Anda di halaman 1dari 10

FAQ Eval OJT Business

1. Tahapan Kuantitatif apa saja yang dilakukan dalam menganalisa paket kredit?
a. laporan laba rugi
b. neraca

2. Korelasi laporan laba rugi dengan neraca:


Pendapatan yang tercatat dalam laporan laba rugi digunakan untuk menghitung
keuntungan yang dihasilkan oleh usaha nasabah. Keuntungan ini kemudian dicatat di
neraca dalam bentuk laba bersih. Laba bersih ini dapat digunakan oleh nasabah untuk
berbagai keperluan, seperti menambah modal usaha, membeli persediaan, membayar
hutang, atau digunakan untuk investasi.

Dalam neraca, keuntungan yang dihasilkan bisa masuk ke komponen aktiva tetap atau
aktiva lancar, tergantung pada penggunaannya. Misalnya, jika nasabah menggunakan
keuntungan untuk membeli aset seperti tanah atau bangunan, maka keuntungan
tersebut akan masuk ke dalam komponen aktiva tetap. Namun jika nasabah
menggunakan keuntungan untuk membeli persediaan atau membayar hutang, maka
keuntungan tersebut akan masuk ke dalam komponen aktiva lancar atau passiva.

Dengan memahami arus keuangan dan pergerakan dana dalam neraca, kita dapat
mengevaluasi kinerja keuangan usaha nasabah dan membantu menentukan jenis kredit
yang diberikan sudah sesuai dengan peruntukkannya.

3. Laporan Laba rugi: Cara untuk mengetahui penjualan per bulan

Memiliki informasi seperti penjualan bulanan atau catatan keuangan dapat berguna
untuk diskusi dengan nasabah.
Untuk usaha yang berukuran sedang dan besar, catatan keuangan biasanya sudah rapi,
tetapi untuk yang tidak memiliki, bank dapat membantu membuatnya berdasarkan data
yang tersedia.
Jika nasabah tidak tahu penjualan harian mereka, bank dapat menanyakan produk yang
dominan dijual dan harga rata-ratanya, lalu menghitung berdasarkan informasi tersebut.

4. Cara untuk mengetahui harga pokok penjualan?


Untuk menghitung margin keuntungan, dapat ditanyakan kepada nasabah harga beli
dan harga jual barangnya. Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan dengan mengurangi
harga jual dengan harga beli untuk mendapatkan keuntungan, dan kemudian
membaginya dengan harga jual untuk mendapatkan persentase margin keuntungan.

Rumusnya adalah: Margin keuntungan = ((harga jual - harga beli) / harga jual) x 100%
Contohnya, jika harga beli suatu barang adalah Rp10.000 dan harga jualnya adalah
Rp11.000, maka margin keuntungannya adalah:

((11.000 - 10.000) / 11.000) x 100% = 9.09%


Dalam hal ini, margin keuntungan adalah 9,09%. Jadi, jika nasabah menjual barang
dengan harga Rp11.000, maka 90,91% dari harga jual tersebut digunakan untuk
menutup biaya produksi dan keuntungan bersihnya adalah 9,09%.

5. Apa itu SGA dalam laporan laba rugi?


SGA (Sales, General, and Administration) adalah biaya operasional yang terkait dengan
penjualan, pemasaran, dan administrasi umum suatu perusahaan. Ini mencakup biaya
seperti gaji dan insentif tenaga penjualan, biaya iklan dan promosi, dan biaya
administrasi umum seperti biaya kantor dan gaji pegawai non-penjualan. Semakin
rendah rasio SGA terhadap pendapatan, semakin efisien perusahaan dalam mengelola
biaya operasionalnya.

6. Tujuan membuat neraca di paket kredit?


Tujuan membuat neraca adalah untuk mengetahui free cash flow dari usaha nasabah.
Free cash flow digunakan untuk mengetahui berapa keuntungan yang dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan bisnis atau kegiatan lainnya.

Jika free cash flow tidak ada atau terlalu sedikit, maka hal tersebut menunjukkan bahwa
usaha hanya digunakan untuk membayar utang dan tidak menghasilkan keuntungan
yang cukup. Dengan mengetahui free cash flow, kita dapat mengevaluasi kinerja usaha
dan menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan keuntungan dan mengelola
keuangan dengan lebih efektif.

7. Apa saja komponen utama dalam neraca?


Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva dibagi menjadi dua jenis, yaitu aktiva lancar dan
aktiva tetap. Aktiva lancar adalah kekayaan yang dimiliki yang sifatnya likuid seperti kas,
piutang, dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap adalah aset seperti tanah, bangunan,
atau aset lainnya yang dimiliki nasabah. Tujuan dari aktiva adalah untuk mengetahui
jumlah kekayaan atau modal yang dimiliki nasabah.

Selain aktiva, terdapat juga pasiva yang merupakan komponen hutang yang dimiliki
nasabah. Terdapat dua jenis hutang, yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang. Hutang jangka pendek adalah hutang yang jangka waktunya tidak lebih dari 3
tahun, seperti kredit modal kerja. Sementara itu, hutang jangka panjang adalah hutang
yang dimiliki nasabah selama lebih dari 3 tahun, seperti investasi. (di BRI maksimal 10
tahun)

8. Aktiva Lancar dalam neraca


Untuk mengetahui aktiva lancar, kita dapat menggunakan beberapa cara. Misalnya,
untuk melihat jumlah kas, kita bisa melihat rekening koran nasabah untuk mengetahui
posisi terakhir jumlah saldo yang ada di rekening, ditambah dengan uang yang dipegang
oleh nasabah.

Selain itu, untuk mengetahui jumlah piutang, kita dapat menanyakan langsung kepada
nasabah apakah mereka memiliki piutang atau tidak, dan berapa lamanya tempo
pembayaran yang diberikan kepada pembeli. Jumlah piutang juga dapat diminta
datanya dari nasabah jika mereka memiliki catatan kecil terkait hal tersebut.

Untuk mengetahui kewajaran piutang, kita bisa memeriksa rasio perputaran piutang.
Jika rasio tersebut menunjukkan bahwa piutang berputar lebih dari 30 hari, maka bisa
jadi ada masalah atau anomali yang perlu diperiksa lebih lanjut. Proses ini disebut
sebagai pembedahan kembali atau recasting.

9. Aktiva tetap dalam neraca


Aktiva tetap adalah bagian dari neraca yang menunjukkan jumlah kekayaan nasabah
terkait dengan aset yang tidak likuid seperti tanah, bangunan, kendaraan, dan lain-lain.
Meskipun jumlahnya tidak mempengaruhi secara langsung kinerja usaha, namun aset
yang dimiliki oleh nasabah dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan usaha
tersebut. Sebagai contoh, pengusaha yang sukses biasanya memiliki aset yang
signifikan, sehingga jika nasabah tidak memiliki aset yang cukup, hal tersebut patut
dipertanyakan mengenai keberhasilan usaha yang dimiliki.

10. Persediaan dalam Neraca


Untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki nasabah, kita dapat meminta data
dari catatan yang dimiliki nasabah, atau melakukan wawancara langsung dengan
nasabah jika tidak ada catatan. Pada saat kunjungan, kita dapat melihat barang
dagangan yang dominan, seperti beras dalam usaha sembako, dan menghitung
jumlahnya dengan menanyakan harga jual per satuan. Untuk barang dengan jumlah
kecil, kita dapat memperkirakan jumlahnya. Yang penting, yang dihitung terlebih dahulu
adalah stok yang paling mendominasi dengan harga yang lebih tinggi.

a. Days of Inventory adalah rasio yang terkait dengan perputaran persediaan atau
stok barang. Rumusnya adalah:

DOI = (Persediaan Barang Dagang / Harga Pokok Penjualan) x Jumlah Hari

Contohnya, suatu perusahaan memiliki persediaan barang dagang senilai Rp


10.000.000 dan harga pokok penjualan sebesar Rp 5.000.000, serta persediaan
tersebut dapat bertahan selama 60 hari. Maka, rasio DOI perusahaan tersebut
adalah:

DOI = (Rp 10.000.000 / Rp 5.000.000) x 60 hari = 120 hari


Artinya, persediaan barang dagang perusahaan tersebut dapat bertahan selama
120 hari sebelum habis terjual. Semakin tinggi nilai DOI, semakin lama
persediaan barang dagang dapat bertahan dan semakin kurang efisien
manajemen inventorynya.

Jika perputaran persediaan terlalu lambat, seperti lebih dari 3 bulan pada usaha
sembako, maka hal ini tidak wajar karena untuk usaha makanan perputaran
persediaannya harus cepat, terutama karena terkait dengan masa expired
barang.

b. DOR (Days of Receivables) adalah rasio yang terkait dengan perputaran


piutang dagang. Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa hari piutang
dagang tertagih, dan dihitung dengan membagi piutang dagang dengan
penjualan. Penjualan digunakan sebagai pembagi karena sudah termasuk
keuntungan.

Dengan menggunakan rasio ini, kita dapat mengetahui kewajaran piutang,


seperti apakah piutang yang sudah lebih dari 60 hari masih tertagih atau tidak.
Jika piutang sudah melewati batas waktu yang diatur dalam kesepakatan antara
pembeli dan penjual, maka piutang tersebut bisa jadi tidak akan tertagih lagi.
Biasanya, kesepakatan tersebut dilakukan dengan memberikan batas waktu
pembayaran paling lambat 45 60 hari.

Penjualan digunakan sebagai pembagi dalam perhitungan DOR karena


penjualan sudah mencakup harga jual barang ditambah dengan keuntungan
yang didapatkan. Dengan demikian, rasio ini dapat memberikan gambaran
tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh nasabah untuk mengumpulkan
pendapatan dari penjualan dan menerima pembayaran dari pelanggan.

Misalkan sebuah perusahaan memiliki total piutang dagang senilai Rp


50.000.000,- dan total penjualan selama periode tertentu sebesar Rp
500.000.000,-. Maka, perhitungan DOR nya adalah sebagai berikut:

DOR = (Total Piutang Dagang / Total Penjualan) x Jumlah Hari dalam Periode

DOR = (Rp 50.000.000,- / Rp 500.000.000,-) x 30

DOR = 0,1 x 30

DOR = 3 hari

c. Days of Payables digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang


dibutuhkan untuk membayar utang dagang kepada prinsipal. Kewajaran DOP
tergantung pada kesepakatan antara distributor dan prinsipal atau antara
konsumen dan distributor.

Jika terdapat kesepakatan untuk memberikan kesempatan tempo pembayaran


selama kurang lebih 3 hari, maka hal tersebut masih wajar dan sesuai. Namun,
jika sudah melebihi 30 hari, maka hal tersebut perlu dipertanyakan. Hal ini
menunjukkan adanya masalah dalam perputaran usaha, karena lambatnya
pembayaran utang dagang kepada pemilik barang dapat memperlambat
perputaran usaha secara keseluruhan.

Contoh perhitungan DOP adalah sebagai berikut:

Total hutang dagang pada akhir periode: Rp 50.000.000


Total pembelian barang pada periode: Rp 120.000.000
Jumlah hari dalam periode: 90 hari
Dari data di atas, kita dapat menghitung rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan
perusahaan untuk membayar hutang dagangnya dengan rumus:
DOP = (Total hutang dagang / Total pembelian barang) x Jumlah hari dalam
periode
DOP = (Rp 50.000.000 / Rp 120.000.000) x 90 hari
DOP = 37,5 hari

Artinya, rata-rata perusahaan membutuhkan waktu 37,5 hari untuk membayar


hutang dagangnya kepada pemasok atau supplier. Semakin kecil angka DOP,
semakin efisien perusahaan dalam mengelola kas dan membayar hutang
dagangnya.

11. Cek rekening koran dan mutasi


Mutasi rekening koran digunakan untuk mencocokkan penjualan yang tercatat pada
laporan laba rugi dengan transaksi yang tercatat di rekening koran.

Setelah kita membantu menghitung penjualan dan mewawancarai nasabah tentang


jumlah penjualan perbulan, kita perlu memastikan apakah transaksi tersebut tercatat di
rekening koran atau tidak. Jika transaksi tersebut tidak tercatat di rekening koran, maka
kita harus menanyakan ke nasabah di mana dananya disetorkan atau apakah
pembayaran dilakukan secara tunai.

Dalam kondisi umum, minimal 70% dari transaksi penjualan harus tercatat di rekening
koran. Jika tidak tercatat di mana-mana, maka kemungkinan terdapat kekeliruan dari
nasabah atau nasabah tersebut tidak jujur tentang transaksinya. Oleh karena itu, mutasi
rekening koran dapat membantu kita mengetahui kewajaran dari penjualan dan
memastikan bahwa laporan laba rugi yang dibuat akurat dan dapat dipercaya.

Anda mungkin juga menyukai