Anda di halaman 1dari 11

AQIDAH ISLAM

Dr. H. NASHIRUDDIN PILO, M.A


Berasal dari kata “aqada” artinya ikatan dua utas
tali dalam satu buhul sehingga bersambung.
Aqad berarti pula berjanji, ikatan (kesepakatan)
antara dua orang yang mengadakan perjanjian.
Aqidah menurut terminologi adalah sesuatu yang
mengharuskan hati membenarkannya, membuat
jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih
dari kebimbangan dan keraguan. Istilah aqidah
masih bersifat umum untuk berbagai agama,
misalnya aqidah trinitas pada Kristen atau Trimurti
pada hindu dan sebagainya.
Aqidah Islam dalam Alqur’an disebut iman.
Ia bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim
untuk berprilaku. Karena itu, lapangan
iman sangat luas bahkan mencakup segala
sesuatu yang dilakukan seorang muslim
yang disebut amal shaleh.
Aqidah Islam atau iman mengikat seorang muslim
sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang
datang dari Islam. Karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh
hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini
sesuai dengan QS. Albaqarah/2 : 208
Terjemahnya:
Aqidah sebagai fundamen utama dalam ajaran Islam bersumber pada
Alqur’an dan Sunnah Rasul. Dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan
tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh
manusia. Misalnya manusia dapat memikirkan alam raya yang begitu
teratur dan seimbang, tetapi manusia tidak dapat mengetahui siapa yang
mengatur dan menciptakannya, karena kemampuan akalnya sangat
terbatas. Karena itu, untuk dapat mengetahuinya dibutuhkan informasi.
Disini wahyu memberi tahu bahwa yang menciptakan alam raya ini adalah
Allah. Demikian halnya, manusia mengetahui bahwadalam kehidupan dunia
ini, yang baik tidak selalu beruntung, dan yang jahat tidak selalu
mendapatkan hukuman. Ia memerlukan keadilan yang tidak bisa ditutupi.
Disini manusia diberi tahu bahwa ada pengadilan yang akan digelar oleh
yang Maha adil di akhirat nanti, lalu muncullah pengetahuan adanya syurga
dan Neraka dan hal-hal lainnya yang bersifat gaib.
➢ Menuntun dan mengembangkan dasar ketahanan bagi
manusia sejak lahir.
➢ Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa.
➢ Memberikan pedoman hidup yang pasti.
 Menjauhkan manusia dari pandangan sempit dan picik.
 Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu
harga diri.
 Menumbuhkan sifat rendah hati dan hidmat
 Membentuk manusia menjadi jujur dan adil
 Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam
menghadapi setiap persoalan dan situasi.
 Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan
optimisme
 Menanamkan sifat kasatria, semangat dan berani, tidak
gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut
 Menciptakan sikap hidup damai dan ridho
 Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin
menjalankan peraturan Ilahi.
 Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas pendapat orang yang
diikutinya tanpa dipikirkan.
 Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas bukti dan dalil yang jelas
tetapi belum sampai menemukan hubungan
yang kuat antara obyek keyakinan dengan
dalil yang diperolehnya. Hal ini
memungkinkan orang terkecoh oleh
sanggahan-sanggahan atau dali-dalil lain yang
lebih rasional dan lebih mendalam.
 Ainul Yaqin, yaitu tingkat keyakinan yang
didasarkan atas dalil-dalil yang rasional, ilmiah
dan mendalam, sehingga mampu membuktikan
hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-
dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang
datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh
argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
 Haqqul Yaqin, yaitu tingkat keyakinan yang
disamping didasarkan atas dalil-dalil rasional,
ilmiah, dan mendalam, dan mampu memberikan
hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-
dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional yang selanjutnya dapat menemukan dan
merasakan keyakinan tersebut melalui
pengamalan agamanya.

Anda mungkin juga menyukai