TENTANG
METODE KERJA PENGUJIAN DAN ATAU KALIBRASI ALAT KESEHATAN
KESATU :
Mengesahkan dan memberlakukan Metode Kerja Pengujian
Alat Kesehatan;
KEDUA : Metode Kerja merupakan acuan bagi petugas penguji alat
kesehatan;
KETIGA : Lampiran Metode Kerja merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan
Kesehatan;
KEEMPAT : Metode Kerja dilakukan kaji ulang dan pemutakhiran
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali;
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan,
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
semestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 November 2018
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KESEHATAN
Nomor : HK.02.02/V/5771/2018
Tanggal : 28 November 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan peralatan kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
mencakup aspek manajemen dan teknis. Aspek manajemen meliputi
perencanaan, pengadaan, instalasi, pengujian dan penerimaan.
Sedangkan aspek teknis merupakan kegiatan lanjutan dari aspek
manajemen, meliputi pengoperasian, pelatihan, pemeliharaan dan
penghapusan. Keseluruhan kegiatan ini bermanfaat untuk keselamatan
pasien, ketepatan dan efektivitas pembiayaan
Pelayanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan merupakan
salah satu faktor penunjang yang penting dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik dirumah sakit maupun di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Setiap alat kesehatan yang digunakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan Lainnya harus aman sehingga harus
dilakukan uji dan atau kalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan atau Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan, Dalam
melakukan Pengujian dan atau Kalibrasi Alat Kesehatan, Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan harus
mengacu kepada Metode Kerja Pengujian dan atau Kalibrasi.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka perlu
dilakukan penyusunan Metode Kerja Pengujian dan atau Kalibrasi Alat
Kesehatan yang selanjutnya akan digunakan oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan.
BAB II
KETENTUAN UMUM
BAB III
RUANG LINGKUP
BAB IV
SASARAN
BAB V
PENGUJIAN DAN/ATAU KALIBRASI
A. Pengujian
Pengujian dilakukan terhadap alat kesehatan yang memiliki standar
besaran yang dibaca, berarti tidak terdapat nilai yang diabadikan pada lat
kesehatan tersebut, sehingga pengujian dilaksanakan mengacu pada;
1. Nilai standar yang ditetapkan secara nasional maupun internasional
misal ; arus bocor, frekuensi kerja pada paparan radiasi
2. Fungsi alat misal; kuat cahaya, daya hisap, sterilitas, putaran, energi
dan temperatur.
Pengujian alat kesehatan dilakukan dengan kegiatan sbb;
1. Pengukuran kondisi lingkungan
2. Pemeriksaaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat
3. Pengukuran keselamatan kerja
4. Pengukuran kinerja
B. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan nilai terukur dengan nilai
yang diabadikan pada alat kesehatan misalnya : tegangan, (voltage), arus
listrik (electric current) waktu, energi dan suhu
Kalibrasi alat kesehatan dilakukan dengan kegiatan sbb:
1. Pengukuran kondisi lingkungan
2. Pemeriksaaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat
3. Pengukuran keselamatan kerja
4. Pengukuran kinerja sebelum dan setelah penyetalan atau pemberian
faktor kalibrasi sehingga nilai terukur sesuai dengan nilai yang
diabadikan pada bahan terukur
BAB VI
SANKSI
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB VIII
PENUTUP
I. TUJUAN
Untuk memastikan distribusi dan pengendalian dan perubahan metode kerja alat kesehatan.
II. LINGKUP
Prosedur ini mengatur perubahan dan tata cara pengendaliannya yang mencakup pemeriksaaan, persetujuan,
pengesahan, penerbitan, distribusi dan perubahan serta pembuatan daftar induk dokumen.
IV. DEFINISI
Pengendalian adalah kegiatan mengurusi masalah penerbitan, pengesahan, pendistribusian, penyimpanan, dan
pemusnahan dokumen metode kerja alat kesehatan.
V. REFERENSI
a) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2351/MENKES/PER/2011 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 530/MENKES/PER/IV/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan;
b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan
VI. PROSEDUR
A. Status dokumen
1) Status dokumen metode kerja alat kesehatan diperlakukan sebagai dokumen yang dikendalikan.
2) Metode kerja alat kesehatan diberikan kepada pihak-pihak diluar lingkup Kementerian Kesehatan sesuai
kepentingan akan dibubuhi tanda yang menyatakan statusnya : ”Dikendalikan’ atau ”Tidak Dikendalikan”.
B. Nomor salinan dokumen
Balai/institusi penguji fasilitas kesehatan mendapat salinan metode kerja alat kesehatan beserta nomor salinan
C. Pengendalian
1) Setiap balai atau institusi penguji mengunakan metode kerja sesuai keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan
yang benar/berlaku;
2) Distribusi metode kerja alat kesehatan sesuai dengan daftar distribusi dengan status dokumen (’Dikendalikan’
atau ’Tidak Dikendalikan’).
3) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memutakhirkan daftar distribusi dokumen tersebut pada huruf c;
4) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan berkewajiban untuk memastikan semua metode kerja alat kesehatan,
serta metode kerja alat kesehatan yang telah dinyatakan tidak berlaku lagi (obsolet) dimusnahkan dan ada yang
disimpan sebagai arsip; Pemusnahan dilaksanakan sesuai aturan yang berlaku
D. Perubahan
1) Perubahan pada metode kerja alat kesehatan dilakukan bila revisi.
2) Usulan perubahan metode kerja disampaikan secara tertulis kepada Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan
disertai alasan-alasannya yang jelas dan terinci;
3) Setiap perubahan dilakukan harus segera didistribusikan ke pihak-pihak atau unit –unit kerja terkait;
E. Amandemen dengan tulisan tangan
1) Perubahan dengan tulisan tangan hanya dapat dilakukan jika masalahnya mendesak (urgen);
2) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan berkewajiban untuk menghimpun konsensus dalam melakukan
perubahan yang bersifat tetap pada dokumen yang bersangkutan;
F. Penyusunan Metode Kerja
1) Sistematika metode kerja pengujian alat kesehatan berisi antara lain:
a) Tujuan,
b) Ruang Lingkup,
c) Referensi,
d) Alat ukur yang digunakan,
e) Kondisi lingkungan
f) Prosedur Pengujian dan atau kalibrasi,
g) Pengujian Kinerja
h) Perhitungan dan analisa ketidakpastian pengukuran
- Analisa data & perhitungan ketidakpastian
- Telaah teknis
- Kesimpulan
- Pengecekan kenormalan operasional alat sebelum dikembalikan ke user
- Pengembalian alat yang diuji/kalibrasi dan pengemasan alat standar Pengembalian alat yang
diuji/kalibrasi dan pengemasan alat standar
2) Identifikasi penomoran pada sertifikat hasil uji
Identifikasi penomoran sertifikat hasi uji sebagai
berikut:
kode nomor salinan dari Metode kerja pengujian yang disahkan Ditjen serta kode
XX – XXX :
lab pemerintah dan swasta
XXX - XX : nomor dari MK- tahun pembuatan
XXXX : nomor pengujian dari laboratorium masing-masing
H. Pemusnahan Dokumen
1) Karena adanya dokumen yang baru diterbitkan maka dokumen yang kadaluarsa akan ditarik dan dimusnahkan,
dokumen asli tetap disimpan untuk penelusuran riwayat pengembangan dokumen;
2) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab untuk menarik dokumen metode kerja pengujian
alat kesehatan dari Balai/institusi pengujian dan membuat berita acara pemusnahan;
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Untuk menetapkan cara penilaian kesesuaian terhadap hasil pengujian dan kalibrasi alat kesehatan dan jenis keputusan
yang digunakan dalam penilaian keberterimaan tersebut.
4.3. Penyelia membantu penanggung jawab teknis menyiapkan rumusan perhitungan ketidakpastian pengukuran dengan
memperhitungkan semua komponen ketidakpastian pengukuran, meliputi :
4.2.1. Komponen ketidakpastian tipe A
4.2.2. Komponen ketidakpastian tipe B
4.2.3. Ketidakpastian gabungan
4.2.4. Ketidakpastian bentangan dalam tingkat kepercayaan 95%
4.4. Penanggung jawab teknis laboratorium memilih dan menetapkan aturan keputusan yang digunakan untuk menilai
keberterimaan hasil pengukuran kinerja atau kalibrasi kinerja. Jenis keberterimaan yang dipilih berdasarkan JCGM 106
: 2012 Evaluation of measurement data – The role of measurement uncertainty in conformity assessment adalah
simple acceptance. Makna simple acceptance dalam pernyataan adalah suatu nilai uji/kalibrasi diterima selama harga
mutlak nilai koreksinya ditambah dengan harga mutlak nilai ketidakpastiannya adalah lebih kecil atau sama dengan
nilai toleransi atau kesalahan maksimum yang diizinkan atau │C│+│U│≤ toleransi atau valid acceptance.
Catatan : Pemilihan aturan keputusan simple acceptance dilakukan bila dalam metode kerja tidak diatur secara
spesifik penggunaan aturan keputusan lainnya selain simple acceptance.
.
4.5. Pelaksana teknis melakukan perekaman hasil pengujian dan kalibrasi baik yang dilakukan dengan cara manual
ataupun elektronik sesuai dengan metode kerja.
4.7. Pernyataan akhir dari kesesuain dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuain dinyatakan dengan TIDAK LAIK
PAKAI.
4.8. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70% dan pernyataan TIDAK
LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
I. PENDAHULUAN
Instruksi kerja ini berdasarkan pada standar yang mengaplikasikan pengujian pada peralatan elektromedik dan sistem
listrik medik, yang selanjutnya disebut sebagai peralatan elektromedik dan sistem elektromedik, atau bagian peralatan
tersebut atau sistem, yang memenuhi IEC 60601-1 sebelum digunakan dalam layanan, dalam pemeliharaan, inspeksi,
layanan dan sesudah perbaikan atau pada pengujian keselamatan berkala untuk menilai keselamatan Peralatan
elektromedik atau sistem elektromedik tersebut atau bagian darinya. Untuk peralatan yang tidak dibuat sesuai IEC 60601-1
persyaratan ini boleh digunakan dalam mempertimbangkan standar keselamatan dalam rancangan dan informasi dalam
petunjuk penggunaan peralatan tersebut.
Instruksi kerja ini berisi tabel tentang nilai yang diijinkan yang berhubungan dengan edisi IEC 60601-1 yang lain. Untuk
keperluan standar ini, aplikasi metode pengukuran adalah tidak tergantung pada edisi sesuai dengan desain peralatan
elektromedik atau sistem elektromedik.
II. TUJUAN
Instruksi Kerja ini dimaksudkan untuk menilai keselamatan peralatan elektromedik atau sistem elektromedik tersebut atau
bagian darinya.
IV. REFERENSI
1) Standar Nasional Indonesia, SNI IEC 62353:2014, Peralatan elektromedik - Pengujian berkala dan pengujian setelah
perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
2) Standar umum IEC 60601-1 - Peralatan listrik medis - Bagian 1: Persyaratan umum untuk keselamatan dasar dan
kinerja penting
Gambar 1 : Sirkuit pengukur untuk pengukuran resistansi pembumian protektif pada Peralatan
elektromedik yang diputuskan dari catu daya utama
Gambar 2 : Sirkuit pengukur untuk pengukuran resistansi pembumian protektif pada peralatan
elektromedik atau sistem elektromedik, yang karena alasan fungsional tidak dapat diputus
dari catu daya utama, atau pada peralatan elektromedik atau sistem elektromedik yang
dihubungkan ke catu daya utama secara permanen
C. Pengukuran Arus Bocor
1. Metode Alternatif
a. Peralatan diputuskan dari catu daya utama, dan arus bocor peralatan diukur sesuai dengan Gambar 3.
b. Sakelar pada bagian utama harus tertutup selama pengukuran seperti dalam kondisi operasional untuk
mencakup semua isolasi dari bagian utama dengan pengukuran tersebut.
c. Jika nilai dari metode alternatif lebih dari 5 mA, maka harus dilakukan metode pengukuran yang lain.
Kelas I
Kelas II
Gambar 3 – Sirkuit pengukur untuk pengukuran arus bocor peralatan – metode alternative
2. Metode langsung
a. Pengukuran dilakukan pada: tegangan catu daya utama juga pada posisi konektor utama jika dapat
dilakukan, dan sesuai dengan gambar 4.
Kelas I
3. Metode Diferensial
a. Pengukuran dilakukan pada tegangan catu daya utama, juga pada posisi konektor utama, jika dapat
dilakukan sesuai dengan gambar 5.
b. Jika pengukuran pada posisi kotak kontak utama yang berbeda dapat dilakukan, maka nilai yang lebih
besar harus didokumentasikan
c. Pada saat pengukuran arus bocor yang kecil, perlu diperhatikan informasi dari pabrikan tentang batasan
alat ukur
Kelas I
Kelas II
Gambar 5 – Sirkuit pengukur untuk pengukuran Arus Bocor Peralatan – metode differensial
Kelas I
Kelas II
Gambar 6. Sirkuit Pengukur untuk pengukuran arus bocor bagian yang diaplikasikan “bagian yang diaplikasikan
tipe F” – metode alternative
2. Metode langsung
a. Pengukuran dilakukan pada tegangan catu daya utama juga pada posisi Konektor Utama, jika
memungkinkan, dan
b. Sesuai dengan gambar 7, atau sesuai dengan gambar 8 pada peralatan elektromedik yang menggunakan
sumber daya listrik internal
Kelas I
Kelas I
Gambar 7. Sirkit pengukur untuk pengukuran arus bocor bagian yang diaplikasikan tegangan catu daya pada
bagian yang diaplikasikan tipe - F metode langsung
Gambar 8. Sirkit pengukur untuk pengukuran arus bocor bagian yang diaplikasikan untuk peralatan yang
menggunakan sumber daya listrik Internal – metode langsung
Start
Pemilihan Pengujian
Inspeksi Visual
Arus Bocor
Resistansi isolasi
Uji fungsi
Laporan hasil
Evaluasi
tidak
ya
ya ya
Arus bocor bagian yang diaplikasikan (Gambar 6) Arus bocor bagian yang diaplikasikan (Gambar 7 dan Gambar 8)
tidak
Apakah peralatan PE
diisolasi oleh PE?
ya
Arus bocor peralatan metode alternatif Arus bocor peralatan metode diferensial (Gambar 5) Arus bocor peralatan metode langsung G
ya
Arus bocor bagian yang diaplikasikan metode alternatif (Gambar 6) Arus bocor bagian yang diaplikasikan
(Gambar 7 dan Gambar 8)
ya
Dokumentasi
Gambar B.3. Pengukuran Arus Bocor ( Peralatan Elektromedik Kelas II dan Bagian Konduktif yang
dapat diakses Peralatan elektromedik Kelas II , yang tidak terhubung ke pembumian
protektif)
1) Peralatan diputus dari catu daya utama dan resistansi isolasi peralatan diukur sesuai dengan gambar 9, gambar
10 dan gambar 11. Selama pengukuran semua sakelar bagian utama harus dalam posisi operasional (ON),
termasuk, jika mungkin dilakukan, semua isolasi dari bagian utama selama pengukuran.
2) Pengukuran resistansi isolasi harus dilakukan dengan tegangan 500 V (DC.)
3) Resistansi isolasi harus diukur antara:
a. Bagian utama dan pembumian protektif dari peralatan Kls I sesuai dengan gambar 9
b. Bagian utama dan bagian konduktif yang dapat diakses (yang tidak dibumikan) dari peralatan Kelas I dan
peralatan Kelas II sesuai dengan gambar 9
c. Bagian Utama dan Bagian yang Diaplikasikan yang berada dalam titik kontak pasien sesuai dengan
gambar 10
d. Bagian yang diaplikasikan tipe F yang berada dalam titik kontak pasien dan pembumian protektif dari
peralatan Kelas I sesuai dengan gambar 11
e. Bagian yang diaplikasikan tipe F yang berada dalam titik kontak pasien dan bagian konduktif yang dapat
diakses (yang tidak dibumikan) dari peralatan Kelas I dan Kelas II sesuai dengan Gambar 11
Kelas I
Kelas I dan II
Gambar 9. Sirkuit pengukur untuk pengukuran isolasi resistansi antara bagian utama dan pembumian protektif
dari peralatan kelas I dan antara bagian utama dan bagian konduktif yang dapat diakses (yang
tidak dibumikan) dari peralatan Kelas I dan Kelas II
Gambar 10. Sirkit pengukur untuk pengukuran resistansi isolasi antara bagian utama dan bagian yang
diaplikasikan yang berada dalam titik kontak pasien
Kelas I
Kelas I dan II
Gambar 11. Sirkuit pengukur untuk pengukuran resistansi isolasi antara bagian yang diaplikasikan tipe-F yang
berada dalam titik kontak pasien dan pembumian protektif dari peralatan kelas I dan antara
bagian yang diaplikasikan tipe-F yang berada dalam titik kontak pasien dan bagian konduktif
yang dapat diakses (yang tidak dibumikan) dari peralatan kelas I dan kelas II
F. Uji Fungsi
Fungsi peralatan yang berhubungan dengan keselamatan harus diuji sesuai rekomendasi pabrikan, jika perlu dengan
dibantu oleh orang yang biasa dengan penggunaan peralatan elektromedik atau sistem elektromedik.
VIII. Ambang batas
Ambang Batas
No Parameter Keterangan yang diijinkan
Kabel catu daya yang tidak dapat dilepas ≤ 300 mΩ
Resistansi Pembumian Kabel catu daya yang dapat dilepas ≤ 200 mΩ
1 Peralatan Elektromedik yang diinstal permanen ≤ 300 mΩ
Protektif
Sistem elektromedik dengan kotak kontak multiple ≤ 500 mΩ
2 Arus Bocor Peralatan
Arus Bocor pada bagian Lihat Tabel 2
3 yang diaplikasikan
4 Resistansi Isolasi > 2 MΩ
Catatan 1 : Standar ini tidak menyediakan metode pengukuran dan nilai yang diizinkan untuk peralatan yang
mengeluarkan arus bocor DC dalam hal ini, pabrikan harus menginformasikannya dalam
dokumen pendamping
Catatan 2 : Standar khusus mungkin membolehkan nilai arus bocor yang berbeda
IX. LAMPIRAN
LAMPIRAN – 1
Tabel 1. Keterangan Untuk Simbol
LAMPIRAN – 2
LEMBAR KERJA PENGUJIAN KESELAMATAN LISTRIK
A. Pendataan Administrasi
Nama Pelanggan :
Nama Alat :
Merk :
Type :
No. Seri :
Nama Penguji : Nama lengkap dan paraf
Tanggal Pengujian :
Tipe bagian yang diaplikasikan 0 B BF CF
Pengujian berkala
Aksesoris
1)
PIE : Peralatan yang diinstalasi permanen
NPS : Kabel catu daya yang tidak dapat
dilepas DPS : Kabel catu daya yang dapat dilepas
Memenuhi
No Parameter Terukur
Ya Tidak
1 Inspeksi Visual
2 Resistansi pembumian protektif ……..…………Ohm
3 Arus bocor peralatan ...……………….mA
4 Arus bocor bagian yang diaplikasikan ...……………….mA
5 Resistansi Isolasi ……………..MOhm
6 Uji Fungsi (Parameter yang diuji)
Penyimpangan / Catatan:
LAMPIRAN – 4
Nama Pelanggan :
Memenuhi
No Parameter Terukur Ya Tidak
1 Inspeksi Visual
Penyimpangan / Catatan:
1) Pengujian Keselamatan Listrik dilakukan menggunakan Electrical Safety Analyzer Meter merk.................................No.
Seri…………………….... Yang tertelusur ke SI…………………………
2) Prosedur kalibrasi yang digunakan mengacu pada SNI IEC 62353:2014, Peralatan elektromedik – Pengujian berkala dan
pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
No. MK : 002-18
METODE KERJA EVALUASI DAN PERHITUNGAN
KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan identifikasi semua komponen ketidakpastian pengukuran yang timbul
dalam proses pengukuran kemudian menghitungnya sehingga didapatkan estimasi perhitungan yang wajar.
III. REFERENSI
KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
IV. PROSEDUR
a. Pelaksana teknis membuat sebuah model sistem pengukuran yang bisa ditunjukkan dalam suatu persamaan
b. Pelaksana teknis mengidentifikasi sumber-sumber ketidakpastian Type A (random) dan ketidakpastian Type B
(sistematik)
c. Pelaksana teknis menghitung nilai ketidakpastian tipe A dan B dengan memperhatikan :
1. Data hasil pengukuran berulang;
2. Spesifikasi alat ukur;
3. Data kondisi lingkungan (suhu, tekanan, dan kelembaban udara) serta;
4. Ketidakpastian alat/ bahan acuan;
d. Pelaksana teknis menghitung nilai ketidakpastian gabungan (combined uncertainty) dan nilai ketidakpastian yang
diperluas (expanded uncertainty)
e. Penyelia memeriksa seluruh faktor-faktor yang berpengaruh kritis yang diidentifikasikan dan menyatakan batasan nilai
sumber-sumber utama ketidakpastian pengukuran.
Contoh langkah-langkah perhitungan ketidakpastian pengukuran pengukuran intensitas terapi (mA) pada alat
elctrostimulator :
A. Model matematis :
C = Istd – Iuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan intensitas therapy pada UUT
I std : Nilai intensitas therapy yang terukur pada standard
I uut : Nilai intensitas therapy yang ditampilkan oleh UUT
B.1. Sumber ketidakpastian tipe A atau berdasarkan data pengamatan pada lembar kerja :
n
a.
Xi
M X1 X 2 X 3
enghitung nilai rata – rata (mean) = i1
…..……………………..... (1)
...........................
n Xn
n
I=V,
R
dimana
V = tegangan dalam volt
R = adalah load resistance dalam ohm.
Selanjutnya nilai standar deviasi baku disebut nilai ketidakpastian tipe A atau ua.
b. Ketidakpastian dari kemampuan daya baca UUT (ub2) dengan asumsi distribusi rectangular.
ub2 = a................................................................................................................................. (6)
3
dengan a = 1 Resolusi
2
sehingga nilai u b2 menjadi :
ub2 = 1 . Re solusi..................................................................................................... (7)
2 3
c. Ketidakpastian dari drift atau spesifikasi akurasi STANDAR (ub3) dengan asumsi distribusi rectangular.
ub3 = a................................................................................................................................ (8)
3
d. Ketidakpastian dari kesalahan operator dalam pengoperasian STANDAR (ub4) yang didapatkan dari taksiran
dengan asumsi distribusi rectangular.
ub4 = a................................................................................................................................ (9)
3
a adalah nilai kesalahan pembacaan.
d. Derajat kebebasan
( )= 1 . ( 100 ) 2 ....................................................................................................................................................................................
(10)
2 R
dengan R adalah nilai reliabilitas sumber-sumber ketidakpastian tipe-b dan dapat ditentukan sampai berapa
% keraguan terhadap nilai tersebut. Dalam metode ini ditentukan nilai R = 10, sehinggan nilai adalah 50
e. Koefisien sensitifitas (ci), ditentukan atas dasar model
matematisnya. Untuk mendapatkan nilai ketidakpastian gabungan :
uc =
(ca.ua 2 + cb12.ub12+ cb22.ub22+ cb32.ub32 + cb42.ub42)..............................................................(11)
Untuk mendapatkan factor cakupan (k), maka ditentukan dahulu nilai derajat kebebasan efektifnya, yaitu
sebagai berikut :
eff = uc4
…………………………..… (12)
.u +…+ + +…+
a1 V an b1 bn
Berdasarkan tabel t-student maka didapatkan nilai t sebagai factor cakupan (k) pada tingkat kepercayaan
(confidence level) 95%. Maka ketidakpastian bentangan (expanded uncertainty) adalah
U = k. uc.................................................................................................................................................................................................................................... (13)
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian/kalibrasi unit anak timbangan dengan cara melakukan pengamatan
fungsi alat, dan melakukan kalibrasi dengan cara membandingkan anak timbangan dengan anak timbangan standar pada
nilai yang sama.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. KAN-G-01 KAN Guide on The Evaluation and Expression Of Uncertainty in Measurement.
c. CSIRO Australia (2004), “The Calibration of Weight and Balance”, Edwin C Morris and Kitty M.K.Fen
d. OIML R 111-1 : 2004(E), “Weights of classes E1, E2, F1, F2, M1, M1-2, M2, M2-3 & M3”, Part 1 : Metrological and
Technical requirements.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 20º C ± 2º C
b. Kelembaban : 55% RH ± 10% RH
Maka massa konvensional anak timbangan(mK) adalah penjumlahan antara massa konvensional anak timbangan
standar (mS) dengan rata-rata koreksi (ΔK),
mK mS K
Perhitungan Ketidakpastian
i rr 2
i1
n 1
u1
n
n adalah jumlah pengulangan pengukuran, dengan asumsi distribusi normal dan derajat kebebasan (v1) = n-1.
2. Anak timbangan standar (u2)
Ketidakpastian berdasarkan sertifikat kalibrasi anak timbangan (U), dapat dihitung ketidakpastian baku anak
timbangan standar yang digunakan dengan rumus :
U
u
1
k
Dengan asumsi distribusi normal dengan derajat kebebasan (v2) tidak terhingga.
3. Kemampuan Baca Timbangan (u3)
Ketidakpastian kemampuan baca timbangan diestimasi mempunyai semi range
a 0.5 resolusitimbangan
Dengan asumsi mempunyai distribusi rectangular dengan derajat kebebasan v3 tidak terhingga maka
ketidakpastian baku kemampuan baca timbangan adalah sebesar :
a
u3
3
4. Buoyancy Udara (u4)
Persamaan ketidakpastian baku karena pengaruh bouyancy dapat dinyatakan dengan:
a
T R .mK
T
R
Ketidakpastian baku densitas udara ruangan kalibrasi diestimasi mempunyai semirange 10% x 1.2 kg/m 3 dengan
asumsi mempunyai distribusi rectangular, sehingga:
u4 kg /
0.12 3
3 69283.03mg / m
m
3 timbangan standar (ρ ) diasumsikan 8000 kg/m3 dan densitas anak timbangan yang ditest (ρ )
Densitas anak R T
pada tabel 2. Dengan derajat kebebasan v4 tidak terhingga.
5. Stabilitas Anak Timbangan Standar (u5)
Ketidakpastian stabilitas anak timbangan diambil dari nilai selisih sertifikat massa konvensional anak timbangan
(ΔC). Dengan asumsi mempunyai distribusi semirectangular dengan derajat kebebasan v5 tak terhingga.
uc u 2
12
u 2 ... u n2
Dengan derajat kebebasan efektif (veff)
u 4
veff c
n
ui4
v
i1 i
Uc = k.uc
Tabel 1. Uncertainty Budget.
No
. Komponen Satuan Distribusi U Pembagi ui
1 Pengukuran Berulang g Normal n n
USertstd
2 Sertifikat Standar g Normal USertf stand K
k
Ures
3 Readibility g Segi empat Uresolusi 3
3
U bouyancy
4 Bouyancy g Segi empat Ubouyancy 3
3
U
5 Drift g Segi empat Udrift 3
drift
Tabel 2. Maximum Permissile Errors for weight (±δm dalam mg) (OIML R 111-1 2004(E))
Tabel 3. Maksimum-minimum Densitas Anak Timbangan berdasarkan kelas (OIML R 111-1 004(E))
Derajat Probability p % )
Kebebasan v 90 95 99
1 6.31 12.71 63.66
2 2.92 4.30 9.92
3 2.35 3.18 5.84
4 2.13 2.78 4.60
5 2.02 2.57 4.03
6 1.94 2.45 3.71
7 1.89 2.36 3.50
8 1.86 2.31 3.36
9 1.83 2.26 3.25
10 1.81 2.23 3.17
15 1.75 2.13 2.95
20 1.72 2.09 2.85
25 1.71 2.06 2.79
30 1.70 2.04 2.75
35 1.70 2.03 2.72
40 1.68 2.02 2.70
45 1.68 2.01 2.69
50 1.68 2.01 2.68
100 1.660 1.984 2.626
∞ 1.645 1.960 2.576
C. Telaah teknis
1. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.02-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi
D. Kesimpulan
1. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
*) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 100 % dari pernyataan
2. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
3. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
4. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.03-18
- Form laporan nomor : FL.01.03-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi electronic top-pan balance dengan cara mengukur nilai massa.
III. DEFINISI
Timbangan digunakan sebagai alat untuk mengukur massa suatu benda. Dasar perbandingan massa pada sebuah
timbangan adalah perbandingan gaya berat.
a. Pengujian
1. Pemeriksaan fisik
2. Pengujian fungsi
3. Pengujian keselamatan listrik
b. Kalibrasi (Air Mode dan Baby Mode)
1. Daya ulang pembacaan : 10g s.d 600g
2. Penyimpangan (keluaran dari nilai nominal)
3. Histerisis
4. Efek pembebanan tidak di pusat pinggan
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. CSIRO Australia (2004), “The Calibration of Weight and Balance”, Edwin C Morris and Kitty M.K.Fen
d. ISO (2004), “Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement (GUM)”, Supplement 1: Numerical methods for
the propagation of distributions
e. OIML R 76-1: 2006 (E), “Non-Automatic Weighing Instruments”, Part 1: Metrological and Technical Requirements-Tests
X. PENGUJIAN KINERJA
a. Siapkan Anak Timbangan dan electronic top-pan balance
b. Atur posisi level timbangan, pastikan gelembung udara berada di tengah
c. Pastikan timbangan tidak dalam keadaan off, kondisikan timbangan dalam keadaan standby.
d. Hidupkan timbangan setidaknya setengah jam sebelum melakukan kalibrasi dan pastikan kondisi timbangan tidak
dalam keadaan rusak.
e. Pastikan timbangan dalam keadaan bersih
f. Kondisikan standard dan timbangan yang dikalibrasi
g. Lakukan kalibrasi internal berdasarkan prosedur dalam pedoman pemakaiannya
h. Pakailah sarung tangan yang sudah disediakan
i. Kalibrasi Daya ulang pembacaan
1. Tentukan dua titik pengukuran, titik dengan dengan beban setengah dari kapasitas timbangan, titik dengan
beban maksimum.
2. Gunakan 1 buah anak timbangan standar atau maksimal 2 buah.
3. Nolkan timbangan dengan fasilitas yang ada pada timbangan tersebut
4. Catat nilai z ( timbangan tanpa beban)
5. Catat nilai m (anak timbangan pada timbangan)
6. Lakukan pengukuran sebanyak 10 kali pengulangan
7. Lakukan langkah yang sama untuk titik dengan beban maksimum.
8. Jangan melakukan pengenolan ditengah-tengah pengukuran
j. Penyimpangan (keluaran dari nilai nominal)
1. Tentukan sepuluh titik pengukuran yang terbagi secara seragam dari kapasitas maksimum
2. Nolkan timbangan dengan fasilitas yang ada pada timbangan tersebut
3. Catat nilai z1 (tanpa beban) sebelum mengukur m1 (dengan beban), turunkan anak timbangan dan ulangi
pengukuran dengan beban yang sama (m2) dan catat nilai z2 (tanpa beban) setelah m2
4. Lakukan langkah yang sama pada sepuluh titik pengukuran
5. Penyimpangan tidak di Nolkan selama pengambilan data.
k. Histerisis
1. Nolkan timbangan dengan fasilitas yang ada pada timbangan tersebut
2. Catat nilai z1 (tanpa beban) sebelum mengukur m1 (dengan beban), nilai m1 sama dengan setengah beban
kapasitas maksimum, dengan m1 masih diatas pinggan tambahkan m’, dimana;
m1 + m’ = mendekati nilai maksimum...................................................................................................................(1)
3. Turunkan kembali m’, catat nilai m2 dan nilai z2 (tanpa beban) setelah m2
4. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
5. Jangan melakukan pengeNol-an selama pengukuran
l. Efek pembebanan tidak di pusat pinggan
1. Tentukan nilai m sama dengan mendekati setengah dari nilai kapasitas maksimum
2. Gunakan hanya 1 buah anak timbangan standar
3. Nolkan timbangan dengan fasilitas yang ada pada timbangan tersebut
4. Lakukan pengukuran anak timbangan pada 5 posisi yang berbeda
Kecuali untuk posisi tengah (0), letakan anak timbangan sedekat mungkin dengan batas tepi pinggan tanpa
melewatinya. Pembacaan pada masing-masing posisi relatif terhadap pembacaan pada posisi pusat pinggan.
Simpangan
baku ;
n
i rr
2
............................................................................................................................. (6)
i 1
n 1
u ..................................................................................................................................................... (7)
2
n
n adalah jumlah pengulangan pengukuran, dengan asumsi distribusi normal dan derajat kebebasan (v1) = n-1
Beberapa timbangan di batasi oleh daya bacanya (resolusi), sehingga nilai dari simpangan baku seakan-akan terbaca
bernilai ”nol”. Nilai sebenarnya dari daya ulang pembacaan tidaklan ”nol”, nilai sebenarnya terlalu kecil untuk dapat
terbaca karena keterbatasan daya bacanya. Jika nilai yang didapat adalah ”nol”, maka:
2
a......................................................................................................................... (8)
3
C. Ketidakpastian Kemampuan Baca Timbangan (u3)
Ketidakpastian kemampuan baca timbangan diestimasi mempunyai semi range
a 0.5 resolusitimbangan........................................................................................... (9)
Dengan asumsi mempunyai distribusi rectangulardengan derajat kebebasan v3 tidak terhingga maka maka
ketidakpastian baku kemampuan baca timbangan adalah sebesar :
u3 a .............................................................................................................................................. (10)
3
Ketidakpastian Buoyancy Udara (u )
D. 4
Batas variasi buoyancy udara diestimasi 1ppm dari nilai nominal, maka batas variasi buoyancy udara pada titik ukur
200g adalah:
4
1ppm 200g 2.10 g....................................................................................(11)
Dengan asumsi memiliki distribusi rectangulardan derajat kebebasan v4 tidak terhingga maka, ketidakpastian baku
buoyancy udara dihitung sebesar:
0.2mg (12)
u 0.115mg.......................................................................................
4
3
E. Ketidakpastian stabilitas Anak Timbangan Standar / driff (u5)
Ketidakpastian stabilitas anak timbangan diambil dari nilai selisih sertifikat massa konvensional anak timbangan (ΔC).
Dengan asumsi mempunyai distribusi semirectangular dengan derajat kebebasan v5 tak terhingga.
............................................................................................................................................. (13)
F. Ketidakpastian Gabungan (uc)
Ketidakpastian baku gabungan (uc) timbangan yang dikalibrasi adalah:
i1 i
Tabel 3. Nilai factor cakupan dari distribusi t-student dengan probability p (%) dari derajat kebebasan (v).
(ISO/TAG 4/WG 3: June1992)
J. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan prosedur pernyataan kesesuaian dan aturan keputusan nomor
PO.02-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Pengukuran kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan Tabel 4. Telaah teknis
K. Kesimpulan
1) Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
2) Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
3) Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
4) Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
L. Pengecekan Kenormalan Operasional Alat Sebelum Dikembalikan ke User
a. Cek Kelengkapan Aksesori Alat
b. Cek Fungsi alat yang diuji/kalibrasi
M. Pengembalian alat yang diuji/kalibrasi dan Pengemasan Alat standar
a. Rapihkan alat yang diuji/kalibrasi
b. Rapihkan Alat standar
N. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.04-18
- Form laporan nomor : FL.01.04-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 005-18
METODE KERJA PENGUJIAN ANASTHESI
VENTILATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi anesthesi unit ventilator dengan cara melakukan
pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan melakukan kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI 461-20010301 Anesthesia Uniit Ventilators
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu : 15 oC – 40 oC
b. Kelembaban : 55 % RH ± 15 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10 %
UUT
Gas Flow
Gambar 1. Instalasi kalibrasi anesthesi Ventilator
e. Lakukan penyetelan unit untuk penggunaan menggunakan automatic ventilator. Untuk setting pertama kali, atur UUT
pada nilai setting Tidal Volume 400 ml, Breath rate 15, Minute Volume 6.0 dan I : E Ratio 1: 3 dan FiO2 = 30% Pada
beberapa unit tidak dilengkapi dengan pengaturan I : E, tapi pengaturan I : E dilakukan dengan mengatur Time
Inspiration atau Flow Inspiration. Bila dilengkapi dengan dengan pengaturan flow dan pressure, atur pada nilai 25 lpm
dan pressure 20 cmH2O.
f. Hidupkan alat standard, lakukan warming up selama 15 menit.
g. Penuhi langkah-langkah kalibrasi internal alat standard, mengacu kepada petunjuk pengoperasian alat standard untuk
memastikan semua menunjukan pada standard adalah Nol.
h. Lakukan koneksi antara UUT dengan alat Standard.
i. Perhatikan indikator alarm, jika alarm UUT berbunyi lakukan tindakan standard untuk mematikan alarm mengacu
pada petunjuk pengoperasian UUT. Lihat indikator alarm dan lakukan penyetelan parameter dan batas-batas alarm
masing-masing parameter (mengacu pada petunjuk pengoperasian UUT) sampai alarm tidak berbunyi. Penyetelan
parameter didasarkan pada informasi tampilan alarm.
j. Pengukuran Output UUT dapat menggunakan port inlet high atau low range pada Standard atau analyzer. Untuk
pemakaian dewasa/ adult gunakan port inlet High Flow.
k. Bila menu pada Standard atau analyzermenawarkan beberapa pola pendeteksian (Uni directional, directional atau bi-
directional flow) maka pilih flow/ volume atau pressure-nya maka pilih pada Standard referensi tampilan mode ATPS
(Ambien Temperature Pressure Standard). Beberapa produk langsung menyebutkan referensi tampilannnya, yaitu :
BTPS.
l. Lakukan pengukuran output UUT pada setting Tidal Volume 400 ml, Breath rate 15, Minute Volume 6.0 dan I : E
Ratio 1: 3. Pada beberapa unit tidak dilengkapi dengan pengaturan I : E, tapi pengaturan I : E dilakukan dengan
mengatur Time Inspiration.
m. Biarkan test lung melakukan pendeteksian untuk empat kali pernafasan, pilih tampilan pada Standard untuk melihat
hasil pengukuran parameter pada UUT.
n. Jika UUT terdapat fasilitas untuk memonitor output maka pilih fasilitas tersebut, kemudian tampilkan pada display
parameter-parameter yang ada pada ruang lingkup yang akan kita bandingkan dengan Standard.
o. Catat pada lembar kerja hasil ukur alat Standard. Lakukan pengulangan pendataan sebanyak 3 (tiga) kali
pengukuran.
p. Lakukan pengukuran juga untuk nilai-nilai :
TV = 500, BR = 14, MV = 7.0 dan I : E = 1 : 2.5
TV = 600, BR = 13, MV = 7.8 dan I : E = 1 : 2.0
q. Catat nilai pengukuran yang ditampilkan analyzer sesuai parameter pada ruang lingkup
r. Lakukan pengukuran FiO2 untuk setting 60 % dan 90 % pada kondisi TV = 300, BR = 20, MV = 6.0 dan I : E = 1 : 2.0.
Pastikan pilihan jenis gas analyzer adalah oksigen.
s. Catat nilai fraksi oksigen yang terukur pada analyzer.
t. Selesai pendataan kembalikan setting UUT pada kondisi default pertama kali. Tekan tombol OFF dan lepaskan
koeksi ke medical gas.
X. WAKTU PENGERJAAN
b) Sumber-sumber ketidakpastian
pengukuran Tipe A :
(a) Pengamatan berulang Tidal Volume oleh Gas Flow Analyzer
(b) Koefisien sensitifitasnya adalah 1
(c) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian Gas Flow Analyzer berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi anesthesi ventilator
(c) Drift Standar
c) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
d) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
e) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
3
Udrift
4. Drift Segi empat Udrift 3
3
C. Telaah teknis
1. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
2. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
3. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sbb :
Pengukuran kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
No. MK : 006-18
METODE KERJA PENGUJIAN ANESTHESI UNIT
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi anesthesi unit dengan cara melakukan
pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI 400-20010301, Anasthesi Unit
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu : 15 oC – 40 oC
b. Kelembaban : 55 % RH ± 15 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
UUT
X. WAKTU PENGERJAAN
3
Ubaca
5. Perbedaan pembacaan Segi empat Ubaca 3 3
C. Telaah teknis
1. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
2. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
3. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.02-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
No. MK : 007-18
METODE KERJA PENGUJIAN AUDIOMETER
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Audiometer, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran
kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. KAN-G-01:KAN Guide on the Evaluation and Expression of uncertainty in measurement, 2016
c. SNI IEC 62353 : Standards for The Safety and Efficacy Medical Electrical Equipment, 2014
d. BS EN 60645-1 Ed.4.0 : Electroacoustics – Audiometric equipment, 2014
e. OIML R122 : Equipment for Speech Audiometry, edition 1996
f. Marcos Aurelio Pedroso, Samir N Y Gerges and armando A Goncalves Jr : Uncertainty in Audiometer Calibration
(Journal from Institute of Physics Publishing), 2003
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. SuhuLingkungan : 20º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 10 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik medis : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGERJAAN
2. Kalibrasi Frekuensi
a) Model Matematis
C = fstd – fAudiometer
Dimana,
C : Koreksi penunjukan frekuensi pada audiometer
fstd : Nilai frekuensi yang terukur pada standard
fAudiometer : Nilai frekuensi yang ditampilkan oleh audiometer
3
U
4. Drift Segi empat Udrift 3 drift
D. Kesimpulan
1. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a. Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b. Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c. Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
2. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
3. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
4. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.07-18
- Form laporan nomor : FL.01.07-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran autorefrakto keratometer (ARK) menggunakan eye test
dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja
Pengujian
1. Pemeriksaan fisik
2. Pengujian fungsi
3. Pengujian keselamatan listriK
4. Pengukuran refraksi mata
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik,
2014.peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
2. Kalibrasi Distance
a) Model Matematis
Metode kalibrasi adalah direct calibration (kalibrasi langsung), eye test dan autorefrakto keratometer
dihubungkan secara langsung.
C = Dstd – Duut
Dimana,
C : Koreksi penunjukkan distance autorefrakto keratometer
Dstd : Nilai distance yang terbaca pada eye test
Duut : Nilai distance yang terbaca pada autorefrakto keratometer
b) Analisa Perhitungan ketidakpastian
(1) Sumber-sumber ketidakpastian
pengukuran Tipe A :
(a) Pengamatan berulang pengukuran distance oleh eye test
(b) Koefisien sensitifitasnya adalah 1
(c) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian eye test berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi autorefrakto keratometer
(c) Drift standar
(2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
3
U drift
4. Drift Segi empat Udrift 3 3
c. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan Nomor
PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran kinerja:
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan Tabel 3. Telaah
teknis
Parameter Kinerja Telaah teknis pengujian kinerja
Seluruh Parameter Kinerja masuk dalam batas toleransi Memenuhi Persyaratan
Salah satu Parameter Kinerja diluar batas toleransi Tidak Memenuhi Persyaratan
No. MK : 009-18
METODE KERJA PENGUJIAN AUTOCLAVE
(STEAM STERILIZER) No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
autoclave dengan sterilisasi uap atau Steam Sterilizer, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi,
pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ISO 17665-1:2006, Sterilization of health care products -- Moist heat -- Part 1: Requirements for the development,
validation and routine control of a sterilization process for medical devices
e. BS EN 285 : 2006 +A1 :2008, Sterilization – Steam sterilizers – Large sterilizer
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu ruang : 25 ºC ± 5 ºC
b. Kelembaban relative : 55 % RH ± 20 % RH
c. Instalasi listrik medis : 220 Vac ± 10 %
: 380 Vac ± 10 %
S1 = Titik acuan pengukuran, yaitu titik sensor temperatur alat standar yang diletakkan berdekatan dengan sensor
monitoring temperatur autoclave
S2 = Titik sensor yang menunjukkan suhu terendah dalam pengujian
Titik sensor 50 mm diatas test pack (untuk steam sterilizer) atau titik sensor terekat dengan sumber
S3 = penghasil panas (heater untuk autoclave yang menggunakan pembangkit panas dari heater atau elemen)
T1 = Perbedaan maksimum antara suhu referensi dan suhu di uji selama holding time
Perbedaan maksimum antara suhu referensi dan suhu di atas test pack dalam 60 detik pertama periode
T2 = plateau
Perbedaan maksimum antara suhu referensi dan suhu di atas test pack selama periode plateau setelah 60
T3 = detik pertama
g) Pindahkan data hasil pembacaan pada temperatur data logger ke dalam alat pengolah data.
h) Lakukan analisa pembacaan temperatur :
T1 = Perbedaan maksimum antara temperatur referensi ( S1) dan temperatur uji (S2) selama waktu tunggu
(holding time): ∆T1 = S1 – S2
i) Lakukan analisa pembacaan :
T2 = pembacaan perbedaan maksimum antara temperatur referensi dan temperatur di atas paket uji dalam 60
detik pertama periode plateau ∆T2 = S1 – S3
j) Lakukan analisa pembacaan :
T3 = pembacaan perbedaan maksimum antara temperatur referensi dan temperatur di atas paket uji setelah 60
detik pertama periode plateau ∆T3 = S1 – S3
k) Kalibrasi akurasi temperatur :
Lakukan perhitungan akurasi temperatur Dari rekaman data Hasil pengukuran temperature data logger dengan
mencari nilai koreksi
Koreksi = Nilai tref_ukur - Setting temperatur autoclave
l) Pengukuran waktu
Waktu Pengukuran tidak kurang dari 15 menit untuk temperatur sterilisasi 121° C, dan 3 menit untuk temperatur
sterilisasi 134 ° C
X. WAKTU PENGUJIAN
C = tstd – tuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan temperatur pada autoclave
tstd : Nilai temperatur yang terukur pada standard
tuut : Nilai temperatur yang ditampilkan oleh autoclave
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian standar (tachometer) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi autoclave
(c) Drift standar
ii. Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis
tersebut mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
iii. Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
iv. Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
Tabel 1. Uncertainty Budget Temperatur
Untuk Autoclave yang tidak dilengkapi dengan monitoring temperature steril maka nilai toleransi adalah sesuai tabel 3.
c. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan prosedur pernyataan kesesuaian dan aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran kinerja:
a. ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b. < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.09-18
- Form laporan nomor : FL.01.09-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 010-18
METODE KERJA PENGUJIAN
AUTOREFRAKTO No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran autorefrakto menggunakan eye test dengan cara melakukan
pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik,
2014.peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian eye test berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi autorefrakto
(c) Drift standar
b) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
c) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
d) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
2. Kalibrasi Distance
a) Model Matematis
Metode kalibrasi adalah direct calibration (kalibrasi langsung), eye test dan autorefrakto dihubungkan
secara langsung.
C = Dstd – Duut
Dimana,
C : Koreksi penunjukkan distance autorefrakto
Dstd : Nilai distance yang terbaca pada eye test
Duut : Nilai distance yang terbaca pada autorefrakto
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian eye test berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi autorefrakto
(c) Drift standar
(2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
3
U drift
4. Drift Segi empat Udrift 3
3
c. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.02-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran kinerja:
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.10-18
- Form laporan nomor : FL.01.10-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 011-18
METODE KERJA PENGUJIAN INKUBATOR BAYI
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk pengujian/kalibrasi alat inkubator bayi dengan cara melakukan pengamatan fisik
dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan melakukan kalibrasi secara langsung (direct calibration) dengan cara
membandingkan terhadap incubator analyzer.
III. REFERENSI
A. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
B. SNI IEC 60601-2-19:2014 Persyaratan khusus untuk keselamatan dasar dan kinerja esensial inkubator infant.
C. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
D. KAN-G-01, Guide on the Evaluation and Expression of Uncertainty in Measurement, 2016
V. KONDISI LINGKUNGAN
A. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
B. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
C. Voltase Instalasi listrik medis : 220 V ± 10%
T1 T2
T5
T3 T4
Keterangan :
T5 = sensor suhu/temperature incubator
T1, T2, T3, T4 = sensor temperature udara (titik pengukuran T1, T2, T3, T4 dan T5 adalah sejajar rata dan pada
jarak 10 cm terhadap matras)
X. WAKTU PENGERJAAN
3
U drift
4. Drift Segi empat Udrift 3
3
Toleransi dan
No. Parameter Ambang batas
1. Suhu udara rata-rata ± 1,5 ºC
2. Rata-rata variasi suhu udara ± 0,8 ºC
3. Lonjakan suhu kompartemen ≤ 2 ºC
4. Waktu pemulihan lonjakan suhu ≤ 15 menit
5. Suhu matras ≤ 40 ºC
6. Kebisingan ≤ 60 dB
7. Kecepatan udara ≤ 0,35 m/detik
8. Sensor temperature kulit bayi terhadap kontrol temperatur ≤ 0.7 ºC
9. Sensor temperature kulit bayi ± 0,3 ºC
C. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan Tabel 3. Telaah
teknis
Parameter Kinerja Telaah teknis pengujian kinerja
Seluruh Parameter Kinerja masuk dalam batas toleransi Memenuhi Persyaratan
Salah satu Parameter Kinerja diluar batas toleransi Tidak Memenuhi Persyaratan
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
bedside monitor, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Heath Device IPM System Inspection and Preventive Maintenance, ECG Monitors ECRI Procedure No. 409-
20010301 (Combined), 2001.
e. Heath Device IPM System Inspection and Preventive Maintenance, Pulse Oximeters ECRI Procedure No. 451-
20010301 (Combined), 2001.
f. Heath Device IPM System Inspection and Preventive Maintenance, Blood Pressure Monitors ECRI Procedure No.
454-20010301 (Combined), 2001.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20% RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
B. Kalibrasi Respirasi
1. Pasang elektrode ECG pada MPS (sesuai dengan instruksi kerja alat).
2. Hidupkan bedside monitor yang akan diukur dan hidupkan juga alat kalibrator MPS.
3. Parameter yang diukur adalah respirasi, dengan titik pengukuran 15,30,60,120.
4. Operasikan MPS dengan menekan tombol pada titik pengukuran 15, baca hasil penunjukan respirasi pada
display bedside monitor, catat pada lembar kerja.
5. Lakukan langkah 4 untuk titik pengukuran selanjutnya sampai dengan 120.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 agar diperoleh 6 data untuk masing – masing titik pengukuran.
4. Operasikan SPO2 simulator (sesuai dengan instruksi kerja alat) dengan titik pengukuran secara otomatis pada
menu SPO2 simulator seperti tabel variasi setting standard pada langkah 3, baca hasil penunjukan SPO 2 pada
display bedside monitor, catat pada lembar kerja. Lakukan langkah 4 untuk titik pengukuran selanjutnya sampai
dengan 120.
5. Ulangi langkah 4 agar diperoleh 6 data untuk masing – masing titik pengukuran.
D. Kalibrasi NIBP.
1. Hubungkan selang NIBP pada bedside monitor ke NIBP monitor tester (sesuai dengan instruksi kerja alat).
2. Hidupkan bedside monitor yang akan diukur dan hidupkan juga alat kalibrator NIBP monitor tester.
3. Set NIBP monitor tester dengan kondisi memakai Cuff internal.
4. Parameter yang diukur adalah NIBP dengan kondisi systole, mean, diastole pada rentang 30 – 255 mmHg.
Misalkan untuk kondisi dewasa (adult) sesuai tabel sebagai berikut :
5. Operasikan NIBP monitor tester dengan titik pengukuran secara otomatis pada menu preset NIBP Monitor
Tester seperti tabel variasi setting standard pada langkah 4, baca hasil penunjukan NIBP pada display
bedside monitor, catat pada lembar kerja.
6. Ulangi langkah 5 agar diperoleh 6 data untuk masing – masing titik pengukuran.
X. WAKTU PENGERJAAN
3. Kalibrasi SPO2
a) Model Matematis
C = sstd – suut
Dimana,
C : Nilai koreksi pada UUT
sstd : Nilai pembacaan yang terukur pada standard
suut : Nilai pembacaan yang ditampilkan oleh UUT
Tipe B
(a)Nilai ketidakpastian standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b)Resolusi UUT
(c) Drift standar
(2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
Tabel 6 Tabel uncertainty budget
U drift
4. Drift Rectangular Udrift 3
3
c. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70% dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70%
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.012-18
- Form laporan nomor : FL.01.012-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 013-18
METODE KERJA PENGUJIAN BLOOD BANK
REFRIGERATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu blood bank refrigerator yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu
temporal dari ruangan di dalam blood bank refrigerator tersebut.
b. Kalibrasi
1. Akurasi setting pada alat (2 °C s.d 6 °C)
2. Variasi Suhu
a) Variasi suhu spasial / keseragaman ( °C )
b) Variasi suhu temporal / stabilitas ( °C )
c) Variasi suhu overal / total ( °C )
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. AS 3864.2-2012 : Medical Refrigeration equipment-For the storage of blood and blood product
d. AS 2853 : Enclosure– Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
e. JCGM-100-2008, Evaluation of measurement data – Guide to expression of uncertainty in measurement, First Edition
September 2008
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase instalasi listrik medis : 220 V ± 10%
VI. DIFINISI.
a) Blood bank refrigerator/ UUT : suatu perangkat (lemari) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b) Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c) Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d) Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e) Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f) Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g) Variasi spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [t spasial = tmid_maks – tmid_min ].
h) Suhu blood bank refrigerator hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [tUUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)
i) Suhu blood bank refrigerator pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu pada
UUT [tUUT_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
j) Variasi temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [t temporal = (tmaks – tmin)maks ].
k) Variasi total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ tvar_total = (tmaks)maks – (tmin)min ]
IX. PENGUJIANKESELAMATANLISTRIK
Mengacu pada metode kerja pengujian keselamatan listrik nomor MK 001-18
X. PENGUJIAN KINERJA
a) Penentuan jumlah dan posisi titik pengukuran berdasarkan gambar 01
Tentukan jenis blood bank refrigerator model single opening unit atau double opening unit dan lokasi sensore N pada
lokasi titik ukur di ruang di dalam UUT. Sebagai pedoman dapat digunakan sesuai dengan Lampiran 2 pada LK.
Tandai masing-masing lokasi tersebut dengan nomor. Kawat-kawat sensor diberi label bernomor sesuai dengan
nomor lokasi pengukuran.
b) Pastikan kondisi blood bank refrigerator keadaan kosong ( unloaded) atau maximum 30% dari Volume, atau bila hal
tersebut tidak bisa terpenuhi maka harus diberi catatan pada Lembar kerja beban yang ada pada blood bank
refrigerator.
c) Buka pintu blood bank refrigerator kemudian tempatkan sambungan ukur (measuring junction) kawat-kawat sensor
pada lokasi-lokasi dengan nomor lokasi yang sesuai. Upayakan sambungan ukur tidak menyentuh permukaan bagian
dalam blood bank refrigerator serta diikat dengan kuat pada tiap lokasi pengukuran. Tutupkan kembali pintu blood
bank refrigerator. Sambungkan kawat-kawat sensor pada standard melalui kanal-kanal yang yang ada pada standard
tersebut. Nyalakan standard
d) Nyalakan blood bank refrigerator, kemudian atur suhunya pada nilai suhu kalibrasi yang diminta – biarkan beberapa
saat sampai penunjukan suhu pada blood bank refrigerator dan standard stabil. Indikasi kestabilan ditunjukkan oleh
penunjukan standard yang berubah-ubah antara suatu nilai suhu maksimum dan nilai suhu minimum yang tetap.
e) Bila penunjukan suhu pada standard telah stabil, lakukan perekaman data sbb. :
1. Catat nilai suhu pada titik ukur no. 1, yaitu tmaks dan tmin, pada LK
2. Lakukan langkah 5.a. untuk titik-titik ukur yang lain, sampai seluruh titik-ukur dapat giliran untuk diukur.
3. Lakukan langkah 5.a. untuk indikator UUT
f) Lakukan pengolahan data dengan bantuan microsoft excel, yaitu :
1. Untuk tiap titik-ukur, hitung :
a) nilai rentang suhu (Range) ∆t = tmaks - tmin
b) midrange (Nilai tengah) ≡ tmid = (tmaks + tmin)/2
2. suhu indikator UUT tref_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
3. suhu UUT yang terukur tref_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
4. Variasi suhu :
berdasarkan posisi pada UUT tspasial = tmid_maks - tmid_min
berdasarkan perubahan waktu ttemporal = (tmaks – tmin)maks.
total tvar_total = tmaks_maks – tmin_min
5. Suhu ruang truang = (tmaks_ruang + tmin_ruang)/2
3
Uspasial
3. Variasi Spasial ºC Semi Range Uspasial 3 3
Utemporal
4. Variasi temporal ºC Semi Range Utemporal 3 3
Uresolusi
5. Resolusi Indikator ºC SemiRange Uresolusi 3 3
Uindicator
6. Variasi indicator ºC SemiRange Uindicator 3 3
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan Tabel 3. Telaah teknis
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.013-18
- Form laporan nomor : FL.01.013-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
blood pressure monitor, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja dengan cara membandingkan antara standar NIBP Tester dengan hasil pembacaan pada pada blood
pressure monitor.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Heath Device IPM System Inspection and Preventive Maintenance, Blood Pressure Monitors ECRI Procedure No. 454-
20010301 (Combined), 2001
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
b) Catat penunjukan setiap nilai heart rate yang terukur pada display digital blood pressure monitor pada lembar
kerja pengujian minimal 3 pada tiap titik data pengukuran
c) Ulangi langkah 1 s.d 2 untuk setting heart rate 60 bpm,120 bpm,180 bpm dan 240 bpm
X. WAKTU PENGERJAAN
Tipe A
(a) Pengamatan berulang pressure pada blood pressure monitor
(b) Koefisien sensitifitasnya adalah 1
(c) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian NIBP tester berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi blood pressure monitor
(c) Drift standar
(d) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis
tersebut mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
2) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
2. Kalibrasi Heart Rate (bpm)
a. Model Matematis
C = Istd – Iuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan heart rate pada blood pressure monitor
I std : Nilai setting heart rate pada NIBP Tester
I uut : Nilai heart rate yang ditampilkan oleh blood pressure monitor
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar (NIBP Tester) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi blood pressure monitor
(c) Drift standar
c. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
e. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
Dokumen
terkait - Lembar kerja nomor : LK.01.014-18
- Form laporan nomor : FL.01.014-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 015-18
METODE KERJA PENGUJIAN
CARDIOTOCOGRAPH No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada cardiotocograph
dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja
(kalibrasi).
III. REFERENSI
A. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
B. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik
C. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement,KAN, 2016.
V. KONDISI LINGKUNGAN
A. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
B. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
C. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
C. Untuk kalibrasi cardiotocograph pilih menu cardiograph, sedangkan untuk cardiotocograph lainnya tidak ada
pemilihan mode.
a) Tekan tombol ”FETAL” pada cardiotocograph. Ubah nilai bpm menjadi 30 dengan penunjuk panah.
b) Baca tampilan pada cardiotocograph dan catat pada lembar kerja.
c) Ulangi langkah 5 – 6 untuk nilai 60, 90, 120, 150, 180 dan 240 bpm.
d) Selesai kalibrasi, OFF-kan seluruh peralatan dan kembalikan pada posisi terendah.
X. WAKTU PENGUKURAN
3
U
4. Drift Rectangular Udrift 3
drift
a) Evaluasi hasil pengujian keselamatan listrik, mengacu pada MK Pengujian Keselamatan Listrik Nomor 001-18
b) Evaluasi hasil pengujian kinerja
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada
metode kerja pengujian keselamatan listrik nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan prosedur pernyataan kesesuaian dan aturan keputusan
nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi
persyaratan
E. Kesimpulan
a) Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a. Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b. Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c. Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b) Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c) Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d) Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
H. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.015-18
- Form laporan nomor : FL.01.015-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 016-18
METODE KERJA PENGUJIAN CENTRIFUGE
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
centrifuge tanpa refrigerator, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik
dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. BS EN 61010-2-020: 2006 Particular requirements for laboratory centrifuges.
e. BiomecalBenchmark 2011 ECRI Institute 456-20010301 ~ Centrifuges
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
d. Pendataan administrasi alat yang diuji/kalibrasi di lembar kerja yang minimal terdiri dari :
1. Catat identitas penguji
2. Catat nama alat
3. Catat merek
4. Catat model
5. Catat nomor seri
6. Catat ruangan
7. Catat tanggal pelaksanaan
8. Catat identitas fasyankes/pelanggan
e. Pengukuran kondisi lingkungan
1. Siapkan & hidupkan thermohygrometer
2. Catat suhu & kelembaban awal kerja
3. Catat suhu & kelembaban akhir kerja
4. Catat tegangan Jala-jala
VII. PEMERIKSAAN FISIK DAN FUNGSI ALAT YANG DIUJI/KALIBRASI
Lakukan pemeriksaan pengamatan fisik dan fungsi UUT
a) Badan dan permukaan alat, periksa bagian luar unit, pastikan bersih, terpasang ketat satu dan lainnya dan tidak ada
bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.
b) Kotak kontak alat, periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-Power). Gerak-gerakkan kotak kontak untuk
memastikan keamanannya. Goyang-goyangkan kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur yang
longgar.
c) Kabel catu utama, Periksa kabel, apakah terlihat ada kerusakan atau bagian isolasi yang terkelupas.
d) Sekering pengaman, Periksa sekering yang terdapat pada bagian luar rangkaian, apakah nilai tahanan dan tipenya
sesuai dengan spesifikasi yang tertulis pada alat. Sekering pengaman harus berfungsi baik.
e) Kabel elektroda, Periksa kabel dan fungsi masing-masing kedua ujungnya (kotak kontak) dan keregangannya secara
menyeluruh. Kemudian periksa dengan hati-hati apakah terdapat luka ataupun sobek pada lapisan isolasinya, hal ini
untuk menghindari adanya gangguan tegangan dan mencegah noise.
f) Tombol, saklar dan kontrol, Sebelum mempergunakan/ mengubah-ubah tombol kontrol, periksa posisinya, jika terlihat
tidak berada pada posisinya (periksa dengan menggunakan mode pemeriksaan standar). Bandingkan dengan posisi
control. Ingat pengaturan tersebut dan jangan lupa untuk mengembalikan pada setting awal jika sudah selesai
menggunakan.
g) Tampilan dan indikator, Selama pengecekan fungsi, pastikan lampu indikator dan tampilan berfungsi seluruhnya,
yakinkan bahwa bagian tampilan digital berfungsi
c. Kalibrasi Kecepatan
1. Sebelum melakukan pengukuran, lakukan pengaturan kecepatan motor dalam posisi satuan rpm.
2. Tempelkan kertas reflektor pada bagian yang berputar.
3. Posisikan tachometer tegak lurus dengan reflector pada saat pengambilan data.
4. Setting centrifuge pada nilai kecepatan putaran rendah, menegah, dan tinggi dari kapasitas maksimum
centrifuge (atas permintaan pelanggan).
5. Amati nilai yang terbaca pada tachometer dan catat pada saat keadaan pembacaan telah stabil.
6. Ulangi langkah diatas minimal sebanyak 3 kali dengan nilai yang telah ditentukan untuk mendapatkan
pembacaan berulang.
7. Catat pendataan pada lembar kerja.
X. WAKTU PENGUJIAN
2. Kalibrasi Pewaktu
a. Model matematis
C = tstd – tuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan waktu pada centrifuge
tstd : Nilai penunjukkan waktu putar yang terbaca pada stopwatch
tuut : Nilai penunjukan waktu putar yang terbaca pada centrifuge
3
U drift
4. Drift Segi empat Udrift 3 3
Ubaca
5. Perbedaan pembacaan Segi empat Ubaca 3 3
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.016-18
- Form laporan nomor : FL.01.016-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 017-18
METODE KERJA PENGUJIAN CPAP
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi unit CPAP (selanjutnya disebut CPAP atau unit under test) dengan
cara melakukan pengamatan fisik dan fungsi alat, melakukan kalibrasi dengan cara membandingkan nilai yang terbaca
pada tampilan CPAP dengan nilai setting pada alat. oxygen analyzer yang digunakan.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014ECRI
444-20010301, Oxygen-Air Proportioners
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. IEC 60-601 ; General Oxygen Analyzer Requirement for Medical Equipment.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu : 15 oC – 40 oC
b. Kelembaban : 55 % RH ± 15 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
CPAP
d. Kalibrasi Flowmeter
1. Pasangkan selang konektor pada outlet flow CPAP.
2. Hubungkan konektor pada alat oxygen analyzer.
3. Seting flow sesuai pengukuran yang diinginkan
4. Catat nilai flow yang ditampilkan pada alat oxygen analyzer
5. Lakukan pengukuran flow sampai 5 kali data pengukuran
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian oxygen analyzer berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi CPAP
(c) Drift oxygen analyzer
(d) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis
tersebut mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
(b) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
(c) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
(d) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
2. Kalibrasi Flow
a) Model matematis
C = fstd – fuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan flow pada CPAP
fstd : Nilai penunjukkan flow yang terbaca pada oxygen
analyzer fuut : Nilai penunjukan flow yang terbaca pada CPAP
c. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan prosedur pernyataan kesesuaian dan aturan keputusn
nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
h. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.017-18
- Form laporan nomor : FL.01.017-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 018-18
METODE KERJA PENGUJIAN
DEFIBRILLATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Defibrillator, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran
kinerja dengan cara membandingkan antara nilai setting pada defibrillator dengan hasil pembacaan pada defibrillator
analyzer.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI 408-20010301-01 Defibrillator Analyzer
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
Defibrillator
Defibrillator Analyzer
X. WAKTU PENGUJIAN
3
U drift
4. Drift Rectangular Udrift 3 3
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.018-18
- Form laporan nomor : FL.01.018-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan sebagai panduan dalam melakukan kalibrasi digital manometer.
IV. DEFINISI
Digital manometer adalah : alat pengukur tekanan fluida yang di dalamnya terdiri dari : pressure tranducer, analogue
conditioning module, analogue-to-digital converter, digital processing module, digital indication dan electrical power supply
unit.
b. Pengecekan awal pada digital manometer diberi tekanan 0%, 50 % dan 100% masing-masing sedikitnya selama 1
menit. ( halaman 12, Initial Check, EA-10/17)
c. Tentukan titik pengamatan, di harapkan pada 0, 20%, 50%, dan 80 % FS, dengan pengulangan data 3 kali naik dan
3 kali turun atau tergantung pada ketelitian yang diharapkan alat yang akan dikalibrasi menurut kebutuhan
pelanggan. (halaman 6, standard Calibration Procedure, EA-10/17). Untuk tekanan positif (pressure) titik pengamatan
yang diambil adalah : 0, 50, 100, 150, 200 dan 500 mmHg. Sedangkan untuk tekanan negatif (vaccum) titik
pengamatan yang diambil adalah : 0, -100, -200, -300, -400 dan -500 mmHg.
d. Siapkan/perhatikan lembar kerja untuk mencatat hasil pengukuran
e. Langkah-langkah dibawah ini merupakan pengambilan data tekanan positif (pressure)
f. Pastikan pembacaan digital manometer pada titik 0 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital manometer
standar pada kolom naik I.
g. Berikan tekanan naik sehingga pembacaan digital manometer pada titik 50 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh digital manometer standar pada kolom naik I.
h. Berikan kembali tekanan naik sehingga pembacaan digital manometer pada titik 100 mmHg dan catat nilai yang
ditunjukkan oleh digital manometer standar pada kolom naik I.
i. Berikan tekanan naik sehingga pembacaan digital manometer pada titik 150 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh standar pada kolom naik I.
j. Berikan tekanan naik sehingga pembacaan digital manometer pada titik 200 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh digital manometer standar pada kolom naik I.
k. Berikan tekanan naik sehingga pembacaan digital manometer pada titik 500 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh digital manometer standar pada kolom naik I. Tunggu beberapa saat atau kira-kira 5 detik dan kemudian catat
nilai yang ditunjukkan oleh digital manometer standar pada kolom turun I.
l. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca 200 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
m. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca 150 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
n. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca 100 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
o. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca 50 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
p. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca 0 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
q. Lakukan kembali langkah nomor 6 sampai dengan 16 untuk mendapatkan data pengukuran selanjutnya (kolom naik
II, turun II, naik III dan turun III).
r. Setelah melakukan pengambilan data tekanan positif (pressure) dilanjutkan dengan pengambilan data tekanan
negatif (vaccum).
s. Pastikan pembacaan digital manometer pada titik 0 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital manometer
standar pada kolom naik I.
t. Berikan tekanan hisap sehingga pembacaan digital manometer pada titik -100 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh digital manometer standar pada kolom naik I.
u. Berikan kembali tekanan hisap sehingga pembacaan digital manometer pada titik -200 mmHg dan catat nilai yang
ditunjukkan oleh digital manometer standar pada kolom naik I.
v. Berikan tekanan hisap sehingga pembacaan digital manometer pada titik -300 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh standar pada kolom naik I.
w. Berikan tekanan hisap sehingga pembacaan digital manometer pada titik -400 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh digital manometer standar pada kolom naik I.
x. Berikan tekanan hisap sehingga pembacaan digital manometer pada titik -500 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan
oleh digital manometer standar pada kolom naik I. Tunggu beberapa saat atau kira-kira 5 detik dan kemudian catat
nilai yang ditunjukkan oleh digital manometer standar pada kolom turun I.
y. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca -400 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
z. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca -300 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
å. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca -200 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
ä. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca -100 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
ö. Turunkan tekanan sehingga pada digital manometer terbaca 0 mmHg dan catat nilai yang ditunjukkan oleh digital
manometer standar pada kolom turun I.
aa. Lakukan kembali langkah nomor 19 sampai dengan 29 untuk mendapatkan data pengukuran selanjutnya (kolom naik
II, turun II, naik III dan turun III).
bb. Lepaskan digital manometer dan digital manometer standar.
cc. Bersihkan digital manometer standar dan simpan kembali ke dalam tempat penyimpanan alat.
keterangan :
x = nilai rata-rata
N = jumlah data pengukuran
xi = jumlah nilai data pengukuran
d. Hitung nilai ketidakpastian daya ulang pembacaan terhadap titik ukur yang sama (repeatability)/ ketidakpastian tipe A.
Karena hanya dilakukan 3 (tiga) kali pengambilan data atau jumlahnya < (lebih kecil) dari 10 (sepuluh) data untuk
tiap-tiap titik pengukuran maka untuk ketidakpastian daya ulang pembacaan menggunakan rumus sbb :
Max (N 2, j N 2,0 ) (N1, j N1,0 ) , (N3, j N3,0 ) (N1, j N1,0 ) , (N3, j N3,0 ) (N 2, N 2,0 }
Urepeat N { j )
3
Max (T2, j T2,0 ) (T1, T1,0 , (T3, T3,0 ) T1,0 , (T3, T3,0 ) T2,0 )}
UrepeatT { ) j
(T1, j 3 ) j
(T2, j
j
keterangan :
f. Hitung ketidakpastian
histerisis
T1, j N1, j T2, j N 2, j T3, j N 3, j
3
Uhisterisis
3
keterangan :
N1,j = Data Naik ke Pertama pada titik ukur J mmHg (misal 50, 100, 150, 200 dan 500 mmHg – untuk
tekanan positif (pressure))
T1,j = Data Turun ke Pertama pada titik ukur J mmHg (misal 50, 100, 150, 200 dan 500 mmHg –
untuk tekanan positif (pressure))
{Max
T1,0 N1,0 , T2,0 N 2,0 , T3,0 N3,0 }
U
ZE
3
keterangan :
N1,0 = Data Naik ke Pertama pada titik ukur 0 mmHg
T1,0 = Data Turun ke Pertama pada titik ukur 0
mmHg
h. Ketidakpastian Standar
Usertifikat
U s tan dar
k
keterangan :
Usertifikat = nilai ketidakpastian yang diperoleh dari sertifikat kalibrasi standar
k = nilai yang diperoleh dari k yang disebutkan pada sertifikat kalibrasi standar
U=
a,
drift
3
keterangan :
a = nilai yang diperoleh dari selisih 2 sertifikat kalibrasi standar terakhir
UC U2 U 2 U repeatreshisterisiszedrifts
2 Utan2 dar
U 2 U 2
Uexp = k x UC
X. UNCERTAINTY BUDGET
Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.019-18
- Form laporan nomor : FL.01.019-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 020-18
METODE KERJA PENGUJIAN
ELECTROCARDIOGRAPH No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi pada unit elektrokardiograph (EKG), dengan
cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. IEC 60601-2-25 : 2011 – Particular requirements for the basic safety and essential performance of
electrocardiographs
e. ECRI, Inspection and Preventive Maintenance, Procedure No. 410-20081015-01 : Electrocardiograph, 2008
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Voltase : 220 V ± 10%
2) Check 12 lead dengan memberikan input 60 BPM dari ECG simulator, seting EKG pada kecepatan kertas 25
mm/sec, rekam seluruh lead EKG : Lead I, II, III, Avl, Avf, AvR, V1 s.d. V6.
3) Bandingkan hasil perekaman dengan gambar normal sinus rhythm seperti tampak pada Gambar 2.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi ECG
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
2. Laju Rekaman
a) Model Matematis
Model matematis kalibrasi Laju Rekaman / kecepatan kertas (V)
C = l std – l uut – l drift std
Dimana,
C : Koreksi penunjukkan kecepatan pada alat yang di ukur (UUT)
lstd : Nilai panjang pada alat standard
luut : Nilai panjang pada alat yang diukur
(UUT) ldrift : drift standard.
b) Analisa Perhitungan ketidakpastian
1) Sumber-sumber ketidakpastian
pengukuran Tipe A
(a) Pengamatan berulang pada standar
(b) Koefisien sensitifitasnya adalah 1
(c) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi ECG
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
3
4 Resolusi alat mm U
Uresolusi 3 res
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.020-18
- Form laporan nomor : FL.01.020-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
electroencephalograph dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement,KAN, 2016.
d. Inspection of Medical Devices, For Regulatory Purposes, 2015.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Voltase instalasi listrik medis : 220 V ± 10%
2. Pastikan sisi permukaan konduktor lead dengan konektor lead pada alat EEG SIMULATOR merekat dengan
mantap tanpa ada isolasi. Dalam hal ini dapat digunakan alat bantu perekat. Dua sisi permukaan tersebut dapat
juga dilapisi dengan lapisan tipis jelly penghantar khusus untuk EEG.
3. Sebelum menghidupkan EEG dan alat EEG SIMULATOR pastikan kondisi lingkungan sekitar unit tidak ada
pemakaian alat kesehatan yang menggunakan frekuensi tinggi atau pemakaian line tegangan jala-jala secara
bersamaan dengan peralatan yang menggunakan frekuensi tinggi, telepon seluler di non-aktifkan. Idealnya
penempatan unit dilalukan dalam ruangan yang dilindungi dengan sangkar faraday.
4. Hidupkan EEG dan alat EEG Simulator
5. Setting pada alat EEG mode montage sesuai dengan alat yang diukur
6. Masukkan Filter High Pass dan Low Pass seperti gambar diatas.
7. Untuk pengukuran Frekuensi. Setting alat EEG SIMULATOR pada posisi SINUSOIDA, 0,1 Hz dan 100 µV.
8. Lakukan perekaman data, sehinga data akan tersimpan di memori
9. Setting alat EEG SIMULATOR pada posisi SINUSOIDA, pada frek selanjutnya 2 hz, 5 Hz, 50 Hz dan 60 Hz.
Lakukan seperti poin (7)
d. Kalibrasi Amplitudo
1. Untuk pengukuran Amplitudo setting pada alat EEG mode montage dengan urutan Fp2-Fp1, F8-F7 T4-T3, T6-
T5 dan O2-O1 seperti Gambar 3.
X. WAKTU PENGUJIAN
1. Kalibrasi Amplitudo
a) Model Matematis pengujian/kalibrasi Amplitudo
C = h std – h uut – h drift std
Dimana,
C : Koreksi penunjukkan amplitudo pada EEG
hstd : Nilai penunjukkan amplitudo pada alat standard
huut : Nilai penunjukkan amplitudo pada alat yang diukur (EEG)
hdrift : Nilai amplitudo pada spesifikasi drift standard.
2. Kalibrasi Frekuensi
a) Model Matematis
C = fstd – f uut – f drift std
t uut : Nilai pewaktu yang ditampilkan oleh EEG
Dimana,
C : Koreksi penunjukkan interval perioda pada alat EEG
fstd : Nilai penunjukkan frekuensi pada alat standard
fuut : Nilai penunjukkan frekuensi pada alat yang diukur (EEG)
fuut : 1 .
Tuut
tuut : . 10 sekon
l1
l2
l1 = jarak puncak atas ke puncak atas berikutnya dalam satu gelombang
l2 = jarak interval periode dalam satu sekon
fdrift : Nilai frekuensi pada spesifikasi drift standard
1 Pengukuran Berulang Hz n
n
USertstd
2 Sertifikat standar Hz USertf stand1 K k
USertstd
3 Sertifikat Mistar Hz USertf stand2 K
k
U
4 Drift standar Hz Udrift1 3
drift
3
U
5 Resolusi alat Hz Uresolusi 3 res
D. Kesimpulan
1. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
2. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
3. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
4. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.021-18
- Form laporan nomor : FL.01.021-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 022-18
METODE KERJA PENGUJIAN
ELEKTROSTIMULATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
electrostimulator, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. International Standard, IEC 60601-2-10, Particular Requirement for Basic Safety and Essential Performance of Nerve
and Muscle Stimulator, 2016.
e. ECRI, Inspection and Preventive Maintenance, Procedure No. 470-20081015-01 : Physical Therapy Ultrasound, 2008
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
4. PENGUJIAN KINERJA
a. Siapkan UUT dan standar
b. Lakukan koneksi UUT dan standar sesuai gambar 1
I = 𝑃𝐴�𝑅�
PA = Amplitudo (V)
R = Resistansi ()
5. WKATU PENGUJIAN
6. TELAAH TEKNIS
A. Analisa Data & Perhitungan ketidakpastian
Mengacu pada MK Perhitungan dan Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran Nomor MK 002-18
a. Kalibrasi frekuensi (Hz)
a) Model matematis
Metode kalibrasi adalah direct calibration (kalibrasi langsung), STANDAR dan UUT dihubungkan secara
langsung.
C = fstd – fuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan frekuensi pada UUT
fstd : Nilai frekuensi yang terukur pada standard
fuut : Nilai frekuensi yang ditampilkan oleh UUT
b) Analisa Perhitungan ketidakpastian
1) Sumber-sumber ketidakpastian
pengukuran Tipe A
(a) Pengamatan berulang frekuensi oleh scope meter
(b) Koefisien sensitifitasnya adalah 1
(c) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar (scope meter) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
b. Kalibrasi Intensitas therapy (mA)
a) Model matematis
C = Istd – Iuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan intensitas therapy pada UUT
I std : Nilai intensitas therapy yang terukur pada standard
I uut : Nilai intensitas therapy yang ditampilkan oleh UUT
b) Analisa Perhitungan ketidakpastian
1) Sumber-sumber ketidakpastian
pengukuran Tipe A
(a) Pengamatan berulang frekuensi oleh scope meter
(b) Koefisien sensitifitas untuk V :
cv = =
(c) Koefisien sensitivitas untuk R :
cR = 𝜕𝐼�𝜕𝑅� = -
(d) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar (scope meter) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitas untuk V :
cv = 𝜕𝐼�𝜕𝑉� =
3) Koefisien sensitivitas untuk R :
cR = = - 𝑉� 𝑅�2��
4) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
5) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
c. Kalibrasi pewaktu (detik)
a. Model Matematis
C = tstd – tuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan pewaktu pada UUT
t std : Nilai pewaktu yang terukur pada standard
t uut : Nilai pewaktu yang ditampilkan oleh UUT
3
U
4 Drift Rectangular Udrift
drift
3 3
No Parameter Toleransi
1. Frekuensi (Hz) ± 20 %
2. Lebar Pulsa (µs) ± 20 %
3. Intensitas Therapy (mA) ± 20 %
4. Waktu Therapy (detik) ± 20 %
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.022-18
- Form laporan nomor : FL.01.022-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 023-18
METODE KERJA PENGUJIAN
ELEKTROSURGERY UNIT No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
elektro surgery unit, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. American National Standard for Electrosurgical Device, HF18, AAMI, September 1986
d. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
e. ECRI 411 – 20101028-01, Prosedur Electro Surgical Unit, 2011
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
b) Lakukan instalasi ESU dengan ESU Powermeter (STD) dan pastikan semua terhubung dengan baik.
c) Pilih nilai impedansi pada ESU powermeter sesuai dengan impedansi ESU (ada pada label ESU)
d) Lakukan pemilihan mode daya (Cutting/Coagulation) pada ESU.
e) Pilih load impedansi sesuai spesifikasi ESU.
f) Tentukan titik setting pengukuran sebesar 10%, 20% , 30% , 40% , 50% , 60%, 70%, dan 80%, dari nilai
maksimal keluaran ESU, sesuai dengan spesifikasi dari ESU yang dikalibrasi.
g) Lakukan pengukuran sesuai titik setting yang telah ditentukan.
h) Aktifkan keluaran daya dan catat nilai penunjukan daya pada electrosurgical power meter ke dalam lembar
kerja.
i) Lakukan pengambilan data sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran untuk setiap titik pengukuran.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe A
(a) Pengamatan berulang arus (mA) pada STD
(b) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis
tersebut mempunya nilai turunan pertama dari P = I2R
(c) Derajat kebebasan untuk tiga kali pengukuran = 2
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar (ESU Analyzer) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama dari P = I2R
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
Tabel 1. Tabel Uncertainty Budget
No. Komponen Distribusi u Pembagi Ui
1 Pengukuran Berulang Normal Stdev n
USertstd
2. Sertifikat Standar Normal USertf stand k
k
Ures
3. Resolusi Rect Uresolusi 3 3
Udrift
4. Drift Rect Udrift 3 3
No Parameter Toleransi
1 Arus Bocor karena Frekuensi Tinggi ≤ 150 mA (4,5 W, 200Ω)
2 Daya Keluaran (Watt) ± 20%
C. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
F. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.023-18
- Form laporan nomor : FL.01.023-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada fetal doppler dengan
cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement,KAN, 2016.
d. Health Care Product HPCS Comparison System, ECRI 424-008 , September 2004
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
c. Untuk kalibrasi fetal doppler pilih menu cardiograph, sedangkan untuk fetal doppler lainnya tidak ada pemilihan mode.
a) Hidupkan doppler dengan menekan tombol “ON”
b) Berikan jelly pada probe kemudian tempelkan pada sensor fetal simulator
c) Hidupkan fetal simulator
d) Tentukan titik pengukuran pada fetal simulator pada posisi 30 BPM
e) pantau display BPM pada Fetal Doppler.
f) Catat pada lembar kerja nilai hasil pengukuran sebanyak 5 kali, dari setiap titik ukur.
g) Ulangi langkah 4 s.d 7 untuk titik pengukuran 60, 90, 120, 150, 180, 210 BPM
h) Matikan alat dengan menekan tombol keposisi off, dan lepaskan alat dari hubungan catu daya
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian fetal simulator berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi fetal doppler
(c) Drift standar
(2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunyai nilai turunan pertama yaitu 1
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
Tabel 1. Uncertainty Budget.
U drift
4. Drift Rectangular Udrift 3
3
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
(a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
(b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
(c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.024-18
- Form laporan nomor : FL.01.024-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 025-18
METODE KERJA PENGUJIAN FLOWMETER
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) gas flow
regulator dengan cara melaukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI 440-20010301 flowmeter
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
X. TELAAH TEKNIS
A. Analisa Data & Perhitungan ketidakpastian
Mengacu pada MK Perhitungan dan Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran Nomor MK 002-18
Kalibrasi Flow
a) Model matematis
Metode kalibrasi adalah direct calibration (kalibrasi langsung), gas flow analyzer dan flow meter
dihubungkan secara langsung.
K = Vstd - V Flow meter
Dimana :
K = Koreksi penunjukan flow / Laju aliran pada flowmeter
Vstd = Nilai flow yang terukur pada gas flow analyzer
V Flow meter = Nilai flow / laju aliran yang terukur pada flowmeter
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian gas flow analyzer (gas flow analyzer) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi flow meter
(c) Drift gas flow analyzer
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.025-18
- Form laporan nomor : FL.01.025-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi dan atau pengujian secara langsung (direct calibration) pada
Infant warmer, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, Pengujian keselamatan listrik dan pengukuran
kinerja Suhu (oC) pada baby controlled mode pada titik ukur 36°C dan skin sensor.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Incubator Analyzer, Operator Manual, Fluke Boimedical
c. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
d. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
e. Particular requirements for Safety - Specification for infant radiant warmers BS 60601-2-21:1994, Butir 50.102 &
50.103 Sesuai Figure103
V. KONDISI LINGKUNGAN
Kalibrasi terhadap infant warmer dilakukan pada kondisi ruang yang telah dipersyaratkan/sesuai dengan standar acuan
IEC 601-2-21:1994
a. Suhu : 18oC - 30 oC
b. Air Velocity : < 0,3 m/s
c. Tegangan jala-jala : 220 V + 10%
VIII. PENGUJIANKESELAMATANLISTRIK
mengacu pada MK Pengujian Keselamatan Listrik Nomor MK 001-18
c. Siapkan incubator analyzer dan tempatkan sensor suhu yang diletakkan pada radiant baby adapter yang ada sesuai
gambar.
T2 D
T2 C
T2 M
T2 A
T2 B
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
D. Kesimpulan
c. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
d. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
e. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
f. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.026-18
- Form laporan nomor : FL.01.026-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 027-18
METODE KERJA PENGUJIAN INFUSION
PUMP No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi dan atau pengujian secara langsung (direct calibration) pada
infusion pump, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik, uji kemampatan
(occlusion test) dan pengukuran kinerja (kalibrasi flow rate dan total volume).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI, Procedure No.416-20081015-01, Health Device Inspection and Preventive Maintenance System, General
Purpose Infusion Pump, 2011
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20% RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
e. Siapkan Infusion Device Analyzer dan hubungkan kabel catu daya utama.
f. Operasikan Infusion Device Analyzer sesuai Instruksi Kerja Infusion Device Analyzer sehingga siap digunakan.
g. Lakukan setting Infusion Set dan Infusion Pump dengan Infusion Device Analyzer seperti gambar 2.
Gambar 2: Setting Infusion Set dan Infusion Pump dengan Infusion Device Analyzer
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
b) Kalibrasi Laju Aliran rata rata /Flow Rate (ml/h)
(a) Model matematis
Metode pengujian adalah direct calibration (kalibrasi langsung),
C = fstd – fuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan flow pada UUT
f std : Nilai flow yang terukur pada
standard f uut : Nilai flow yang
ditampilkan oleh UUT
(b) Analisa Perhitungan ketidakpastian
1) Sumber-sumber ketidakpastian
pengukuran Tipe A
(a) Pengamatan berulang frekuensi oleh standar
(b) Koefisien sensitifitasnya adalah 1
(c) Derajat kebebasan untuk lima kali pengukuran = 4
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.027-18
- Form laporan nomor : FL.01.027-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 028-18
METODE KERJA PENGUJIAN
INKUBATOR LABORATORIUM No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu inkubator laboratorium yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu
temporal dari ruangan di dalam inkubator laboratorium tersebut.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. AS 2853 : Enclosure– Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik Medis : 220 V ± 10%, 50 Hz
VI. DIFINISI.
a. Inkubator Laboratorium/ UUT : suatu perangkat ( lemari ) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b. Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c. Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d. Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e. Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f. Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g. Variasi Spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [t spasial = tmid_maks – tmid_min ].
h. Suhu Inkubator Laboratorium hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [t UUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
i. Suhu Inkubator Laboratorium pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu pada
UUT [tUUT_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
j. Variasi temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [ttemporal = (tmaks – tmin)maks ].
k. Variasi total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ tvar_total = (tmaks)maks – (tmin)min ]
X. PENGUJIAN KINERJA
a. Penentuan Jumlah Titik Pengukuran
Isilah baris-baris yang tersedia pada. LK untuk menentukan jumlah titik pengukuran sbb. :
a. Hitung volume UUT dalam satuan m3 dengan rumus : V = p x l x t
b. Tentukan titik kalibrasi/uji dan toleransi (∆T) yang akan diuji berdasarkan spesifikasi alat (t ± ∆T)*)
c. Hitung batasan Variasi total Ro : Ro = 2 x ∆T
d. Catat suhu ruang truang
e. Hitung D, yaitu perbedaan antara titik kalibrasi/uji t dan suhu ruang dengan rumus D = t – truang
f. Hitung grading factor :
100 xRo
f 100 D
g. Tentukan nilai maksimum permissible grading factor (fm) , yaitu yang terdekat dan lebih besar dari f . Lihat
Lampiran 1 pada LK
h. Berdasarkan nilai fm tentukan nilai grading factor G berdasarkan Tabel lampiran1 pada LK
i. Hitung jumlah titik ukur N dengan menggunakan rumus : N = 3 + 3G0,6 V0,2 10%
Untuk penentuan jumlah titik ukur diperoleh dari nilai N yang sudah dibulatkan
a. Menentukan Posisi Sensor seperti pada gambar 1
Tentukan lokasi sensor N pada lokasi titik ukur di ruang di dalam UUT. Sebagai pedoman dapat digunakan
sesuai dengan Lampiran 2 pada Lembar Kerja. Tandai masing-masing lokasi tersebut dengan nomor. Kawat-
kawat sensor diberi label bernomor sesuai dengan nomor lokasi pengukuran.
b. Pastikan kondisi Inkubator Laboratorium keadaan kosong (unloaded) atau maximum 30% dari Volume, atau bila
hal tersebut tidak bisa terpenuhi maka harus diberi catatan pada Lembar kerja beban yang ada pada Inkubator
Laboratorium.
c. Buka pintu Inkubator Laboratorium kemudian tempatkan sambungan ukur (measuring junction) kawat-kawat
sensor pada lokasi-lokasi dengan nomor lokasi yang sesuai. Upayakan sambungan ukur tidak menyentuh
permukaan bagian dalam Inkubator Laboratorium serta diikat dengan kuat pada tiap lokasi pengukuran.
Tutupkan kembali pintu Inkubator Laboratorium. Sambungkan kawat-kawat snsor pada Standard melalui kanal-
kanal yang yang ada pada Standard tersebut. nyalakan standard
d. Kalibrasi akurasi suhu dan variasi suhu
1. Nyalakan Inkubator Laboratorium, kemudian atur suhunya pada nilai suhu kalibrasi yang diminta – biarkan
beberapa saat sampai penunjukan suhu pada Inkubator Laboratorium dan Standard stabil. Indikasi
kestabilan ditunjukkan oleh penunjukan Standard yang berubah-ubah antara suatu nilai suhu maksimum
dan nilai suhu minimum yang tetap.
2. Bila penunjukan suhu pada Standar telah stabil, lakukan perekaman data sbb. :
a. Catat nilai suhu pada titik ukur no. 1, yaitu tmaks dan tmin, pada Lembar Kerja
b. Lakukan langkah 2.a). untuk titik-titik ukur yang lain, sampai seluruh titik-ukur dapat giliran untuk diukur.
c. Lakukan langkah 2.a). untuk indikator UUT
3. Lakukan pengolahan data dengan bantuan Microsoft Excel, yaitu :
a) Untuk tiap titik-ukur, hitung :
(a) nilai rentang suhu (Range) ∆t = tmaks - tmin
(b) midrange (Nilai tengah) ≡ tmid = (tmaks + tmin)/2
b) suhu indikator UUT tref_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
c) suhu UUT yang terukur tref_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
d) Variasi suhu :
berdasarkan posisi pada UUT tspasial = tmid_maks - tmid_min
berdasarkan perubahan waktu ttemporal = (tmaks – tmin)maks.
e) total tvar_total = tmaks_maks – tmin_min
f) Suhu ruang truang = (tmaks_ruang + tmin_ruang)/2
maks_maks min_min
2. Perhitungan :
a) Misalkan tmid_maks suhu pada lokasi 1 dan t mid_min suhu pada lokasi 2, maka :
2 2 2
u tmid_maks2 = u tk2 + ures_mcorder2
u =u +u
tmid_min tk res_mcorder
utUUT_ukur2 =2.utk2 + 2.ures_mcorder2
2 2
UtEnclosure_ ukur 2. 2.utk 2.ures _ mcorder
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.028-18
- Form laporan nomor : FL.01.028-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 029-18
METODE KERJA PENGUJIAN LAMPU
OPERASI No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini bertujuan untuk melakukan pengujian Lampu Operasi (Ceiling Type) disebut ( UUT) dengan cara
melakukan pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan mengukur intensitas cahaya yang
dipancarkan, agar sesuai dengan standar acuan yang telah ditetapkan.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. IEC 60601-2-41 edisi 2.1 201310 Medical electrical equipment - Part 2-41: Particular requirementsfor the basic safety
and essential performance of surgical luminaires and luminaires for diagnosis
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu ruang : 25 °C ± 5 °C
b. Kelembaban : 55 %RH ± 15 %RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10 %
UUT
100
b. Hidupkan UUT.
c. Hidupkan alat standart pada satuan KLux
d. Pastikan fokus cahaya tepat mengenai sensor lux meter
e. Catat nilai yang terukur pada display Lux meter pada lembar pengujian.
f. Lakukan pengulangan pengukuran sampai 6 kali pengambilan data.
X. WAKTU PENGUJIAN
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.029-18
- Form laporan nomor : FL.01.029-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 030-18
METODE KERJA KALIBRASI LUXMETER
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini digunakan untuk mengkalibrasi lux meter.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. DIN 5032, Classification of Illuminance meter and luminance meter.
c. Guide to Expression of Uncertainty in Measurement, First Edition 1993, International Organisation for
Standardisation, Switzerland.
IV. DEFINISI
Kalibrasi Lux meter, dikerjakan dengan menggunakan lampu Halogen 1000 Watt sebagai lampu tipe A pada bangku
fotometer dengan metoda perbandingan. Lampu halogen dinyalakan pada 78 % dari tegangan nominal (179 Volt) dan
diamati dengan mengukur tegangan nyala lampu yang dibaca pada digital voltmeter. Tegangan ini menghasilkan
intensitas cahaya I, yang pada jarak tertentu akan memberikan nilai iluminansi E (lux). Bila nilai iluminansi E terlalu besar
dapat dikurangi dengan Absortive Neutral Density Filter yang ditempatkan di depan lampu halogen. Selanjutnya nilai E
akan dibaca secara bergantian oleh Lux-meter sebagai acuan Luxmeter kelas B dan Lux-meter DUT (Device Under Test).
H
Luxmeter X Luxmeter S
B SR
Bangku Fotometri B
SUMBER
TEGANGAN
AC
c. Lampu Halogen (sebagai lampu tipe A) dinyalakan pada 78 % dari tegangan nominal atau 179 Volt selama 10
sampai 15 menit.
d. Pasangkan luxmeter acuan (luxmeter kelas B) dan luxmeter UUT pada tempat yang sudah disediakan sesuai
gambar 1. Dengan alat bantu penggaris pastikan head luxmeter berdiri sejajar antara luxmeter acuan ( Luxmeter
kelas B) dengan lux meter UUT.
e. Arahkan berkas cahaya dengan menggunakan buffle sehingga tepat mengenai permukaan head luxmeter acuan
(Luxmeter kelas B ).
f. Atur luxmeter acuan (Luxmeter kelas B) pada jarak tertentu dengan cara menggeser kearah depan/ belakang
sehingga menunjukkan nilai iluminansi sebesar 1000 lux. Kemudian catat dalam lembar kerja nilai fluktuasi/
perubahan nilai illuminance sebanyak 6 data.
g. Geser posisi luxmeter acuan (Luxmeter kelas B) dengan luxmeter UUT. dengan cara menggeser ke kiri/ kanan,
kemudian pastikan berkas cahaya mengenai tepat dihead luxmeter UUT, kemudian catat dalam lembar kerja
fluktuasi/ perubahan nilai illuminitas yang ditunjukkan oleh lux meter UUT pada lembar kerja yang telah disediakan
sebanyak 6 data.
h. Ulangi langkah No. E, F, dan G untuk mendapatkan nilai iluminansi pada titik 800, 600, 400, dan 200 Lux dengan cara
merubah jarak bangku fotometeri
Catatan : Neutral Density Filter dengan % Transmisi pada daerah tampak digunakan bila cahaya dari lampu halogen
terlalu besar dan dipasang didepan luxmeter
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu Medical Freezer yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu temporal dari
ruangan di dalam Medical Freezer tersebut.
b. Kalibrasi
1. Akurasi setting pada alat (-25 °C)
2. Variasi Suhu
a) Variasi Suhu Spasial / Keseragaman ( °C )
b) Variasi Suhu Temporal / Stabilitas ( °C )
c) Variasi Suhu Overal / Total ( °C )
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. AS 3864.2-2012 : Medical Refrigeration equipment-For the storage of blood and blood product
d. AS 2853 : Enclosure– Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
e. JCGM-100-2008, Evaluation of measurement data – Guide to expression of uncertainty in measurement, First Edition
September 2008
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik Medis : 220 V ± 10%
VI. DIFINISI.
a. Medical Frezer / UUT : suatu perangkat ( lemari ) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b. Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c. Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d. Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e. Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f. Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g. Variasi Spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [tspasial = tmid_maks – tmid_min ].
h. Suhu Medical Freezer hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [t UUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)
i. Suhu Medical Freezer pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu pada UUT
[tUUT_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
j. Variasi Temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [ttemporal = (tmaks – tmin)maks ].
k. Variasi Total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ tvar_total = (tmaks)maks – (tmin)min ]
IX. PENGUJIANKESELAMATANLISTRIK
mengacu pada MK Pengujian Keselamatan Listrik Nomor MK 001-18
X. PENGUJIAN KINERJA
a. Penentuan Jumlah dan Posisi Titik Pengukuran berdasarkan gambar 1
Tentukan jenis medical freezer model single opening unit atau double opening unit dan lokasi sensor N pada lokasi
titik ukur di ruang di dalam UUT. Sebagai pedoman dapat digunakan sesuai dengan lampiran 2 pada LK. Tandai
masing-masing lokasi tersebut dengan nomor. Kawat-kawat sensor diberi label bernomor sesuai dengan nomor lokasi
pengukuran.
b. Pastikan kondisi medical freezer keadaan kosong (unloaded) atau maximum 30% dari volume, atau bila hal tersebut
tidak bisa terpenuhi maka harus diberi catatan pada lembar kerja beban yang ada pada medical freezer.
c. Buka pintu medical freezer kemudian tempatkan sambungan ukur (measuring junction) kawat-kawat sensor pada
lokasi-lokasi dengan nomor lokasi yang sesuai. Upayakan sambungan ukur tidak menyentuh permukaan bagian
dalam medical freezer serta diikat dengan kuat pada tiap lokasi pengukuran. Tutupkan kembali pintu medical freezer.
Sambungkan kawat-kawat sensor pada standard melalui kanal-kanal yang yang ada pada standard tersebut.
nyalakan standard
d. Nyalakan medical freezer, kemudian atur suhunya pada nilai suhu kalibrasi yang diminta – biarkan beberapa saat
sampai penunjukan suhu pada medical freezer dan standard stabil. Indikasi kestabilan ditunjukkan oleh penunjukan
standard yang berubah-ubah antara suatu nilai suhu maksimum dan nilai suhu minimum yang tetap.
e. Bila penunjukan suhu pada standard telah stabil, lakukan perekaman data sbb. :
a. Catat nilai suhu pada titik ukur no. 1, yaitu tmaks dan tmin, pada LK
b. Lakukan langkah 5.a. untuk titik-titik ukur yang lain, sampai seluruh titik-ukur dapat giliran untuk diukur.
c. Lakukan langkah 5.a. untuk indikator UUT
f. Lakukan pengolahan data dengan bantuan Microsoft Excel, yaitu :
a) Untuk tiap titik-ukur, hitung :
(a). nilai rentang suhu (Range) ∆t = tmaks - tmin
(b). midrange (Nilai tengah) ≡ tmid = (tmaks + tmin)/2
b) suhu indikator UUT tref_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
c) suhu UUT yang terukur tref_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
d) Variasi suhu :
berdasarkan posisi pada UUT tspasial = tmid_maks - tmid_min
berdasarkan perubahan waktu ttemporal = (tmaks – tmin)maks.
total tvar_total = tmaks_maks – tmin_min
e) Suhu ruang truang = (tmaks_ruang + tmin_ruang)/2
(2) Misalkan tmaks_maks suhu pada lokasi 3 dan tmin_min suhu pada lokasi 4, maka :
2
u tmaks_maks = u 2 + ures_mcorder 2
u 2
= u 2 +tk u 2
tmin_min tk res_mcorder
utvar_total2 = u tk2 + ures_mcorder2
2 2
Ut var_ total 2. 2.utk 2.ures _ mcorder
Keterangan :
Utk = ketidakpastian baku Standard (dari sertifikat kalibrasi )
ures_mcorder = ketidakpastian Standard karena resolusi = resolusi/(23)
v1 s/d v6 = ½ x ( 100 )² R = 10%
R
= 50
3
Uspasial
3. Variasi Spasial ºC Semi Range Uspasial 3
3
Utemporal
4. Variasi temporal ºC Semi Range Utemporal 3
3
U resolusi
5. Resolusi Indikator ºC SemiRange Uresolusi 3
3
Uindicator
6. Variasi indicator ºC SemiRange Uindicator 3
3
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan Telaah Teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.031-18
- Form laporan nomor : FL.01.031-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 032-18
METODE KERJA PENGUJIAN
MEDICAL REFRIGERATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu Medical Refrigerator yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu temporal
dari ruangan di dalam Medical Refrigerator tersebut.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. AS 2853 : Enclosure– Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik Medis : 220 V ± 10%
VI. DIFINISI.
a. Medical Refrigerator/ UUT: suatu perangkat (lemari) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b. Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c. Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d. Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e. Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f. Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g. Variasi Spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [t spasial = tmid_maks – tmid_min ].
h. Suhu Medical Refrigerator hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [t UUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
i. Suhu Medical Refrigerator pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu pada UUT
[tUUT_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
j. Variasi Temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [t temporal = (tmaks – tmin)maks ].
k. Variasi Total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ t var_total = (tmaks)maks – (tmin)min]
X. PENGUJIAN KINERJA
H. Penentuan Jumlah Titik Pengukuran
Isilah baris-baris yang tersedia pada. LK untuk menentukan jumlah titik pengukuran sbb. :
a. Hitung volume UUT dalam satuan m3 dengan rumus :V = p x l x t
b. Tentukan titik kalibrasi/uji dan toleransi ( ∆T) yang akan diuji berdasarkan spesifikasi alat (t ± ∆T)*)
c. Hitung batasan Variasi total Ro : Ro = 2 x ∆T
d. Catat suhu ruang truang
e. Hitung D, yaitu perbedaan antara titik kalibrasi/uji t dan suhu ruang dengan rumus D = t – truang
f. Hitung grading factor : 100xRo
f 100 D
g. Tentukan nilai maksimum permissible grading factor (fm) , yaitu yang terdekat dan lebih besar dari f . Lihat
Lampiran 1 pada LK
h. Berdasarkan nilai fm tentukan nilai grading factor G berdasarkan Tabel lampiran1 pada LK
i. Hitung jumlah titik ukur N dengan menggunakan rumus : N = 3 + 3G0,6 V0,2 10%
Untuk penentuan jumlah titik ukur diperoleh dari nilai N yang sudah dibulatkan
I. Menentukan Posisi Sensor seperti pada gambar 1
Tentukan lokasi sensor N pada lokasi titik ukur di ruang di dalam UUT. Sebagai pedoman dapat digunakan sesuai
dengan lampiran 2 pada lembar kerja. tandai masing-masing lokasi tersebut dengan nomor. kawat-kawat sensor
diberi label bernomor sesuai dengan nomor lokasi pengukuran.
J. Pastikan kondisi medical refrigerator keadaan kosong (unloaded) atau maximum 30% dari volume, atau bila hal
tersebut tidak bisa terpenuhi maka harus diberi catatan pada Lembar kerja beban yang ada pada medical refrigerator.
K. Buka pintu medical refrigerator kemudian tempatkan sambungan ukur (measuring junction) kawat-kawat sensor pada
lokasi-lokasi dengan nomor lokasi yang sesuai. Upayakan sambungan ukur tidak menyentuh permukaan bagian
dalam medical refrigerator serta diikat dengan kuat pada tiap lokasi pengukuran. tutupkan kembali pintu medical
refrigerator. sambungkan kawat-kawat sensor pada standard melalui kanal-kanal yang yang ada pada standard
tersebut. nyalakan standard
L. Kalibrasi akurasi suhu dan variasi suhu
(1) Nyalakan medical refrigerator, kemudian atur suhunya pada nilai suhu kalibrasi yang diminta – biarkan beberapa
saat sampai penunjukan suhu pada medical refrigerator dan Standard stabil. Indikasi kestabilan ditunjukkan oleh
penunjukan standard yang berubah-ubah antara suatu nilai suhu maksimum dan nilai suhu minimum yang tetap.
(2) Bila penunjukan suhu pada standar telah stabil, lakukan perekaman data sbb. :
a. Catat nilai suhu pada titik ukur no. 1, yaitu tmaks dan tmin, pada lembar kerja
b. Lakukan langkah 2.a). untuk titik-titik ukur yang lain, sampai seluruh titik-ukur dapat giliran untuk diukur.
c. Lakukan langkah 2.a). untuk indikator UUT
(3) Lakukan pengolahan data dengan bantuan microsoft excel, yaitu :
a) Untuk tiap titik-ukur, hitung :
(a). nilai rentang suhu (range) ∆t = tmaks - tmin
(b). midrange (nilai tengah) ≡ tmid = (tmaks + tmin)/2
b) suhu indikator UUT tref_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
c) suhu UUT yang terukur tref_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
d) Variasi suhu :
berdasarkan posisi pada UUT tspasial = tmid_maks - tmid_min
berdasarkan perubahan waktu ttemporal = (tmaks – tmin)maks.
e) total tvar_total = tmaks_maks – tmin_min
f) Suhu ruang truang = (tmaks_ruang + tmin_ruang)/2
g) Koreksi = nilai tref_ukur - setting medical refrigerator
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan Telaah Teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.032-18
- Form laporan nomor : FL.01.032-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 033-18
METODE KERJA MIKROPIPET
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi unit Mikropipet dengan cara melakukan pengamatan fungsi alat,
melakukan kalibrasi dengan metode gravimetrik.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. KAN-G-01 KAN Guide on The Evaluation and Expression Of Uncertainty in Measurement.
c. ISO 4787(2011), “Laboratory glassware-Volumetric glassware. Methods for Use and Testing of Capasity”.
d. JIS (1989), “Calibration Methods for Micro-Volumetric Apparatus”
e. Measurement Good Practice Guide No.69 (2004), “The Calibration and Use of Piston Pipettes”, Jhon Blues, David
Bayliss, Mike Buckley
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 20º C ± 2º C
b. Kelembaban : 55% RH ± 10% RH
2. Perhitungan Ketidakpastian
1) Ketidakpastian Massa Air Destilasi(u1)
Ketidakpastian timbangan diambil dari sepuluh kali pengambilan data, dimana ri adalah pembacaan timbangan
yang ke i, r adalah nominal pengukuran dan n adalah jumlah pengulangan pengukuran . Simpangan baku :
n
i rr 2
i 1
n 1
uMA
n1/ 2
Juga diambil dari nilai LOP (Limit of Performance) yang tercantum dalam sertifikat kalibrasi timbangan dengan
faktor cakupan k=2.
uMB LOP
k
Ketidakpastian
2 2
baku
2
massa air destilasi adalah:
u u u
1 MA MB
Dengan asumsi mempunyai distribusi normal dan derajat kebebasan (v1) = n-1.
3
3) Ketidakpastian Densitas Air Destilasi (u3)
999.972 W 3.9849 tW 286.4601
2
t
W
506.60312t
W
67.7601
u 4 u B 800 kg / m3
3
Dengan asumsi mempunyai distribusi rectangular dengan derajat kebebasan (v4) tak terhingga
u5 u Uthermometer
tair
k
Dengan asumsi mempunyai distribusi rectangular dengan derajat kebebasan (v5) tak terhingga
V20
m B A
1 20
t
2
A B
W A air
V20 A
m B
1 20
t
2
W B
W A air
V20
m A
1 t 20
B
2
B
W
A
air
V20
m B A
tair
V2 0 B BWA
A
m 20 t
B A
air
W
Dengan derajat kebebasan efektif (veff)
veff cu 4
n
ui4
v
i1 i
9) Ketidakpastian Bentangan (Uc)
Dengan nilai faktor cakupan distribusí t-student dengan probability 95 % dari nilai derajat kebebasan (tabel 4)
maka ketidakpastian bentangan dapat diperoleh
Uc = k.uc
LAMPIRAN 1
Tabel 2. Densitas Air
Temperatur Densitas
ºC g/ml
15 0,999 098
16 0,998 941
17 0,998 773
18 0,998 593
19 0,998 403
20 0,998 202
21 0,997 990
22 0,997 768
23 0,997 536
24 0,997 294
25 0,997 043
26 0,996 782
27 0,996 511
28 0,996 232
29 0,995 943
30 0,995 645
31 0,995 339
32 0,995 024
33 0,994 701
34 0,994 369
35 0,994 030
LAMPIRAN 2
Tabel 4. Nilai factor cakupan dari distribusi t-student dengan probability p (%) dari derajat
kebebasan (v).(ISO/TAG 4/WG 3: June1992)
Dokumen
terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.033-18
- Form laporan nomor : FL.01.033-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Mikroskop, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran
kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN G-01,Guide on The Evaluation and Expression of Uncertainty in Measurement,April 2016
d. ASTM 1953-14, Calibrating recticles and lighting microscope magnifications.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
Okuler mikrometer
Stage Mikrometer
Gambar 1 Komponen mikroskop dan mikrometer
a. Sebelum melihat sesuatu pada mikroskop, pelajari dahulu fungsi-fungsi knob dan perhatikan arah putaran serta
akibat yang terjadi saat knob diputar (gerak naik/turun atau gerak kanan/kiri)
b. Letakkan stage micrometer di meja preparat. Posisikan stage micrometer pada lubang cahaya sehingga cahaya
datang melewati meja preparat dari bawah.
c. Buka lensa okular (eyepiece), jika sulit, kendurkan baut dengan obeng dan angkat okuler lensa dari tempatnya.
Pasang camera digital eyepiece di lubang lensa okuler (lihat gambar)
d. Hubungkan USB kamera ke perangkat komputer atau laptop dan jalankan programnya
e. Atur/putar lensa objektif di posisi 4X.
f. Atur sumber cahaya mikroskop, (dari cermin untuk mikroskop cahaya, listrik untuk mikroskop listrik).
g. Perhatikan gambar stage mikrometer (objektif mikrometer) di layar monitor. Atur pemutar naik/turun dan pemutar
untuk ke kanan/kiri atau depan belakang sehingga stage mikrometer terlihat.
h. Jika mikrometer stage sudah terlihat dengan jelas, aturlah posisi stage mikrometer hingga skalanya berhimpit dengan
skala okuler mikrometer. perhatikan gambar di bawah.
i. Catat nilai penunjukan nilai stage mikrometer dan nilai skala okuler mikrometer.
j. Dari gambar di atas dan jika spesifikasi stage mikrometer = 1 mm dengan Div = 10 µm, maka : 100 x 10 µm atau
1000 um pada stage mikrometer = 80 okuler mikrometer.
k. Catat hasilnya pada lembar kerja.
l. Atur kembali lensa objektif pada posisi 10x. Lakukan seperti poin (F) sampai poin (I) dan perhatikan dambar di bawah.
X. WAKTU PENGUJIAN
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.034-18
- Form laporan nomor : FL.01.034-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 035-18
METODE KERJA PENGUJIAN
NEBULIZER No. Revisi : 0
I. Tujuan
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Nebulizer (model kompresor), dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik
dan pengukuran kinerja dengan cara membandingkan antara nilai keluaran Nebulizer dengan hasil pembacaan pada
flowmeter.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI No. 458-0595 Nebulyzer
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
1. Pengukuran Berulang Normal n n
USertstd
2. Sertifikat Standar Normal USertf stand k
k
U
3. Resolusi Rectangular Uresolusi 3 res
3
U
4. Drift Rectangular Udrift 3
drift
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.036-18
- Form laporan nomor : FL.01.036-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 036-18
METODE KERJA PENGUJIAN OVEN
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu Oven yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu temporal dari ruangan di
dalam Oven tersebut.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. AS 2853 : Oven – Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik Medis : 220 V ± 10%
VI. DIFINISI.
a. Oven/ UUT : suatu perangkat (lemari) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b. Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c. Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d. Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e. Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f. Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g. Variasi Spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [t spasial = tmid_maks – tmid_min ].
h. Suhu Oven hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [tUUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
i. Suhu Oven pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu pada UUT [tUUT_indikator =
(tind_maks + tind_min)/2
j. Variasi Temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [t temporal = (tmaks – tmin)maks ].
k. Variasi Total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ t var_total = (tmaks)maks – (tmin)min ]
X. PENGUJIAN KINERJA
A. Penentuan Jumlah Titik Pengukuran
Isilah baris-baris yang tersedia pada. LK untuk menentukan jumlah titik pengukuran sbb. :
a) Hitung volume UUT dalam satuan m3 dengan rumus :V = p x l x t
b) Tentukan titik kalibrasi/uji dan toleransi ( ∆T) yang akan diuji berdasarkan spesifikasi alat (t ± ∆T)*)
c) Hitung batasan Variasi total Ro : Ro = 2 x ∆T
d) Catat suhu ruang truang
e) Hitung D, yaitu perbedaan antara titik kalibrasi/uji t dan suhu ruang dengan rumus D = t – truang
f) Hitung grading factor : 100xRo
f 100 D
g) Tentukan nilai maksimum permissible grading factor (fm) , yaitu yang terdekat dan lebih besar dari f . Lihat
Lampiran 1 pada LK
h) Berdasarkan nilai fm tentukan nilai grading factor G berdasarkan Tabel lampiran1 pada LK
i) Hitung jumlah titik ukur N dengan menggunakan rumus : N = 3 + 3G0,6 V0,2 10%
Untuk penentuan jumlah titik ukur diperoleh dari nilai N yang sudah dibulatkan
B. Menentukan Posisi Sensor seperti pada gambar 1
Tentukan lokasi sensor N pada lokasi titik ukur di ruang di dalam UUT. Sebagai pedoman dapat digunakan sesuai
dengan Lampiran 2 pada Lembar Kerja. Tandai masing-masing lokasi tersebut dengan nomor. Kawat-kawat sensor
diberi label bernomor sesuai dengan nomor lokasi pengukuran.
C. Pastikan kondisi Oven keadaan kosong (unloaded) atau maximum 30% dari Volume, atau bila hal tersebut tidak bisa
terpenuhi maka harus diberi catatan pada Lembar kerja beban yang ada pada Oven.
D. Buka pintu Oven kemudian tempatkan sambungan ukur (measuring junction) kawat-kawat sensor pada lokasi-lokasi
dengan nomor lokasi yang sesuai. Upayakan sambungan ukur tidak menyentuh permukaan bagian dalam Oven serta
diikat dengan kuat pada tiap lokasi pengukuran. Tutupkan kembali pintu oven. Sambungkan kawat-kawat snsor pada
Standard melalui kanal-kanal yang yang ada pada Standard tersebut. Nyalakan Standard
E. Kalibrasi akurasi suhu dan variasi suhu
a. Nyalakan oven, kemudian atur suhunya pada nilai suhu kalibrasi yang diminta – biarkan beberapa saat sampai
penunjukan suhu pada oven dan standard stabil. Indikasi kestabilan ditunjukkan oleh penunjukan Standard yang
berubah-ubah antara suatu nilai suhu maksimum dan nilai suhu minimum yang tetap.
b. Bila penunjukan suhu pada Standar telah stabil, lakukan perekaman data sbb. :
a) Catat nilai suhu pada titik ukur no. 1, yaitu tmaks dan tmin, pada Lembar Kerja
b) Lakukan langkah 2.a). untuk titik-titik ukur yang lain, sampai seluruh titik-ukur dapat giliran untuk diukur.
c) Lakukan langkah 2.a). untuk indikator UUT
c. Lakukan pengolahan data dengan bantuan Microsoft Excel, yaitu :
a) Untuk tiap titik-ukur, hitung :
(a) nilai rentang suhu (Range) ∆t = tmaks - tmin
(b) midrange (Nilai tengah) ≡ tmid = (tmaks + tmin)/2
b) suhu indikator UUT tref_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
c) suhu UUT yang terukur tref_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
d) Variasi suhu :
berdasarkan posisi pada UUT tspasial = tmid_maks - tmid_min
berdasarkan perubahan waktu ttemporal = (tmaks – tmin)maks.
e) total tvar_total = tmaks_maks – tmin_min
f) Suhu ruang truang = (tmaks_ruang + tmin_ruang)/2
g) Koreksi = Nilai tref_ukur - Setting suhu Oven
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan Nomor
PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan TIDAK
LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70% dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.036-18
- Form laporan nomor : FL.01.036-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada oxygen
concentrator, Meliputi pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Health Care Product HPCS Comparison System, ECRI 477-20010301
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
3
U
4. Drift Rectangular Udrift 3
drift
No. MK : 038-18
METODE KERJA PENGUJIAN
PHOTOTERAPHY No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian unit Phototeraphy / Blue Light dengan cara melakukan pengamatan
fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan melakukan pengujian dengan cara mengukur Spektrum iradiasi
(spectral irradiance) dengan menggunakan Radiometer / Flurolite Meter
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI 469-20081015-01 Phototherapy Units
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu ruang : 25 ºC ± 5ºC
b. Kelembaban : 50 % RH ± 15% RH
c. Tegangan jala-jala : 220 Vac ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
3
U
4 Drift Rectangular Udrift 3
drift
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.038-18
- Form laporan nomor : FL.01.038-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 039-18
METODE KERJA PENGUJIAN PLATELET
AGITATOR INKUBATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu Platelet Agitator Inkubator yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu
temporal dari ruangan di dalam Platelet Agitator Inkubator tersebut.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. AS 2853 : Enclosure – Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik Medis : 220 V ± 10%
VI. DIFINISI.
a. Platelet Agitator Inkubator / UUT : suatu perangkat ( lemari ) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b. Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c. Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d. Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e. Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f. Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g. Variasi Spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [t spasial = tmid_maks – tmid_min ].
h. Suhu Platelet Agitator Inkubator hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [tUUT_ukur = (tmid_maks +
tmid_min)/2
i. Suhu Platelet Agitator Inkubator pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu
pada UUT [tUUT_indikator = (tind_maks + tind_min)/2
j. Variasi Temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [t temporal = (tmaks – tmin)maks ].
k. Variasi Total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ t var_total = (tmaks)maks – (tmin)min ]
X. PENGUJIAN KINERJA
A. Penentuan Jumlah Titik Pengukuran
Isilah baris-baris yang tersedia pada. LK untuk menentukan jumlah titik pengukuran sbb. :
a) Hitung volume UUT dalam satuan m3 dengan rumus : V = p x l x t
b) Tentukan titik kalibrasi/uji dan toleransi ( ∆T) yang akan diuji berdasarkan spesifikasi alat (t ± ∆T)*)
c) Hitung batasan Variasi total Ro : Ro = 2 x ∆T
d) Catat suhu ruang truang
e) Hitung D, yaitu perbedaan antara titik kalibrasi/uji t dan suhu ruang dengan rumus
D = t – truang
f) Hitung grading factor : 100xRo
f 100 D
g) Tentukan nilai maksimum permissible grading factor (fm) , yaitu yang terdekat dan lebih besar dari f . Lihat
Lampiran 1 pada LK
h) Berdasarkan nilai fm tentukan nilai grading factor G berdasarkan Tabel lampiran1 pada LK
i) Hitung jumlah titik ukur N dengan menggunakan rumus : N = 3 + 3G0,6 V0,2 10%
Untuk penentuan jumlah titik ukur diperoleh dari nilai N yang sudah dibulatkan
b) Misalkan tmaks_maks suhu pada lokasi 3 dan tmin_min suhu pada lokasi 4, maka :
2
u tmaks_maks = u 2 + ures_mcorder 2
u 2
= u 2 + utk 2
tmin_min tk res_mcorder
utvar_total2 = u tk2 + ures_mcorder2
2 2
Ut var_ total 2. 2.utk 2.ures _ mcorder
Keterangan :
Utk = ketidakpastian baku Standard (dari sertifikat kalibrasi )
ures_mcorder = ketidakpastian Standard karena resolusi = resolusi/(23)
v1 s/d v6 = ½ x ( 100 )² R = 10%
R
= 50
3
Uspasial
3. Variasi Spasial ºC Semi Range Uspasial 3 3
Utemporal
4. Variasi temporal ºC Semi Range Utemporal 3
3
Uresolusi
5. Resolusi Indikator ºC SemiRange Uresolusi 3
3
Uindicator
6. Variasi indicator ºC SemiRange Uindicator 3
3
No Parameter Toleransi
1. Akurasi pengukuran Temperatur 20C≥ Nilai kalibrasi ≤
24C
2 Variasi total ≤ Ro
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.039-18
- Form laporan nomor : FL.01.039-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 040-18
METODE KERJA PENGUJIAN ROTATOR
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Rotator, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja
(kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Stopwatch and Timer Calibrations (2009 edition), Jeff C. Gust, Robert M. Graham, Michael A. Lombardi, Special
Publication 960-12
e. South African National Accreditation System, Sanas TR 45-01, Criteria for laboratories accreddited to calibrate
tachometer and measure rotational speed
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 20º C ± 5º C
b. Kelembaban : 50 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
Gambar 9
Instalasi Pengujian Keselamatan Listrik
Gambar 10
Instalasi Kalibrasi Kecepatan Putar
X. WAKTU PENGUJIAN
2. Kalibrasi Pewaktu
a) Model matematis
C = tstd – tuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukkan waktu pada Rotator
tstd : Nilai penunjukkan waktu putar yang terbaca pada stopwatch
tuut : Nilai penunjukkan waktu putar yang terbaca pada Rotator
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Stopwatch berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi Rotator
(c) Drift Standar
(d) Perbedaan pembacaan
(2) Koefisien sensitifitasnya berdasarkan model matematisnya adalah 1.
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10, adalah = 50
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
(1) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
(2) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
(3) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.040-18
- Form laporan nomor : FL.01.040-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 041-18
METODE KERJA PENGUJIAN PULSE
OXYMETER No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Pulse Oxymeter, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Heath Device IPM System Inspection and Preventive Maintenance, ECG Monitors ECRI Procedure No. 409-
20010301 (Combined), 2001.
e. Heath Device IPM System Inspection and Preventive Maintenance, Pulse Oximeters ECRI Procedure No. 451-
20010301 (Combined), 2001.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. SuhuLingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20% RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
4. Operasikan SPO2 Simulator (sesuai dengan instruksi kerja alat) dengan titik pengukuran secara otomatis pada
menu SPO2 Simulator seperti tabel Variasi setting standard pada langkah 3, baca hasil penunjukan SPO 2 pada
display Pulse Oxymeter, catat pada lembar kerja. Lakukan langkah 4 untuk titik pengukuran selanjutnya sampai
dengan 120.
5. Ulangi langkah 4 agar diperoleh 6 data untuk masing – masing titik pengukuran.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
b) Kalibrasi SPO2
(a) Model Matematis
C = sstd – suut
Dimana,
C : Nilai koreksi pada UUT
sstd : Nilai pembacaan yang terukur pada
standard suut : Nilai pembacaan yang
ditampilkan oleh UUT
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.041-18
- Form laporan nomor : FL.01.041-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian atau mengkalibrasi pada sphygmomanometer dengan cara
melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
c. SNI ISO 81060-1 : 2009, Tensimeter non-invasive, Bagian 1 : persyaratan dan metode uji untuk tipe pengukuran non-
otomatis
d. DKD-R 6-1, Calibration of Pressure Gauges
e. ECRI, Inspection and Preventive Maintenance, Procedure No. 424-20081015-01 : Sphygmomanometer, 2008
VII. Pemeriksaan Fisik dan Fungsi Alat Mengacu Kepada (Inspection and Preventive Maintenance Systems, ECRI,
Procedure No. 424-20010301 : Sphygmomanometer, Fourth Edition, 2001).
1. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan fisik secara menyeluruh, selungkup masih utuh,
tabung air raksa tidak ada yang retak, terpasang dengan kencang satu dengan yang lainnya dan tidak ada bekas
1
SNI ISO 81060-1 : 2009
tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya. Pastikan tidak ada kerusakan fisik dan spyhgmomanometer berada pada
tempat dimana alat itu selayaknya digunakan.
2. Balon Tensi, Tabung, Selang : Periksa kondisi tabung, selang, dan balon tensi. Pastikan tidak ada yang retak, bocor,
tertekuk, maupun kotor.
3. Bantalan/Rem: Apabila unit dilengkapi dengan bantalan dan rem, periksa secara fisik fungsinya masing-masing.
Pastikan bantalan yang digunakan adalah bantalan yang tepat, ECRI merekomendasikan caster yang baik memiliki
diameter 5 inch (12,7 cm) untuk alat-alat yang mobile, yang berfungsi untuk mengurangi benturan.
4. Filter : Periksa kondisi dan ketersediaan filter air raksa yang ada.
5. Gauge/Tabung : Pastikan penunjuk pada aneroid gauge bergerak turun secara lembut dan perlahan dan tidak
lengket. Pada manometer air raksa, tabung raksa harus dalam keadaan bersih. Periksa juga kolom air raksa naik dan
bergerak secara lembut.
6. Indikator : Pastikan tanda meter maupun skala dalam keadaan bersih dan mudah dilihat dan kaca penutup pada
sphygmomanometer aneroid masih dalam keadaan utuh.
7. Konektor : Periksa dan pastikan semua kondisi konektor dalam keadaan baik.
8. Label : Periksa apa ada label, plakat, stiker, atau kartu instruksi manual tersedia dan terbaca.
9. Manset : Periksa ukuran manset sesuai dengan karakteristik pasien tersedia dan berada tidak jauh dari
spyhgmomanometer berada, misalnya di nurse station. Pastikan semua manset dalam kodisi bagus, bersih, dan tidak
sobek.
10. Pengaturan titik 0 : Pastikan manset tidak ada tekanan, maka aneroid gauge atau level air raksa harus berada di titik
0 (±1 mmHg). Apabila level air raksa tidak pada posisi 0, buang atau tambahkan air raksanya dengan hati-hati sampai
air raksa berada di level 0 mmHg. Ganti Aneroid Gauge apabila tidak pada posisi 0 mmHg.
11. Pengencang : Jika sphygmomanometer dengan model berdiri atau dipasang berdiri, pastikan alat tersebut berada
seimbang, kokoh, dan pengancing dalam keadaan tersambung dengan kuat sehingga sphygmomanometer tidak
terbalik atau terjatuh ketika tersenggol. Dan jika sphygmomanometer dengan model dinding pastikan keamanan dari
penguncinya.
12. Valve penutup : Pastikan valve ini bisa bekerja dengan cepat dan akurat dengan rentang maksimal 2 – 3 mmHg/
detik. Berikan tekanan turun untuk melihat valve ini bekerja, apabila valve ini rusak maka air raksa akan turun dengan
cepat sehingga menyulitkan untuk mengatur tekanan turun
2
SNI IEC 81060-1:2009
Keterangan :
A : untuk pembacaan saat turun.
B : untuk pembacaan saat naik.
7. Catat nilai penunjukan air raksa pada sphygmomanometer dan nilai yang terukur pada display Parameter
Tester pada lembar kerja.
8. Ulangi langkah (4) dan (5) untuk titik setting lainnya sampai nilai 250 mmHg.
9. Kurangi tekanan dari nilai 250 mmHg secara bertahap sesuai titik setting yang telah ditentukan.
10. Ulangi langkah (5) dan (6).
11. Ulangi pengukuran agar diperoleh 3 data naik dan turun untuk tiap titik setting.
X. TELAAH TEKNIS
A. Analisa Data & Perhitungan ketidakpastian
Mengacu pada MK Perhitungan dan Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran Nomor MK 002-18
a) Kalibrasi Akurasi Tekanan (mmHg)
Metode kalibrasi adalah direct calibration (kalibrasi langsung), STANDAR dan UUT dihubungkan secara
langsung.
(a) Model Matematis
C = Pstd – Puut
Dimana,
C : Nilai koreksi pada UUT
Pstd : Nilai pembacaan tekanan yang terukur pada standard
Puut : Nilai pembacaan tekanan yang ditampilkan oleh UUT
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
3
SNI IEC 81060-1:2009
3
U
3
drift
4 Drift Rectangular Udrift
3
D. Kesimpulan
1. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian laju buang cepat memberikan kontribusi 20 % dari pernyataan
c) Hasil pengujian kebocoran tekanan memberikan kontribusi 20 % dari pernyataan
d) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
2. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
3. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
4. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.042-18
- Form laporan nomor : FL.01.042-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 043-18
METODE KERJA PENGUJIAN
SPIROMETER No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan kalibrasi Spirometer dengan cara melakukan pemeriksaan
fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353 : 2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik.
c. KAN G-01 guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, 2016
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Temperatur : 17º C sampai dengan 35º C
b. Kelembaban : 30 % RH sampai dengan 75 % RH
c. Tekanan : 850 hPa sampai dengan 1060 hPa
d. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
2. Pengukuran Linearitas
3. Pasang Mouth piece pada ujung Syringe kalibrator
4. Hidupkan alat spirometer pilih menu FVC
5. Pilih setting 0.4 liter dan tarik pompa syringe kalibrator
6. Tekan tombol start
7. Pompakan secara perlahan-lahan dan habiskan secara halus
8. Tekan tombol stop
9. Catat nilai penunjukannya
10. Ulangi langkah diatas hingga minimal 3 (tiga) kali data pengukuran
11. Ulangi langkah (3) s.d (8) untuk setting 0,5 liter dan 0,6 liter.
X. WAKTU PENGUJIAN
………………………………………………………………………..……………. (1)
Dimana
Vi = volume yang terukur
Vref = nilai referensi yang didapatkan dari profil tes yang didefinisikan pada tabel.1 –pada C.1
………………………….……………………………………………………………..…… (2)
Dimana
Vmax = hasil pengukuran
maksimum Vmin = hasil pengukuran
minimum
……………………………………………………………………………………… (3)
Dimana :
𝑉� 𝑒𝑟𝑟�𝑛�� dihitung menggunakan persamaan (1) untuk indeks ke-n yang didefinisikan pada profil tes.
n adalah indeks yang didefinisikan pada profil tes (1-15)
adalah nilai referensi untuk indeks ke-n yang didefinisikan pada tes profil yang diambil dari tabel1. Pada -
C.1
E. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
H. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.043-18
- Form laporan nomor : FL.01.043-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 044-18
METODE KERJA PENGUJIAN STERILLISATOR
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai suhu yang disetting pada alat dengan alat ukur standard dan
menentukan karakteristik suhu sterilisator yaitu variasi suhu total, variasi suhu spasial dan variasi suhu temporal dari
ruangan di dalam sterilisator tersebut.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian Berkala dan Pengujian Setelah Perbaikan pada Peralatan Elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. AS 2853 : Sterilisator – Temperatur Controlled Performance Testing and Grading.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban relative : 50 % RH ± 20 % RH
c. Voltase Instalasi Listrik Medis : 220 V ± 10%
VI. DIFINISI.
a. Sterilisator/ UUT : suatu perangkat (lemari) penyimpan yang suhu ruang di dalamnya dapat diatur .
b. Titik-ukur : suatu lokasi pada ruang UUT yang diukur suhunya
c. Suhu maksimum pengukuran : nilai suhu tertinggi dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmaks ]
d. Suhu minimum pengukuran : nilai suhu terendah dari suatu titik ukur pada suatu titik-uji dari UUT [ tmin ]
e. Rentang suhu (Range) : suhu maksimum pengukuran dikurangi suhu minimum pengukuran pada suatu titik ukur [ ∆t =
tmaks– tmin ].
f. Midrange ( Nilai tengah ) : setengah dari penjumlahan suhu maksimum pengukuran dan suhu minimum pengukuran
dari suatu titik ukur [tmid = (tmaks + tmin)/2]
g. Variasi Spasial : selisih (dalam midrange) terbesar diantara 2 buah titik ukur di dalam UUT [tspasial = tmid_maks – tmid_min ].
h. Suhu Sterilisator hasil pengukuran : suhu di dalam UUT hasil pengukuran [t UUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2
i. Suhu Sterilisator pada indikator : suhu di dalam UUT seperti yang ditunjukkan oleh indikator suhu pada UUT [tUUT_indikator
= (tind_maks + tind_min)/2
j. Variasi Temporal : nilai selisih maksimum di dalam UUT [ttemporal = (tmaks – tmin)maks ].
k. Variasi Total : selisih antara suhu paling maksimum dan paling minimum di dalam UUT [ tvar_total = (tmaks)maks – (tmin)min ]
X. PENGUJIAN KINERJA
A. Penentuan Jumlah Titik Pengukuran
Isilah baris-baris yang tersedia pada. LK untuk menentukan jumlah titik pengukuran sbb. :
a) Hitung volume UUT dalam satuan m3 dengan rumus :V = p x l x t
b) Tentukan titik kalibrasi/uji dan toleransi ( ∆T) yang akan diuji berdasarkan spesifikasi alat (t ± ∆T)*)
c) Hitung batasan Variasi total Ro : Ro = 2 x ∆T
d) Catat suhu ruang truang
e) Hitung D, yaitu perbedaan antara titik kalibrasi/uji t dan suhu ruang dengan rumus D = t – truang
f) Hitung grading factor : 100xR o
f 100 D
g) Tentukan nilai maksimum permissible grading factor (fm) , yaitu yang terdekat dan lebih besar dari f . Lihat
Lampiran 1 pada LK
h) Berdasarkan nilai fm tentukan nilai grading factor G berdasarkan Tabel lampiran1 pada LK
i) Hitung jumlah titik ukur N dengan menggunakan rumus : N = 3 + 3G0,6 V0,2 10%
Untuk penentuan jumlah titik ukur diperoleh dari nilai N yang sudah dibulatkan
1. Model matematik :
a) Suhu UUT yang terukur :
tUUT_ukur = (tmid_maks + tmid_min)/2 utUUT_ukur2 = ¼ . (u 2
+u 2
)
tmid_maks tmid_min
b) variasi suhu total :
tvar_total = (tmaks_maks - tmin_min) uvar_total2 = u 2
+u 2
maks_maks
min_min
2. Perhitungan :
a) Misalkan tmid_maks suhu pada lokasi 1 dan t mid_min suhu pada lokasi 2, maka :
2
utmid_maks
2
=2 u tk2 + ures_mcorder
2
2
u =u +u
tmid_min tk res_mcorder
utUUT_ukur2 =2.u tk2 + 2.ures_mcorder2
2 2
UtEnclosure_ ukur 2. 2.utk 2.ures _ mcorder
b) Misalkan tmaks_maks suhu pada lokasi 3 dan tmin_min suhu pada lokasi 4, maka :
2
u = u 2 + ures_mcorder 2
u tmaks_maks
2
= u 2 + utk 2
tmin_min tk res_mcorder
utvar_total2 = u tk2 + ures_mcorder2
2 2
Ut var_ total 2. 2.utk 2.ures _ mcorder
Keterangan :
Utk = ketidakpastian baku standard (dari sertifikat kalibrasi )
ures_mcorder = ketidakpastian Standard karena resolusi = resolusi/(23)
v1 s/d v6 = ½ x ( 100 )² R = 10%
R
= 50
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.044-18
- Form laporan nomor : FL.01.044-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 045-18
METODE KERJA PENGUJIAN STIRRER
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
stirrer, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja
(kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. South African National Accreditation System, Sanas TR 45-01, Criteria for laboratories accreddited to calibrate
tachometer and measure rotational speed
e. Stopwatch and Timer Calibrations (2009 edition), Jeff C. Gust, Robert M. Graham, Michael A. Lombardi, Special
Publication 960-12
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 20º C ± 5º C
b. Kelembaban : 50 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B :
(a) Nilai ketidakpastian tachometer (stopwatch) berdasarkan sertifikat rekalibrasi.
(b) Resolusi stirrer
(c) Drift Tachometer
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian tachometer (stopwatch) berdasarkan sertifikat rekalibrasi.
(b) Resolusi stirrer
(c) Drift Tachometer
(d) Kesalahan operator dalam pembacaan tachometer
(2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10, adalah = 50
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
c. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusn
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.045-18
- Form laporan nomor : FL.01.045-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 046-18
METODE KERJA PENGUJIAN SUCTION
PUMP No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
suction pump, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran
kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Guideline DKD-R 6-1 Calibration of Pressure Gauges, 2003.
e. ECRI 459-20010301 : Suction Regulator
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
3
Ubaca
5. Perbedaan pembacaan Segi empat Ubaca 3 3
c. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusn
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan TIDAK
LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.046-18
- Form laporan nomor : FL.01.046-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 047-18
METODE KERJA PENGUJIAN SYRINGE PUMP
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Syringe Pump, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, Pengujian Keselamatan listrik dan
Pengukuran Kinerja.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI, Procedure No.488-20081015-01, Health Device Inspection and Preventive Maintenance System, Syringe
Pumps, 2011
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20% RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
5. Hidupkan Syringe Pump yang akan diuji dan/ dikalibrasi untuk warming up.
6. Kemudian setting sesuai petunjuk penggunaan Syringe Pump dan pastikan cairan didalam syringe 50 cc mengalir,
tidak ada gelembung udara dan alarm Syringe Pump tidak berbunyi ketika difungsikan.
7. Siapkan Infusion Device Analyzer dan hubungkan kabel catu daya utama.
8. Operasikan Infusion Device Analyzer sesuai Instruksi Kerja Infusion Device Analyzer sehingga siap digunakan.
9. Lakukan koneksi Syringe Pump dan Infusion Device Analyzer dan hubungkan output selang syringe 50 cc dari
Syringe Pump ke channel input Infusion Device Analyzer, seperti gambar 2.
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.047-18
- Form laporan nomor : FL.01.047-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 048-18
METODE KERJA PENGUJIAN TACHOMETER
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan sebagai panduan dalam melakukan kalibrasi tachometer unit under test (UUT
standar class II) dengan cara mengukur akurasi Kecepatan putaran dengan menggunakan multi fungtion calibrator
(yang selanjutnya disebut standar class I).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Creteria for Laboratories Accredited to Calibrate Tachometers and Measure Rotational Speed,Sanas,TR 45-01, 2008.
c. ISO First Edition, Guide To The Expression Of Uncertainty In Measurement, 1993, Corrected and Reprinted 1995
d. Instruction Manual Tachometer.
VIII. DEFINISI
a. Tachometer adalah Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran
b. Akurasi Kecepatan adalah Ketepatan dan kestabilan putaran motor pada centrifuge terhadap besarnya kecepatan
yang diatur.
c. Tachometer merupakan sensor yang sering digunakan untuk sensor kecepatan dengancara angular atau kelajuan
sudut, khususnya jumlah putaran yang dilakukan oleh sebuah batang poros berputar dalam satu satuan
waktu.Pengukuran kecepatan putar dapat dinyatakan dengan satuan RPM (Revolution per Minute). Satuan ini
merupakan fenomena yang bias disetarakan dengan frekuensi (dalam satuan Hz) dimana secara umum dapat
didefinisikan dengan banyaknya peristiwa yang terjadi dalam satuan waktu. Gerak berputar dapat disimulasi dengan
menghubungkan antara satuan RPM dan Hz.
d. Contact tachometer adalah tachometer yang membuat kontak fisik dengan poros atau permukaan kecepatan yang
diukur. Tachometer ini terdiri dari batang logam dengan ujung kontak karet, dan atau roda karet yang disentuhkan
pada permukaan yang diukur,
bagian pengkonversi optic atau mekanik serta layar pembacaan hasil pengukuran. Satuan yang ditampilkan biasanya
rpm, m/min, atau mm/detik.
e. Non-contact tachometer adalah jenis tachometer dimana pengukuran kecepatan putar dilakukan tanpa menyentuhkan
pada obyek ukur. Termasuk jenis ini adalah optical tachometer, induktif tachometer dan akustik tachometer.
Tachometer optic terdiri dari transmitter, receiver dan layar pembacaan. Tachometer ini biasanya digunakan untuk
pengukuran pada perputaran motor listrik atau mesin.
f. Function generator adalah alat yang berfungsi memberikan inputan kepada laser transmitter (Optical Tachometer
Calibration Adaptor) berupa gelombang sinus dengan frekuensi yang ditentukan. Frekuensi yang diberikan kepada
laser transmitter dikonversikan menjadi banyaknya nyala laser pada output laser transmitter tiapmenit. 1 Hz untuk
function generator dapat didefinisikan sebagai keluaran satu gelombang sinus sehingga jika dihubungkan dengan
rotasi atau perputaran dapat dikatakan satu gelombang sinus merupakan satu rotasi. Satu rotasi dimulai darisudut
0osampai 360o. Jika satu Hz didefinisikan satu kali putaran dalam satu detik maka satu Hz setara dengan 60 RPM
karena dalam satu menit terdapat 60 detik.
Gambar 2. Instalasi pemasangan multi fungtion calibrator dengan optical tachometer calibration adaptor
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi Tachometer
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.048-18
- Form laporan nomor : FL.01.048-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 049-18
METODE KERJA KALIBRASI
TERMOHYGROMETER No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini digunakan sebagai panduan dalam melakukan kalibrasi termohigrometer analog dan termohigrometer digital
pada rentang ukur suhu 20 oC-35 oC dan kelembaban 40% RH-70% RH. Metode ini dimaksudkan untuk melakukan
kalibrasi termohigrometer dengan cara perbandingan langsung. Penunjukan termohigrometer yang dikalibrasidi
bandingkan dengan termohigrometer standar acuan yang sudah terkalibrasi di dalam sebuah climatic chamber sebagai
media kalibrasi
b. Kalibrasi Suhu
1. Tempatkan thermohigrometer didalam climatic chamber berdekatan dengan sensor thermohigrometer
2. Perhatikan ujung sensor jangan sampai menyentuh dinding (chamber).
3. Set suhu (chamber) pada titik yang akan diukur yaitu pada suhu 20 C dan kelembaban relatif 50 % RH.
4. Tutup pintu (chamber)
5. Tunggu sampai penunjukan suhu (chamber) tercapai dan stabil, catat penunjukan suhu yang ditunjukan oleh
termohigrometer standar pada Form Lembar Kerja.
6. Buka pintu chamber, kemudian catat penunjukan suhu yang ditunjukan oleh termohigrometer yang diukur pada
Form Lembar Kerja.
7. Ulangi langkah (3) s.d (6) sebanyak 6 kali pengulangan.
8. Set suhu indikator (chamber) pada setting suhu yang lain ( 25 C, 30 C ,35C).
9. Ulangi langkah nomor (3) s.d (7 ) pada titik pengukuran selanjutnya.
c. Kalibrasi Kelembaban
1. Pengukuran kelembapan / humidity dilakukan pada setting temperature standar 25C, dengan urutan titik ukur di :
40 %rh , 50 %rh, 60 %rh, 70 %rh dan 70%rh, 60%rh, 50%rh, 40%rh (untuk penentuan hysteresis)
2. Tempatkan Thermohigrometer didalam climatic chamber berdekatan dengan sensor thermohigrometer digital
Fluke 1620A.
3. Perhatikan ujung sensor jangan sampai menyentuh dinding (chamber).
4. Set suhu (chamber) 25C, dan set kelembaban relatif (chamber) yang akan diukur pada kelembaban 40 % RH.
5. Tutup pintu (chamber)
6. Tunggu sampai penunjukan kelembaban (chamber) tercapai dan stabil, catat penunjukan kelembaban yang
ditunjukan oleh termohigrometerstandarpada Form Lembar Kerja.
7. Buka pintu chamber, kemudian catat penunjukan kelembaban yang ditunjukan oleh termohigrometer yang diukur
pada Form Lembar Kerja.
8. Ulangi langkah (5) s.d (7) sebanyak 6 kali pengulangan.
9. Ulangi langkah nomor (4) s.d (7) pada titik pengukuran setting Kelembaban yang lain ( 50 %rh, 60 %rh, 70 %rh
dan 70%rh, 60%rh, 50%rh, 40%rh ) (untuk penentuan hysteresis).
d. Setelah selesai, matikan semua peralatan dan keluarkan termohigrometer yang dikalibrasi.
e. Lakukan analisis data untuk mendapatkan nilai kesalahan dan nilai ketidakpastian.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi standar
(c) Drift Standar
(d) Ketidakpastian dari Homogenitas suhu chamber, uHom
uHom Homogenitas chamber
3
Koeff ci 1
Derajat kebebasan 1 R 2
2 100
Dimana :
R = reliability yaitu tingkat keraguan (R %) terhadap laboratorium yang melakukan kalibrasi dari
standard yang digunakan.
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
2. Kalibrasi Kelembaban
a) Model matematis perhitungan relative humidity untuk mengkalibrasi termohigrometer dapat dijabarkan
sebagai berikut:
C RH
ref
RH UUT
Dimana :
C : koreksi pembacaan relative humidity termohigrometer
RH ref : pembacaan relative humidity pada standar
RH UUT : pembacaan relative humidity termohigrometer yang dikalibrasi.
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi standar
(c) Drift Standar
(d) Ketidakpastian dari Stabilitas humidity, u
Stab
Didapatkan dari stabilitas humidity dari hasil kalibrasi climatic chamber sebagai media kalibrasi.
uStab Stabilitas chamber
3
Koeff ci 1
Derajat kebebasan
1 R 2
Dimana : 2 100
R = reliability yaitu tingkat keraguan (R %) terhadap laboratorium yang melakukan kalibrasi dari
standard yang digunakan.
(e) Ketidakpastian dari Homogenitas chamber, uHom
Didapatkan dari homogenitas humidity dari hasil kalibrasi climatic chamber sebagai media
kalibrasi.
uHom Homogenitas
3 chamber
Koeff ci 1
Derajat kebebasan
Diperiksa Tanggal Hal
26/09/18 193
1 R 2
Dimana : 2 100
(g) R = reliability yaitu tingkat keraguan (R %) terhadap laboratorium yang melakukan kalibrasi dari
Koeff ci 1
Derajat kebebasan 1 R 2
2 100
Dimana :
R = reliability yaitu tingkat keraguan (R %) terhadap laboratorium yang melakukan kalibrasi dari
standard yang digunakan.
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
3
R
100 Udrift std
6. Drift standard Rectangular Udrift std 3 2
0.5 3
R
100
0.5
2 U sertifikat std
7. Sertifikat Standar Normal Usertifikat std k
R k
100 2
0.5 U
8. Hysterisis Rectangular UHyst 3
Hyst
R 3
Dokumen
terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.049-18
- Form laporan nomor : FL.01.049-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 050-18
METODE KERJA PENGUJIAN
TERMOMETER KLINIK No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini digunakan sebagai panduan dalam melakukan kalibrasi termometer klinik dan termometer elektrik klinik
pada rentang ukur suhu 35 oC - 42 oC.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016OIML R 7,1979 :
Clinical Thermometers (Mercury in glass, with maximum device).
d. ASTM E 667-98 (Reaproved 2003) : Standard Spesification for Mercury in Glass, Maximum Self Registering Clinical
Thermometers.
e. OIML R115,1995(E) : Clinical Electrical Thermometers with maximum device.
f. PTB April 1991, Practical Instruction;Theoritical Part Clinical Thermometers.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu ruang : 23 ± 5C
b. Kelembaban relative : 50 RH ± 20 %.RH
d. Pendataan Administrasi alat yang diuji/kalibrasi di lembar kerja yang terdiri dari :
1. Catat identitas penguji
2. Catat nama alat
3. Catat merek
4. Catat model
5. Catat nomor seri
6. Catat ruangan
7. Catat tanggal pelaksanaan
8. Catat identitas Fasyankes/pelanggan
e. Pengukuran Kondisi Lingkungan (sesuaikan alat)
1. Siapkan Alat Thermohygrometer
2. Catat suhu dan kelembaban awal kerja
3. Catat Suhu dan Kelembaban Akhir Kerja
uHom Homogenitas
3 chamber
Koeff ci 1
Derajat 1
kebebasanm R
2
2 100
Dimana :
R = reliability yaitu tingkat keraguan (R %) terhadap laboratorium yang melakukan kalibrasi dari
standard yang digunakan.
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 90 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.050-18
- Form laporan nomor : FL.01.050-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 051-18
METODE KERJA PENGUJIAN TIMBANGAN BAYI
MEKANIK/ DIGITAL No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini bertujuan untuk mengetahui batas unjuk kerja timbangan bayi mekanik/digital tersebut yang dinyatakan
dalam LOP (Limit of Performance).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. EURAMET/cg-18/v.02-Guidelines on the Calibration of Non-Automatic-Weighing-Instruments, January 2009
c. Publikasi CSIRO “The Calibration of Balance”, bagian 6 oleh David B. Prowse, Australia, Maret 2007
d. KAN G-01,Guide On The Evaluation And Expression of Uncertainty in Measurement, 2016
e. AS TG2, 2002, Technical Guide, Laboratory Balance Calibration Requirements International Accreditation New
Zealand.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Kondisi digunakan untuk mengkalibrasi in-situ
Kalibrasi terhadap timbangan bayi mekanik/digital harus dilakukan pada kondisi ruang yang telah
dipersyaratkan/sesuai dengan standar acuan EURAMET/cg-18/v.02-Guidelines on the Calibration of Non-Automatic-
Weighing-Instruments, January 2009 halaman 40 :
1. Suhu : 17 °C ≤ t ≤ 27 °C dengan perbedaan suhu tidak melebihi : t ≤ 5 oC.
2. Kelembaban Relatif : 30% ≤ RH ≤ 80% dengan perbedaan kelembaban relatif tidak melebihi rh ≤ 30 %.
b. Kalibrasi dilakukan di Laboratorium Massa.
Berdasarkan National Institute of Standards and Technology (NIST), SOP 5 Recommended Standard Operating
Procedure for Using a 3-1 Weighing Design, September 2014.
f. Kapasitas Penuh
1. Nolkan timbangan bayi mekanik/digital dan catat pada tabel 2 kolom 8 sebagai z1.
2. Letakkan anak timbangan standar (M) dengan kapasitas penuh (20.000 g) pada pan timbangan bayi
mekanik/digital/digital dan catat pembacaan pada tabel 2 kolom 9 sebagai m1.
3. Ambil anak timbangan standar dari pan timbangan bayi mekanik/digital, tunggu sampai stabil dan catat pada
tabel 2 kolom 8 sebagai z2.
4. Ulangi langkah-langkah butir 1 sampai dengan 3 diatas sampai diperoleh 10 kali pembacaan (z1 sampai z10 dan
m1 sampai m10).
5. Hitung perbedaan (ri) dengan rumus ri = mi – zi, untuk kapasitas penuh (20.000 g) dan catat pada tabel 2
kolom 10
6. Analisa Perhitungan
a) Hitung perbedaan (ri) dengan rumus ri = mi – zi, untuk kapasitas mendekati nol, kapasitas setengah dan
kapasitas penuh dan catat pada tabel 2 kolom 4, kolom 7 dan kolom 10
b) Hitung standar deviasi dari perbedaan untuk kapasitas mendekati nol, kapasitas setengah dan kapasitas
penuh dengan rumus :
2
rr
i
n1
c) Catat hasil perhitungan standar deviasi untuk masing-masing kapasitas pada tabel 2 baris 11.
d) Tentukan dan catat perbead. aan maksimum berturut-turut dan catat pada tabel 2 baris 12 dengan cara
mengurangkan dari pembacaan satu terhadap berikutnya. Lakukan untuk masing-masing kapasitas :
kapasitas mendekati nol, kapasitas setengah dan kapasitas penuh.
e) Catat standar deviasi maksimum tersebut dan catat pada tabel 2 baris 13.
f) Gunakan standar deviasi maksimum terbesar untuk perhitungan ketidakpastian pengukuran.
g) Hitung ketidakpastian pengukuran dengan rumus :
maks
U
rpt
n
dimana :
maks = standar deviasi
maksimum n = jumlah
pengukuran catatan :
karena diambil dari nilai nominal pembacaan ganda maka nilai n = 2
Kapasitas Mendekati Nol (1.000 g) Kapasitas Setengah (10.000 g) Kapasitas Penuh (20.000 g)
No.
Nol Pembacaan Perbedaan Nol Pembacaan Perbedaan Nol Pembacaan
Perbedaan (ri)
(zi) (mi) (ri) (zi) (mi) (ri) (zi) (mi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Standar Deviasi () =............g Standar Deviasi () =.............g Standar Deviasi () =.............g
12 Perbedaan Maksimum antara Perbedaan antara Perbedaan Maksimum antara
pembacaan berikut : pembacaan berikut :
(rmaks) =................g (rmaks) =................g
Maksimum pembacaan
berikut :
(rmaks) =................g
13 Standar Deviasi Maksimum (maks) = …… g, r r
maks =...................g
2
i
n1
14 Ketidakpatian kemampuan baca kembali
U rpt maks Urpt =...............g
n
Karena diambil dari nilai nominal pembacaan ganda maka nilai n = 2
15 Derajat Kebebasan (v) = n-1
Diambil dari jumlah pengamatan untuk standar deviasi timbangan, n = 10 v = n-1 = 10 – 1 = 9
16 Pengaruh Efek Bouyancy diasumsikan = 1 ppm
Distribusi Rectangular, maka: 1ppm x no min al massa
Ubouyancy Ubouyancy =...............g
3
Derajat kebebasan tak berhingga, v = ∞
17 Ketidakpastian dari drift/Instability massa standar
m instability Um-inst =..............g
U minstability
3
g. Penyimpangan dari Nilai Nominal
1. Penyimpangan dari nilai nominal diperoleh dengan melakukan teknik penimbangan ganda untuk setiap titik
pengukuran dengan menggunakan satu set anak timbangan yang telah dikalibrasi.
2. Urutan pengukuran meliputi catat pembacaan nol (tanpa beban), letakkan anak timbangan standar pada pan,
catat pembacaan dengan beban, angkat anak timbangan standar, tunggu sampai pembacaan timbangan bayi
mekanik/digital stabil, kemudian letakkan kembali anak timbangan standar, catat pembacaan dengan beban,
setelah itu angkat anak timbangan standar dari pan dan catat pembacaan timbangan bayi mekanik/digital saat
tanpa beban.
3. Prosedur ini dilakukan untuk serangkaian penimbangan pada interval yang sama untuk setiap 1/10 atau
dilakukan pada setiap interval 10 %, 20 % 30 %, 40 %, 50 %, 60 %, 70 %, 80 %, 90 % dan 100 % kapasitas
timbangan bayi mekanik/digital.
X. WAKTU PENGUJIAN
atau
LOP = F
dimana :
UMcmaks = Ketidakpastian Pengukuran Massa Konvensional yang maksimal dari penyimpangan nilai nominal (butir
D).
Q = Nilai koreksi maksimum dari penyimpangan nilai nominal (butir D).
C. Ketidakpastian Penimbangan
Hitung dengan rumus sebagai berikut :
U95
U 2 U2 U resrptsMCsbyefekminst
2 U 2 U 2 U
2
x k
D. Uncertainty Budget
3
Um instability
6. Drift / Instability Rectangular Um-instability 3 3
Catatan :
Sumber Referensi : AS TG2, 2002, Technical Guide, Laboratory Balance Calibration Requirements International
Accreditation New Zealand.
G. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
J. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.051-18
- Form laporan nomor : FL.01.051-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 052-18
METODE KERJA PENGUJIAN AUTO NON
CONTACT TONOMETER (NCT) No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran Auto Non Contact Tonometer (NCT) menggunakan Eye Test
dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran kinerja
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014.
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
Gambar.1 Kalibrasi auto non contact tonometer (NCT) dengan eye test
b. Pengujian Kinerja
1. Sebelum melakukan pengukuran, lakukan pemanasan alat terlebih dahulu agar terkondisi.
2. Letakkan eye test pada chin rest, kemudian posisikan mode pengambilan pada mode manual.
3. Atur gambar sebaik mungkin sehingga didapatkan ojek yang baik dan fokus di tengah kalibrator, dan indikator
led pada monitor menunjukan ”center” lalu tekan joy stick untuk menebak/memberikan tekanan pada Eye Test.
4. Catat nilai yang didapat dr pengukuran didisplay/monitor pada lembar kerja. Ulangi pengukuran hingga 3x.
5. Ulangi prosedur diatas pada titik yang berbeda menyesuaikan dengan nilai pada kalibrator yang digunakan.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.052-18
- Form laporan nomor : FL.01.052-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 053-18
METODE KERJA PENGUJIAN TRAKSI
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian/kalibrasi secara langsung (direct calibration) alat TRAKSI yang
selanjutnya disebut Unit Under Test (UUT) dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fumgsi, pengujian
keselamatan listrik dan pengukuran kinerja / membandingkan nilai yang disetting pada Unit Under Test (UUT) dengan nilai
pembacaan / display pada alat Dynamometer / spring scale yang selanjutnya disebut standar.
III. REFERENSI
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 54 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, 2015.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik,
2014.Instruction Manual Centor Force Gauge – Star Vision, Merk Andilog
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. BiomecalBenchmark ECRI Procedure No. 427-20081015-01 Traction Units
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. SuhuLingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
IX. PengujianKinerja
a) Siapkan UUT dan standar beserta petunjuk penggunaan peralatan tersebut.
b) Lakukan koneksi UUT dan standar sesuai gambar 1.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Drift standar
(c) Resolusi UUT
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan
b) Kalibrasi Pewaktu
(a) Model matematis
Metode kalibrasi adalah direct calibration (kalibrasi langsung),
C = tstd – tuut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan pewaktu pada UUT
tstd : Nilai pewaktu yang terukur pada standard
t uut : Nilai pewaktu yang ditampilkan oleh UUT
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Drift standar
(c) Resolusi UUT
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan
3
U
4 Drift Rectangular Udrift 3 drift
d. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.053-18
- Form laporan nomor : FL.01.053-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
I. TUJUAN
Metode kalibrasi ini dimaksudkan untuk melakukan kalibrasi pada treadmill dan ECG dengan cara membandingkan setting
kecepatan belt pada treadmill (m/ml) dengan kecepatan yang terbaca pada tachometer. kalibrasi secara langsung ( direct
calibration) unit electrocardiograph dengan cara memberikan sinyal input dari alat standard ke UUT ( treadmill ).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Buku manual Tachometer
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20% RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi Treadmill ECG
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
C. Telaah teknis
a) Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b) Lakukan Telaah Teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001
c) Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
(a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
(b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.054-18
- Form laporan nomor : FL.01.054-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 055-18
METODE KERJA PENGUJIAN COMPUTED
RADIOGRAPHY No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan untuk melakukan uji quality assurance/ quality control pada alat computed
radiography (CR).
II. DEFINISI
Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses untuk mengubah sistem analog pada konvensional
radiografi menjadi digital radiografi. Computer Radiografi (CR) mempunyai perlengkapan operasional yang terdiri dari :
B. Image reader
Image reader berfungsi sebagai pembaca dan mengolah gambar yang diperoleh dari Image CR kasete. Semakin
besar kapasitas memorinya maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk proses pembacaan Image CR kasete,
dan mempunyai daya simpan yang besar. Waktu tercepatyang diperlukan untuk membaca imaging CR kasete pada
image reader yaitu selama 64 detik.Selain tempat dalam proses pembacaan, Image reader mempunyai peranan yang
sangat penting juga dalam proses pengolahan gambar, sistem transportasi Image CR kasete serta penghapusan data
yang ada di Image CR kasete. Image reader sudah dilengkapi dengan monitor yang berfungsi untuk menampilkan
gambar yang sudah di baca oleh Image reader disebut dengan image console.
C. Image console
Image console berfungsi sebagai media pengolahan data, berupa computer khusus untukmedical imaging dengan touch screen
monitor. Image console dilengkapi oleh berbagai macam menu yang menunjang dalam proses editing dan
pengolahan gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi soft tissue.
Terdapat menu yang sangat diperlukan dalam teknik radiofotografi yaitu kita bias mempertinggi atau mengurangi
densitas, ketajaman, kontras dan detail dari suatu gambaranradiografi yang diperoleh.
D. Image recorder
Image recorder mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu mediapencetakan hasil
gambaran yang sudah diproses dari awal penangkapan sinar-X oleh image CR kasete kemudian di baca oleh image
reader dan diolah oleh image console terus dikirim ke image recorder untuk dilakukan proses output dapat berupa
media compact disc sebagai media penyimpanan.atau dengan printer laser yang berupa laser imaging film
F. SDD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
G. CV adalah Coefficient of variation (koefesien variasi), parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis dengan
seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen signifikan dari pesawat sinar-x
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Acceptance Testing and Quality Control of Photostimulable Storage Phosphor Imaging Systems, AAPM Report No. 93
Task Group 10, October 2006
c. User manual CR & DDR
b. Uji gambar secara visual untuk keseragaman dan catat nilai index sensitivity (yaitu. Agfa- SAL, Fuji-
Sensitivity, Kodak– Ekspose Index).
c. Rekam nilai pixel rata2 dengan menggunakan ROI
Catatan tambahan :
Cara Mengukur nilai pixel rata-rata dengan menggunakan suatu FUJI CR system : Kurangi WW sampai 1,
sedemikian sehingga gambar hanya mempunyai pixels nampak hanya hitam dan putih. Lakukan
penyesuaian/adjustment level sampai kira-kira setengah pixels adalah hitam setengah putih. Nilai level ini
menjadi rata-rata nilai pixel pada gambar tersebut.
d. Jika mungkin arsip atau cetak gambar untuk acuan.
B. Uji Dosimetri
1. Tujuan
Untuk mengukur dosis yang diterima receptor
2. Peralatan yang digunakan
a. Imaging CR kasete
b. Dosemeter
3. Metode Uji
a. Letakkan ion chamber/detector pada jarak ~ 1.2 m dari titik fokus dan 30 cm diatas meja untuk menghindari
hamburan balik atau letakkan ion chamber diatas Imaging CR kasete dimana imaging CR kasete diletakkan
pada lembaran/apron Pb dan jarak > 1.5 m dari fokus. Kolimasikan pada detector (lihat gambar 1).
focus focus
Added filter
Added filter
≥ 150 cm
detector
30 cm IP + Casstete
Gambar 1
b. Untuk sistem Fuji, atur faktor eksposi pada 80 kVp dan tanpa filter, dan ekspose dengan mAs tertentu
sehingga memberikan dosis ~10 µGy (1.0 mR).
c. Untuk sistem Kodak, atur faktor eksposi pada 80 kVp dengan filter 1.0 mm Al + 0.5 mmCu, dan ekspose
dengan mAs tertentu sehingga memberikan dosis 10 µGy.
d. Untuk sistem lain, gunakan factor eksposi 70 kVp dengan filter 1.0 mmCu.
e. Catat dosis terukur dan lakukan dua kali. Dengan teknik yang sama tentukan mAs sehingga memberikan
dosis pada receptor 1 µGy (0.1 mR), 4 µGy (0.4 mR), 12 µGy (1.2 mR) dan 50 µGy (5.0 mR)
* Untuk system Agfa ada hubungan square root antara nilai SAL dan dosis. Hubungan antara raw data pixel
dan dosis adalah logaritmik.
c. Catat detektor dose indikator/sensitivity index dan hitung indikasi ekspose dengan persamaan dibawah ini :
Untuk sistem kalibrasi Suatu dosis 1 mR (10 µGy ) menghasilkan EI 2000. Suatu dosis 10 mR(~100 µGy)
menghasilkan EI 3000, dan suatu dosis 0.1 mR (1 µGy) akan menghasilkan nilai EI 1000. Jika dosis
digandakan akan mengakibatkan suatu peningkatan 300 pada nilai EI.
S = QR x E1/E......................................................................................................................................................(3)
Dimana :
E1 adalah produksi sinar pada kaset dengan nilai digital 1535 (mR)
E adalah nilai dosis dalam mR
QR = 50 untuk 1.3 s.d 1300 mR
QR = 200 untuk 0.032 s.d 320 mR
QR = 1000 untuk 0.0063 s.d 63 mR
Contoh :
Untuk QR 200, sistem dikalibrasi untuk menghasilkan nilai code 1535 dengan dosis 1 mR pada 80 kVp pada
kaset. Sehingga, untuk nilai dosis tersebut akan memberikan nilai S :
S = 200 x (1/1) = 200
Untuk nilai dosis yang diterima kaset 2 mR akan menghasilkan nilai S :
S = 200 x (1/2) = 100
Untuk AGFA, LgM (Loq Median Value)
SAL(200) = 1214 x [exposure (mR)].
SAL(S) _ SAL200 _ (S/200)0.5.
Keterangan :
SAL : Scan Average
Level (S)`: speed class
Ulangi dua kali dan cari nilai rata-rata dari indikasi dosis
d. Catat index kepekaan/sensitivity, dan hitung index penyinaran dengan persamaan 1–4. Ulangi dua kali
untuk kaset yang sama.
e. Ulangi test ini untuk semua kaset jika waktu mengijinkan ( buatlah hanya satu ekspose masing-masing CR
kaset).
a b
d e
Gambar 2
f. Lima nilai dari ROI analisis digunakan untuk menghitung lima nilai indikator dosis receptor memakai
pesamaan STP yang ditentukan pada test III.
X X 2
n
CV= S 1
i
i 1
X n1
X
Dimana :
Xi = hasil pengukuran a, b, c, d dan e
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
d) Jika digital caliper tersedia didalam software, periksa ukuran píxel dengan membut 5 bujur sangkar atau
ukur jarak dimensi ( x dan y) pada lima kotak dalam arah scan cepat dan lambat.
y
e) Posisikan kembali test object pada tepi seperti gambar 3 dan ulangi langkah-langkah 2 dan 4.
f) Sepanjang tepi CR kaset terukur arah horisontal ( x1) dan vertikal ( y1) seperti pada gambar 4. Hitung
aspect rasio x1/y1.
Gambar 4
I. Uji Blurring
1. Tujuan
Untuk menguji penyimpangan/distorsi atau blurring pada gambar
2. Peralatan yang digunakan
a. CR kaset yang berisi Imaging plat
b. b. Contact mesh (TOMS4)
3. Metode Uji
a. Letakkan contact mesh (TOMS4) pada CR kaset. FDD > 150 cm dan sinari dengan faktor penyinaran 50-
60 kVp, 10 mAs tanpa filter . baca seperti langkah berikut
d. Lakukan penyesuaian window level dan resolusi perbesaran maksimal. Score banyaknya group yang
terlihat pada layar. Lihat sebagai hubungan resolusi.
e. Ulangi pengukuran dua kali dengan test obyek ditempatkan sedikit diserongkan pada arah lateral atau
longitudinal
f. Ulangi proses ini untuk semua resolusi gambar yang tersedia.
g. Jika mungkin arsip maupun cetakan gambar untuk acuan test berikutnya.
4. Analisa data dan Evaluasi
Nilai lolos uji : Test ini digunakan untuk menset baseline untuk QA test berikutnya. Print atau simpan hasil jika
memungkinkan.
Pastikan apakah gambar klinis paling umum pada softcopy atau hardcopy. Jika pada softcopy, lakukan
penyesuaian window width dan level sehingga gambar detail ukuran yang optimal terlihat. Jika hard copy,
atur window yang optimal dan pastikan bahwa noise latar jelas, dan cetak gambar pada ukuran film yang
paling besar. Lihat gambar pada light box .
c. Hitung faktor kualitas gambar, IQF,
dimana
HT(A) : threshold contrast detail index values dihitung dari gambar
HTref(A) : threshold contrast detail index values dihitung dari reference gambar
dari system yang bagus
D : dosis pada IP
Dref : dosis pada IP untuk reference image
n : banyaknya/jumlah detail pada test object
d. Ulangi test ini untuk dua CR kaset yang lain dan juga untuk CR kaset tunggal untuk dosis ~1 µGy (0.1 mR)
dan ~ 12µGy (1.2 mR).
e. Jika mungkin arsip atau cetak gambar untuk acuan berikutnya.
4. Analisis data dan Evaluasi
Nilai lolos uji : Hasil dari test ini digunakan untuk menset suatu baseline untuk test QA berikutnya. Hasil bisa
dibandingkan untuk sistem serupa jika tersedia.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.055-18
- Form laporan nomor : FL.01.055-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 056-18
METODE KERJA PENGUJIAN
CT-SCAN No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksanaan uji kesesuaian pesawat CT-Scan.
II. DEFINISI
a. Tegangan Tabung (kVp) adalah Tegangan tabung (kV) adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada
waktu.
b. Dosis Serapan (Gy) adalah Dosis serapan adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa. Satuan
dosis serapan, gray (Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL atau Half Value Layer (mm) adalah HVL (mm) adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi
keluaran berkas sinar- x menjadi setengah dari nilai sebelumnya.
d. SID atau source image distance adalah SID adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor,
film)
e. SSD atau source surface distance adalah SSD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
f. SDD atau source detector distance adalah SDD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
g. CV atau coefficient of variation adalah coefficient of variation (koefesien variasi) atau CV adalah parameter statistik
dari sejumlah data pengujian sejenis dengan seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja
komponen signifikan dari pesawat sinar-x.
h. CL atau coefficient of Linearity adalah Coefficient of Liniearity (koefisien linieritas) atau CL adalah parameter statistik
dari sejumlah data pengujian sejenis dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi
respon dari kinerja komponen signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda.
III. REFERENSI
a. Seri Pedoman Uji kesesuaian Pesawat Sinar-x, KU/PD/DKKN/07, Bapeten
b. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional
c. Quality Control & Performance Testing Manual of Operation for CT, ACRIN, version 1.3
d. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 6: Computed Tomography
Equipment, Radiological Council of Western Australia , 2006
V. PROSEDUR PENGUJIAN
A. Uji akurasi tegangan tabung
1. Tujuan
Untuk melihat kesesuaian antara tegangan setting pada panel kontrol dengan tegangan yang terbaca.
2. Peralatan yang digunakan
Digital kV meter or non- invasive beam analyser
3. Metode Uji
a. Lakukan prosedur pemanasan tabung x-ray.
b. Letakkan detektor sesuai rekomendasi pabrik.
c. Gunakan mode scout, topogram atau sceno dan Lakukan pengukuran untuk mendapatkan waveform
radiasi pada tegangan tabung yang paling sering digunakan, biasanya 120 kVp.
d. Gunakan mode scout, topogram atau sceno dan Lakukan pengukuran akurasi kVp untuk tiap nilai kVp
yang tersedia
e. Catat nilai kVp yang diatur pada panel kontrol dan nilai kVp yang terukur pada alat ukur
4. Analisa Data dan Evaluasi
kVp alat (setting ) kVp alat ukur
error(%) 100%
kVp alat (setting )
(1)
Nilai lolos uji dari kesalahan (error) ≤ ± 6 %
1. Tujuan
Untuk menentukan keluaran radiasi dari sinar x pada range faktor eksposi yang digunakan dan menghitung
koefisien linieritasnya.
2. Peralatan yang digunakan
a. Elektrometer dan Detektor Ion chamber 0.3 cc
b. Phantom kepala untuk CT-scan
3. Metode Uji
a) Gunakan phantom kepala, letakkan ion chamber dengan penutup di tengah gantry (seperti melayang di
udara).
b) Menggunakan tape measure dan positioning light, pastikan ion chamber benar-benar terletak di tengah
gantry opening, dan bagian tengah ion chamber ada dalam slice plane.
c) Atur elektrometer pada mode integrate.
d) Dengan tebal irisan 8 mm atau 10 mm atau yag mendekati, lakukan penyinaran pada ion chamber
menggunakan 120 kVp, 400 mAs (atau nilai praktis terdekat). Catat hasil pembacaan elektrometer.
e) Menggunakan kVp, waktu scan, dan tebal irisan yang sama, ulangi pengujian menggunakan rentang nilai
mA yang ada (minimal 3 nilai mA).
f) Catat semua parameter scan yang digunakan dan dosis yang terukur pada elektrometer.
g) Konversikan dosis mGy ke dalam satuan mGy/mAs dan mGy/100mAs.
h) Hitung CTDIudara dalam satuan mGy/100mAs
i) Hitung nilai CL
4. Analisa Data dan Evaluasi
a) Konversikan semua hasil ukur ke mGy/mAs
b) Hitung nilai CL dengan rumus berikut :
CL xmax xmin
xmin
Dimana : xmax
Xmax : bacaan maksimum (µGy.mAs-
1) Xmin : bacaan minimum (µGy.mAs-1)
Nilai lolos uji untuk CL ≤ 0,1 (3)
CTDI udara k
t
DI
F
Dimana :
Fk : faktor kalibrasi alat ukut
I : panjang volume aktif detektor (mm)
D : rerata hasil ukur pada kVp yang digunakan per 100 mAs (mGy/100mAs)
t : tebal irisan
Nilai lolos uji untuk 120 kVp, HVL ≥ 3.8 mmAl (3) atau untuk kVp yang lain seperti pada tabel 1.
Nilai lolos uji untuk CTDI100/100 mAs dibandingkan dengan CTDI100 /100 mAs baseline pabrikan.
Cara menghitung CIDI100 (2)sebagai berikut :
CTDI xExL
k
100
Keterangan:
NxT
Contoh :
CT Scan multi slice, 120 kVp, 50 mA, 0.8 second dan 4 x 2.5 mode (four 2.5 mm axial scans acquired per 0.8
sec exposure)
Bacaan elektrometer adalah 0.32 mGy. Faktor kalibrasi elektrometer adalah 1.0 maka CTDI100 adalah
1
5 3
4
Gambar 1. Titk-titik ukur pengambilan ROI
kVmmAsm slicewidth m
s m
120300 8
g. Hitung selisih noise maksimum dan noise minimum hasil konvesi pada langkah diatas.
h. Hitung selisih CT number ke-empat tepi terhadap CT number di pusat citra.
3. Metode Uji
a. Letakkan phantom CT sehingga irisan akan melewati bagian tengah insert linearitas.
b. Scan phantom melalui area tengah menggunakan faktor paparan 120 kVp, 300 mAs, tebal irisan 8 mm,
atau nilai praktis terdekat.
c. Buatlah h ROI (region of interest) pada tiap material dengan luasan yang sama
d. Catat nilai mean ROI pada setiap material fantom di citra obyek sebagai CT number material
e. Simpan hasil citra obyek dalam format DICOM
f. Catat densitas elektron setiap material dari data elektron density pada pesifikasi teknis atau manual fantom
g. Buatlah grafik CT number versus densitas elektron setiap material dan tentukan nilai koefisien regresi linier
(R)
4. Analisa dan Evaluasi
Hitung koefisien korelasi menggunakan regresi dari grafik antara bilangan CT (sumbu y) terhadap densitas
elektron (sumbu x). Koefisien korelasi > 0,99.
X n 1
X
Dimana :
Xi = hasil pengukuran ke-i
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi dari Δ
n = jumlah pengukuran
Nilai lolos uji
Nilai lolos Δz ≤ 0.5 mm (1)
Nilai lolos Varz ≤ 1 mm (1)
d. Kesimpulan
a) Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan
tidak laik pakai.
g. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.056-18
- Form laporan nomor : FL.01.056-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 057-18
METODE KERJA PENGUJIAN DENTAL
PANORAMIC No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksanaan uji kesesuaian pesawat dental x-
ray.
II. DEFINISI
a. Tegangan Tabung (kVp) adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada waktu
b. Dosis Serapan (Gy) adalah adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa. Satuan dosis serapan,
gray (Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL (mm) atau Half Value Layer adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi keluaran berkas sinar-
x menjadi setengah dari nilai sebelumnya
d. SID atau source image distance adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor, film)
e. SSD atau source surface distance adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
f. SDD atau source detector distance adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
g. CV atau coefficient of variation (koefesien variasi) adalah parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen signifikan dari pesawat sinar-x.
h. CL atau coefficient of Linearity (koefisien linieritas) adalah parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi respon dari kinerja komponen
signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Seri Pedoman Uji kesesuaian Pesawat Sinar-x, KU/PD/DKKN/08, Bapeten
c. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional
d. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 5: Dental Radiographic
Equipment, Radiological Council of Western Australia , 2006
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 20º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
d. Atur tegangan tabung pada kondisi 60 atau 65 kVp atau menyesuaikan kondisi alat.
e. Jika tegangan tabung dapat diatur, atur tegangan 60 kVp dan ditingkatkan 10 kVp sampai dicapai tegangan
maksimum dan waktu penyinaran 0.1≤ s ≤ 0.2 detik atau seauai kondisi alat.
4. Analisa Data dan Evaluasi
kVp alat (setting ) kVp alat ukur
error 100%
kVp alat (setting )
(1)(2)
Nilai lolos uji dari error ≤ ± 6.0 %
Tube housing
Beam applicator
Permukaan datar
V. Uji Reproduksibilitas
1. Tujuan
Untuk menentukan reproduksibilitas keluaran radiasi (output), tegangan tabung (kVp) dan waktu penyinaran.
2. Peralatan yang digunakan
a. Digital multimeter (kV, s dan dose meter) or non- invasive beam analyser)
b. Meteran
3. Metode Uji
a. Pastikan tabung x-ray sudah dipanasi
b. posisikan detector sesuai dengan rekomendasi pabrik (seperti pada gambar 5)
Tube housing
Beam applicator
Permukaan datar
Gambar 5. Pengujian reproduksibilitas keluaran radiasi (reproduksibilitas) untuk peralatan intraoral
c. Catat SDD.
d. Lakukan penyinaran dengan faktor penyinaran yang biasa dipakai
e. Ulangi 5 kali dalam periode tidak melebihi 10 menit. Tegangan tabung dan waktu penyinaran pada setting
tunggal gunakan setting mAs
4. Analisa Data dan Evaluasi
Reproduksibilitas (CV) adalah dituliskan sebagai koefisien variasi yang merupakan standar deviasi dibagi
dengan nilai rata-rata pengukuran.
X X 2
n
Reproduksibilitas = CV =
S 1
i
i 1
X X n1
Dimana :
Xi = hasil pengukuran ke-i
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
5
4
2
3
Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah tabung (L) ≤ 0.25mGy/h(2) (0.25 mSv/h) pada jarak 1 m
4. Kesimpulan
a. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
f. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.057-18
- Form laporan nomor : FL.01.057-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 058-18
METODE KERJA PENGUJIAN DENTAL X-RAY
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksanaan uji kesesuaian pesawat sinar –
x dental panoramic dan atau chepalometric.
II. DEFINISI
a. Tegangan Tabung (kVp) adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada waktu.
b. Dosis Serapan (Gy) adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa. Satuan dosis serapan,
gray (Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL (mm) atau Half Value Layer HVL (mm) adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi keluaran
berkas sinar- x menjadi setengah dari nilai sebelumnya.
d. SID atau source image distance adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor, film)
e. SSD atau source surface distance adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
f. SDD atau source detector distance adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
g. CV atau coefficient of variation (koefesien variasi) adalah parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen signifikan dari pesawat sinar-
x.
h. CL atau coefficient of Linearity (koefisien linieritas) adalah parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi respon dari kinerja komponen
signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Seri Pedoman Uji kesesuaian Pesawat Sinar-x, KU/PD/DKKN/08, Bapeten
c. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional
d. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 5: Dental Radiographic
Equipment, Radiological Council of Western Australia , 2006
3. Metode Uji
a. Pastikan terdapat penanda (slot) dan berkas sinar-x jtuh pada penanada dengan menggunkan laser.
b. Ukur dimensi penanda berkas sinar-x pada permukaan reseptor citra :
1) Ukur jarak titi fokus ke penanda (slot)
2) Ukur jarak titi fokus ke reseptor citra
3) Ukur dimensi penanda (slot)
c. Ukur dimensi berkas sinar-x di depan citra
1) Letakkan reseptor citra di depan penanda seperti gambar 3
2) Lakukan eksposi
3) Proses citra dan ukur dimensi berkas sinar-x
4) Ukur dan catat slot sebenarnya
Gambar 3. Pengujian ukuran dan kesejajaran berkas untuk peralatan tomografi panoramic
d. Ukur dimensi reseptor citra (Film/CR/DR) yang digunakan dan pastikan ukuran film/CR/DR yang
digunakan sebagai reseptor citra
e. Ukur dimensi berkas sinar-x pada reseptor citra
1) Letakkan kaset/amplop film pada reseptor citra
2) Lakukan eksposi
3) Proses film dan ukur dimensi berkas sinar-x
4) Ukur dan catat dimensi berkas sinar0x pada reseptor citra
Film radiografi
e. Lakukan penyinaran
f. Proses film dan ukur berkas sinar x.
4) Analisa Data dan Evaluasi
Nilai lolos uji untuk dimensi berkas sinar-x maksimum < dimensi film(1)
Nilai lolos uji untuk dimensi berkas sinar-X sesuai/ simetris dengan film support harus sesuai /simetris
dengan film support (1).
Jarak Sumber-Kulit (SID)
Nilai lolos uji untuk SSD ≥ 1500 mm(1)
F. Uji Reproduksibilitas
Pengujian ini tidak dapat digunakan untuk peralatan panoramic kecuali jika alat itu bisa difungsikan pada seting
cephalometric.
X X
n
Reproduksibilitas = CV = i
2
S 1 i 1
X X n1
Dimana :
Xi = hasil pengukuran ke-i
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
D. Kesimpulan
a. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
E. Pengecekan kenormalan operasional alat sebelum dikembalikan ke user
a) Cek kelengkapan aksesori alat
b) Cek fungsi alat yang diuji/kalibrasi
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.058-18
- Form laporan nomor : FL.01.058-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 059-18
METODE KERJA PENGUJIAN DIGITAL
RADIOGRAPHY No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam melakukan pengujian qualiti assurance /
quality control pada alat digital radiography (DR).
II. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. User manual CR & DDR
V. PROSEDUR PENGUJIAN
A. Uji Dosimetri
1. Tujuan
Untuk mengukur dosis yang diterima detektor.
2. Peralatan yang digunakan
a. Digital Radiografi (DR)
b. Dosemeter
c. Meteran
3. Metode Uji
a. Letakkan ion chamber/detector pada jarak ~ 1.2 m dari titik fokus dan 30 cm diatas meja untuk menghindari
hamburan balik atau letakkan ion chamber diatas lapisan Pb dan FDD > 1.5 m dari fokus. Kolimasikan pada
detector (lihat gambar 1).
b. Atur faktor penyinaran pada 70 kVp dengan filter 1.0 mmCu dan sinari dengan mAs tertentu sehingga
memberikan dosis 10 µGy.
c. Catat dosis terukur dan lakukan dua kali
d. Dengan teknik yang sama tentukan mAs sehingga memberikan dosis pada receptor 1 µGy, 4 µGy, 12 µGy dan
50 µGy.
Focus
Added filter
Ionisation
>150 cm chamber
Detector
>30 cm
B. Uji Liniearity and System Transfer Propertis (STP) dan dark noise
1. Tujuan
Untuk menetapkan hubungan antara dosis yang diterima oleh receptor dan nilai pixel sedemikian sehingga hubungan
ini dapat digunakan untuk koreksi uji sisa bayangan/image retention dan uniformity, juga untuk menetapkan bahwa
indikasi sinari ( dihitung dari indikator dosis detektor) yang merespon secara linier untuk meningkatnya dosis.
2. Peralatan yang digunakan
a. Digital Radiografi (DR)
b. Dosemeter
3. Metode Uji
a. Jika mungkin, pindahkan grid
b. Buka dan sinari seluas area detector dengan 70 kVp dengan filter 1.0 mmCu dengan mAs tertentu sehingga
dosis yang diterima ~ 1 µGy, atau seperti test IV.1.
c. Catat nilai indikator dosis detektor (exposure index)
d. Ulangi langkah no. 2 dengan dosis 4 µGy, 12 µGy dan 50 µGy.
e. catat nilai pixel dari pusat gambar.
f. Buatlah grafik hubungan dosis receptor versus nilai píxel (nilai indikator dosis)
4. Analisa Data dan Evaluasi
a. Plot grafik nilai pixel (nilai indikator dosis) versus dosis receptor, dosis sebagai fungsi dari nilai pixel (dengan MS
excel) dan tentukan pesamaannya.
Dosis = f (nilai píxel)
b. Titik dosis nol dapat digunakan test II Persamaan ini merupakan persamaan system transfer properties (STP)
yang selanjutnya digunakan untuk mengkoreksi test IV dan VI.
c. Nilai lolos Uji : Trend line dari grafik harus mempunyai nilai R 2 > 0.95. Tidak ada toleransi untuk persamaan STP.
Hubungan nilai píxel dan dosis harus hubungan sederhana ( e.g. log, linier atau square root/akar dua). Tidak ada
toleransi untuk dark noise, sehingga data bisa digunakan sebagai baseline ketika re-checking dark noise jika
terjadi masalah dengan kualiti image.
attenuated
region
ROI 1 ROI 2
c. Lima nilai dari ROI analisis digunakan untuk menghitung lima nilai indikator dosis receptor memakai pesamaan
STP yang telah ditentukan.
4. Analilis data dan Evaluasi
Nilai lolos Uji : Gambar mestinya tidak mempunyai artefact yang jelas. Perbandingan standar deviasi pada 5
STP pada ROI dan rata2 (coefisien variansi /CV seharusnya kurang dari 10 %.
Nilai lolos uji untuk CV < 10 %
CV= S 1
n
X X
i
2
i 1
X X n1
Dimana :
Xi = hasil pengukuran a, b, c, d dan e
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
f. Jika mungkin download file DICOM. Hitung pitch pixel, p (mm) = 100/n, dimana n adalah jumlah pixel yang
tercover pada 10 cm dari grid. Ulangi untuk arah x dan y. Test ini hanya perlu untuk pengawasan. Bandingkan
pixel pitch dengan standar pabrikan. melemparkan untuk dinyatakan itu oleh pabrikan [itu]. Perbedaan harus
tidak lebih besar dibanding kesalahan pengukuran yang diperkirakan.
dimana
HT(A) : threshold contrast detail index values dihitung dari gambar
HTref(A) : threshold contrast detail index values dihitung dari reference
gambar dari system yang bagus
D : dosis pada IP
Dref : dosis pada IP untuk reference image
n : banyaknya/jumlah detail pada test object
4. Kesimpulan
a. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
f. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.059-18
- Form laporan nomor : FL.01.059-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 060-18
METODE KERJA PENGUJIAN SINAR-X
FLUOROSKOPI No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksaan uji kesesuaian
pesawat sinar-fluoroskopi.
Fluoroskopi berarti penggunaan sinar x-ray secara terus menerus atau berdenyut untuk menghasilkan gambar dinamis
yang real time dimana durasi/lama penyinaran tidak ditentukan sebelum penyinaran dimulai.
II. Definisi
a. Tegangan Tabung(kVp) adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada waktu
b. Dosis Serapan (Gy) adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa.Satuan dosis serapan, gray
(Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL (mm) adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi keluaran berkas sinar- x menjadi setengah
dari nilai sebelumnya
d. Dentitas Optikal Film X-ray
Densitas optikal (OD) disini digunakan untuk nilai gross densitas optikal (penghitaman) film x-ray.
OD = log10 (I0 / It)
Dimana
I0 = intensitas cahaya tanpa film
It = intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui film
Contoh,
nilai OD = 1 menyatakan bahwa hanya 10% dari cahaya yang ditransmisikan melalui film, nilai OD = 2
menyatakan 1% transmisi.
e. SID adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor, film)
f. SSD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
g. SDD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
h. CV adalah Coefficient of variation (koefesien variasi), parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis dengan
seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen signifikan dari pesawat sinar-x.
i. CL adalah Coefficient of Liniearity (koefisien linieritas), parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi respon dari kinerja komponen
signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda.
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional
c. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 4: Fluoroscopic Equipment ,
Radiological Council of Western Australia , 2006
V. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
a. Abdominal fantom of variable thickness for automatic exposurecontrol (AEC) tests
b. Aluminium filters
c. Copper attenuator (> 99% purity); dengan ketebalan 1 mm dan 2.5 mm
d. Densitometer
e. Ion chambers dan digital dosemeter
f. kaset berisi film radiografi
g. Lead block (3 mm x 50 mm x 50 mm)
h. lembaran timbal
i. solatif
j. Multimeter atau Non-invasive x-ray beam analysing instrument
k. Tiang penyangga
l. Meteran
m. alat uji resolusi tinggi
n. alat uji resolusi rendah
o. luxmeter untuk uji sistem vidio
p. mAs meter
q. timer
Input II
Berkas X-ray
Ketika jarak antara focal spot tabung x-ray dengan II ditingkatkan, kolimator harus secara otomatis melakukan
penyesuaian untuk mencegah ukuran berkas cahaya x-ray fluoroscopic melebihi II masukan.
a) Nilai lolos uji untuk Selisih tepi lapangan berkas sinar-x dengan tepi lapangan permukaan II maksimum
(Δ)≤ ± 1% SID (pada SID maksimum) (1)
b) Nilai lolos uji untuk Selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-x (Δ) ≤ ± 10% SID (pada SID
maksimum) (1)
c) Nilai lolos uji untuk jarak pusat citra di monitor dengan pusat II (Δ) ≤ ± 1% SID (pada SID maksimum) (1)
Radiografi
1. Tujuan
Untuk memastikan bahwa area berkas cahaya x-ray radiografi sesuai untuk area citra (ukuran kaset) yang
dipilih.
Catatan : Test ini menguraikan prosedur untuk peralatan fluoroscopic dengan jarak antar focal spot dan II
yang bervariasi. Sedangkan untuk jarak yg tetap seperti pesawat C-Arm langkah-langkah yang tidak sesuai
dapat dihilangkan.
2. Siapkan Peralatan Uji meliputi :
a) Kaset yg telah diisi film
b) Penggaris / Meteran
c) Alat ukur kolimator
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a. Posisikan tabung x-ray dan II pada jarak maksimum (catat jarak).
b. Tempatkan Collimator test tool diatas meja dan pastikan berada ditengah berkas cahaya x-ray seperti
tampak pada gambar 1.
c. Dengan kontrol fluoroscopi, atur pusat berkas cahaya x-ray pada pusat collimator test tool.
d. Tempatkan kaset berisi film ke dalam holder kaset dan pilih ukuran berkas cahaya radiografi yang
diperlukan untuk melakukan pengujian ini. Untuk sistem manual, kolimator dibuka penuh.
e. Exposure dengan prosedur radiografi.
f. Letakkan kaset (berisi film) kedua menghadap ke bawah tepat diatas collimator test tool dan lakukan
exposure kedua (menggunakan faktor-faktor yang dikurangi atau sistem film screen yang lebih
rendah).
g. Proses film tersebut.
(2) Penyimpangan dengan berkas cahaya sinar x lebih kecil dari film.
(a) Menghitung magnification factor
Ukur kesalahan langsung dari film pada serial changer
Reproduksibilitas = CV = S
X i X
1 1
X X n1
Dimana :
Xi = hasil pengukuran ke-i
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
(a) Letakkan lead rubber sheet di permukaan II untuk melindungi/menutupi input II dari
cahaya x-ray. Pastikan supaya tidak mengganggu pergerakan film changer.
(b) Tempatkan cm 24x30cm kaset (tanpa film) keserial changer
(c) Pilih 80kVp dan membuat exposure awal menggunakan mid-range arus tabung
100mA- 200mA dan waktu exposure0,15s. (KVp lainnya boleh digunakan)
(d) catat dosis (Do)
(e) Tambahkan filter sehingga diperoleh dosis lebih dari ½ Dosis tanpa filter (D o /2) yang
disebut dengan Da dan dosis kurang dari ½ Dosis tanpa filter (D o /2) yang disebut
dengan Db.
Catatan: Filter ditambahkan dapat ditempatkan dipermukaan kolimator tersebut.
tb
HVL ln (2Da / Do ) ta ln (2Db / Do )
ln (Da / Db )
Dimana:
D0 : dosis terbaca tanpa filtrasi
Da : dosis terbaca > D0/2
ta : tebal aluminium yang digunakan pada pembacaan Da
Db : dosis terbaca < D0/2
tb : tebal aluminium yang digunakan pada pembacaan Db
Persyaratan minimum nilaiHVLadalah:
kVp mmAl
70 2.1
80 2.3
90 2.5
100 2.7
(a) Letakkan lead rubber sheet di permukaan II untuk melindungi/menutupi input II dari
cahaya x-ray.
(b) Pilih tegangan tabung 80 kVp dan tabung arus 1mA (gunakan KVp lain jika perlu).
(c) catat dosis (Do)
(d) Tambahkan filter sehingga diperoleh dosis lebih dari ½ Dosis tanpa filter (D o /2)
yang disebut dengan Da dan dosis kurang dari ½ Dosis tanpa filter (D o /2) yang
disebut dengan Db.
Catatan:
Filter ditambahkan dapat ditempatkan dipermukaan kolimator tersebut.
(b) Uji secara automatic/ baca langsung
(1) jika menggunakan digital multimeter, letakkan alat pada meja seperti gambar (6b).
(2) Lakukan peyinaran
(3) Baaca nilai HVLnya
4. Analisa Data dan Evaluasi
Analisis seperti pada pengujian HVL mode radiografi
Keterangan
untuk pesawat dengan mode`Radiografi/Fuoroskopi (RF) penggujian dilakukan dengan mode Radiografi
saja.
G. Uji Kebocoran wadah tabung
Uji Kebocoran wadah Tabung (Metode Radiografi)
1. Tujuan
Untuk mengetahui area kebocoran radiasi dari wadah tabung x-ray dan kolimator kemudian mengukur
tingkat kebocorannya.
Catatan :
Setelah pengujian ini dilakukan, pengujian berikutnya hanya perlu dilakukan apabila telah ada perbaikan
yang mengharuskan untuk membuka wadah tabung x-ray.
2. Peralatan yang digunakan
a) Survey Meter
b) Lembar Pb 3 mm, 50 mm x 50 mm
c) Meteran
d) Isolatif
3. Metode Uji
a) Uji Data Pesawat
(1) Faktor penyinaran yang digunakan
(2) SDD
(3) Arus kontinu alat
b) Uji Teknis
Pengujian dengan metode dosimeter
(1) Pastikan bahwa pesawat sinar-x telah dipanasi
(2) atur dan pastikan shutter pada kolimator menutup rapat, tutupi permukaan kolimator dengan
Pb tebal 3 mm.
(3) Atur penyinaran pada pembebanan kontinue maksimum (setting kV, mAs tertinggi yang
pernah dipakai), disarankan gunakan 50 mAs.
(4) Lakukan pengukuran jarak 100 cm pada posisi atas, kanan, kiri, depan dan belakang
tabung (pembaca menghadap column support) . lihat gambar 5.
1
4
2
3
Dimana :
D : absorbed Dose (Gy)
WR : Factor robot radiasi (untuk sinar-x, WR = 1)
H : Equivalen dose (Sv)
Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah tabung (L) ≤ 1mGy/h(4) (1mSv/h) pada jarak 1 m
Nilai kebocoran tabung dapat dihitung dengan formula berikut :
arus _ kontinu
Kebocoran tabung (L) bacaan _ alat
arus _ paparan
(a) Pastikan Kolimator tertutup dan tutup permukaan kolimator dengan Pb 3 mm ketika mengukur
kebocoran tabung.
(b) Pilih kVp fluoroscopic maksimum dan 1mA. Pastikan bahwa sistem yang beroperasi pada kVp
dan mA maksimum. Jika tidak memungkinkan gunakan tegangan tabung tidak lebih dari 10kVp
kurang maksimal.
(c) Gunakan laju dosis untuk mengukur radiasi kebocoran pada faktor-faktor fluoroscopic
diberbagai titik di sekitar tabung pada jarak 1m.
(d) Tutup permukaan kolimator dengan Pb tebal 3 mm.
(e) Dengan menggunakan II amati daerah kebocoran dari kolimator. Jika diamati II tidak terkena
berkas cahaya primer, ukur radiasi kebocoran dari kolimator menggunakan meter laju dosis.
4. Analisa Data dan Evaluasi
Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah rabung (L) untuk tegangan dan rating arus kontinyu maksimum
adalah 1.0 mGy pada 1 jam dan jarak 1 m.
Apabila alat ukur bersatuan µSv/h maka dapat dihitung konversi menjadi µGy/h atau mGy/h, dengan faktor
konversi sebagai berikut :
Equivalen dose (H) = Σ (D x WR)
Dimana :
D : absorbed Dose (Gy)
WR : Factor robot radiasi (untuk sinar-x, WR = 1)
H : Equivalen dose (Sv)
Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah tabung (L) ≤ 1mGy/h(4) (1mSv/h) pada jarak 1 m
Nilai kebocoran tabung dapat dihitung dengan formula berikut :
arus _ kontinu
Kebocoran tabung (L) bacaan _ alat
arus _ paparan
Catatan :
(a) jika nilai tersebut tidak tersedia pada peralatan baru
(b) untuk uji pada pesawat sinar-x thorax. tidak untuk pesawat yang lain.
e) Atur kombinasi pertama untuk tegangan tabung dan ketebalan fantom berdasar tabel.
f) tempatkan kaset yang terisi film ke dalam tempat kaset.
g) lakukan penyinaran dengan faktor penyinaran 100 – 200 mA dengan waktu penyinaran AEC antara
10 – 300 ms.
h) Proses film
3. Metode Uji
a) Atur posisi serial changer, dengan jarak antara focal spot tabung x-ray dan II ada pada jarak terjauh.
b) Pilih ukuran lapangan II terbesar, dengan kolimator terbuka penuh.
c) Letakkan loaded cassette atau envelope wrapped film pada posisi terdekat dengan permukaan input
II.
d) Letakkan alat pengujian geometris pada loaded cassette atau envelope wrapped film.
e) Lakukan fluoroscopy dan catat ukuran citra pada monitor seperti yang ditunjukkan oleh alat pengujian
geometris.
f) Lanjutkan fluoroscopy pada film secukupnya untuk menghasilkan citra dengan densitas optik yang
dapat diobservasi oleh evaluator.
g) Bandingkan dimensi citra pada monitor dengan yang ada pada film.
4. Analisa Data dan Evaluasi
Ukuran berkas x-ray pada input II tidak boleh lebih besar dari area tampilan citra pada monitor, dan untuk
kolimasi lingkaran dapat dikatakan memuaskan apabila area lapangan x-ray tidak lebih dari 5% melebihi
area tampilan citra, yaitu :
(2)
diameter lapangan x ray 1,05
diameter tampilan citra
Untuk kolimasi persegi panjang, lapangan x-ray tidak boleh lebih dari 5% melebihi area persegi panjang
yang dibentuk dari ortogonal diameter tampilan citra, sebagai contoh untuk persegi yaitu :
2
panjang sisi lapangan x ray 1,05
diameter tampilan citra
Kualitas
Citra
1. Tujuan
Untuk mengetahui kualitas citra pesawat fluoroscopic.
2. Peralatan yang digunakan
a) Field distortion mesh (mesh pattern 2 cm) / high/low contrast resolution test tool
b) Fluoroscopic test object yang mampu menilai parameter pencitraan yang diinginkan
c) Tembaga (Cu) 1 mm (kemurnian > 99%) atau atenuator lain yang ekivalen
3. Metode Uji
a) Atur posisi serial changer, dengan jarak antara focal spot tabung dan II ada pada jarak terjauh.
b) Pilih ukuran field terbesar, dengan kolimator terbuka penuh.
c) Letakkan field distortion mesh pada input II.
d) Lakukan fluoroscopy menggunakan faktor kVp rendah untuk mendapatkan citra dari mesh.
e) Catat semua penyimpangan/distorsicitra. Catat juga semua perubahan yang terjadi seperti lag,
bounce (pantulan), atau gerakan kasar dari citra. Untuk distorsi yang terlihat jelas, cetak citra.
f) Ambil field distortion mesh dari input II.
g) Letakkan fluoroscopic test object pada input II sesuai instruksi pabrik.
h) Letakkan atenuator di depan kolimator.
i) Gunakan 80 kVp dan atur mA untuk mendapatkan citra dengan brightness / kecerahan yang baik atau
gunakan mode automatic.
j) Atur tingkat brightness / kecerahan dan kontras pada monitor sesuai instruksi pabrikan fluoroscopic
test object.
Catatan : Pada umumnya, pengaturan ini akan mengharuskan untuk menurunkan kontras, kemudian
mengatur brightness / kecerahan pada tingkat menengah, dan pada akhirnya menaikkan kontras
hingga didapat citra yang optimal, seperti yang biasa digunakan pada kondisi operasi normal.
k) Dengan mengikuti instruksi pabrikan fluoroscopic test object, catat untuk masing-masing ukuran
lapangan :
(1) threshold kontras rendah / sensitivitas
(2) kemampuan deteksi detail kontras rendah (jika ada)
(3) kontras tinggi / resolusi pembatas
4. Analisa Data dan Evaluasi
Pesawat fluoroscopic x-ray harus mampu menghasilkan image dengan kualitas tinggi untuk membantu
mendapatkan diagnosa yang akurat dan optimasi dosis pada pasien.
Pesawat fluoroscopic x-ray harus mampu bekerja pada batas yang direkomendasikan seperti pada Tabel 4.
a) kualitas citra untuk batas kontras rendah, Nilai lolos uji, resolusi kontras ≤ 5%(1)
b) kualitas citra untuk kontras rendah terdetek di, Nilai lolos uji, resolusi kontras ≤ 1mm(1)
c) kualitas citra untuk resolusi spatial, Tidak ada pembatasan secara spesifik(1)
a) Fasilitas dengan laju dosis tinggi dipilih dan dioperasikan oleh kontrol yang diidentifikasi dengan
jelas yang dibutuhkan oleh tindakan sengaja oleh fluoroscopist tersebut.
b) Memerlukan sinyal suara atau visual terpisah menyertai produksi x-ray selama semua prosedur laju
dosis tinggi.
c) Jika fasilitas tingkat dosis tinggi tidak dipilih oleh saklar "deadman", maka akan secara otomatis
kembali ke pengaturan tingkat dosis yang lebih rendah, jika tidak digunakan untuk waktu yang
ditentukan setelah menghentikan produksi sinar-x dan jika terputus dari sumberdaya pada setiap
saat sementara dipilih.
Mode dosisnormal, Nilai lolos uji untuk laju dosis maksimum di udara ( maks) ≤ 100 mGy/min (1)
Mode dosis tinggi, Nilai lolos uji untuk laju dosis maksimum di udara ( maks) ≤ 150 mGy/min (1)
N. Uji Laju Dosis Pasien dengan menggunakan PEP (Laju dosis tipikal pasien)
1. Tujuan
Untuk mengetahui laju dosis di udara bebas untuk fantom abdominal pada kondisi operasi normal.
2. Peralatan yang digunakan
a) Detektor kamar ionisasi dan Dosemeter
b) Meteran
c) Patient equivalent fantom (PEP),
3. Metode Uji
a) Lakukan prosedur pemanasan tabung x-ray yang diperlukan.
b) Ambil semua filter yang ada dalam berkas x-ray atau atur filter pada nilai minimum.
c) Letakkan PEP pada posisi normal pasien.
d) Untuk fluoroscopy dengan tabung undertable, atur posisi serial changer pada ketinggian 30 cm di
atas. Untuk fluoroscopy dengan tabung overtable, atur SSD untuk nilai rata-rata klinis.
e) Pilih ukuran field terbesar, dengan kolimator terbuka penuh.
f) Kolimasi berkas pada batas-batas PEP.
g) Lakukan penyinaran fluoroscopic dan catat faktor penyinaran yang diinginkan untuk pencitraan
PEP.
Catatan :
Untuk pengendali laju dosis manual atau semi otomatis, pilih tegangan tabung 70-80 kVp dan atur
mA sehingga brightness dari image seperti pada saat praktek.
h) Laju dosis pasien dapat ditentukan dengan :
(1) Apabila didapat data output fluoroscopic yang benar, gunakan nilai tersebut untuk
menghitung laju dosis menggunakan faktor pencitraan PEP, tetapi tidak perlu menjalankan
langkah terakhir.
(2) Apabila tidak didapat data output yang benar, ambil PEP.
(3) Letakkan detektor pada tempatnya.
(4) Kolimasi pada detektor.
(5) Lindungi bagian muka II dari laju dosis tinggi.
(6) Pilih faktor penyinaran yang telah dicatat sebelumnya untuk pencitraan PEP. Pada pesawat
otomatis, gunakan nilai kVp dan mA sedekat mungkin dengan nilai yang dicatat pada
langkah (g) menggunakan atenuasi input II.
(7) Catat laju dosis.
(8) Koreksi laju dosis menggunakan jarak yang benar seperti pada Tabel 5. Untuk pesawat
otomatis, koreksi laju dosis yang diukur untuk semua perbedaan arus dan/atau kVp.
Untuk koreksi kVp, nilai kVp yang digunakan sebagai estimasi harus ada dalam rentang
5% dari nilai yang diinginkan dan nilai kVp2 harus ada dalam rentang 10% nilai yang
diinginkan.
X. TELAAH TEKNIS
A. Analisa Data & Perhitungan ketidakpastian
B. Mengacu pada MK Perhitungan dan Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran Nomor MK 002-18
C. Langkah-langkah perhitungan pengukuran menggunakan alat ukur Surveymeter
D = B x J x CF
D : Laju dosis sebenarnya (µSv/h)
B : Bacaan alat (µSv/h)
J : Faktor koreksi
CF : Faktor koreksi terhadap setting tegangan tabung yang digunakan
Contoh :
Untuk alat surveymeter merk Minirad Type Series 1000 nomer seri L0002687 faktor koreksi (J)
kV (x) CF (y)
60 1.02
100 0.72
150 0.80
Perhitungan faktor koreksi terhadap setting tegangan tabung untuk tegangan yang tidak tercantum dalam tabel
dengan menggunakan rumus interpolasi sebagai berikut :
Y y1 x 1 X y
1 y x 1x 2
Dimana
Y ; nilai CF yang akan dicari
x1 : nilai / range tegangan yang diketahui 1
x2 : nilai / range tegangan yang diketahui 2
X ; nilai tegangan yang dicari factor koreksinya
y1 : nilai / range tegangan yang diketahui 1
y2 : nilai / range tegangan yang diketahui 2
d1 = do + K
d1 : panjang sebenarnya
do : bacaan alat
K : koreksi
Contoh :
Untuk alat digital caliper
No : SA005192
Standar Alat Koreksi
mm mm mm
0 0 0.00
2 2.06 -0.06
4 4.03 -0.03
6 6.01 -0.01
10 10 0.00
15 15 0.00
20 20 0.00
35 35.01 -0.01
40 40.01 -0.01
50 50.02 -0.02
60 60.02 -0.02
75 75.02 -0.02
90 90.03 -0.03
100 100 -0.03
125 125 -0.02
140 140 -0.02
150 150 -0.01
X
Xi
1. Nilai rata – rata ( mean ) X 1 X 2 X 3 .....Xn....................................................... (1)
n1
n n
Keterangan :
Xi = Hasil Pengukuran
N = Jumlah pengukuran
2. Standar deviasi ( Stdv ) : 2
............................................................................... (2)
1 n
Xi X
n 1
Keterangan :
i1
Xi = Hasil Pengukuran
n = Jumlah pengukuran
X = Nilai Rata-rata
Keterangan :
K = Nilai Kesalahan
Palat = Nilai pembacaan pada Alat
Pstandar = Nilai Standar
4. Sumber - sumber Ketidakpastian
a) Ketidakpastiankemampuan daya ulang pengukuran ( ua )
ua = Stdev............................................................................................................ (4)
n
Keterangan :
ua = Ketidakpastian tipe A
Stdev = Standar deviasi
n = Jumlah pengukuran
Distribusi Diskrit, dengan Derajat Kebebasan,νa = n – 1
Keterangan :
νa = Derajat Kebebasan Tipe A
b) Ketidakpastian dari sertifikat STANDARD (ub1)
5. Koefisien sensitifitas (Ci) = 1 ,Bila semua parameter pada model matematisnya memiliki besaran ukur
yang sama
6. Ketidakpastian bentangan ( U)
Ketidakpastian baku gabungan ( uc ) adalah :
u a u b1
uc =
2
2 2
u b1 2
............................................................................................. (9)
2
7. Evaluasi Derajat Kebebasan Efektif.
4
u
V c
eff 4 4 4
u a u u
b1 b 2
Va Vb1 Vb 2
8. Nilai k ditentukan dari tabel t-Student, atau rumus yang sesuai untuk Tingkat Kepercayaan 95%, atau Jika
Ʋeff >60, maka dapat ditetapkan k = 2
SehinggaKetidakpastian bentangan ( u) adalah :
U95 = k uc................................................................................................................................................................................................................. (10)
9. Laporan nilai ketidakpastian pengukuran diestimasikan pada tingkat kepercayaan 95% dengan faktor cakupan
(k) = 2.
G. Kesimpulan
a) Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b) Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
J. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.060-18
- Form laporan nomor : FL.01.060-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksaan uji kesesuaian
pesawat sinar-x radiografi umum.
II. DEFINISI
a. Tegangan Tabung (kVp) adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada waktu
b. Dosis Serapan (Gy) adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa.Satuan dosis serapan, gray
(Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL (mm) adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi keluaran berkas sinar- x menjadi setengah
dari nilai sebelumnya
d. Dentitas Optikal Film X-ray
Densitas optikal (OD) disini digunakan untuk nilai gross densitas optikal (penghitaman) film x-ray.
OD = log10 (I0 / It)
Dimana :
I0 : intensitas cahaya tanpa film
It : intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui film
Contoh, nilai OD = 1 menyatakan bahwa hanya 10% dari cahaya yang ditransmisikan melalui film, nilai OD = 2
menyatakan 1% transmisi.
e. SID adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor, film)
f. SSD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
g. SDD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
h. CV atau Coefficient of variation (koefesien variasi) adalah parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen signifikan dari pesawat sinar-
x.
i. CL atau Coefficient of Liniearity (koefisien linieritas) adalah parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi respon dari kinerja komponen
signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Seri Pedoman Uji kesesuaian Pesawat Sinar-x, KU/PD/DKKN/04, Bapeten
c. Keputusan Kepala Bapeten No.01-P/Ka-Bapeten/I-03 tentang Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1250/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Kendali Mutu
(Quality Control) Peralatan Radiodiagnostik
e. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional
f. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 3: Major Radiographic
Equipment, Radiological Cpuncil of Western Australia , 2006
g. Pro-RTG AAPM 31, User manual, 1991
b
h θ
a
Uji Iluminasi
1. Tujuan
Untuk mengukur iluminasi dari lampu kolimator.
2. Siapkan Peralatan Uji meliputi :
a) Light meter
b) Meteran
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a) posisikan alat ukur jarak 100 cm dari fokus tabung sinar-x.
b) pastikan detektor paralel pada sumbu anoda katoda
c) kurangi semua cahaya latar/ lingkungan dan ukur.
d) nyalakan berkas cahaya kolimator dan kolimasikan pada area sekitar 25 cm x 25 cm.
e) ukur pada setiap kuadran (I, II, III dan IV)
f) catat hasil pengukuran
4. Analisa Data dan Evaluasi
Rerata Net bacaan (ilum) = Σ(Xi – A)/4
Dimana
X : bacaan cahaya kolimator(lux)
I : bacaan ke – i
A : bacaan cahaya latar (lux)
Nilai lolos uji Rerata net bacaan (Ilum) ≥ 100 lux pada jarak 1 m(4)
e) tentukan bentuk gelombang radiasi. Gunakan 70 kVp, 20 mAs ( atau yang mendekati).
f) Lakukan pengukuran mulai dari 60 kVp dan ulangi dengan peningkatan kVp setiap 10 kVp sampai 100
kVp. Gunakan waktu penyinaran antara range 0.1 ≤ s ≤ 0.2. Dapatkan pula output radiasi secara
bersamaan dengan pengukuran kVp.
Catatan:
Untuk unit dengan fokus besar dan kecil, dianjurkan pengujian menggunakan fokus besar.
4. Analisa Data dan Evaluasi
kVp alat (setting ) kVp alat ukur
error 100%
kVp alat (setting )
Nilai lolos uji dari error ≤ ± 10 % (3)
Untuk mA dan waktu tetap atau mAs tetap, grafik logaritma dari kVp versus logaritma dari keluaran radiasi
harus berupa garis lurus antara 50 kVp dan 100 kVp, dengan suatu koefisien korelasi r2³ 0.99. Poin-poin
penyimpangan yg significan dari linearitas mengindikasikan bahwa generator ada masalah.
c) Lakukan pengukuran waktu penyinaran pada tegangan tabung kira-kira 70 kVp dan lakukan lima
pengukuran antara waktu (0.02 < s < 1) atau jika perlu tambahkan pengukuran waktu penyinaran sesuai
praktek klinis.
E. Uji Reprodusibilitas
1. Tujuan
Untuk menentukan Reproduksibilitas keluaran radiasi (output), tegangan tabung (kVp) dan waktu penyinaran.
2. Siapkan Peralatan yang digunakan meliputi :
a) Digital multimeter (kV, s dan dose meter) or non- invasive beam analyser
b) Meteran
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a) Pastikan tabung x-ray sudah dipanasi
b) posisikan detector sesuai dengan rekomendasi pabrik (seperti pada gambar 7)
c) Catat SDD.
d) lakukan penyinaran dengan faktor penyinaran yang biasa dipakai
e) ulangi 5 kali dalam periode tidak melebihi 10 menit. Tegangan tabung dan waktu penyinaran pada setting
tunggal gunakan setting mAs
Catatan :
Sebelum pengulangan penyinaran ulangi penyetingan dari awal.
4. Analisa Data dan Evaluasi
Reproduksibilitas (CV) adalah dituliskan sebagai koefisien variasi yang merupakan standar deviasi dibagi
dengan nilai rata-rata pengukuran.
X X 2
n
Reproduksibilitas = CV =
S 1
i
i 1
X X n1
Dimana :
Xi = hasil pengukuran ke-i
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
Tabel 11 nilai lolos uji Reproduksibilitas
Dimana :
D : absorbed Dose (Gy)
WR : Factor robot radiasi (untuk sinar-x, WR = 1)
H : Equivalen dose (Sv)
Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah tabung (L) ≤ 1mGy/h(4) (1mSv/h) pada jarak 1 m
a) Alat ukur dengan mode laju dosis
Nilai kebocoran tabung dapat dihitung dengan formula berikut :
arus _ kontinu
Kebocoran tabung (L) bacaan _ alat
arus _ paparan
Contoh :
Jika pengukuran kebocoran pada jarak 1 m dengan menggunakan setting 50 mA dan mA kontinyu 2 mA
terukur laju dosis 2300 µGy/h maka nilai kebocoran tabung (L) adalah :
L 2300 uGy / h 2
92 uGy / h
50
b) Alat ukur dengan mode dosis
arus _ kontinu
Kebocoran tabung (L) bacaan _ alat
mAxs seting
Contoh :
Jika pengukuran kebocoran pada jarak 1 m dengan menggunakan setting 200 mA dan 1.5 s dan mA
kontinyu 2 mA terukur dosis 120 µGy maka nilai kebocoran tabung (L) adalah :
3600 x 2
L 120 uGy 2888 uGy / h 2.88 mGy / h
200 1.5
Jika arus kontinyu tidak didapatka pada spesifikasi alat yang di uji maka mA kontinyu menggunakan
asumsi berdasarkan NRCP no. 49
Nilai arus kontinu untuk kVp 150 diasumsikan 3.3 mA
kVp 125 diasumsikan 4 mA
kVp 100 diasumsikan 5 mA
Keterangan :
Ke = ESD (Entrance Surface Dose)/ESAK (Entrance Surface Air Kerma) (mGy)
Ki = Incident air kerma = dosis yang terukur (mGy)
BSF = Back scatter factor = 1.35
No. Jenis Pemeriksaan Posisi Pemeriksaan Level Dosis Permukaan Kulit *)(1) (mGy)
1 Abdomen AP 10
2 Thorax AP 0.4
(2) Tempatkan kaset yang terisi film pada bucky tempat kaset.
(3) Lakukan pengaturan faktor eksposi pada penggunaan klinis (misalnya 80 kVp jika kV bisa
diatur). Jika kV dan mAs tidak bisa diatur gunakan faktor eksposi otomatis.
(4) Lakukan ekposi
(5) Catat nilai mAs dan indeks paparan yang tercantum pada panel kendali
(6) Proses gilm jika akan dianalisa Odnya dengan densitometer, atau lakukan pembacaan CR dan
catat indek paparan atau pixel value
(7) Lakukan pengulanagn langkah (d.1) sampai (d.6) dengan ketebalan seperti tabel diatas.
e) Variasi kV
(1) Letakkan fantom perspex setebal 17.5 cm diatas detektor AEC
(2) Lakukan pengaturan faktor eksposi pada nilai 80 kVp jika kV dan mAs tidak bisa diatur gunakan
faktor eksposi otomatis.
(3) Lakukan ekposi
(4) Catat nilai mAs dan indeks paparan atao pixel value nya
(5) Lakukan pengulangan langkah (e.1) sampai (e.4) dengan tegangan bervarisi yaitu 60 dan 100
kVp
f) Kombinasi ketebalan fantom dan kVp
(1) Gunakan data pada langkah (e) dan (f) diatas
Dimana
A : nilai iluminiasi (ilum) yang akan dicari
(sebenarnya) b1 : Penunjukan alat yang diketahui 1 (dari
sertifikat)
b2 : Penunjukan alat yang diketahui 2 (dari sertifikat)
B ; Penunjukan alat ukur
a1 : Penunjukan standar yang diketahui 1 (dari
sertifikat) a2 : Penunjukan standar yang diketahui 2
(dari sertifikat) Contoh :
Untuk alat lightmeter
Merk : AEMC
Type : CA813
s/n 1018
Rentang (lux) Penunjukan Standar (a) (lux) Penunjukan Alat (b) (lux)
200 200.0 171.4
150.0 128.2
100.0 85.3
50.0 42.4
contoh : penunjukan alat ukur light meter 130 lux, maka penunjukan sebenarnya adalah :
A 200 171.4 130200 150/171.4 128.2 = 152.08 lux
n 1
Keterangan : i1
3. Model matematis untuk Kesalahan
Xi = Hasil Pengukuran K = Palat - PStandar...........................................................................................................
n = Jumlah pengukuran
X = Nilai Rata-rata Keterangan :
K = Nilai Kesalahan
Palat = Nilai pembacaan pada Alat
Pstandar = Nilai Standar
u
n
t
u
k
d
a
t
a
t
u
n
g
g
a
l
Δ
X
0
.
5
r
e
s
o
l
u
s
i
Ketidakpastian kemampuan daya ulang
b)
pengukuran ( ua )
ua = Stdev.............................................................................
n
Keterangan :
u
a
=
K
e
t
i bentangan ( u) adalah :
d Keterangan : U95 = k uc.......................................................................................................................
a νa 7. Laporan nilai ketidakpastian pengukuran
k diestimasikan pada tingkat kepercayaan 95%
p a =uDerajat
u12 dengan faktor cakupan
a Kebebasan Tipe (k) = 2
b
1
c 2 ...
s
t c) Tabel 7. Uncertainty Bugdet
= b.......
i 2
F. Kesimpulan
a) Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b) Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
I. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.061-18
- Form laporan nomor : FL.01.061-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 062-18
METODE KERJA PENGUJIAN MAMMOGRAFI
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksaan uji kesesuaian
pesawat sinar-x mammografi.
II. DEFINISI
a. Tegangan Tabung (kVp) adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada waktu
b. Dosis Serapan (Gy) adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa. satuan dosis serapan, gray
(Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL (mm) adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi keluaran berkas sinar- x menjadi setengah
dari nilai sebelumnya
d. Singkatan
1 SID : jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor, film)
2 SSD : jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
3 SDD : jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
4 CV : Coefficient of variation (koefesien variasi), parameter statistik dari sejumlah data, Pengujian
sejenis dengan seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen
signifikan dari pesawat sinar-x
5 CL : Coefficient of Liniearity (koefisien linieritas), parameter statistik dari sejumlah Data pengujian
sejenis dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi respon
dari kinerja komponen signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda.
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Seri Pedoman Uji kesesuaian Pesawat Sinar-x, KU/PD/DKKN/06, Bapeten
c. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional, 2011
d. Quality Assurance Programme for Screen Film mammography, IAEA Human Health Series 2, Viena, 2009
e. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 2: Mammographic
Equipment, Radiological Council of Western Australia , 2006
Nilai lolos uji Rerata net bacaan (Ilum) ≥ 100 lux pada SID maks(4)
3 1
5
2
Gambar 2. Film pertama
Mammografi Digital
a) Turunkan pedal kompresi ke arah bucky sampai keduannya berhimpitan. Ukur selisih anatara tepi pedal
kompresi dengan tepi meja pada bagian chest wall. Kembalikan posisi pedal kompresi pada posisi awal.
b) Letakkan reseptor citra2 di atas meja pemeriksaan
c) Siapkan resepror citra digital (reseptor1)
d) Hidupkan lampu kolimator
e) Hidupkan lampu kolimator dan matikan lampu ruangan untuk memudahkan penentuan tepi langan lampu
kolimatr
f) Letakkan 4 obyek koin logam di tepi lapangan lampu kolimator (koin 1,2,3 dan 4) dan satu koin dengan
ukuran yang sama diletakan di kuadran IV sebagai acuan ukuran koin sebenarnya dan arah koin.
g) Lakukan eksposi
h) Proses film kaset 1 dan kaset 2
i) Letakkan kaset mamografi pada bucky support
j) Letakkan satu koin pada tepi meja bagian chest wall
k) Pasang kembali pedal kompresi dan posisikan kira2 ketinggian 40-60 mm di atas meja pemeriksaan
l) Catat jarak pedal kompresi
m) Letakkan satu koin dengan ukuran sama di perukaan bawah pedal kompresi, bertepatan dengan tepi
bagian chest wall.
n) Lakukan eksposi
o) Proses citra pada reseptor DR
p) Tentukan kesesuian lapangan kolimasi cahaya dengan lapngan berkas sinar-x dengan mengukur jarak
dari posisi obyek koin (koin 1, 2,3 dan 4). Pengukuran ini dilakukan berdasarkan citra kaset2. Catat gasil
pengukuran dan koreksi dengan faktor magnifikasi. Beri tanda (+) pada hasil selisih jika lapangan berkas
sinar-x diluar lapangan kolimasi cahaya, dan beri tanda (-) jika obyek terpotong (lapangan berkas sinar-x
di dalam lapangan kolimasi.
q) Tentukan kesesuian lapangan kolimasi cahaya dengan reseptor citra dengan mengukur jarak dari posisi
obyek koin (koin 1, 2,3 dan 4). Pengukuran ini dilakukan berdasarkan citra kaset1.
r) Catat hasil pengukuran dan koreksi dengan faktor magnifikasi.
s) Beri tanda (+) pada hasil selisih jika lapangan berkas sinar-x di dalam (terpotong) lapangan kolimasi
cahaya, dan beri tanda (-) jika obyek lapangan berkas sinar-x di luar lapangan kolimasi.
t) Untuk berdasarkan citra kaset2 dan lapangan reseptor citra, jumlahkan selisih pada langkah (j) dan (m).
u) Tentukan missing tissue dengan mengevaluasi posisi objek koin (langkah (m) s.d (p)), catat hasil ukur
dan koreksi dengan faktor magnifikasi
4. Analisa Data dan Evaluasi Selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar x
Evaluasi dilakukan pada reseptor/film yang diletakkan kontak dengan marker/coin (reseptor diatas meja
pasien/reseptor2)
Ukur penyimpangan/deviasi koin pada film masing2 sisi (Δ1). Beri tanda (-) jika lapangan x ray yang terjadi
berada didalam lapangan cahaya dan beri tanda (+) jika lapangan sinar x berada diluar lapangan cahaya
Contoh :
4 -0.40 -0.62
Nilai lolos uji untuk selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-x (film pertama) (Δ1) ≤ 2 %
c) Kesesuaian Tepi Chest Wall pada Paddle dengan Image Receptor (Δ3)
a. Ukur selisih tepi paddle deng tepi meja (Δa)
b. ukur selisih missing tissue bagian atas (Δb)
c. selisih paddle dengan citra = (Δa) + (Δb)
Δ3 = [{(Δa) + (Δb)}/SID]x100%
Contoh
Gambar 4. Gambar Tepi Chest Wall
Tabel 2. Nilai lolos uji tepi Chest Wall
Nilai lolos uji untuk selisih tepi lapangan berkas sinar-x dengan tepi chest wall (Δ3) ≤ 2 %
(1)(3)
Nilai lolos uji dari error ≤ ± 6.0 % ,
1. Tujuan
Untuk menentukan akurasi waktu penyinaran
2. Siapkan Peralatan Uji meliputi :
a) Digital kV meter or non- invasive beam analyser
b) Meteran
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a) Lakukan prosedur pemanasan tabung x-ray.
b) Letakkan detektor sesuai rekomendasi pabrik. Catat jarak antara sumber dengan detektor.
c) Lakukan minimal lima kali pengukuran menggunakan 27 kVp, dengan waktu penyinaran antara waktu
(0.02 < s < 1) atau jika perlu tambahkan pengukuran waktu penyinaran sesuai praktek klinis.
d) Apabila waktu penyinaran yang biasa digunakan lebih dari 1 s, lanjutkan pengukuran untuk waktu
penyinaran tersebut.
Catatan :
Apabila diperlukan, lakukan pengukuran tambahan menggunakan waktu penyinaran klinis.
4. Analisa Data dan Evaluasi
(1)(3)
Nilai lolos uji dari kesalahan (error) ≤ ± 5.0 % ,
F. Uji Reproduksibilitas
1. Tujuan
Untuk menentukan reproduksibilitas keluaran radiasi (output), tegangan tabung (kVp) dan waktu penyinaran.
2. Siapkan Peralatan Uji meliputi :
a) Digital multimeter (kV, s dan dose meter) or non- invasive beam analyser
b) Meteran
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a) Lakukan prosedur pemanasan tabung x-ray.
b) Letakkan detektor sesuai rekomendasi pabrik. Catat jarak antara sumber dengan detektor.
c) Selama satu periode (tidak lebih dari 10 menit), lakukan minimal 5 kali berturut-turut pengukuran output
radiasi, tegangan tabung, dan waktu penyinaran (atau mAs) menggunakan faktor penyinaran klinis yang
biasa digunakan.
4. Analisa Data dan Evaluasi
Reproduksibilitas (CV) adalah dituliskan sebagai koefisien variasi yang merupakan standar deviasi dibagi
dengan nilai rata-rata
Reproduksibilitas = CVpengukuran.
=
X
n
2
S X
1
i
i 1
X X n1
Dimana :
Xi = hasil pengukuran ke-i
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
Nilai Lolos Uji untuk Nilai HVL (dalam mm Al) dengan menggunakan compression device adalah
0,01 x kVp + 0,03 ≤ HVL < 0,01 x kVp + c
dengan c) = 0,12 untuk Mo/Mo
0,19 untuk Mo/Rh
0,22 untuk Rh/Rh
0,3 untuk W/Rh (2)
3
4
2 1
a) Letakkan 20 mm fantom PMMA di atas meja pemeriksaan, sehingga menutupi reseptor citra
b) Letakkan plat Al pada jarak 4 cm dari sisi chest wall di atas 20 mm PMMA
c) Berikan gaya kompresi 50 N
d) Aktifkan AEC dengan mode standar
e) Lakukan eksposi
f) Catat nilai kVp, mAs, MGD, Anoda/filter, dan ketebalan yang tampak pada monitor
g) Lakukan analisis terhadap ROI (~ 0.25 cm2). Catat nilai MPV dan SD untuk ROI 1 (pada daerah di luar
filter Al) dan ROI2 (pada daerah di dalam Al)
h) Ulangi untuk variasi ketebalan fantom PMMA lainnya : 45 mm dan 70 mm
i) Analisis tingkat deviasi dari pixel atau EI atau OD pada masing-masing ketebalan terhadap nilai rerata
ketiga ukuran fantom
j) Untuk mode auto timer, lakukan pengaturan kVp dan tebal PMMA seperti tabel dibawah ini
Sistem digital yang dinilai adalah niai CNR (Signal to noise Ratio)
Tabel Faktor Konversi g dan c untuk menghitung DG untuk tebal breast standar (53mm) dari pengukuran
dengan tebal fantom PMMA 45 mm.(2)
(1) Pembacaan dilakukan pada lingkaran massa dengan diameter terbesar (berbentuk lingkaran
sempurna)
(2) Pembacaan dihentikan jika lingkaran massa tampak sebagaian
(3) Jumlahkan lingkaran massa yang terlihat seluruhnya dengan masing-masing lingkaran adalah 1
(4) Untuk lingkaran massa yang tidak sesuai dengan posisi detail fantom disebut artefak
(5) Jika artefak terdeteksi, maka nilai yang diberikan kepada lingkaran massa yang terbaca terakhir
harus dikurangkan dari nilai total
(6) Contoh :
Hasil bacaan lingkaran massa terakhir yang terbaca adalah sebanyak 3, namun trdapat satu
artefak, maka nilai akhir bacaan pada massa adalah sebesar 2.5
Contoh :
Untuk alat lightmeter
Merk : AEMC
Type : CA813
s/n 1018
Tabel 9. Contoh hasil pengukuran
Keterangan :
K = Nilai Kesalahan
Palat = Nilai pembacaan pada Alat
Pstandar = Nilai Standar
Keterangan :
νa = Derajat Kebebasan Tipe A
5. Koefisien sensitifitas (Ci) = 1, Bila semua parameter pada model matematisnya memiliki besaran ukur yang sama
6. Ketidakpastian bentangan ( U)
Ketidakpastian baku gabungan ( uc ) adalah :
uc = u a
2
ub1 2 ub2 12 2 ............................................................................................. (8)
8. Nilai k ditentukan dari tabel t-Student, atau rumus yang sesuai untuk Tingkat Kepercayaan 95%, atau Jika Ʋeff >
60, maka dapat ditetapkan k = 2
Sehingga Ketidakpastian bentangan ( u) adalah :
F. Kesimpulan
a) Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b) Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Pengecekan kenormalan operasional alat sebelum dikembalikan ke user
a) Cek kelengkapan aksesori alat
b) Cek fungsi alat yang diuji/kalibrasi
H. Pengembalian alat yang diuji/kalibrasi dan Pengemasan Alat standar
a) Rapihkan alat yang diuji/kalibrasi
b) Rapihkan alat standar
I. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.063-18
- Form laporan nomor : FL.01.063-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 063-18
METODE KERJA PENGUJIAN SINAR-X
RADIOGRAFI MOBILE No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pelaksaan uji kesesuaian
pesawat sinar-x radiografi mobile.
II. DEFINISI
a. Tegangan Tabung (kVp)
Adalah nilai nilai rata-rata tegangan puncak yang diukur pada waktu
b. Dosis Serapan (Gy)
Adalah jumlah energi yang diserap suatu media tiap satuan massa.
Satuan dosis serapan, gray (Gy), sebanding dengan perpindahan 1 joule energi pada 1 kg massa suatu media.
c. HVL (mm)
Adalah ketebalan material yang diperlukan untuk mengurangi keluaran berkas sinar- x menjadi setengah dari nilai
sebelumnya
d. Dentitas Optikal Film X-ray
Densitas optikal (OD) disini digunakan untuk nilai gross densitas optikal (penghitaman) film x-ray.
OD = log10 (I0 / It)
Dimana
I0 = intensitas cahaya tanpa film
It = intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui film
Contoh, nilai OD = 1 menyatakan bahwa hanya 10% dari cahaya yang ditransmisikan melalui film, nilai OD =
2 menyatakan 1% transmisi.
e. SID adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan image (image receptor, film)
f. SSD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan kulit
g. SDD adalah jarak antara sumber (focal spot) dengan detektor (radiasi)
h. CV adalah Coefficient of variation (koefesien variasi), parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang sama, untuk mengetahui kosistensi dari kinerja komponen signifikan dari pesawat sinar-x.
i. CL adalah Coefficient of Liniearity (koefisien linieritas), parameter statistik dari sejumlah data pengujian sejenis
dengan seting input yang dibedakan secara linier, untuk mengetahui konsistensi respon dari kinerja komponen
signifikan dari peswat sinar-x bila diberi input yang berbeda.
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Seri Pedoman Uji kesesuaian Pesawat Sinar-x, KU/PD/DKKN/04, Bapeten
c. Keputusan Kepala Bapeten No. 01-P/Ka-Bapeten/I-03 tentang Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1250/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman Kendali Mutu
(Quality Control) Peralatan Radiodiagnostik
e. Peraturan Kepala Bapeten No. 09 Tahun 2011 tentang uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x Radiodiagnostik dan
Intervensional
f. Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing, Workbook 3: Major Radiographic
Equipment, Radiological Cpuncil of Western Australia , 2006
g. Pro-RTG AAPM 31, User manual, 1991
b
h θ
a
r
Gambar 3. Ketepatan berkas
B. Uji Iluminasi
1. Tujuan
Untuk mengukur iluminasi dari lampu kolimator.
2. Siapkan Peralatan Uji meliputi :
a) Light meter
b) Meteran
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a) posisikan alat ukur jarak 100 cm dari fokus tabung sinar-x.
b) pastikan detektor paralel pada sumbu anoda katoda
c) kurangi semua cahaya latar/ lingkungan dan ukur.
d) nyalakan berkas cahaya kolimator dan kolimasikan pada area sekitar 25 cm x 25 cm.
e) ukur pada setiap kuadran (I, II, III dan IV)
f)catat hasil pengukuran
4. Analisa Data dan Evaluasi
Rerata Net bacaan (ilum) = Σ(Xi – A)/4
Dimana
X : bacaan cahaya
kolimator(lux) I : bacaan ke
–i
A : bacaan cahaya latar (lux)
Nilai lolos uji Rerata net bacaan (Ilum) ≥ 100 lux pada jarak 1 m(4)
1. Tentukan bentuk gelombang radiasi. Gunakan 70 kVp, 20 mAs (atau yang mendekati).
2. Lakukan pengukuran mulai dari 60 kVp dan ulangi dengan peningkatan kVp setiap 10 kVp sampai 100 kVp.
Gunakan waktu penyinaran antara range 0.1 ≤ s ≤ 0.2. Dapatkan pula output radiasi secara bersamaan
dengan pengukuran kVp.
Catatan:
Untuk unit dengan fokus besar dan kecil, dianjurkan pengujian menggunakan fokus besar.
4. Analisa Data dan Evaluasi
kVp alat (setting ) kVp alat ukur
error 100%
kVp alat (setting )
c) Lakukan pengukuran waktu penyinaran pada tegangan tabung kira-kira 70 kVp dan lakukan lima
pengukuran antara waktu (0.02 < s < 1) atau jika perlu tambahkan pengukuran waktu penyinaran sesuai
praktek klinis.
F. Uji Reprodusibilitas
1. Tujuan
Untuk menentukan Reproduksibilitas keluaran radiasi (output), tegangan tabung (kVp) dan waktu penyinaran.
2. Siapkan Peralatan yang digunakan meliputi :
a) Digital multimeter (kV, s dan dose meter) or non- invasive beam analyser
b) Meteran
3. Langkah langkah Metode Uji meliputi :
a) Pastikan tabung x-ray sudah dipanasi
b) posisikan detector sesuai dengan rekomendasi pabrik (seperti pada gambar 7)
c) Catat SDD.
f) lakukan penyinaran dengan faktor penyinaran yang biasa dipakai
g) ulangi 5 kali dalam periode tidak melebihi 10 menit. Tegangan tabung dan waktu penyinaran pada setting
tunggal gunakan setting mAs
Catatan :
Sebelum pengulangan penyinaran ulangi penyetingan dari awal.
X = nilai rata-rata
S = standar deviasi
n = jumlah pengukuran
(f) Ukur langsung nilai HVL pada tegangan 70 kVp dan 80 kVp
(g) Catat nilai HVL nya
Catatan :
Pengujian kualitas berkas sinar-x dengan metode langsung dapat dilakukan bersamaan dengan
pengujian akurasi tegangan dengan mengambil data nilai HVL terukur pada setting tegangan 70 dan 80
kV.
Dimana :
D : absorbed Dose (Gy)
WR : Factor robot radiasi (untuk sinar-x, WR = 1)
H : Equivalen dose (Sv)
Nilai lolos uji untuk kebocoran wadah tabung (L) ≤ 1mGy/h(4) (1mSv/h) pada jarak 1 m
a) Alat ukur dengan mode laju dosis
Nilai kebocoran tabung dapat dihitung dengan formula berikut :
arus _ kontinu
Kebocoran tabung (L) bacaan _ alat
arus _ paparan
Contoh :
Jika pengukuran kebocoran pada jarak 1 m dengan menggunakan setting 50 mA dan mA kontinyu 2
mA terukur laju dosis 2300 µGy/h maka nilai kebocoran tabung (L) adalah :
L 2300 uGy / h 2
92 uGy / h
50
b) Alat ukur dengan mode dosis
arus _ kontinu
Kebocoran tabung (L) bacaan _ alat
mAxs seting
Contoh :
Jika pengukuran kebocoran pada jarak 1 m dengan menggunakan setting 200 mA dan 1.5 s dan mA
kontinyu 2 mA terukur dosis 120 µGy maka nilai kebocoran tabung (L) adalah :
L 120 uGy 3600 x 2 2888 uGy / h 2.88 mGy / h
200 1.5
Jika arus kontinyu tidak didapatka pada spesifikasi alat yang di uji maka mA kontinyu menggunakan
asumsi berdasarkan NRCP no. 49
Nilai arus kontinu untuk
kVp 150 diasumsikan 3.3 mA
kVp 125 diasumsikan 4 mA
kVp 100 diasumsikan 5 mA
No. Jenis Pemeriksaan Posisi Pemeriksaan Level Dosis Permukaan Kulit *)(1) (mGy)
1 Thorax AP 0.4
Contoh :
Untuk alat lightmeter
Merk : AEMC
Type : CA813
s/n 1018
Rentang (lux)
Penunjukan Standar (a) (lux) Penunjukan Alat (b) (lux)
200 200.0 171.4
150.0 128.2
100.0 85.3
50.0 42.4
contoh : penunjukan alat ukur light meter 130 lux, maka penunjukan sebenarnya adalah :
A 200 171.4 130200 150/171.4 128.2 = 152.08 lux
C. Langkah-langkah perhitungan ketidakpastian
pengukuran : Evaluasi perhitungan dan Analisa
ketidakpastian
Dari hasil data pengukuran diatas dilakukan evaluasi sebagai berikut :
X1 X 2 X 3 Xn
Xi
X (1)
n
1. Nilai rerata ( mean )
n 1
n
n
Keterangan :
Xi = Hasil Pengukuran
n = Jumlah pengukuran
2
2. Standar deviasi ( Stdv ) : .............................................................................. (2)
1 n
n 1 i
Xi X
Keterangan : 1
Xi = Hasil Pengukuran
n = Jumlah pengukuran
X = Nilai Rata-rata
Keterangan :
νa = Derajat Kebebasan Tipe A
5. Koefisien sensitifitas (Ci) = 1 ,Bila semua parameter pada model matematisnya memiliki besaran ukur yang
sama
6. Ketidakpastian bentangan ( U)
Ketidakpastian baku gabungan ( uc ) adalah :
ua ub1
uc =
2
2
2 2
u b21 ............................................................................................. (8)
Nilai k ditentukan dari tabel t-Student, atau rumus yang sesuai untuk Tingkat Kepercayaan 95%, atau
Jika Ʋeff >60, maka dapat ditetapkan k = 2
Sehingga Ketidakpastian bentangan ( u) adalah :
U95 = k uc.......................................................................................................................................................................................................................................... (10)
Laporan nilai ketidakpastian pengukuran diestimasikan pada tingkat kepercayaan 95% dengan faktor
cakupan (k) = 2.
k
Ub 2
3. Resolusi Alat Rectangular ub2 3
3
I. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.063-18
- Form laporan nomor : FL.01.063-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
No. MK : 064-18
METODE KERJA PENGUJIAN MAGNETIC
RESONANCE IMAGING (MRI) No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan untuk memberikan petunjuk kepada pelaksana dalam pengujian QC pesawat MRI.
II. DEFINISI
a. Akurasi Geometrik adalah suatu kemampuan dari MRI system dalam memproduksi dimensi dari suatu obyek tanpa
terjadi penyimpangan geometris yang seharunya tidak terjadi
b. Signal-To-Noise Ratio (SNR) adalah perbandingan signal sebenarnya dengan signal noise yang merupakan faktor
penentu penting dalam mendeteksi Objek / modul yang kecil dengan kontras rendah.
c. Image Uniformity adalah Keseragaman gambar yang tergantung pada kemampuan dari suatu sistem MRI untuk
melukiskan daerah serupa dengan intensitas yang sama di (dalam) suatu volume homogen
d. Homogenitas Kuat Medan Magnet adalah keseragaman dari kuat medan magnetis utama B o pada suatu volume
(spherical volume) dimana d.s.v atau diameter of spherical volume) yang ditentukan dan dinyatakan dalam part per
million (ppm).
e. Ghosting adalah sebuah artefak di mana sebuah bayangan samar (ghost) dari objek yang dicitrakan itu tampak
dilapiskan/superimpos pada gambar lokasi aslinya
IV. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan
b. Buku Magnetic Resonance Imaging – Quality Control Manual (American College of Radiology (ACR) 2015
c. Phantom Test guidance for the ACR MRI Accreditation Program
Gambar 1. Ilustrasi penggunaan struktur grid pusat untuk menyelaraskan phantom saat sentral bar dari head
coil menghalangi visualisasi penanda posisi cross-line. Phantom diposisikan dengan benar saat sinar laser
sejajar dengan tepi (arah kepala) superior dari struktur grid. Jika sinar laser sejajar secara akurat, phantom
berada pada posisi benar pada isocenter magnet setelah memindahkan phantom ke lokasi scan yang tepat.
Disarankan agar 3 sumbu localizer untuk memastikan phantom diposisikan dengan benar. Secara khusus,
periksa citra koroner untuk memastikan bahwa phantom tidak diputar pada sumbu anterior / posterior dan
gambar sagital untuk memastikannya tidak miring ke depan. Gambar localizer tidak dapat menggantikan
urutan sagittal yang tercantum di bawah ini karena gambar localizer yang cepat ini tidak memiliki resolusi
spasial yang memadai untuk memungkinkan resep irisan aksial yang akurat, pengukuran panjang phantom,
atau evaluasi posisi meja.
5. Atur parameter berikut untuk mendapatkan localizer
sagital : Gunakan squence : spin echo
TR : 200 ms
TE : 20 ms
Matrix : 256 x 256
FOV : 25.6 cm
NEX 1
Slice thickness : 20 mm
Time : 51-56 s
6. Atur akuisisi irisan aksial
ACR T1 : 11 iris, spin- echo,
TR : 500 ms,
TE : 20 ms,
FOV : 25 cm,
irisan slice : 5 mm,
slice gap : 5 mm,
matriks : 256 × 256,
NEX 1
ACR T2 : 11 iris, double spin- echo,
TR : 2000 ms,
TE : 20-80 ms,
FOV : 25 cm,
irisan slice : 5 mm,
slice gap : 5 mm,
matriks : 256 × 256,
NEX 1
7. Atur irisan seperti gambar 2 dibawah ini
Gambar 2: localizer Sagittal yang menunjukkan 11 lokasi slice aksial dan potongan 45 irisan berpasangan.
Kata "CHIN" dan "NOSE" pada gambar ini menunjukkan lokasi tempat pada phantom sebagai bantuan untuk
mengorientasikannya scan kepala.
8. Interpretasi (penafsiran) data dan tindakan untuk koreksi
Gambar 3
Gambar 4. localizer
Gambar 4: Localizer dengan pengukuran panjang end-to-end (ujung ke ujung) yang diilustrasikan (panah).
6. Tampilkan slice #1 dari seri ACR T1. Sesuaikan WW dan WL seperti yang dijelaskan di atas.
7. Ukur diameter phantom dalam 2 arah: Dari atas ke bawah dan kiri ke kanan (Gambar 5).
Gambar 5. Slice #1
Gambar 7: locator Sagittal ditunjukkan dengan WW set ke nol dan WL disesuaikan untuk perkiraan
pengukuran tingkat sinyal rata-rata.
a) Hasil Pengukuran panjang dibandingkan dengan nilai yang diketahui dari jarak di dalam phantom.
(1) Panjang ujung-ke-ujung (end to end) dari phantom adalah 148 mm.
(2) Diameter dalam dari phantom adalah 190 mm.
(3) Kriteria Tindakan yang Disarankan
Semua panjang yang diukur harus berada dalam ± 2 mm dari nilai sebenarnya.
GD dsebenarnya dterukur 2 mm
(4) Penyebab Kegagalan dan Tindakan Korektif
Penyebab paling umum kegagalan tes ini adalah 1 atau lebih gradien yang salah kaprah. Gradien
miscalibrasi menyebabkan dimensi yang terkait (x, y, atau z) pada gambar muncul lebih lama
atau lebih pendek dari sebenarnya. Ini juga akan menyebabkan kesalahan posisi slice. Hal ini
normal untuk drift kalibrasi gradien dari waktu ke waktu dan memerlukan kalibrasi ulang oleh
teknisi servis.
CATATAN: Amplifier gradien membutuhkan waktu untuk pemanasan dan stabil saat dinyalakan.
Beberapa tempat perangkat keras MR dimatikan, termasuk amplifier gradien, dalam semalam.
MR tersebut harus memastikan perangkat keras mereka setidaknya satu jam sebelum
digunakan.
Kemungkinan penyebab kegagalan adalah penggunaan akuisisi bandwidth (receiver bandwidth)
yang terlalu rendah. Ini adalah praktik umum pada beberapa scanner dan beberapa fasilitas
dengan mengurangi akuisisi bandwidth akuisisi meningkatkan rasio signal-to-noise (SNR). Hal ini
dapat didorong ke titik bahwa inhomogeneities normal di B o memanifestasikan dirinya sebagai
distorsi spasial pada gambar. Pada kebanyakan scanner, default bandwidth t untuk akuisisi T1
cukup tinggi untuk menghindari masalah ini.
Jika uji akurasi geometris gagal, dan seri ACR T1 diakuisisi dengan bandwidth rendah, coba
dapatkan seri itu lagi pada bandwidth yang lebih tinggi untuk melihat apakah masalahnya
tereliminasi.
Meskipun jarang, ada kemungkinan bahwa inhomogeneities B 0 yang tidak normal dapat
menyebabkan kesalahan dimensi yang signifikan pada citra phantom. Kehomogeneitas B 0
semacam itu bisa disebabkan oleh penyesuaian offset gradien yang tidak tepat, penyesuaian
pancaran magnet pasif atau aktif yang tidak semestinya, atau benda feromagnetik seperti pisau
saku atau klip rambut besar yang tersimpan di magnet. Terlepas dari penyebabnya, servis
engineer dapat dengan mudah mengukur homogenitas magnet, dan setiap inhomogeneity yang
cukup besar menyebabkan kegagalan uji akurasi geometris harus segera terlihat.
c) Ada tiga pasang lubang yang tidak terlalu persegi pada resolusi insert, yang terdiri dari Upper Left (UL)
lubang array dan Lower Right (LR) lubang array. Disini kanan dan kiri adalah kanan dan kiri dari sisi
yang memandang. UL array digunakan untuk menilai resolusi pada arah kanan-kiri, dan LR array
digunakan untuk menilai resolusi pada arah atas dan bawah
d) UL array meliputi empat baris dari empat lubang tiap barisnya. Pusat ke pusat pemisah lubang dalam
tiap baris adalah dua kali diameter lubang. Setiap baris sedikit doyong (staggered slightly) ke kanan
dari baris diatasnya, yang menyebabkan array tidak berbentuk kotak
e) LR array meliputi empat kolom dari empat lubang setiap kolomnya. Pusat ke pusat pemisah lubang
dalam tiap kolom adalah dua kali diameter lubang. Setiap kolom sedikit doyong ke bawah dari kolom
sebelah kiri (staggered slightly downward from the one to its left)
f) Diameter lubang berbeda antara pasangan array; untuk pasangan yang kiri 1,1 mm, untuk yang
tengah 1,0 mm dan untuk yang kanan 0,9 mm. dengan menggunakan resolution insert ini, seseorang
bisa menentukan apakah resolusi telah dicapai atau tidak pada setiap ketiga ukuran lubang diatas.
3. Siapkan ACR MRI PHANTOM menggunakan image slice #1 dari ACR aksial seri bobot-T1
4. Metode Kerja sebagai berikut :
Untuk tes ini, resolusi pada slice #1 dari setiap ACR T1 dievaluasi. Prosedur berikut ini diulang untuk setiap
seri :
5. Tampilkan gambar dari slice#1
6. Perbesar gambar dengan faktor antara dua dan empat, jaga resolution insert terlihat pada display, seperti
gambar 11.
Gambar 11. Bagian potongan slice# 1 yang diperbesar untuk menilai secara visual resolusi kontras tinggi.
Atur WW ke nilai yang lebih kecil (< 10% dari keseluruhan range dari intensitas sinyal untuk gambar). Tambah
WL sampai lubang-lubang pada resolution insert ditampilkan secara individu
7. Mulai dengan pasangan lubang array paling kiri, yang berpasangan dengan lubang ukuran terbesar, 1,1 mm.
8. Lihat pada barisan lubang dalam UL array, dan atur WW dan WL ke tampilan terbaik dari lubang sebagai
pembeda satu sama lain
9. Jika semua 4 lubang pada setiap baris manapun dapat dibedakan satu sama lain, gambar dipertimbangkan
“diatasi (resolved)” dari kanan ke kiri pada ukuran lubang tertentu
Kita harus sangat jelas tentang apa yang dimaksud dengan kata "dapat dibedakan." Tidak diperlukan
intensitas gambar yang turun sampai nol di antara lubang; Itu tidak normal. Yang dibutuhkan adalah WW dan
WL yang dapat ditemukan sedemikian rupa sehingga semua 4 lubang pada setidaknya 1 baris dapat dikenali
sebagai titik intensitas sinyal terang daripada spasi di antara keduanya. Gambar 12a menunjukkan gambar
lubang yang dapat dipisahkan dengan baik.
Bila ukuran lubang sebanding dengan resolusi pada gambar, ada kecenderungan kelompok dari 2 atau lebih
lubang berturut-turut saling mengkaburkan dan muncul sebagai satu titik sinyal berbentuk tidak beraturan.
Dalam hal ini lubang di baris tersebut dianggap belum terselesaikan. Contoh dari hal ini ditunjukkan pada
baris 1 dari susunan UL dari gambar 12b
Gambar 12
10. Penampilan khas lubang yang terselesaikan dengan baik. Baris 2 sampai 4 dari susunan UL diselesaikan,
dan kolom 1 sampai 3 dari susunan LR diselesaikan. (Baris dan kolom diberi nomor mulai dari sudut kiri atas
setiap array.)
11. Contoh baris yang tidak terselesaikan dan kolom yang belum terselesaikan. Baris 2 dari susunan UL
diselesaikan karena semua 4 lubang dapat dilihat satu sama lain, meskipun lubang di kedua ujung garis
buram bersama tetangga mereka pada baris di bawah ini. Jadi, arah horisontal akan dinilai seperti yang
terpecahkan pada ukuran lubang ini. Tidak ada kolom dari array LR yang menampilkan lebih dari 3 titik yang
dapat dilihat di dalam kolom, sehingga arah vertikal tidak terselesaikan pada ukuran lubang ini.
a) Lihat lubang pada baris pada LR array dan atur WW dan WL sampai terlihat tampilan terbaik dari lubang
sebagai pembeda satu sama lain
b) Jika semua 4 lubang pada setiap kolom manapun dapat dibedakan satu sama lain, gambar
dipertimbangkan “diatasi (resolved)” atas ke bawah pada ukuran lubang tertentu
c) Pindah ke pasangan array dengan ukuran lubang kecil berikutnya, dan evaluasilah seperti pada langkah
(6) sampai (9). Lanjutkan sampai ukuran lubang terpecahkan terkecil ditemukan untuk arah kanan ke kiri
dan atas ke bawah.
d) Catat ukuran lubang terkecil yang dapat dipisahkan di setiap arah. Itu adalah resolusi yang terukur untuk
arah itu.
12. Interpretasi (penafsiran) data dan tindakan untuk koreksi
Gambar 13
Gambar 14. Slice# 1 dengan ketebalan slice insert dan signal ramps yang ditunjukkan.
4. Prosedur untuk mengukur sinyal ramp dalam slice #1 adalah sebagai berikut :
a) Tampilkan slice #1 dan perbesar dengan faktor dua – empat, pastikan slice thickness insert terlihat penuh
di layar
b) Atur WL sehingga sinyal ramp tervisualisasi dengan baik. Sinyal ramp lebih rendah daripada air yang
mengelilingi, sehingga umumnya perlu untuk menurunkan WL secara substansial dan membatasi WW
c) Buat ROI segi-empat pada bagian tengah setiap sinyal (seperti gambar 15). Catat nilai rata-rata sinyal
untuk setiap ROI, lalu buat rata-rata kedua nilai tersebut. Hasilnya adalah angka yang mendekati sinyal
rata-rata pada bagian tengah sinyal ramp. Elips ROI bisa juga dipakai jika segi-empat tidak tersedia.
Catatan: Hati-hati saat membuat ROI, bahwa lebar ROI pada ramp arah atas dan bawah bawah, tetapi
ROI tidak boleh melebar diluar dari ramp. Jika ada perbedaan lebih dari 20% antara nilai sinyal yang
diperoleh dari kedua ROI, hal ini sering karena satu atau keduanya dari ROI mencakup daerah diluar
ramp
Gambar 15. slice#1 menunjukkan slice thickness signal ramps dengan ROIs yang ditempatkan untuk
mengukur rata-rata sinyal ramp.
d) Turunkan WL menjadi satu setengah dari sinyal ramp rata-rata yang terhitung pada langkah diatas (langkah
ke (c). Atur WW menjadi minimum.
Catatan : Beberapa scanner menggunakan nilai pixel 1024 sebagai level nol sinyal. Untuk scanner
tersebut perlu untuk mengambil perhitungan ketika menghitung sinyal rata-rata pada langkah ke (c), dan
saat setting level display pada langkah ke (d). Tujuannya adalah untuk mengatur WL ke nilai numerik
yang sesuai dengan sinyal pada setengah sinyal rata-rata di tengah ramp.
e) Gunakan alat ukur panjang pada display untuk mengukur panjang ramp atas dan bawah. Seperti pada
gambar 16. dan catat
Gambar 16. slice# 1
menunjukkan slice thickness signal ramps. WW adalah “0” (nol) dan WL adalah 1/2 dari sinyal rerata
ramp. Pengukuran panjang ramp ditunjukkan pada gambar (garis abu-abu).
Dimana bagian atas dan bawah adalah panjang terukur dari deret sinyal atas dan bawah. Misalnya, jika
sinyal atas terukur 59,5 mm dan sinyal bawah terukur 47,2 mm, maka tebal slice adalah
(1) Penguat RF yang non – linear dapat menyebabkan bentuk pulsa RF terdistorsi dan
menggagalkan test ini. Pada kebanyakan scanner, teknisi servis harus mengalibrasi power
amplifier RF untuk kelinearan. Jika kalibrasi ini tidak berjalan dengan benar, akan membuat
kegagalan dalam tes ini
(2) Kegagalan pemakaian pada porsi RF daya tinggi dari scanner (RF power amplifier, kabel
koaksial, saklar RF atau koil transmitter itu sendiri) dapat membuat bentuk pulsa RF terdistorsi.
Kalibrasi gradient yang buruk atau performa gradient switching dapat juga menyebabkan
kegagalan dalam test ini
Gambar 17: Gambar slice#1 (a) dan slice# 11 (b) dengan pasangan batang/bar dari potongan melintang 45°.
Pada gambar ini, perbedaan panjang antara batang kanan dan kiri kecil dan menunjukan irisan pada posisi
yang baik
Untuk kedua slice #1 dan #11, jika potongannya persis sejajar dengan simpul dari irisan yang disilangkan,
maka irisan akan muncul sebagai batang gelap dengan panjang yang sama pada gambar. Dengan disain
wedges, jika potongannya displace/berpindah secara superior maka batang pada sisi kanan pengamat (sisi
kiri anatomis) akan lebih panjang (gambar 18a). Jika slice dipindahkan secara inferior sehubungan dengan
vertex, batang di sebelah kiri akan lebih panjang (Gambar 18b).
Gambar 18: slice#1 menggambarkan pengukuran kesalahan posisi slice. Panah menunjukkan ukuran
perbedaan panjang bar yang akan dibuat.
(a) Batang di sebelah kanan lebih panjang, artinya potongan itu salah posisinya; Perbedaan panjang bar
ini diberi nilai positif.
(b) Batang di sebelah kiri lebih panjang, artinya potongan itu missposisi inferior; Perbedaan panjang bar
ini diberi nilai negatif.
Pengukuran dibuat untuk slice# 1 dan 11 dari Phantom ACR T1 dan ACR T2. Gunakan prosedur berikut untuk
setiap gambar:
4. Tampilkan slice. Perbesar gambar dengan faktor 2 sampai 4, jaga agar batang vertikal dari potongan yang
disilangkan dalam bagian gambar yang diperbesar
5. Atur Ww dan gunakan WW yang sempit sehingga batas dari vertikal bar tidak kabur. Atur juga WL l satu
setengah dari sinyal pada daerah phantom yang terang
6. Gunakan alat pengukur panjang untuk menentukan perbedaan dalam panjang antara bar kiri dan kanan. Jika
bar kiri lebih panjang, beri tanda minus pada panjangnya seperti gambar 18. Sebagai contoh, jika perbedaan
panjang bar adalah 5 mm dan bar kiri lebih panjang, maka catat pengukuran sebagai - 5 mm. Total ada 4
ukuran panjang.
7. Catat hasil pengukuran tersebut diatas.
8. Interpretasi (penafsiran) data dan tindakan untuk koreksi
a) Karena wedge yang bersilangan mempunyai slop 45˚, perbedaan panjang bar adalah 2 kali panjang
kesalahan jarak irisan. Sebagai contoh, jika perbedaan panjang bar adalah 5 mm berarti irisan bergeser
lebih rendah 2,5 mm dari puncak (vertex) pada wedge yang bersilangan. Kesalahan posisi irisan (mm) = ½
(a-b) < 5 mm
9. Kriteria Tindakan yang Disarankan
a) Besaran setiap perbedaan panjang bar harus lebih kecil atau sama dengan 5 mm. sebagai catatan
perbedaan panjang bar lebih dari 4 mm saja untuk slice #11 akan mengaburkan pendeteksian low contrast
object
b) Kesalahan yang banyak terjadi diakibatkan kesalahan oleh operator scanner dalam instruksi yang tertulis
pada lokasi irisan. Tipe error ini dikesampingkan oleh pengujian gambar aksial, yang bereferensi-silang
(cross reference) pada localizer; slice #1 dan #11 harus sebaris dengan puncak wedge pada localizer
image. Irisan harus ditentukan sehati-hati mungkin karena error ini dalam kombinasi dengan sumber error
lain dapat mendorong level dari performansi yang diterima ke level yang tidak diterima.
c) Banyak petugas scanner secara otomatis memindahkan posisi meja pasien pada arah bawah-atas untuk
menempatkan pusat imaging volume yang ditentukan pada gradient isocenter. Setelah localizer didapat,
posisi meja pasien ditambah sehingga kesalahan pada mekanisme memposisikan meja pasien dapat
mendorong ke arah kesalahan memposisikan irisan. Jika perbedaan panjang bar untuk slice #1 dan # 11
adalah sama dalam ukuran dan serupa dalam magnitudonya, mungkin kesalahan memposisikan meja
merupakan penyebabnya
d) Sekali waktu kombinasi dari dua atau tiga masalah (intruksi tertulis irisan yang tidak akurat, kesalahan pada
mekanisme memposisikan meja pasien dan kalibrasi gradien yang buruk atau homogenitas Bo ) dapat
mengakibatkan kesalahan ketika tidak ada satu masalah akan cukup buruk untuk menyebabkan kesalahan
pada masalah tersebut. Oleh karena itu, jika tidak ada satupun bertanggung jawab yang menyebabkan
kegagalan dalam tes ini, dicoba untuk mempunyai teknisi servis untuk shim Bo, untuk kalibrasi ulang
gradien, dan periksa mekanisme memposisikan meja pasien untuk pemakaian yang berlebih. Lalu peroleh
set data gambar baru setelah penentuan irisan sehati-hati mungkin.
6. Catat nilai intensitas piksel rata-rata di dalam ROI ini diperlukan untuk uji ghosting sinyal persen.
7. Atur WW minimum dan turunkan WL sampai seluruh area di dalam ROI besar berwarna putih. Tujuannya
sekarang adalah menaikkan WL secara perlahan sampai terjadi sekitar 1 cm2 piksel gelap berkembang di
dalam ROI. Daerah ini menunjukkan wilayah sinyal terendah dari ROI besar.
8. Buatlah 1 cm2 ROI di daerah sinyal rendah tadi seperti gambar 16a. Catat nilai mean pixel
9. Naikkan WL sampai semua kecuali satu , daerah rough/kasar kecil sekitar 1 cm2 piksel putih tetap berada di
dalam ROI yang besar. Ini adalah wilayah sinyal tertinggi.
Terkadang lebih dari 1 wilayah piksel putih akan tetap ada. Dalam hal itu, fokuskan perhatian pada wilayah
putih terbesar.
Bisa terjadi bahwa daripada memiliki daerah putih yang terdefinisi dengan baik, yang satu berakhir dengan 1
atau lebih area berdifusi piksel hitam dan putih campuran. Dalam hal ini, buat perkiraan terbaik dari lokasi
bagian paling terang 1 cm2 dari area terang terbesar.
10. Tempatkan ROI 1 cm2 pada daerah sinyal tinggi seperti langkah 9. gambar 20b menunjukkan seperti apa
gambar khas pada titik ini. Catat nilai piksel rata-rata untuk ROI 1 cm2 ini. Ini adalah nilai sinyal tinggi yang
diukur.
Jika ada ketidakpastian tentang tempat menempatkan ROI karena tidak ada lokasi yang jelas terang sekali,
cobalah beberapa lokasi dan pilih yang memiliki nilai piksel rata-rata tertinggi.
Gambar 20. Gambar slice#7 menunjukkan gambar windowing dan penempatan ROI kecil berukuran 1 cm2
untuk pengukuran keseragaman gambar.
(a) Contoh windowing dan penempatan ROI untuk pengukuran nilai sinyal rendah. Dalam hal ini lokasi
penempatan ROI yang tepat tidak sepenuhnya jelas. Panduan yang diberikan pada langkah (7) di
atas telah diikuti. ROI telah ditempatkan pada apa yang diperkirakan secara visual menjadi area
gelap 1 cm2 terbesar di dalam area gelap 2 terbesar di dalam ROI yang besar.
(b) Contoh windowing dan penempatan ROI untuk pengukuran nilai sinyal tinggi. Mengikuti panduan di
langkah (9) di atas, ROI ditempatkan pada perkiraan visual yang paling terang 1 cm2 dari area
terang di dalam ROI yang besar.
11. Interpretasi (penafsiran) data dan tindakan untuk koreksi
a)Nilai sinyal tinggi dan rendah yang diukur untuk masing-masing rangkaian ACR digabungkan untuk
menghasilkan nilai yang disebut percent integral uniformity (PIU). Gunakan rumus berikut untuk menghitung
PIU:
Gambar 21. Gambar slice# 7 yang menggambarkan penempatan ROI Untuk persen-sinyal ghosting
pengukuran.
5. Tempatkan ROI lingkaran besar pada gambar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 21. ROI ini harus
memiliki area antara keduanya 195 cm2 dan 205 cm2 (19.500 sampai 20.500 mm2). ROI harus dipusatkan
pada phantom, tapi sebaiknya tidak menyertakan kotak gelap kecil yang muncul di bagian atas phantom pada
potongan ini.
Catat nilai piksel rata-rata untuk ROI ini.
Jika workstation tidak dapat menghasilkan ROI melingkar, ROI persegi dapat digunakan. Luas kuadrat ROI
harus antara 130 cm2 dan 140 cm2 (13.000 sampai14.000 mm2).
6. Tempatkan ROI elips seperti yang ditunjukkan pada Gambar 21.
ROI harus memiliki rasio panjang sampai lebar sekitar 4: 1, dan luas total sekitar 10 cm2 (1000
mm2). Catat nilai piksel rata-rata untuk setiap ROI, catat nilai mana yang sesuai dengan ROI mana.
Penting untuk tidak menempatkan ROI Back ground pada tepi phantom atau terhadap tepi bidang pandang
(FOV), namun berpusat di antara tepi phantom dan FOV. Jika phantom berada di luar pusat di FOV, mungkin
perlu mengurangi lebar beberapa ROI agar sesuai dengan phantom dan tepi FOV. Kurangi lebar ROI yang
diperlukan agar sesuai, dan tingkatkan panjangnya untuk mempertahankan area sekitar 10 cm2; ROI atas
dan kanan seperti Gambar 21
Jika workstation tidak dapat menghasilkan ROI elips, ROI persegi panjang dengan ukuran kira-kira sama
dapat digunakan..
7. Interpretasi (penafsiran) data dan tindakan untuk koreksi
a) Nilai untuk ghosting, dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Ghosting Ratio(GR) = | ((Atas + bawah) - (kiri + kanan)) / (2 x (ROI besar)) |
Dimana ROI atas, bawah, kiri, kanan, dan besar adalah Nilai piksel rata-rata untuk ROI dengan nama yang
sama.
b) Kriteria Tindakan yang Disarankan
Rasio ghosting (GR) ≤ 0,025.
c) Penyebab Kegagalan dan Tindakan Korektif
Ghosting bisa disebabkan oleh gerakan atau getaran phantom selama akuisisi. Pastikan phantom
diposisikan dengan aman di head coil dan tidak bebas bergerak.
Ghosting adalah gejala nonspesifik dari masalah perangkat keras. Secara umum, hal ini disebabkan oleh
ketidakstabilan sinyal yang diukur dari cycle pulsa ke pulsa cycle, yang dapat berasal dari subsistem
penerima, pemancar, atau gradien. Setelah mengesampingkan gerak phantom, biasanya perlu meminta
teknisi servis untuk melacak dan memperbaiki penyebab ghosting.
Pemindai dengan receiver nondigital (kebanyakan scanner yang dirancang sebelum 1990) rentan terhadap
sejenis ghosting yang disebut ghosting ketidakseimbangan penerima quadrature, atau menerima hantu
kuadratur. Ghosting jenis ini tidak disebabkan oleh ketidakstabilan sinyal terukur dari siklus pulsa ke siklus
pulsa, namun dengan ketidakseimbangan saluran kuadratur receiver analog. Ghosting ini biasanya mudah
dibedakan dari jenis ghosting lainnya karena hanya akan ada 1 ghosting dan itu akan menjadi cerminan
dari gambar utama melalui asalnya. Misalnya, objek di sudut kiri bawah gambar akan menerima ghosting
kuadratur di sudut kanan atas pada jarak yang sama dari pusat gambar. Menerima kuadratur ghosting
dikoreksi dengan menyeimbangkan saluran kuadratur penerima, yang dapat dilakukan oleh teknisi servis.
Gambar 22. Gambar slice# 11 menunjukkan lingkaran benda kontras rendah untuk uji pendeteksian
objek dengan kontras rendah.
Semua spoke pada slice yang diberikan mempunyai level kontras yang sama. Dimana, dari slice #8 sampai
#11, nilai kontras adalah 1.4%, 2.5% dan 3.6% dan 5.1% (untuk ketebalan slice 5 mm). Semua disk dengan
spoke yang diberikan mempunyai diameter yang sama. Mulai dengan posisi jam 12, dan bergerak searah
jarum jam, diameter disknya berkurang dari 7.0 mm pada spoke yang pertama ke 1.5 mm pada spoke yang
ke 10.
3. Metode Kerja sebagai berikut :
4. Tampilkan slice yang akan dinilai, mulai pada slice#11 yang memiliki objek kontras tertinggi
5. Atur WW (biasanya nilainya rendah) dan WL untuk visibilitas terbaik dari objek kontras rendah.
6. Hitung jumlah dari complete spoke. Mulailah menghitung dengan spoke yang mempunyai diameter lubang
terbesar; spoke ini pada jam 12 atau ke kanan sedikit dari jam 12, dan disebut sebagai spoke 1. Hitung
menurut arah jarum jam dari spoke 1 sampai spoke yang mencapai dimana satu atau lebih dari lubang tidak
dapat dibedakan dari latar belakang (background)
Sebagai contoh, Gambar 23 menunjukkan gambar slice# 8 yang kurang dari 10 complete spoke . Skor untuk
gambar ini adalah 9 complete spoke.
Gambar 23. Gambar irisan# 8, menunjukkan lingkaran benda dengan kontras rendah. Gambar ini akan
dinilai mempunyai 9 spoke
I. Pengujian/pengecekan SNR
1. Tujuan
Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan signal sebenarnya dengan signal noise.
2. Siapkan ACR Phantom
3. Metode Uji sebagai berikut :
4. Pilih gambar slice #7
5. Buat “sinyal rata-rata (mean signal) Region Of Interest (ROI)” yang meliputi 75% dari luas penampang dari
phantom, seperti yang ditunjukkan pada gambar. “Mean signal ROI” mendefinisikan range dimana
pengukuran akan dilakukan
6. Simpan/catat “Sinyal rata-rata / mean pixel value dari ROI dengan Label ”S”
SNR
BG BG
Sinyal rata2
BG BG
7. Tentukan Sinyal Background (Background signal) sebagai nilai rata-rata dari semua intensitas pixel pada
“Noise ROI” yang terletak pada latar belakang gambar. Catat nilai ini.
8. Tentukan Noise Standard Deviation sebagai akar kuadrat dari nilai rata-rata dari semua intensitas pixel pada
“Noise ROI” yang terletak pada latar belakang gambar (image background). Catat nilai ini.
9. Analisa Data dan Evaluasi
a) Interpretasi (penafsiran) data dan tindakan untuk koreksi
SNR dihitung berdasarkan rumus berikut :
SNR S 0.655 S
bkg
bkg 2
2
Dimana :
S : signal rerata
bkg : standar deviasi background (udara)
b) Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap variasi dari SNR adalah :
(1) sistem kalibrasi umum (frekuensi resonansi, flip angle, dan lain-lain), gain
(2) coil tuning
(3) RF shielding
(4) coil loading
(5) pemrosesan gambar (image processing)
(6) parameter scan
c) Kurangnya keseragaman intensitas gambar mengindikasikan adanya defisiensi pada scanner, sering
ada cacat pada subsistem frekuensi radio. Kadang-kadang potongan dari bahan metal dapat hilang
pada head coil atau sepotong RF coil dapat menjadi dislodged dalam coil housing.
d) Volume RF koil pada sistem MRI yang modern ada dua variasi. Untuk sistem MRI medan rendah
beberapa format dari solenoid sering digunakan. Ini adalah rangkaian resonan dimana performa dari
koil ditentukan oleh factor kualitas (koil Q) dan frekuensi resonansi. Volume koil yang digunakan pada
sistem MRI medan-sedang sampai dengan medan-tinggi (dari 0.5 sampai 2.0 T) lebih sering disebut
koil sangkar burung (birdcage coil) karena desain koilnya yang berbeda. Secara elektris, koil ini
menunjukkan performa dengan cara serupa filter listrik analog dan dapat merupakan design low-pass,
band-pass atau high pass filter.
e) Meskipun koil sangkar burung adalah rangkaian resonan juga, SNR dan keseragaman dapat
menimbulkan reaksi pada banyak cara pada tipe-tipe kegagalan pemakaian koil RF yang berbeda-
beda. Sebagai contoh hilangnya sinyal quadratur akan berakibat pada keseragaman dan SNR.
Kegagalan pemakaian kapasitor pada ring akhir (untuk desain high pass dan band pass) juga berakibat
pada keseragaman dan SNR. Hilangnya kapasitor pada kaki dari tipe low pass koil sangkar burung
akan mengakibatkan keseragama. Apakah SNR juga terpengaruh bergantung pada jumlah kaki pada
koil sangkar burung dan sensitivitas SNR pada koil
f) Kegagalan komponen pada baluns (peralatan yang digunakan untuk memasangkan penyeimbang atau
koil simetris secara elektris ke line yang tidak seimbang) akan mempengaruhi impedansi, menghasilkan
degradasi dari quadrature phasing, keseragaman gambar dan SNR. Kegagalan komponen pada
penambah quadratur phase akan mempengaruhi keseragaman dan SNR
g) Nilai SNR sangat bervariasi dengan tipe dari MRI sistem. Range pengukuran yang diterima harus
ditentukan pada saat tes penerimaan dan/atau dengan membuat beberapa baseline pengukuran dan
setting limit aksi pada ± satu standar unit deviasi.
D. Kesimpulan
a. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
b. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.064-18
- Form laporan nomor : FL.01.064-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 065-18
METODE KERJA PENGUJIAN
ULTRASONOGRAPH No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian unit ultrasonograph selanjutnya disebut UUT dengan cara
membandingkan kinerja UUT dengan alat standar
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI 474 – 20081015-01 Ultrasound Scanner
e. Buku pengoperasian Multi Purpose Multi Tissue Ultrasound Phantom
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
2. Setelah mendapatkan image yang diinginkan, tekan tombol freeze pada Ultrasonograph untuk dilakukan
pengamatan
3. Periksa image untuk menentukan pasangan titik terakhir yang dinyatakan sebagai dua titik yang terpisah. Ukur
jarak antara titik. Lihat lampiran 1.
4. Catat hasil pengamatan pada Lembar Kerja dan tekan tombol Print untuk mendapatkan hasil image.
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi USG
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan Tabel 1. Tabel Uncertainty
Budget
3
U
4. Drift Segi empat Udrift 3 drift
C. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan Telaah Teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
a. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan
pernyataan TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
b. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
e. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.065-18
- Form laporan nomor : FL.01.065-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 066-18
METODE KERJA PENGUJIAN ULTRA SOUND
THERAPY No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada Ultra
sound therapy, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan pengukuran
kinerja (kalibrasi).
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. Health Care Product Comparison System, ECRI 408-20010301-01
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian standar (ultra sound wattmeter) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UUT
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Stopwacth berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi UST
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
3
U drift
4. Drift Segi empat Udrift 3
3
C. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusan
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10% dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40% dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50% dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70% dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70%
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.066-18
- Form laporan nomor : FL.01.066-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 067-18
METODE KERJA PENGUJIAN UV STERILIZER
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian UV sterilizer tipe bergerak (selanjutnya disebut UUT) dengan cara
melakukan pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan mengukur daya radiasi sinar UV tipe C
yang dipancarkan oleh lampu ultra violet yang mempunyai panjang gelombang 220 nm s.d 280 nm.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016.
d. ISO 15858 : 2016 UVC Devices
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu ruang : 25 ºC ± 5 ºC
b. Kelembaban : 55 % RH ± 10 % RH
c. Voltase : 220 Vac ± 10 %
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Stopwatch berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi Stopwatch
(c) Drift Standar
(d) Perbedaan pembacaan
(e) Koefisien sensitifitasnya berdasarkan model matematisnya adalah 1.
(2) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
(3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10, adalah = 50
(4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian bentangan
C. Telaah teknis
a. Lakukan telaah teknis berdasarkan kondisi fisik dan fungsi alat
b. Lakukan telaah teknis keselamatan listrik berdasarkan hasil pengujian keselamatan listrik mengacu pada MK
pengujian keselamatan listrik Nomor MK 001-18
c. Lakukan telaah teknis pengujian kinerja berdasarkan Prosedur Pernyataan Kesesuaian dan Aturan Keputusn
Nomor PO.002-18 dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengukuran Kinerja :
a. ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b. < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi persyaratan
Tabel 3. Telaah teknis
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.067-18
- Form laporan nomor : FL.01.067-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 068-18
METODE KERJA PENGUJIAN ANESTHESI
VAPORIZER No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode kerja ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi secara langsung (direct calibration) pada
Anesthesi Vaporizer, dengan cara melakukan pemeriksaan fisik, pengujian fungsi, pengujian keselamatan listrik dan
pengukuran kinerja dengan cara membandingkan antara nilai setting pada anesthesi vaporizer dengan hasil pembacaan
pada optical gas monitor.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik, 2014
c. KAN-G-01,Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016
d. ECRI Procedure No.436-20010301 Anesthesia Vaporizers
IV. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
a. Optical Gas Monitor
b. Thermohygrobarometer
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Lingkungan : 20 ºC ± 5 ºC, bila temperature menyimpang ± 10 ºC tambahkan nilai drift amount lihat tabel 1.
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
VI. PROSEDUR PENGUJIAN DAN/ATAU KALIBRASI
a. Persiapan dokumen
1. Metode kerja
2. Instruksi kerja
3. Lembar Kerja
4. Label
b. Persiapan alat yang akan diuji/kalibrasi
1. Siapkan alat yang akan diuji/kalibrasi
2. Periksa kelengkapan aksesori
c. Persiapan Alat Uji/Kalibrasi
1. Siapkan alat ukur keselamatan listrik
2. Siapkan alat ukur optical gas monitor
3. Siapkan thermohygrometer
d. Pendataan administrasi alat yang diuji/kalibrasi di lembar kerja yang minimal terdiri dari :
1. Catat identitas penguji
2. Catat nama alat
3. Catat merek
4. Catat model
5. Catat nomor seri
6. Catat ruangan
7. Catat tanggal pelaksanaan
8. Catat identitas fasyankes/pelanggan
e. Pengukuran kondisi lingkungan
1. Siapkan & hidupkan thermohygrobarometer
2. Catat suhu & kelembaban awal kerja
3. Catat suhu & Kelembaban akhir kerja
4. Catat tekanan udara
5. Catat tegangan jala-jala
VII. PEMERIKSAAN FISIK DAN FUNGSI ALAT YANG DIUJI/KALIBRASI
Lakukan pemeriksaan pengamatan fisik dan fungsi Anesthesi
Vaporizer
a. Badan dan permukaan alat, periksa bagian luar unit, pastikan bersih, terpasang ketat satu dan lainnya dan tidak ada
bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.
b. Kotak kontak alat, periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-Power). Gerak-gerakkan kotak kontak untuk
memastikan keamanannya. Goyang-goyangkan kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur yang
longgar. (anesthesi vaporizer menggunakan gas desflurane)
c. Kabel catu utama, Periksa kabel, apakah terlihat ada kerusakan atau bagian isolasi yang terkelupas. (anesthesi
vaporizer menggunakan gas desflurane)
d. Periksa pengunci, regulator anesthesi vaporizer, untuk memastikan anesthesi vaporizer berfungsi dengan sempurna
VIII. PENGUJIAN KESELAMATAN LISTRIK
mengacu pada metode kerja pengujian keselamatan listrik nomor metode kerja nomor : 001-18
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian Standar (Optical gas monitor) berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Resolusi Anesthesi Vaporizer
(c) Drift Standar
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat kebebasan efektif dan ketidakpastian
1. Pengukuran Berulang Normal n n
USertstd
2. Sertifikat Standar Normal USertf stand k
k
Ures
3. Resolusi Rectangular Uresolusi 3
3
Udrift
4. Drift Rectangular Udrift 3
3
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
E. Pengecekan kenormalan operasional alat sebelum dikembalikan ke user
a) Cek kelengkapan aksesori alat
b) Cek fungsi alat yang diuji/kalibrasi
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.068-18
- Form laporan nomor : FL.01.068-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 069-18
METODE KERJA PENGUJIAN
VENTILATOR No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Metode ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian unit Ventilator Perawatan Dewasa (selanjutnya disebut UUT) dengan
cara melakukan pengamatan fisik dan fungsi alat, pengukuran keselamatan listrik dan mengukur parameter keluaran
Ventilator secara langsung dengan menggunakan Gas Flow Analyzer (selanjutnya disebut standar), agar sesuai dengan
standar acuan yang digunakan.
III. REFERENSI
a. Permenkes RI No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat Kesehatan.
b. SNI IEC 62353:2014, Pengujian berkala dan pengujian setelah perbaikan pada peralatan elektromedik,
2014.Instruction Manual Centor Force Gauge – Star Vision, Merk Andilog
c. ISO 80601-2-12, Internasional Standard, Particular Requirements for Basic Safety and Essential Performance of
Critical Care Ventilator
d. KAN-G-01, Guide on the evaluation and expression of uncertainty in measurement, KAN, 2016ISO 80601-2-12,
International Standar
e. ECRI 458-20081015-01-Major-Proc-Ventilator
f. Manual operasional Gas Flow Analyzer
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Ruang : 25º C ± 5º C
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
VII. PEMERIKSAAN FISIK DAN FUNGSI ALAT YANG DIUJI DAN/ATAU KALIBRASI
Lakukan pemeriksaan pengamatan fisik dan fungsi Ventilator
a. Badan dan permukaan alat, periksa bagian luar unit, pastikan bersih, terpasang ketat satu dan lainnya dan tidak ada
bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.
b. Kotak kontak alat, periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-Power). Gerak-gerakkan kotak kontak untuk
memastikan keamanannya. Goyang-goyangkan kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur yang
longgar.
c. Kabel catu utama, Periksa kabel, apakah terlihat ada kerusakan atau bagian isolasi yang terkelupas.
d. Sekering pengaman, Periksa sekering yang terdapat pada bagian luar rangkaian, apakah nilai tahanan dan tipenya
sesuai dengan spesifikasi yang tertulis pada alat. Sekering pengaman harus berfungsi baik.
e. Tombol, saklar dan kontrol, Sebelum mempergunakan/ mengubah-ubah tombol kontrol, periksa posisinya, jika terlihat
tidak berada pada posisinya (periksa dengan menggunakan mode pemeriksaan standar). Bandingkan dengan posisi
control. Ingat pengaturan tersebut dan jangan lupa untuk mengembalikan pada setting awal jika sudah selesai
menggunakan.
f. Tampilan dan indikator, Selama pengecekan fungsi, pastikan lampu indikator dan tampilan berfungsi seluruhnya,
yakinkan bahwa bagian tampilan digital berfungsi
g. Periksa kondisi fisik dan konektor baterai apakah siap untuk dipergunakan. Periksa apakah alarm baterai
menunjukkan baterai lemah. Jika demikian recharge baterai.
h. Kemudian periksa kondisi Charger apakah masih baik dan dapat bekerja dengan baik, lalu charge baterai. Untuk
beberapa jenis baterai mempunyai batas waktu (periode) penggunaan dan pengisian ulang, hal ini perlu diperhatikan
unutk menjaga ketahanan baterai tersebut. Jika ada rekomendasi dari pabrikan, pastikan hal tersebut dilakukan
sesuai dengan rekomendasi tersebut.
i. Periksa selang pernafasan untuk semua kondisi kebersihan dan sambungannya. Pastikan telah melalui proses
sterilisasi.
j. Periksa kesesuaian konektor gas yang terpasang dengan pipa sambungan instalasi gas medik dan dicocokkan
dengan persyaratan yang diharuskan.
k. Untuk meyakinkan ventilator tetap bekerja, lakukan pemutusan catu daya utama. Periksa apakah fungsi catu daya
internal (baterai) atau UPS langsung dapat memback-up operasional ventilator.
l. Periksa semua konfigurasi alarm yang disajikan alat, tetap konsis pada semua keadaan ventilator. Alarm turn off,
silence alarm atau pengoperasian yang keliru atau kesalahan pengoperasian, dalam hal setting parameter dan
batasan alarm. Periksa juga kemampuan kontrol volume alarm, harus terdengar dengan jelas bagi operator.
m. Periksa bahwa semua keberadaan plakat,
n. masa penggunaan.
o. Periksa bahwa sensor oksigen belum masuk masa kadaluarsa.
p. Periksa tidak ada air yang label dan petunjuk masih sesuai dan terbaca. Pastikan cadangan baterai dan sekring ada.
Untuk alat Ventilator atau alat perawatan Ventilator berada pada lokasinya.
q. Periksa apakah filter bakteri yang digunakan masih dalam tertampung pada selang Corigated.
r. Kertas humidifier periksa ada atau tidak.
Ventilator
Inlet
Outlet
Expiratory
Printe VENTILATOR
TEST LU NG
VENTILA TOR
TESTER
HEATER/HUMIDYFIER
“Y” ADAPTER
SELANG SPIRAL
o. Perhatikan indikator alarm, jika alarm ventilator berbunyi lakukan tindakan standar untuk mematikan alarm mengacu
pada petunjuk pengoperasian ventilator. Lihat indikator alarm dan lakukan penyetelan parameter dan batas-batas
alarm masing-masing parameter (mengacu pada petunjuk pengoperasian ventilator) sampai alarm tidak berbunyi.
Penyetelan parameter didasarkan pada informasi tampilan alarm.
p. Pengukuran parameter
1. Pengukuran parameter ventilator dapat menggunakan port inlet high atau low range pada gas flow analyzer.
Untuk pemakaian dewasa/ adult gunakan port inlet high flow.
2. Bila menu pada gas flow analyzer menawarkan pola penedeteksian (Uni Directional, directional atau bi-
directional flow) maka pilih bi-directional.
3. Lakukan pengukuran keluaran ventilator untuk tidal volume 500 ml pada RR = 20 bpm, I:E = 1:2, C = 50 dan
Rp = 5 atau Rp = 20 dan C = 20 (pada beberapa produk nilai Complaince adalah 25 ml/ cmH 2O), time
inspiratory 1,0 sekon, time expiratory 2,0 sekon, PEEP 10 hPa bila menggunakan Rp = 20 dan C = 20 dan 5
hPa bila menggunakan C = 50 dan Rp = 5 , minute volume 10 liter, FiO2 30%.
4. Biarkan test lung melakukan pendeteksian untuk empat kali pernafasan, lihat tampilan pada gas flow analyzer
untuk melihat hasil pengukuran parameter ventilator. Catat pada lembar kerja nilai pada setting, monitoring
ventilator dan hasil pengukuran di gas flow analyzer.
5. Ulangi pengukuran sesuai pengaturan pada langkah nomor 3 untuk nilai Tidal Volume 300 ml, minute volume
6,0 liter, RR = 20, I:E = 1:2, C = 20 dan Rp = 20 dan PEEP = 5 hPa.
6. Lakukan pengukuran RR untuk nilai 10 dengan tidal volume 500 mL, I:E = 1:2 , C = 50 dan Rp 5 atau C =20
dan Rp= 20, PEEP = 10 hPa Catat hasilnya seperti pengukuran tidal volume.
7. Lakukan pengukuran I : E untuk nilai 1:1 dan 1:3 dengan tidal volume 500 mL, C = 50 dan Rp 5 atau C=20
dan Rp=20. Catat hasilnya seperti pengukuran tidal volume.
8. Jika ventilator terdapat fasilitas untuk memonitor output maka pilih fasilitas tersebut, kemudian tampilkan pada
display parameter-parameter pada ruang lingkup (Tabel 1) yang akan kita bandingkan dengan gas flow
analyzer.
9. Lakukan pengukuran FIO2 untuk 60% dan 90% pada tidal volume 500 mL, RR 20 bpm, I : E = 1:2.
10. Catat pada lembar kerja hasil ukur alat gas flow analyzer dengan jumlah pengulangan data pengukuraan tiap
parameternya adalah tiga kali
X. WAKTU PENGUJIAN
I:E (Ratio)
Model Matematis
C = (I:E)std – (I:E)uut
Dimana,
C : Koreksi penunjukan I:E Ratio pada UUT
tstd : Nilai I:E Ratio yang terukur pada standard
t uut : Nilai I:E Ratio yang ditampilkan oleh UUT
Pengukuran Kinerja :
a) ≥ 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah memenuhi persyaratan
b) < 70% dari titik pengukuran dalam batas toleransi, maka hasilnya adalah tidak memenuhi
persyaratan
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.069-18
- Form laporan nomor : FL.01.069-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
No. MK : 070-18
METODE KERJA PENGUJIAN WATERBATH
No. Revisi : 0
I. TUJUAN
Dokumen ini disusun untuk digunakan sebagai panduan dalam melakukan kalibrasi terhadap Liquid Bath (Bak Cairan)
dengan metode dua probe untuk mengetahui keseragaman dan kestabilan suhu.
V. KONDISI LINGKUNGAN
a. Suhu Ruang : 23º C ± 5º C standar acuan EA – 10/13
b. Kelembaban : 55 % RH ± 20 % RH
c. Tegangan jala-jala : 220 V ± 10%
VIII. DEFINISI
a. Bak Cairan (Liquid Bath) adalah bath chamber yang dapat diisi cairan dan dilengkapi dengan elemen pemanas yang
dikontrol secara otomatis oleh rangkaian pengatur suhu.
b. Kestabilan (Stability) suhu bak cairan adalah fluktuasi suhu bak cairan lebih kurang selama 30 menit atau sesuai
spesifikasi dari bak cairan. Stabilitas dapat juga didefinisikan sebagai jumlah dari 2-Sigma yang dinyatakan dengan
tanda 2 atau (2 x standar deviasi)
c. Keseragaman (Uniformity) suhu bak cairan didefinisikan sebagai perbedaan suhu rata-rata yang terbesar (khusus
probe geser) antara dua lokasi yang berbeda pada daerah kerja bak cairan (lokasi pertama diukur dari 1 inchi dari
dasar bak dan posisi kedua diukur dari 3 inchi mulai dari permukaan cairan di dalam bak atau sesuai
ukuran/spesifikasi dari bak cairan).
B. Prosedur kalibrasi terhadap liquid bath dilakukan untuk memperoleh nilai keseragaman dan kestabilan suhu. Adapun
langkah-langkahnya adalah sbb :
1. Siapkan bak cairan yang akan dikalibrasi dan termometer digital dengan dua buah Sensor Platinum Resistance
Thermometry (Pt-100).
2. Isi bak dengan cairan sampai batas maksimal (liquid level).
3. Tentukan posisi untuk probe acuan dan posisi untuk probe yang digeser.
4. Letakkan dua buah probe PRT (Pt-100) di dalam liquid bath. Salah satu probe ditempatkan diam pada posisi
acuan, sedangkan probe yang kedua digeser kebeberapa posisi pada daerah kerja bak cairan. Susunlah seperti
pada gambar-1. Kalibrasi bak cairan dengan metode dua probe !
5. Atur dan perhatikan probe acuan jangan sampai berubah posisinya !
6. Gunakan probe yang digeser untuk mengukur suhu sesuai dengan jumlah dari titik pengukuran pada daerah
kerja yang diletakan pada posisi A dan B.
7. Posisi A dan B masing-masing memiliki 5 titik pengukuran yaitu titik 1 sampai 5.
8. Posisi A dan B adalah posisi yang nantinya akan digunakan oleh bak cairan pada daerah kerjanya.
9. Tentukan daerah kerja (working space) dari bak cairan.
10. Lakukan kalibrasi terhadap suhu bak cairan minimal pada tiga setting suhu pada rentang ukur bak cairan secara
merata atau jumlah setting dan nilai suhunya disesuaikan dengan permintaan pelanggan.
11. Tekan tombol on/off untuk menghidupkan bak cairan dan termometer digital.
12. Set suhu bak cairan pada suhu yang terendah terlebih dahulu.
13. Biarkan selama lebih kurang 30 menit (sesuai spesifikasi bak cairan) atau sampai suhu pada indicator bak
cairan telah sesuai dengan nilai settingnya dan stabil.
14. Baca nilai suhu yang terbaca oleh termometer digital yang probenya digunakan sebagai probe acuan.
15. Catat hasil pembacaannya sebanyak 6 kali dan isi sesuai yang ada pada lembar kerja.
16. Tempatkan probe yang digeser pada posisi A titik pengukuran 1.
17. Catat nilai suhu yang terbaca sebanyak 6 kali dan isi sesuai pada lembar kerja.
18. Ulangi langkah 16 dan 17 pada posisi A tetapi hanya untuk titik pengukuran 2,3,4 & 5
19. Pindahkan probe yang digeser dari posisi A ke posisi B
20. Tempatkan probe yang digeser pada posisi B titik pengukuran 1.
21. Catat nilai suhu yang terbaca sebanyak 6 kali dan isi sesuai pada lembar kerja.
22. Ulangi langkah 20 dan 21 pada posisi B tetapi hanya untuk titik pengukuran 2,3,4 &5
23. Set suhu bak cairan pada suhu tengah.
24. Ulangi langkah 14 sampai 22.
25. Set suhu bak cairan pada suhu tertinggi.
26. Ulangi langkah 14 sampai 22.
27. Hitung nilai rata-rata suhu dari probe acuan !
28. Hitung nilai rata-rata suhu dari probe yang digeser pada posisi A dari titik pengukuran 1 sampai dengan 5 !
29. Hitung nilai rata-rata suhu dari probe yang digeser pada posisi B dari titik pengukuran 1 sampai dengan 5 !
30. Hitung tmaks !
31. tmaks diperoleh dari selisih terbesar antara nilai rata-rata hasil pembacaan probe geser pada titik pengamatan 5
dengan nilai rata-rata pembacaan probe geser pada titik pengamatan 1, dimana nilainya merupakan harga
mutlak (hanya bernilai positif).
32. Nilai tmaks dapat dianggap sebagai nilai keseragaman suhu untuk bak cairan.
33. Hitung kestabilan suhu yang diperoleh dari 2 dikalikan Standar Deviasi probe acuan !
Probe Geser
Probe Acuan
Termometer Digital
Probe Acuan
Posisi A
Posisi B
Titik Pengamatan
Posisi Acuan
Termometer Digital
Daerah Kerja
X. WAKTU PENGUJIAN
Tipe B
(a) Nilai ketidakpastian standar berdasarkan sertifikat kalibrasinya.
(b) Drift Standar
(c) SEE didapat dari nilai interpolasi
(d) Resolusi UUT
2) Koefisien sensitifitasnya didapatkan dari model matematis diatas, dimana model matematis tersebut
mempunya nilai turunan pertama yaitu 1
3) Derajat kebebasan pada masing-masing sumber ketidakpastian Tipe B dengan ditentukan nilai
reliabilitasnya 10 adalah = 50.
4) Menghitung ketidakpastian gabungan, derajat
D. Kesimpulan
a. Pernyataan kesesuaian diberikan dengan bobot perhitungan sebagai berikut :
a) Hasil pemeriksaan fisik dan fungsi memberikan kontribusi 10 % dari pernyataan
b) Hasil pengujian keselamatan listrik memberikan kontribusi 40 % dari pernyataan
c) Hasil pengukuran atau uji kinerja memberikan kontribusi 50 % dari pernyataan
b. Pernyataan akhir dari kesesuaian dinyatakan dengan LAIK PAKAI dan ketidaksesuaian dinyatakan dengan
TIDAK LAIK PAKAI.
c. Pernyataan LAIK PAKAI diberikan bila hasil atau skor akhir sama dengan atau melampaui 70 % dan pernyataan
TIDAK LAIK PAKAI bila hasil atau skor akhir dibawah 70 %
d. Tempelkan label hijau jika alat dinyatakan laik pakai dan label merah jika alat dinyatakan tidak laik pakai.
G. Dokumen terkait
- Lembar kerja nomor : LK.01.070-18
- Form laporan nomor : FL.01.070-18
- Form ketidakpastian : FK.01-18