Berasal dari kata “aqada” artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul sehingga bersambung. Aqad berarti pula berjanji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah menurut terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Istilah aqidah masih bersifat umum untuk berbagai agama, misalnya aqidah trinitas pada Kristen atau Trimurti pada hindu dan sebagainya. Aqidah Islam dalam Alqur’an disebut iman. Ia bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berprilaku. Karena itu, lapangan iman sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal shaleh. Aqidah Islam atau iman mengikat seorang muslim sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan QS. Albaqarah/2 : 208 Terjemahnya: Aqidah sebagai fundamen utama dalam ajaran Islam bersumber pada Alqur’an dan Sunnah Rasul. Dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Misalnya manusia dapat memikirkan alam raya yang begitu teratur dan seimbang, tetapi manusia tidak dapat mengetahui siapa yang mengatur dan menciptakannya, karena kemampuan akalnya sangat terbatas. Karena itu, untuk dapat mengetahuinya dibutuhkan informasi. Disini wahyu memberi tahu bahwa yang menciptakan alam raya ini adalah Allah. Demikian halnya, manusia mengetahui bahwadalam kehidupan dunia ini, yang baik tidak selalu beruntung, dan yang jahat tidak selalu mendapatkan hukuman. Ia memerlukan keadilan yang tidak bisa ditutupi. Disini manusia diberi tahu bahwa ada pengadilan yang akan digelar oleh yang Maha adil di akhirat nanti, lalu muncullah pengetahuan adanya syurga dan Neraka dan hal-hal lainnya yang bersifat gaib. ➢ Menuntun dan mengembangkan dasar ketahanan bagi manusia sejak lahir. ➢ Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa. ➢ Memberikan pedoman hidup yang pasti. Menjauhkan manusia dari pandangan sempit dan picik. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri. Menumbuhkan sifat rendah hati dan hidmat Membentuk manusia menjadi jujur dan adil Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme Menanamkan sifat kasatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut Menciptakan sikap hidup damai dan ridho Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang diikutinya tanpa dipikirkan. Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang jelas tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya. Hal ini memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dali-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam. Ainul Yaqin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil yang rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil- dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya. Haqqul Yaqin, yaitu tingkat keyakinan yang disamping didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu memberikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil- dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional yang selanjutnya dapat menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengamalan agamanya.