Anda di halaman 1dari 9

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirobbil alamin

washolatu wassalamu ‘ala asrfoil anbiyai warmursalin, sayyidina wamaulana muhammadin, wa’ala alihi
wasohbihil mujahidina thohirin, amma ba’du subhanaka lailmalana illa maa alamtana innaka anta allimul
hakim. haulawala quwwata illa billahil aliyyil adziim.

Saudara kaum muslimin yang saya hormati, terutama adik-adik remaja yang saya cintai, apabila
seseorang akan membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan beberapa pilihan:

1. Sejak dari memilih lokasi Dimana rumah itu akan didirikan

2. Sampai kepada menentukan bahan-bahan yang akan dipakai nya

3. Sampai kemudian kepada wujud dan bentuk rumah yang akan ditinggalinya

Mencari Jodoh Yang Baik

Demikianlah bahwa untuk membangun sebuah rumah yang hanya untuk menaungi kehidupan didunia
ini, kita mengadakan berbagai macam pilihan, apalagi kalau kita akan membangun sebuah rumah
tangga, yang kita harapkan tidak hanya akan menaungi kehidupan di dunia ini, tidak hanya untuk
kepentingan kita saja, tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita di belakang hari, termasuk sampai
kepada hari akhirat nanti.

Oleh karena itu pada pertemuan kali ini saya hanya ingin khusus berbicara kepada adik-adik, para
pemuda. Bagaimana sebaiknya memilih jodoh menurut ajaran agama Islam, dalam al-qur'an Allah
Subhanahu wata’ala menjelaskan:

“Zuyyina linnasi hubbusahawati minannisa”.

Bahwa manusia apapun jenisnya asal dia bernama manusia, dihiasi dengan perasaan cinta kepada
perempuan.

Jadi sejak dahulunya secara fitrah, laki-laki senang kepada perempuan, sebagaimana perempuan pun
senang kepada laki-laki, dihiasi rasa cinta ini dalam kehidupan manusia, dan oleh karena adanya rasa
cinta berkembanglah segala macam persoalan, sehingga seorang ahli cinta pernah berkata. Cinta adalah
5 huruf yang membuat persoalan tidak akan pernah selesai.

Tetapi kehidupan sehari-hari sering kita saksikan, bahwa cinta ini bisa mendorong memberikan motivasi
yang baik, dan cinta ini pun bisa juga memberikan dorongan yang tidak baik. Oleh karenanya apabila
Cinta itu ibarat setetes embun yang jatuh di bumi yang subur, akan tumbuhlah diatasnya aneka ragam
bunga-bungaan yang lebat indah mewangi, sedap dipandang orang, menebarkan rasa aman, damai,
sentosa, dan begitu selanjutnya.

Tapi jika cinta itu jatuh di hati yang gersang dan tandus, tidak ada yang akan dapat tumbuh di sana
selain sirih memanjat batu, kuning daunnya dan lemah gagangnya.
Maka cinta yang semacam itu tidak akan memberikan dorongan positif kepada seseorang di dalam
kehidupannya, maka lebih dahulu kita akan membicarakan cinta dalam artian yang positif ini, untuk
nanti sampai kepada perempuan yang bagaimana yang harus kita cintai, atau laki-laki yang harus dicintai
oleh seorang perempuan.

Saudara hadirin yang saya hormati.. Cinta dalam artian yang positif :

1. Pertama dia selalu mendatangkan keindahan

2. Yang kedua cinta itu memberikan energi atau semangat untuk berjuang dan yang

3. Ketiga cinta itu selalu membawa resiko dalam bentuk pengorbanan

Maka cinta yang positif pertama melahirkan keindahan, di sinilah orang memerlukan filter atau saringan.
Sebab keindahan yang didasarkan karena cinta itu merupakan suatu keindahan yang relatif saja, boleh
jadi karena Indah orang jadi cinta, boleh juga jadi karena cinta segala sesuatu terasa jadi indah, namun
bagaimanapun juga kalau hati sudah diliputi oleh rasa cinta, segalanya akan terasa menjadi indah. “Cinta
itu adalah keindahan”

Yang kedua “cinta itu energi melahirkan dorongan dan semangat” yang lemah bisa menjadi kuat, yang
takut bisa menjadi berani, yang jauh jadi terasa dekat, itu semua karena dorongan cinta, dan dari energi
ini lahirlah yang ketiga.

Bahwa Cinta adalah pengorbanan, hingga orang berkata berani bercinta artinya harus berani berkorban,
takut berkorban, jangan bercinta. Kalau cinta ini kita salurkan kepada nilai-nilai yang pertama, cinta
mendatangkan keindahan, kita cinta kepada Agama, maka apapun yang diperintahkan oleh agama akan
terasa menjadi indah.

• Sholat akan terasa menjadi indah

• Puasa terasa menjadi indah

• Zakat terasa menjadi indah

• Jihad pun akan terasa menjadi indah

Persis kalau kita cinta kepada seorang gadis, jika kita cinta kepada seorang gadis apanya saja akan
kelihatan menjadi indah:

• Jalannya terasa indah

• Lenggang lenggok nya terasa indah

• Suaranya merdu, padahal cempreng nya bukan main.

Seluruhnya akan mendatangkan keindahan, karena dasarnya sudah cinta, cinta membawa kepada
keindahan.

Yang kedua cinta itu melahirkan energy, orang yang cinta kepada agama akan lahir tenaga dan semangat
yang melaksanakan ibadah:
• Melaksanakan puasa

• Melaksanakan Zakat

• Melaksanakan shalat

• Melaksanakan Haji

• Bahkan melaksanakan jihad sekalipun

Cnta selamanya menimbulkan energi dan semangat, sama saja dengan kita apabila jatuh cinta kepada
seorang gadis, walaupun Rumahnya jauh. Katanya gunung pun akan kudaki, lautan pun kusebrangi,
untuk apa itu?. Untuk menemui apa yang kita cintai.

Cinta selamanya melahirkan energy, capek tidak terasa, lelah tidak terasa, semuanya tertutup oleh
keindahan yang bernama cinta.

Lalu yang ketiga cinta membawa pengorbanan, apabila kita cinta kepada agama, maka pengorbanan
terhadap apapun yang diminta oleh agama, baik itu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan
pengorbanan nyawa Sekalipun, kita tidak akan berat melaksanakannya, karena cinta kita kepada agama
yang kita anut ini.

Demikian juga cinta kita kepada seseorang perempuan, akan membuat kita berkorban apapun yang dia
minta, jangankan kita mampu, kita tidak mampu Sekalipun kita masih berusaha untuk mampu, guna
memenuhi tuntutan si buah hati, belahan jantung.

Kadang-kadang malam minggu sido’i ngajak nonton, umpamanya.. duit tidak ada, gajian belum, kerja
nggak, timbulah inisiatif entah sepatu kita jual ke tukang loak, entah celana mampir dulu ke tempat lain,
yang penting kita berkorban untuk memenuhi permintaan si buah hati, belahan jantung.

Ketika itu pengorbanan sudah tidak kita rasakan lagi, bahkan pengorbanan yang paling pedih sekalipun,
dalam gurau, dalam bercanda misalnya dicubit kita, oleh kekasih kita, pedih bukan main, terkelupas
kulit, mengalir darah, bukan nangis, nyengir!. Malah kadang-kadang minta dicubit lagi.

Itulah romantikanya cinta, sanggup membuat orang berkorban melahirkan energi dan semangat,
menambah keindahan dalam kehidupan, sepanjang dia dalam artian yang positif. Demikian masalahnya
di dunia yang penuh dengan perbenturan nilai sekarang ini, orang sering salah Jalan bagaimana memilih
jodoh untuk membangun rumah tangga yang bahagia, jangan lupa bawa membangun rumah tangga ini,
bukan hanya untuk satu dua bulan, bukan hanya untuk 12 tahun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan
dunia, lebih daripada itu pun untuk menunjang kebahagiaan di akhirat.

Oleh karenanya memilih jodoh bukan satu hal yang mudah, bukan satu hal yang bisa dilaksanakan
sambil lalu, tetapi memerlukan penelitian, memerlukan pengamatan yang mendalam.

Apa petunjuk agama tentang itu, dengan kata lain bagaimana seharusnya seseorang memilih jodoh
dalam kehidupannya, ini tentu saja sumbangan moril buat adik-adik remaja dan para pemuda, yang lagi
kebingungan memilih jodoh, atau barangkali buat bapak-bapak yang mau nambah lagi.

Mohon maaf kepada ibu-ibu, bukan menganjurkan!. cuma ngajarin!.


1. Yang pertama menurut nabi nikahilah perempuan itu karena rupanya

2. Karena hartanya

3. Karena keturunannya

4. Dan karena agamanya

Ada empat motif utama di sini:

Pertama memilih jodoh Lihatlah rupanya. Lagian siapa yang kepengen dapat jodoh rupanya nggak karu-
karuan, cari rupa yang cantic, indah dan menawan, namun jangan lupa saya katakan di zaman dimana
sering terjadi benturan nilai seperti sekarang ini, orang sulit untuk mendapatkan keaslian, di mana
teknologi sudah sedemikian canggih, di mana ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, maka berbagai
macam rupa bisa dibentuk, dengan apa yang dinamakan operasi plastik misalnya.

Yang pesek bisa dibikin mancung, kuping yang kelebaran bisa dibikin sedang, pipi yang kembung sebelah
bisa dibikin rata, janggut yang tidak menarik bisa dibikin bak lebah bergantung katanya.

Oleh karena itu, kalau pilihan hanya tertuju kepada rupa yang cantik saja semata-mata, mudah
melakukan satu kesalahan yang sangat besar, sebab apa diperingatkan oleh Nabi, melalui Hadits Ibnu
Majah, Bazar dan Baihaqi, dari Ibnu Umar:

“Janganlah kamu kawini seorang perempuan Karena kecantikannya, sebab kecantikan boleh jadi akan
mencelakakan, jangan juga kamu kawini perempuan karena hartanya, sebab kekayaan biasanya akan
mendatangkan kesombongan, tetapi kawinilah karena agama dan akhlaknya. Karena itulah yang akan
membawa kepada kebahagiaan.”

Saudara-saudara hadirin terutama adik-adik remaja dan para pemuda, di usia Puber, apalagi mata baru
terbuka, awal baligh namanya, remaja sering kehilangan filter, pokonya asal melihat rupa yang sudah
lemok, denok, geboy. Pikiranoun hanyut, malam terkenang, siang terbayang, tidur tak nyenyak, makan
tidak enak katanya selalu terbayang wajah sido’i.

Dikala itu orang kehilangan pertimbangan, bahwa rupa yang cantic kadang-kadang sering menipu
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abbas :

Suatu hari, ketika sedang kumpul dengan para sahabat, lewat lah orang dengan potongan have
potongan orang kaya, kelihatan kan orang kaya sama orang miskin jalannya aja lain kan!. jalannya saja,
jangan gaya hidupnya, jalannya saja sudah lain. Lewat dia, Rasul bertanya kepada seorang sahabat,
menurut pendapatmu bagaimana orang yang lewat itu? kata sahabat

Ooh yang lewat ini ya rasul, kalau dia meminang perempuan, pasti diterima, kalau dia menolong orang
pasti berhasil, kalau dia ngomong pasti didengerin, Kenapa? “orang kaya”, “orang kaya ya rasul”, kalau
dia meminang perempuan mana yang kagak bisa menerima kalau dipinang oleh orang kaya, biar
mukanya udah belipat, kayak dompet tanggung bulan, kalau memang duitnya banyak nggak kelihatan tu
muka.
Yang belipat, yang kelihatan duit, kalau dia nolong orang pasti berhasil apa yang dia tolongin, kalau dia
ngomong pasti didengerin walaupun omongannya biasa-biasa saja, kenapa?. Orang lihat
penampilannya.

Ketika orang itu sudah lewat, tidak beberapa lama kemudian, ada lagi orang lewat seseorang yang
kelihatannya orang miskin.

Rasul Tanya lagi : “Bagaimana pendapat kamu?”.

Sahabat : “kalau potongan begini sih ya Rasul, kalau dia minang pasti orang menolak, siapa yang mau
kawin sama kere begini?”, kalau dia nolong orang pasti tidak berhasil, kalau dia bicara pasti tidak ada
yang mendengarkan. Siapa yang mendengarkan orang susah ngomong!.

Setelah orang tersebut lewat apa kata Rasul?

Orang yang terakhir ini, atau yang barusan lewat tadi, jauuh lebih baik dari yang pertama lewat tadi,
jauh baik.

Maksud dari ucapan Rasul ini, sebenarnya Rasul mendidik para Sahabat, “Jangan tertipu oleh
penampilan!”. Sebab penapilan tidak selamanya mencerminkan keaslian, apalagi dijaman sekarang,
salon dimana-mana banyak, alis mata bisa dibikin, pipi bisa dibikin, yang pinggir kuning dan yang tengah
merah, disebelah merah ada yang kehitam-hitaman persis seperti orang kepentok tiang listrik.

Kencatikan yang bukan artifisial, kecantikan yang bukan alami. Karena itu silahkan saja mencari calon
istri yang cantik, tapi jangan terpaku sampai disitu.

Sebab kecantikan selain dia mudah berubah oleh pergeseran masa dan pertukaran waktu, ternyata
penampilan tidak selamanya mencerminkan keaslian.

Lain hari seorang sahabat pernah mengadu,

Sahabat : Ya Rasul

Rasul : Ada apa?

Sahabat: Inna Imro atii Yatuladdu Yadullamis (Ya Rasul Istri saya tidak pernah menolak tangan laki-laki
yang menjamahnya, yang mengajak salaman kepadanya).

Apa jawaban rasul?

Rasul: Ceraikan Saja

Sahabat: Tapi hati saya bera ya Rasul, saya cinta benar sama dia

Rasul: Ya kalau hatimu merasa berat jagalah dia baik-baik!.

Nah dari riwayat singkat ini kita ambil satu perbandingan, memang punya istri berwajah cantik itu
kadang-kadang simalakama, kalau istri kita imannya tidak kuat, Simalakam!. kita diamkan saja, makan
hati, binal tidak aman, hati tidak tentram.
Jangan-jangan saya berangkat ke kantor dia ngompreng, buah simalakama, seperti cerita sahabat Rasul
tadi, istri saya kok kelihatannya kok?..

Sebenarnya tidak negatif, cuma salaman saja, cuma terlalu ngobral " Yatuladdu Yadullamis", Tidak
pernah menolak orang laki-laki yang mengajak bersalaman. ya sekedar bersalaman, tapi kan awalnya
dari salaman, kalau sudah bersalaman setrum bisa ngedreedet dari tangan salaman tadi.

Kata Rasul sederhana saja, ya kalau memang begitu ya ceraikan saja. tapi saya tidak kuat ya Rasul, saya
cinta betul sama dia, ya kalau memang kamu tidak kuat berpisah dengan dia, jagalah dia baik-baik. diajar
dan dididik, tanamkan rasa keagamaan didalam hatinya.

Saudara-saudara kaum muslimin, jadi rupa yang cantik tanpa didasari oleh nilai-nilai agama, akan
membuat seorang suami didalam rumah tangganya seperti simalakama. seperti berhadapan dengan
buah simalakama, kalau tidak diiringi dengan nilai-nilai moral yang luhur, dan bekal agama yang
tangguh. ketika pergi jatuh dari rumah rasanya tidak aman. sedangkan dirumah saja siapa yang mencari
nafkah, dan begitu selanjutnya, orang tadi jelas berhadapan dengan buah simalakama.

Didiamkan, makan hati, sebab maaf-maaf, kalau seorang suami sudah tidak punya rasa cemburu
terhadap istrinya, itukan yang dinamakan "Dayyus", Dayus itu jangan-jangan masuk surga, bau sorga
saja dia tidak dapat, tapi cemburu dalam artian bukan cemburu buta, tapi cemburu dalam artian yang
wajar.

Dia cemburu, mau dikerasin takut istrinya minta cerai, sedangkan dia cintanya sudah terlanjur medok
bener, simalakama jadinya. nah ini juga satu riwayat yang memberikan sebuah gambaran kepada kita,
silahkan cari jodoh istri cari rupanya yang cantik saja, tapi jika itu dijadikan motif utama, tanpa didasari
nilai-nilai agama, saya khawatir nanti rumah tangga kita akan berhadapan dengan buah simalakama.

Jadi adik-adik remaja, usaha, ikhtiar cari yang cantik kalau kita pandang tidak membosankan, supaya kita
betah dirumah, supaya kita ada tempat berbagi rasa, ada tempat kita bernaung, sebab kalau cari bini,
sebini-binya mah, ya.. jodoh mah ditangan tuhan, saya tidak mencari juga, kalau sudah jodoh mah entar
juga datang sendiri.

Umpamanya... umpamanya.. iya kalau yang datang peyot. Orang harus berusaha, walau toh pada
akhirnya jodoh ditentukan Allah. Ada tiga hal yang kita tidak bisa tentukan:

1. Maut

2. Rejeki

3. Jodoh

Itu yang termasuk mysterious problem (problem yang misterius), Maut Misterius kapan kita meninggal,
kita sendiri kita tahu, Tahun depan?, lima puhun Tahun lagi?. seratus Tahun lagi?. Tidak pernah
seorangpun diberi tahu, tapi yang pasti dia (maut) akan datang, kapan dan dimananya kita tidak tahu.
Ceramah KH Zainudin Mz - Bisa di rumah, bisa di Masjid ya Alhamdulillah, bisa di Majelis Taklim syukur,
bisa di medan perang membela agama bagus, pasti dia akan dating. Maut misterius problem, sesuatu
yang kita tidak tahu, kapan datangnya.

Mencari Jodoh Yang Baik

Rizki gitu juga, sehingga orang sering bilang rezeki katanya kayak bayangan, kita uber-uber dia lari,kita
kita diam eh dia juga malah diam, setengah mati kita uber-uber, emang ukuran segitu ya dapatnya
segitu. begitu kita nggak ngapa-ngapain ada yang bawain rezeki, namanya rezeki itu misterius problem.
Kadang-kadang kita sudah ngobyek kiri-kanan, segala tanah orang kita ukur-ukurin. Tapi memang
bayangan kalau memang belum rejeki ya belum.

Harap membaca postingan sebelumnya supaya mengerti bahasan pada postingan kali ini:

Mencari Jodoh Yang Baik (Bagian-1)

Mencari Jodoh Yang Baik (Bagian-2)

Kadang-kadang sudah tidur dikuburan mencari kode, sudah blepotan tanah kuburan, lebih aneh kadang-
kadang orang gila kita tanyain. Allahuakbar ini kode-kode jaman sekarang ini, sampai orang waras
bertanya malah sama orang gila, ini sudah efek yang benar-benar negative sudah jelas-jelas orang gila,
ditanya. Apa yang nanya tidak lebih gila dari pada orang gila.

Saudara-saudara kaum Muslimin terutama adik-adik remaja dan para pemuda, Jadi silakan saja cari rupa
yang cantic, karena dia kan jadi tautan hati, buah hati belahan jantung, tempat kita berbagi rasa, tempat
kita pulang dan tinggal di rumah tangga kita, tapi hendaknya kecantikan rupa itu diiringi juga dengan
kecantikan budi pekerti, karena itu cari rupa yang cantik ini pilihan utama.

Yang kedua kata Nabi. Harta, cari yang kaya, tetapi jangan lupa!. Jangan dijadikan pilihan utama, karena
kekayaan sering mendatangkan kesombongan, apalagi kalau seorang pemuda mendapat istri orang
kaya, hidupnya dimodali oleh istrinya, maka biasanya wibawanya sebagai seorang suami akan hilang,
akhirnya komando di tangan istri, di kala Itulah suami tidak lebih daripada prajurit, yang taat kepada
komando istrinya.

Padahal menurut konsep Quran:

“Arrijalu qowwamuna alannisa”

Laki-laki itu sebagai pembimbing bagi perempuan

Nanti saat terjadi benturan, sedangkan modal diberikan oleh istri, terjadilah pengungkitan, kata istrinya:
Apa lu jangan betingkah lu kan kawin sama gua modal kolor doing, sekarang betingkah Silahkan keluar
rumah!. Pergilah Seperti kau datang dulu kemari. Hilanglah wibawa seorang suami suami, kalau udah
dibentak sama istri begitu ngelumpuruk kayak ayam sampar, di mana lagi letak wibawanya.

Harta sering mendatangkan kesombongan. Oleh karena itu walaupun di diperintahkan cari yang
keturunan orang kaya, tapi maksudnya jangan mendompleng, sebab kepribadian seorang suami akan
ditentukan oleh sifatnya sendiri, keberadaannya ditentukan oleh karya dan perbuatannya Sendiri. itulah
yang akan menampilkan kepribadian dia, dalam kehidupan dimasyarakat ini.
Saudara-saudara kaum muslimin, terutama adik-adik remaja dan para pemuda, keadaan sekarang kan
kelas-kelas gigolo, playboy-playboy, yang nyari tante-tante kesepian, mejeng-mejeng di pinggir-pinggir
jalan, dengan harapan apa?. ya barter lah!. tukar tambah, supaya dapat roko, dibelikan pakaian, motor
dan sebagainya, tapi yang jelas hilang harga diri sebagai laki-laki dan itu yang paling mahal, kalau
seorang laki-laki sudah tidak punya harga diri apalagi yang bisa dibanggakan dalam kehidupan ini.

Apa artinya naik mobil kalau kepala tertunduk kebawah, apa artinya berjalan ditenga masyarakat kalau
tidak bisa menengadah dengan satu kebanggaan, hilangnya harga diri merupakan kehancuran awal dari
sebuah pribadi, yang untuk jangka panjang kita tidak akan bisa lagi berbuat banyak, tanpa harta orang
memang sulit untuk bahagia, tapi harta semata-mata bukan jaminan bahwa orang lantas akan bahagia.

Saya barangkali harus berkata, banyak orang miskin yang kaya, tapi tidak sedikit orang kaya yang miskin,
Saya ulani ini: banyak orang miskin yang kaya, tapi tidak sedikit orang kaya yang miskin. Bagaiman ini
pengertiannya ini, nah orang miskin yang kaya, materinya sederhana, peralatan rumah tangga
sederhana, tapi hatinya kaya, oleh karena hatinya kaya, jiwanya lapang.

Sebaliknya orang kaya yang miskin, di tengah kelimpahan materi yang berlimpah, segalanya serba ada,
hatinya yang miskin, kelimpahan materi tidak akan sanggup mengobati kemiskinan hatinya, sehingga di
tengah kehidupan yang serba ada dia masih merasa kurang. maka dia tidak pernah cukup ditengah
kemilauan dan gemerlapan, serta glamornya rumah mewah, dia merasa hidup di tengah gurun pasir
yang gersang dan tandus, karena itu biarlah miskin harta tapi kaya budi, daripada kaya harta tapi miskin
budi.

Lebih utama lagi kaya harta kaya budi, Itu idealnya. Dasar pilihan yang ketiga sesudah Rupa dan Harta
menurut nabi keluarga faktor keturunan Sangat menentukan. Pepatah mengatakan buah apel akan
jatuh tidak terlalu jauh dari pohonnya, biasanya kalau bapak kalong anak kampret, bapak nyolong anak
nyopet, itu fotocopy.

Saudara-saudara sunguhpun demikian faktor keluarga bukan merupakan yang paling dominan, karena
segalanya memang bergantung kepada Hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala, kalau Hidayah datang
bisa saja anak maling bisa jadi Kyai, kalau Hidayah datang bisa saja anak Nabi malah ikut bersama orang-
orang kafir.

Pada akhirnya orang mau besar atau tidak, bukan dengan jalan mengampanye kepada keturunan orang
lain, tapi ditentukan oleh kepribadian dirinya sendiri, tidak bisa kita menjadi besar dengan menyebut
kebesaran orang lain.

Itu sebabnya dicontohkan oleh Imam Ali pada saat Beliau berkata:

“Laisa Fata Man yaqulu Kana abii, Walakinnal Fata May Yakulu Ha Anadza “

Anak muda yang gentleman adalah anak muda yang berkata, inilah saya!. Bukan anak muda yang
membanggakan leluhurnya.

Ini kan jaman sekarang ini, lagi ngetop ngetopnya lagu-lagu cengeng katanya, sebenarnya menurut saya
bukan cuma lagu ini yang jadi masalah, lagu cengeng cuma satu efek dari sikap. Yang lebih utama dari itu
yaitu Mental Cengeng, kalau sudah cengeng apapun yang kita lakukan akan jadi cengeng, kebudayaan
yang lahir akan kebudayaan cengeng, jadi pengusaha-pengusaha cengeng, jadi pejabat-pejabat cengeng,
kyai-kyai cengeng.
Kenapa mental cengeng, diantara mental cengeng itu mengandalkan fasilitas atasan, kalau tidak ada
fasilitas dari atasan lantas tidak bisa berbuat apa-apa, Cengeng!. Menjadi besar bukan karena karir
pribadi, tapi karena Nasib katrolan, itu pun termasuk mental cengeng, sedikit gagal beh bagaimana beh,
Sedikit jalan buntu babeh.., sedikit deadlock babeh.. lu ngapain babe lu melulu?.

Saudara hadirin yang saya hormati, jadi lebih penting dari sekedar lagu-lagu cengeng, saya malah lebih
suka bicara soal mental cengeng ini, mental yang cepat putus asa, mental yang tidak mau mengeluarkan
usaha maksimal, mental yang hanya mengandalkan fasilitas, sedangkan pribadinya tidak lebih daripada
pribadi sumuhun dawuh, pribadi Kulon nuwun, pribadi kumaha juragan wae, pribadi oke bos, pribadi
Asal bapak senang. Bukankah itu semua merupakan cermin dari mental mental yang cengeng.

Yang untuk jangka panjang, tidak akan pernah menguntungkan daripada pembangunan bangsa dan
negara yang kita cintai ini, seseorang mau besar atau tidak bukan dengan jalan mengampanye kepada
kebesaran orang lain.

Bahkan Souqy dalam sebait syairnya yang lebih tegas mengatakan:

Generasi yang paling jelek adalah generasi pemalas, kalau kelihatan orang lain lebih hebat dari dia,
disebut-sebutnya kehebatan nenek moyangnya

Kerjanya cuma menggelayuti fasilitas orang tuanya tanpa itu dia tidak akan punya nilai dan harga sama
sekali ini generasi paling jelek. Keluarga yang baik-baik. Tapi jangan jadikan tendensi utama, jangan
dengan niat untuk mendompleng kepada kebesarannya, tapi paling tidak dengan niat agar mudah-
mudahan dari benih yang baik ini, akan lahir keturunan-keturunan yang yang baik pada akhirnya nanti,
itu yang kita harapkan.

Anda mungkin juga menyukai