :

apa yang terjadi dengan perusahaan tersebut ???


Kondisi perusahaan sedang rugi, dan sekarat, karena modal yang 10.000.000 hanya tinggal 6.000.000. Ada beberapa factor
yang bisa menjadi penyebabnya. Namun yang jelas, secara matematis pengusaha rugi 6,500.000!!! Harus dicari neh…kenapa
bisa rugi seperti ini, bisa jadi kukut klo g dibenahi!!!

faktor yang bisa menjadi penyebabnya antara lain

1) selama 5 bulan omzet tidak lebih besar dari pengeluaran operasional

2) karyawan ada yang mencuri uang atau barang dagangan

3) pengeluaran operasional tidak terkontrol sehingga menggerogoti uang

4) pembelian barang secara tempo  terlalu banyak sehingga menimbulkan hutang dagang yang pada saat pelunasan
menghabiskan uang cash dan meninggalkan persediaan yang banyak , padahal omzet kurang dari jumlah pembelian (tidak
berlaku pada neraca diatas)

Setelah dua tahun, kondisi keuangan menjadi seperti berikut :

Usaha mulai menampakkan peningkatan profit daripada dipertengahan tahun yang lalu. Namun, pada tahap ini, Ternyata,
perusahaan kesusahan melunasi hutang, Hal ini terjadi akibat uang cash yang dimiliki hanya setengahnya dari hutang dagang.
Padahal dia memiliki piutang 10.000.000, untuk itu pengusaha agar tidak kesusahan melunasi hutang harus menagih piutang
tersebut agar menjadi uang cash.

Setelah 3 tahun, maka


bi
sa kita lihat, bahwa setelah 3 tahun laba ditahannya adalah 10.000.000, sama dengan modal yang kita gunakan. artinya pada
tahun ini kita telah mencapai Balik modal (Pay back period/PBP), artinya jika modal kita ambil, maka usaha akan tetap
berjalan.

Melihat perjalanan dari 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun, hingga 3 tahun, maka tidak mungkin laba ditahan tersebut didapat pada
tahun pertama maupun kedua, kemungkinan besar laba mulai meningkat dan terlihat adalah pada tahun 2 sampai tahun
ketiga. AKAN TETAPI, dari sinilah kita dapat belajar !!! bahwa realitanya, tidak setiap usaha selalu untung, ada pasang
surutnya.

dan justru dari sini, kita dapat belajar ternyata sebelum usaha dimulai, kita dapat memperkirakan kapan kita balik modal.

Kapan kita balik modal saat usaha belum dimulai ??? maksudnya ???

Dengan membuat target tiap bulannya kita harus memperoleh laba bersih sekian rupiah, maka kita dapat memprediksi waktu
kita dapat balik modal.

misal kasus diatas, jika kita ingin balik modal selama 3 tahun, maka kita harus memiliki laba bersih setiap bulannya adalah
10.000.000/(3x12bulan) = Rp. 277.777
Untuk mendapatkan laba bersih sebesar 277..777 dengan kebutuhan operasional 1.000.000/bulan maka laba kotor yang
harus diperoleh adalah 1.277.777
dengan demikian, berapa omzet perbulannya jika Margin keuntungan yang akan diambil pengusaha tersebut adalah 10 % 
(harga jual= harga beli +laba kotor, sementara laba kotor = 10%harga beli )?
Omzet = total harga beli barang + laba kotor
laba kotor = 10% total harga beli
1.277.777 = 10% total harga beli
1.277.777/10% = total harga beli
12.777.777 = total harga beli
omzet = total harga beli + laba kotor
omzet  = 12.777.777 + 1.277.777
                      = 14.055.554/bulan
maka dari itu, pengusaha harus memperoleh omzet setiap harinya : 14.055.554/30 hari = 468.518

dari sini kita dapat mengetahui jika kita ingin balik modal dalam tempo 3 tahun, dengan kebutuhan operasional tiap bulan
1.000.000, maka kita harus memiliki target omzet harian 468.518 atau target omzet bulanan sebesar 14.055.554

Lalu kita sesuaikan, apakah target tersebut realistis? Apakah target tersebut sangat bisa dicapai? Cara mengukur realistis atau
tidaknya adalah melihat berapa item barang dagangan yang akan kita jual !!! Misal harga jual barang kita rata – rata adalah
10.000/biji, maka  setiap hari kita harus menjualkan barang rata – rata 47 biji. (468.518/10.000). Realistiskah dicapai?
Bagaimana cara mencapainya? Maka disinilah waktunya untuk  menyusun strategi marketing  agar kita mampu berjualan
perhari 47 biji.
Jika tidak realistis target penjualannya? Cobalah di mundurkan lagi waktu balik modalnya.
Misal dengan modal tadi (10.000.000), waktu balik modalnya menjadi 4 tahun.
maka berapa omzet kita perhari? Jika margin keuuntungan yang diambil 10% dan operasional perbulan 1.000.000
laba bersih /bulan = 10.000.000/(4x12bulan) = 208.333
laba kotor /bulan  = 208.333 + 1.000.000 = 1.208.333
laba kotor /bulan = 10% total harga beli  ==> diperoleh dari margin keutungan 10%
1.208.333                        = 10% total harga beli
1.208.333 /10%  = total harga beli
total harga beli = 12.083.330
 
 
maka omzet setiap bulannya adalah : total harga beli + laba kotor
                                                                                                                  : 12.083.330 + 1.208.333
                                                                                                                  : 13.291.663
 
maka omzet setiap harinya yang harus kita capai adalah 13.291.663 / 30 hari = 443.055
 
 
 

dari sini kita memperoleh ilmu bahwa kita dapat mengatur usaha kita, kapan kita balik modal dan berapa target penjualan
yang harus kita lakukan tiap harinya agar dapat balik modal. Inilah fungsi nomer dua dari neraca keuangan.

Suplemen tambahan mengenai Balik modal, titik impas tidak untung tidak rugi, dan % ROI atau sering disingkat BEP, PBP, ROI
dapat dibaca secara rumus di alamat http://rs-marjianto.blogspot.co.id/2014/12/pbp-bep-dan-roi.html.

mari kita lanjutkan membahas apa saja yang bisa diketahui dari neraca keuangan.

Setelah 4 tahun, neraca keuangan yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pada kondisi ini, omzet pengusaha rata – rata 2.000.000/hari, akan tetapi akhir – akhir ini pengusaha selalu menolak
permintaan pelanggan karena barang banyak yang kosong, mengapa ini terjadi??? Ya…karena persediaan barang hanya
3.000.000, padahal omzet perhari 2.000.000, sehingga persediaan barang sangat kurang, karena satu hari jualan, persediaan
tinggal 1.000.000, dan tentunya barang banyak yang habis!!!!

Jika menghadapi kondisi tersebut, tentunya kita harus order barang agar persediaan barang kita dapat bagus sehingga
pengusaha tidak selalu menolak permintaaan pelanggan.
pertanyaannya adalah, jika omzet perhari rata rata adalah 2.000.000, agar pengusaha tidak “kepontal – pontal” dalam
melakukan order barang, maka pengusaha harus order  berapa juta???
karena uang cash yang ada 14.000.000, jika uang tersebut dibelikan barang semuanya secara cash, maka pengusaha akan
melakukan order lagi 7 hari kemudian (14.000.000/omzet perhari = 7 hari). Dengan kondisi finansial yang ada, pengusaha
dapat order 7 hari sekali.
Resikonya pada hari itu juga jika dibelanjakan semuanya, pengusaha tidak memiliki uang cash lagi, namun hari itu juga
mendapatkan omzet kurang lebih 2 juta.
Jika pengusaha terlalu takut apabila tidak memegang uang cash, Ada alternatif lainnya, yakni membeli barang secara tempo.
Karena uang kita 14.000.000, maka agar aman dan tenang, membeli barang secara tempo dapat disamakan dengan uang
cash kita yakni 14.000.000. sehingga kondisi neraca keuangan kita adalah sebagai berikut :

dari kondisi ini, pengusaha tetap memegang uang 14.000.000 dan memiliki hutang dagang 15.000.000. Jika jatuh tempo
hutang dagang sehari, maka pengusaha akan tetap tenang karena memiliki kemampuan melunasinya (14.000.000 + omzet
harian (2.000.000). Namun jika jatuh tempo hutang dagang seminggu, maka pengusaha dapat melunasi hutang dagang
tersebut dari omzet saja (2.000.000 x 7 = 14.000.000). Yang perlu diingat adalah, dari segi resiko dan tidak dalam kondisi
khusus, pembelian barang sebaiknya kurang dari omzet.

dari sini, kita juga dapat menilai, apakah order selama 1 minggu sekali terlalu berat atau tidak? jika terlalu berat, maka
berapa kali dalam 1 bulan kita harus order? Agar ringan, 1 bulan order sekali, maka persediaan barang yang harus kita miliki
adalah : 2.000.000 x 30 = 60.000.000 .
jika omzet kita memang telah stabil, ada dua alternatif yang dapat kitalkukan :
1. Hutang dagang sebanyak 60.000.000 (tempo berapa hari???)
2. Hutang bank sebanyak 60.000.000 (tempo berapa tahun???),
dari sinilah kita dapat menilai kapan kita harus hutang!!!! yakni ketika nilai persediaan kita tidak mampu mengcover omzet
penjualan kita.
pada kondisi ini, jika omzet memang sudah stabil, dan tidak ada kondisi khusus yang membuat bangkrut usaha, maka
biasanya dengan semakin bertambahnya nilai persediaan maka omzet juga akan semakin naik.
seberapa besarkah kita diperbolehkan hutang dagang ?? menurut pengalaman bisnis saya, relatif tergantung omzet kita
(perputaran uang kita) dan jatuh tempo hutang dagang tersebut. Untuk amannya jumlah hutang dagang = uang cash yang
kita miliki.
dan ingat, hutang dalam artian ini adalah hutang produktif = hutang yang menghasilkan omzet lagi bukan hutang konsumtif.

beberapa bacaan yang dapat digunakan dalam memperlincah cara membaca neraca keuangan dapat digunakan sumber
website in

Anda mungkin juga menyukai