Anda di halaman 1dari 6

PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN

OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH


CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO

Ag. Isjudarto
Jurusan Teknik Pertambangan STTNAS
Isjudarto0911@gmail.com

Industri pertambangan membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat maupun pemerintah daerah serta negara.
Kegiatan pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di
permukaan bumi, kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi serta kekeringan. Kegiatan pertambangan salah satunya
menumpuk tanah hasil pembongkaran pada disposal area. Disposal merupakan area terbuka yang rawan terhadap erosi
dan jika terjadi hujan yang cukup deras, pasti tanah tersebut dapat dengan mudah terkikis oleh tetesan air hujan
sehingga tanah yang semula sudah rusak akan tererosi dan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Didaerah
Clereng, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo banyak dijumpai kegiatan penambangan batu andesit untuk
keperluan industri. Berdasarkan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) diperoleh dugaan erosi yang terjadi di
lokasi timbunan tanah penutup (overburden) adalah 32.139,49 ton/ha/tahun pada timbunan OB.

Kata kunci : penambangan, timbunan, overburden, erosi,

Pendahuluan seberapa besar erosi yang terjadi pada timbunan


Kegiatan penambangan dapat membawa dampak tanah penutup (overburden) daerah Clereng,
positif maupun negatif dalam pelaksanaannya. Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo,
Dampak positif dan negatif kegiatan ini perlu dikaji Daerah Istimewa Yogyakarta
terus untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya atau
serta mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat
kegiatan ini. ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air,
Identifikasi terhadap areal yang diperkirakan angin dan/atau es. Erosi terdiri dari tiga proses yakni;
rawan akan terjadinya erosi dan sedimentasi detachment (pelepasan partikel-partikel tanah),
sangatlah perlu, seperti lokasi penimbunan tanah Transportation (penghanyutan partikel-partikel
pucuk, lokasi penimbunan tanah penutup, lokasi yang tanah) dan deposition (pengendapan partikel tanah
memiliki tanah labil/tidak kompak, topografi yang yang telah dihanyutkan). Detachment terjadi sebagai
curam, selokan dan lain-lain. Secara umum erosi akibat timpaan titik-titik curah hujan yang menimpa
adalah proses terlepasnya butiran tanah atau batuan permukaan tanah. Iklim, tanah, topografi, waktu dan
dari induknya di suatu tempat dan mengalami pendayagunaan tanah oleh manusia merupakan
transportasi oleh air maupun angin. Karena erosi faktor-faktor utama yang mempengaruhinya (Foster
lebih banyak disebabkan oleh air maka erosi banyak and Meyer,1973).
terjadi di daerah basah yang memiliki curah hujan Erosi pada umumnya terjadi akibat air hujan yang
yang relatif tinggi. jatuh di permukaan tanah menyebabkan tanah
Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah terciprat, lepas dari ikatan remahnya menjadi butiran
berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi halus (splash erosion) dimana tanah dibawahnya
(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan menjadi padat sehingga daya resap menjadi kurang
secara terbuka (opened mining) meninggalkan dan akhirnya ketika musim hujan air hujan hanya
lubang-lubang besar di permukaan bumi, kerusakan sedikit yang diresapkan dan sebagian besar mengalir
tanah, erosi dan sedimentasi serta kekeringan. Di di permukaan hanyut dan akan terus berlanjut ke
daerah Clereng dan sekitarnya, Kecamatan Pengasih tempat akhir (sungai).
Kabupaten Kulon Progo banyak terdapat kegiatan Erosi terjadi karena desakan-desakan atau
pertambangan bahan galian industri terutama bahan kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara
galian andesit. Dampak negatif akibat kegiatan ini alamiah maupun sebagai tindakan/perbuatan
juga banyak. Salah satunya adalah peningkatan erosi manusia. Pada dasarnya terdapat dua macam erosi
pada tanah penutup. Kegiatan pertambangan yaitu erosi geologi atau erosi normal dan erosi yang
menghasilkan overburden berupa tumpukan tanah dipercepat. Erosi normal (geological erosion) juga
penutup yang ditempatkan pada lokasi-lokasi disebut erosi alami yaitu erosi yang berlangsung
tertentu. Dalam tulisan ini penulis akan membahas secara alamiah dan terjadi secara normal di lapangan
melalui tahapan seperti; pemecahan agregrat tanah

196
atau bongkahan tanah kedalam partikel tanah menjadi K = Faktor erodibilitas tanah (ton/Kj)
butiran tanah yang kecil, pemindahan partikel baik LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng (m dan
melalui penghanyutan maupun karena kekuatan angin %)
dan pengendapan partikel tanah yang terpindahkan ke C = Faktor tanaman penutup lahan dan manajemen
tempat yang lebih rendah. Erosi secara alamiah tidak tanaman
menimbulkan masalah yang cukup serius karena P = Faktor tindakan konservasi praktis
partikel-partikel tanah yang terangkut seimbang
dengan banyaknya tanah yang terbentuk ditempat Lenvain (dalam Supirin, 2002) mendapatkan
yang lebih rendah. Erosi dipercepat (accelerated hubungan antara EI30 dengan curah hujan bulanan (R)
erosion) adalah proses terjadinya erosi akibat sebagai berikut :
tindakan/perbuatan manusia yang bersifat negatif EI30 = R = 2,21 H1,36
atau melakukan kesalahan dalam pengelolaan lahan. Keterangan :
Erosi ini sangat merugikan karena bagian-bagian R = Faktor erosovitas hujan (Kj/ha)
tanah yang terhanyutkan jauh lebih besar H = Curah hujan rata-rata bulanan (mm)
dibandingkan dengan pembentukan tanah yang 2,21 = Tetapan untuk energi hujan (Kj/ha-mm)
terjadi. Penipisan tanah akan terus berlanjut bila tidak Nilai K dapat ditentukan dengan salah satu cara
segera diatasi (Sukartaatmadja, 2004). mengetahui jenis tanah terlebih dahulu (Arsyad,
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang 2000).
mudah dikenali, namun apabila tidak dikelola dengan Nilai L dihitung dengan persamaan yang
baik maka erosi dapat menimbulkan dampak negatif disampaikan oleh Wischmeier dan Smith (1978)
terhadap lingkungan disekitarnya. Alih fungsi hutan berikut:
menjadi areal penambangan dapat meningkatkan L = (Lo/22,1)0,5
erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat Keterangan :
mengikat tanah digantikan dengan struktur tanah tang Lo = Panjang kemiringan lereng timbunan (m)
rusak akibat aktifitas penambangan. dampak erosi 2,21 = Panjang lereng baku (m)
dapat di bedakan menjadi dampak erosi langsung dan Faktor tanaman penutup (C) merupakan rasio dari
tak langsung. Dampak langsung diantaranya adalah tanah yang hilang pada tanaman tertentu dengan
kehilangan tanah untuk keperluan backfilling dan tanah gundul (tanpa adanya tanaman). Pada Tanah
reklamasi, penurunan daya dukung tanah dan potensi gundul nilai C = 1.
terjadinya longsor, Penurunan kapasitas infiltrasi Nilai faktor praktik konservasi tanah (P) adalah
tanah, Memburuknya kualitas air dan menghilangnya nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu
mata air. Sedangkan dampak tidak langsung adanya upaya konservasi tertentu terhadaap besarnya erosi
biaya upaya konservasi untuk mengurangi dampak pada lahan tanpa upaya konservasi, (Supirin, 2002).
erosi, meningkatnya biaya pengerukan saluran air Nilai P = 1 yang diberikan pada lahan yang tidak ada
dan sungai, pelumpuran dan pendangkalan saluran air upaya pengendalian erosi.
dan sungai (Sedimentasi). .
Beberapa metode digunakan untuk Metoda Penelitian
memperkirakan besarnya erosi permukaan, salah Metoda penelitian dilakukan dengan
satunya adalah metode Universal Soil Loss Equation menggunakan data primer dan data sekunder. Data
(USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeier dan primer diambil dari pengamatan dan pengukuran di
Smith (1978) adalah metode yang paling umum lapangan. Pengamatan lapangan dilakukan untuk
digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi. mengetahui kondisi aktual di lapangan meliputi
Universal Soil Loss Equation (USLE) observasi lapangan dengan melakukan pengamatan
adalah model erosi yang dirancang untuk secara langsung dilapangan mengenai apa yang akan
memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka dibahas dan mencari informasi-informasi pendukung
waktu panjang dari dari suatu areal. Metode ini yang berkaitan dengan masalah. Seperti kegiatan
hanya dapat memprediksi besarnya erosi, tetapi tidak penimbunan, sarana pengendali erosi, kondisi tempat
dapat memprediksi pengendapan dan tidak penimbunan. Data sekunder merupakan data
memperhitungkan sedimentasi hasil dari erosi. Untuk pendukung dari data primer. Data sekunder didapat
menentukan besarnya erosi digunakan rumus dari intansi pemerintah maupun swasta, yaitu peta
(Supirin, 2002) : Lokasi, jenis Tanah dan analisa Laboratorium, data
curah hujan, geometri disposal.
A = R x K x LS x C x P Setelah semua data diperolah baik dari hasil
Keterangan : pengamatan di lapangan, data primer dan data
A = Besarnya erosi yang diperkirakan (ton/ha/tahun) sekunder, maka data kemudian diolah dengan
R = Faktor erosivitas hujan (Kj/ha/tahun) menggunakan persamaan Universal Soil Loss

197
Equition (USLE), untuk memprediksi erosi potensial lapangan hanya beberapa sifat tanah saja yang
di lokasi penelitian diperhatikan yaitu tekstur, struktur dan konsistensi.
Berdasarkan pengamatan lapangan dan berdasarkan
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Erosi ciri-ciri fisik tanah di lapangan maka tanah pada
No
Tingkat Erosi
Kelas Erosi
lokasi penelitian adalah jenis tanah pedsolik merah
(ton/ha/th) kuning (PMK) yang terdiri dari siltstone, sandstone,
1. <15 Normal siltstone, tanah tersebut memiliki tekstur lempung
berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, warna
2. 15-60 Ringan
merah hingga kuning dan jenis tanah tersebut sangat
3. 60-180 Moderat peka/rawan terhadap erosi.
4. 180-480 Berat Nilai K dapat ditentukan dengan mengetahui jenis
5. >480 Sangat berat tanah yang yang tersebat di lokasi pertambangan.
Nilai erodibilitas tanah pada lokasi pengamatan yaitu
(Sumber : Keputusan Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi 0,32. Tanah yang erodibilitasnya tinggi akan rentan
Departemen Kehutanan No. 041/Kpts/V/1998)
terkena erosi, dibandingkan tanah yang
erodibilitasnya rendah.
Hasil Penelitian • Faktor Panjang Dan Kemiringan Lereng
Penetapan erosi potensial pada timbunan tanah Timbunan (LS)
penutup yang dipilih untuk dijadikan sampel Nilai LS dihitung dengan melihat panjang dan
penelitian yang dilakukan adalah dengan kelerengan timbunan. Perhitungan nilai LS adalah :
pendekatan/metode Universal Soil Loss Equation 1. Lokasi : timbunan over burden
(USLE). Masing-masing faktor dalam metode - Tinggi lereng : 10 m
tersebut akan ditentukan nilainya berdasarkan rumus - Panjang lereng : 19,98 m
dan data yang diperoleh di lapangan serta data - Panjang datar : 17,32 m
pendukung lainnya. Faktor-faktor erosi yang - Kemiringan 57,73 % = 30°
dimaksud di sini adalah faktor pendukung yang - Faktor kemiringan lereng (S) = (tinggi/panjang
dipakai dalam pendugaan erosi dengan menggunakan datar ) x 100
rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) tahun - = 10/ 17,32) x 100 = 57,73 %
1978.( Supirin, 2002) - Atau Faktor kemiringan lereng (S) = tan 30° x
• Faktor Erosivitas Hujan (R) 100% = 57,73%
Curah hujan mempunyai peranan yang cukup tinggi - Lo = panjang kemiringan lereng timbunan (m)
terhadap erosi tanah yang terjadi. Pada daerah yang - L = (19,98 m/22,1 m)0,5
terbuka, erosivitas hujan yang tinggi sangat - LS = 0,95 x 57,73 % = 0,55
berpengaruh terhadap besarnya erosi. Curah hujan • Faktor Tanaman Penutup Lahan atau Manajemen
yang cukup tinggi di lokasi penambangan merupakan Tanaman (C)
salah satu faktor penyebab tingginya dugaan erosi Penentuan indeks pengelolaan ditentukan dari data
yang terjadi. Bahkan pada tahun ini diperkirakan yang langsung diperoleh di lapangan. Berdasarkan
daerah tersebut tetap akan terjadi hujan walaupun hasil dari pengamatan lapangan, timbunan tanah
pada musim kemarau. Dengan adanya curah hujan penutup merupakan tanah terbuka tanpa ada tanaman
yang tinggi maka nilai erosivitas hujan juga menjadi penutup. Untuk nilai faktor C pada timbunan tanah
tinggi, sehingga berpengaruh terhadap tingkat bahaya penutup karena tidak ada tumbuhan penutup maka
erosi yang terjadi. nilainya = 1
Berdasarkan data curah hujan di atas maka nilai • Faktor Konservasi Lahan Praktis (P)
erosivitas hujan (R) dapat dihitung sebagai berikut : Penentuan indek konservasi tanah ditentukan dari
Curah hujan (H) = 663,78 mm/bulan interprestasi jenis tanaman di lahan yang dievaluasi
Nilai R = 2,21 H1,36 = 2,21 Kj/ha-mm (663,78 dengan tidakan konservasi serta pengecekan di
mm/bulan)1,36 lapangan. Berdasarkan hasil pengecekan lapangan
= 15.217,56 Kj/ha/bulan terhadap timbunan tanah penutup tidak ada dilakukan
= 182.610,73 Kj/ha/tahun tindakan konservasi tanah yang bertujuan agar
• Faktor Erodibilitas Tanah (K) lapisan tanah yang hilang akibat erosi dapat
Faktor penting yang mempengaruhi kepekaan tanah dikurangi. Tanah penutup hanya dibiarkan begitu saja
terhadap erosi adalah sifat fisik tanah. Sifat fisik pada disposal. Untuk nilai faktor P pada timbunan
tanah yang berpengaruh terhadap kepekaan erosi dan tanah penutup karena belum ada konservasi pada
limpasan permukaan adalah tekstur, struktur, timbunan tersebut maka diberi nilai 1.
kandungan bahan organik, konsistensi, kapasitas • Perhitungan Erosi
infiltrasi dan kadar air tanah. Namun pada kegiatan di

198
perhitungan besarnya erosi yang terjadi di lokasi Memburuknya kualitas air merupakan salah satu
timbunan tanah penutup dapat ditentukan besarnya dampak erosi, dimana air menjadi sangat keruh
prediksi erosi yang sedang terjadi pada timbunan karena partikel-partikel tanah larut dalam air.
tanah penutup (overburden) tersebut. Berdasarkan Dampak erosi yang lain adalah hilangnya mata air
data-data primer dan sekunder, maka didapat nilai- yang menyebabkan sungai-sungai kecil menjadi
nilai untuk tiap-tiap faktor dan besarnya potensi erosi hilang.
yang terjadi di tempat penelitian adalah sebagai • Pelumpuran dan Pendangkalan Saluran Air dan
berikut Sungai
A = R x K x LS x C x P Sebagai akibat dari erosi adalah terjadinya
= 182.610,73 x 0,32 x 0,55 x 1 x 1 ton/ha/tahun sedimentasi pada saluran air dan sungai sungai alami
= 32.139,49 ton/ha/tahun yang berada di sekitas lokasi penambangan.
Peningkatan sedimen ini dapat menyebabkan
Pembahasan pendangkalan, sehingga pada musim penghujan akan
Perhitungan dengan metode Universal Soil Loss terjadi banjir (sungai) dan terjadi genangan air
Equation (USLE) sebagaimana tersebut di atas telah (saluran air) di areal penambangan.
memperlihatkan dengan jelas besarnya dugaan erosi Selain faktor-faktor erosi di atas ada beberapa
yang terjadi. Dampak yang ditimbulkan dengan faktor lain yang mempengaruhi laju erosi adalah
adanya dugaan erosi di lokasi penambangan antara kondisi kebijakan perusahaan dalam pengelolaan
lain sebagai berikut : tanah penutup dalam upaya pengendalian erosi
• Kehilangan Tanah untuk Keperluan Backfilling dimana:
dan Reklamasi a. Belum adanya upaya pengendalian erosi (sarana
Untuk mengurangi kehilangan tanah akibat erosi pengendali erosi).
pada timbunan, maka timbunan tanah penutup b. Belum adanya pengelolaan tanah penutup.
hendaknya dibuat teras dan diberi lapisan top soil c. Belum dilaksankannya kebijakan pengelolaan
(diambil dari top soil bank) setebal sekitar (5 – 100) lingkungan khususnya mengenai erosi dan
cm dan kemudian di tanami tanaman penutup. dampaknya di area penambangan dimana
• Penurunan Daya Dukung Tanah dan Potensi pengelolaan timbunan tanah penutup dalam upaya
Terjadinya Longsor pengendalian erosi hanya sebatas rencana yang
Lereng timbunan yang curam dan hujan berintensitas belum direalisasikan.
tinggi, kepekaan tanah terhadap erosi merupakan d. Kurangnya koordinasi antar tim dalam
beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan pelaksanaan tugasnya.
daya dukung tanah. Akibat lanjut dari kemerosotan e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap
daya dukung tanah adalah longsor. Timbunan tanah dampak erosi belum dilaksanakan.
penutup dengan tingkat erosi yang sangat berat, f. Keterbatasan sumber daya manusia yang
begitu membahayakan karena menyebabkan sebagian berkualitas dalam bidang pengelolaan lingkungan
tanah yang berada di sekitarnya, terutama yang pertambangan.
berada di bagian atas karena pengikisan yag terus Memperhatikan beberapa faktor tersebut di atas,
menerus oleh air dan tanah tidak dapat menampung diperlukan adanya suatu perencanaan pengelolaan
air maka timbunan akan mengalami longsor. lingkungan di lokasi penambangan sehingga dapat
Penanganan terhadap kemerosotan daya dukung mencegah dan mengendalikan erosi yang terjadi,
tanah dan potensi longsor adalah dengan pembuatan yaitu melalui suatu model pengelolaan lingkungan
teras dan penanaman tanaman penutup tanah yang yang berkelanjutan dan pada akhirnya akan
cepat tumbuh seperti cover crop. meminimalisasi dampak lingkungan fisik dan sosial
• Penurunan Kapasitas Infiltrasi Tanah ekonomi tanpa mengabaikan kesejahteraan
Rusaknya struktur tanah oleh erosi akan masyarakat setempat.
menyebabkan rusaknya pori-pori tanah yang Erosi tidak dapat begitu saja dihilangkan namun
berukuran besar atau terjadinya perubahan dari pori dapat dikurangi dengan melakukan upaya konservasi
yang besar ke pori yang kecil sehingga kapasitas terhadap tanah. Untuk mengurangi timgkat erosi di
infiltrasi tanah menurun dan hanya sedikit air yang lokasi penambangan daerah Clereng, ada beberapa
masuk ke dalam tanah. Akibatnya, hujan yang usulan strategi yang dapat dilakukan yaitu :
terjatuh selanjutnya akan dengan mudah terakumulasi 1. Menimbun dan menata tanah penutup dengan
di permukaan membentuk limpasan permukaan geometri yang disesuaikan dengan jenis tanah.
sehingga aliran air permukan menjadi lancar. Karena jenis tanah adalah jenis tanah yang
• Memburuknya Kualitas Air dan Menghilangnya rawan erosi dan longsong serta merupakan jenis
Mata Air tanah lepas maka tinggi timbunan maksimal 10
m dengan kemiringan > 45°.

199
b. Tingkat erosi di lokasi penelitian termasuk sangat
berat. Faktor penyebabnya adalah curah hujan
yang tinggi, jenis tanah pedsolik merah kuning
yang peka terhadap erosi, faktor kemiringan
lereng timbunan, tidak adanya vegetasi penutup
timbunan tanah, erodibilitas tanah besar dan tidak
ada upaya konservasi terhadap timbunan tanah.
c. Erosi pada timbunan tanah petutup di lokasi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu
adanya sedimentasi yang berakibat terjadinya
pendangkalan sungai dan saluran air, potensi
terjadi longsor pada timbunan tanah, terjadinya
genangan air di lokasi penambangan karena daya
infiltrasi tanah yang berkurang dan hilangnya
lapisan tanah penutup.
Gambar 1. Timbunan Tanah penutup dengan d. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat erosi
Kemiringan Lereng Timbunan 30o adalah kondisi kebijakan perusahaan dalam
pengelolaan tanah penutup dalam upaya
pengendalian erosi dimana:
e. Belum adanya upaya pengendalian erosi (sarana
pengendali erosi).
f. Belum adanya pengelolaan tanah penutup.
g. Belum dilaksanakannya kebijakan pengelolaan
lingkungan khususnya mengenai erosi dan
dampaknya di area penambangan dimana
pengelolaan timbunan tanah penutup dalam upaya
pengendalian erosi hanya sebatas rencana yang
belum direalisasikan.
h. Kurangnya koordinasi antar tim dalam
pelaksanaan tugasnya.
i. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap
dampak erosi belum dilaksanakan secara rutin dan
Gambar 2. Tanah Pedsolik merah kuning terpadu.
j. Keterbatasan sumber daya manusia yang
2. Pembuat teras bangku disertai saluran air pada berkualitas dalam bidang pengelolaan lingkungan
timbunan tanah penutup yang berfungsi untuk pertambangan.
memperpendek panjang lereng timbunan, k. Dalam upaya pengendalian erosi di lokasi
memperbesar resapan air, mengurangi laju penelitian, maka diusulkan beberapa strategi
aliran permukaan dan mengurangi erosi. penanggulangan erosi seperti memperkecil sudut
Sedangkan saluran air berfungsi untuk lereng timbunan, pembuatan teras pada timbunan,
mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu penanaman cover crop pada timbunan serta
dan dapat mengurangi erosi. Desain teras serta pembuatan sediment pond dan saluran air
dimensi saluran air disesuaikan dengan debit air disekeliling timbunan.
limpasan.
Kesimpulan Ucapan Terima Kasih
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
Tingkat Erosi pada Timbunan Tanah Penutup Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
(overburden) di daerah Clereng, Kecamatan Kopertis Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengasih, Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai yang telah berkenan mendanai penelitian yang
berkut : penulis lakukan
a. Berdasarkan persamaan Universal Soil Loss
Equation (USLE) diperoleh dugaan erosi yang
terjadi di lokasi timbunan tanah penutup
(overburden) adalah 32.139,49 ton/ha/tahun pada
timbunan over burden.

200
Daftar Pustaka

Arsyad, S., 2000, Konservasi Tanah dan Air,


Pembrit. IPB/IPB-Pro.Cetakan ketiga,
Darmagama, Bogor.
Foster, G.R. dan L.D. Meyer. 1973. Soil Erosion and
Sedimentasi by Water and Overview. American
Soc Agric, Michigan.
Morgan, R. P. C., 1988, Soil Erosion and
Conservation, Longman Group, Hongkong.
Rahim, S.E., 2000, Pengendalian Erosi Tanah,
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Sukartaatmadja, S., 2004, Konservasi Tanah dan Air,
Laboratorium Teknik Tanah dan Air IPB,
Bogor. http://balittanah.litbang.deptan. go. Id/.
Supirin, 2002, Pelestarian Sumber daya Tanah dan
Air, Andi Offset Yogyakarta.
Wischmeier, W. H., and D. D., Smith, 1978.
Predicting Rainfall Erosion Losses, Aguide to
Conservation Planning USDA Handbook,
Washington DC.
http://www.ars.usda.gov/SP2UserFiles/ad
hoc/36021500USLEDatabase/AH_537.pdf
………..,1998, Keputusan Ditjen Reboisasi dan
Rehabilitasi Departemen Kehutanan No.
041/Kpts/V/1998.

201

Anda mungkin juga menyukai