Anda di halaman 1dari 5

AFFECTIVE EEVENTS THEORY

SUMBER 1

Teori Peristiwa afektif adalah sebuah model yang menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa di tempat kerja
menyebabkan reaksi-reaksi emosional di bagian karyawan yang kemudian mempengaruhi sikap dan
perilaku ditempat kerja. Teori ini dimulai dengan :
• Mengenali bahwa emosi adalah sebuah respons terhadap peristiwa dalam lingkungan kerja,
• Lingkungan kerja meliputi semua hal yang melingkupi pekerjaan tersebut; beragam tugas dan tingkat
otonomi, tuntutan pekerjaan dan persyaratan-persyaratan untuk mengekspresikan kerja emosional.
• Lingkungan ini menciptakan peristiwa-peristiwa kerja yang dapat berupa percekcikan, kegembiraan
atau keduanya.
• Peristiwa-peristiwa kerja tersebut memicu reaksi emosi positif atau negative. Tetapi kepribadian dan
suasana hati karyawan mempengaruhi mereka untuk merespons peristiwa tersebut dengan intensitas
yang lebih besar atau lebih kecil.
• Teori Peristiwa afektif menyatakan bahwa :
1. Suatu episode emosional sebenarnya adalah serangkaian pengalaman emosional yang ditimbulkan
oleh satu peristiwa tunggal serta mengandung elemen-elemen emosi dan siklus suasana hati
2. Emosi yang ada pada satu waktu mempengaruhi kepuasan kerja, bersama dengan latar belakang
emosi.
3. Karena suasana hati dan emosi berfluktuasi dari waktu ke waktu, pengaruhnya pada kinerja juga
berfluktuasi
4. Perilaku-perilaku yang didorong oleh emosi biasanya berdurasi pendek dan sangat bervariasi.
5. Karena cenderung tidak sesuai dengan perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan,
emosi biasanya berpengaruh negative terhadap kinerja pekerjaan

Sumber 2

Teori Kejadian Afektif : Sebuah Pandangan Umum

Pembahasan dari posisi dan teori sebelumnya membawa kami pada simpulan tentang
keberadaan afektif event, dan kami akan memberikan pandangan umum tentang posisi kami.
Teori kejadian afektif (Affective Event Theory) adalah pandangan kami, dan kami akan
mendiskusikan beberapa perbedaan antara teori ini dengan metode sebelumnya.

Pertama, teori ini fokus kepada struktur, sebab dan konsekuensi pengalaman afektif di dalam
pekerjaan. Kedua, teori ini mengarahkan perhatian jauh dari fitur lingkungan, tapi kepada
kejadian sebagai sebab proksimal dari reakasi afektif. Kemudian, teori ini juga memasukkan
waktu sebagai parameter penting ketika menguji pengaruh dan kepuasan.

Selain itu, teori ini memberikan perhatian pada rekasi afektif sepanjang waktu adalah
perbedaan mendasar dengan teori tradisional. Karena pada teori tradisional, memberikan
landasan waktu untuk kepuasan kerja sama sekali tidak memiliki kepentingan teoritis.
Kemudian terakhir, teori ini mempertimbangkan struktur dari reaksi afektif sama pentingnya
dengan fitur-fitur lingkungan. 
Riset Sebelumnya yang Konsisten dengan Affective Events Theory (AET)

Tidak pernah ada klaim dari kami bahwa tidak ada penelitian sebelumnya yang berfokus
kepada AET. Kenyataannya beberapa penelitian ditemukan konsisten dengan teori AET.
Berikut dua teori yang kebetulan sudah jarang dibahas oleh kalangan akademisi. 

1.      Hersey (1932)
Pada 1932 Roxford Hersey mempublikasikan jurnal berjudul Emosi Pekerja di Toko dan
Rumah. Riset dari Hersey sudah hampir dilupakan, namun dia masih memberikan potongan
penting dalam konteks rekasi emosi didalam pekerjaan. Posisi teoritis Hersey berfakus pada
krisis kehidupan. Dia berargumen bahwa kehidupan sebagaimana tempat kerja memiliki
beberapa krisis, yang memerlukan penyesuaian. 

Diagram diatas adalah temuan Hersey tentang bagaimana pengaruh posisi emosi atas
produktifitas. 

2.      Herzberg, Mausner dan Snyderman

Herzberg mengungkapkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan tidak terpaku pada 1 dimensi
berulang, namun terbagi pada beragam dimensi. Respon dilapangan menjawab dengan
“artefak metodologis”, “kebingungan antara agen dan kejadian”, dan “proses-proses
atribusional”.

Kami akan mencari keunikan dan hubungan antara AET dengan teori Herzberg, terlepas dari
teori 2 faktornya. Pertama Herzberg menyadari adanya perilaku tempat kerja. Untuk
Herzberg, penyebab utama kepuasan dan ketidakpuasan adalah kejadian pekerjaan.
Menariknya, setelah Herzberg menyadari hal ini, dia tidak berhenti disini, namun
mengembangkan kepada deskripsi dari lingkungan yang memfasilitasi kejadian tersebut.

Apabila kita menjaga perbedaan antara kejadian dan fitur, serta rekasi afektif dan evaluasi
keseluruhan, kontroversi perbedaan antara teori 1 faktor dan 2 faktor semakin terlihat
inkonseuensial, tidak logis.

Sifat Alami Emosi dan Mood

Disini kami akan coba merangkum riset-riset sebelumnya tentang 2 faktor yang mendasari
AET. Kami tidak berusaha memberikan perbedaan antara satu dengan yang lain, namun
hanya berusaha memberikan gambaran tentang bagaimana koherensi 2 faktor ini dengan
AET. 

1.      Mendefinisikan Emosi
Mendefinisikan emosi menjadi sulit karena emosi terdiri bukan hanya dari 1 faktor tunggal,
namun lebih kepada beragam reaksi.

Namun, Frijida (1993), emosi senantiasa memiliki objek atas sesuatu, misalkan dia marah
atas sesuatu, suka akan sesuatu. Namun pada akhirnya, meskipun kita menyadari beragam
komponen dari pengalaman psikologis, (pengaruh, psikologi, dan sejenisnya), ditemukan
bahwa pengalaman-lah faktor yang penting.

2.      Mendefinsikan Mood
Dari pendapat para ahli, kami berkesimpulan bahwa kami setuju bahwa mood memiliki
dampak beragam. Namun kami juga akan berhati-hati bahwa perbedaan antara emosi dan
mood bisa diambil terlalu jauh. Apabila benar bahwa dampak dari emosi bisa disebabkan dari
sumber emosi, mereka juga bisa jadi menggeneralisir dampak perilaku yang dimediasi oleh
aktifasi atau tingkat ketertarikan.

Lebih aman jika kita mengatakan, bahwa dampak dari mood sedikit lebih bergantung kepada
sifat alamiah penyebab dari mood. Hal ini konsisten dengan gagasan bahwa penyebab bukan
7bagian dari pengalaman fenomenal. 

3.      Struktur dari Emosi


a.       Implikasi untuk AET
Implikasi psikologis belum dapat dilakukan karena masih ada masalah dalam mendefinisikan
emosi. Namun, penelitian hari ini telah memberikan fondasi yang bagus untuk memproses hal
ini.

Pertama, semua peneliti setuju bahwa emosi disepakat dapat diorganisir menuju keluarga.
Kedua, semua pihak sependapat bahwa kondisi emosional tertentu betul-betul nyata. Ketiga,
beberapa kondisi emosi cenderung spesifik, sedangkan beberapa yang lain bersifat umum.
Kesemuanya ini memiliki dampak dalam hal memprediksi tingkah laku. 
Sumber 3

Respon emosional seseorang terhadap suatu peristiwa dapat berubah bergantung pada
suasanan hati. Akhirnya, emosi mempengaruhi sejumlah variabel kinerja dan kepuasan.
            Beragam tes terhadap teori peristiwa afektif  (AET) menyatakan bahwa:
a.       Suatu episode emosional sebenarnya adalah serangkaian pengalaman emosional yang
ditimbulkan oleh satu peristiwa tunggal serta mengandung elemen-elemen emosi dan siklus
suasana hati.
b.      Emosi yang ada pada satu waktu memengaruhi kepusan kerja, bersama dengan latar belakang
emosi yang melingkupi peristiwa tersebut.
c.       Suasanan hati dan emosi berfluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga kinerja juga
berfluktuasi.
d.      Perilaku-perilaku yang didorong oleh emosi biasanya berdurasi pendek dan sangat bervariasi.
e.       Karena cenderung tidak sesuai dengan perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah
pekerjaan, emosi biasanya berpengaruh negatif terhadap kinerja pekerjaan.
Terdapat dua pesan penting dalam AET, yaitu:
a.       Emosi-emosi menyediakan wawasan yang berharga untuk memahami perilaku karyawan.
b.      Karyawan dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi dan peristiwa yang
menyebabkannya.

Anda mungkin juga menyukai