Anda di halaman 1dari 12

OPTIMASI RECOVERY NIKEL DAN KOBALT DARI MHP (MIXED HYDROXIDE PRESIPITATE)

MENGGUNAKAN CYANEX 272


1
Johanes Roberto P, M. Zaki Mubarok, 3Sutarno, 3Ekha Panji Syuryana, 4Soleh Wahyudi 2M. Reza Kurniawan
2

1
Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani
2
Teknik Metalurgi ITB.
3
Universitas Jenderal Achmad Yani
4
Institut Teknologi Sains Bandung

ABSTRAK
Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang telah memiliki kadar nikel sekitar 30%. Setelah kadar air hilang, bijih
nikel kemudian diolah menggunakan bahan kimia asam sulfur dalam proses leaching untuk memisahkan kandungan
logam lainnya. Salah satu metode yang efektif digunakan untuk memisahkan kobalt dari nikel adalah ekstraksi
pelarut. Pada penelitian ini dipelajari ekstraksi pelarut dengan menggunakan cyanex 272 sebagai ekstraktan pada
pemisahan kobalt dan nikel dalam larutan hasil pelindian limonit dalam larutan asam sulfat. Analisis dengan Metode
ANOVA dan Taguchi dilakukan untuk menentukan signifikansi pengaruh dan kontribusi variabel ekstraksi serta
kondisi optimum percobaan untuk pemisahan kobalt dan nikel. Rangkaian penelitian diawali dengan melakukan
preparasi, sampling, dan karakterisasi sampel awal limonit menggunakan XRF (X-Ray Fluorescent). Larutan
aqueous yang digunakan pada percobaan ekstraksi pelarut adalah larutan hasil pelindian dalam asam sulfat 2M, pada
20% solid, suhu 90°C selama 2 jam. Percobaan ekstraksi pelarut tahap ekstraksi dirancang menggunakan matriks
ortogonal Taguchi L’9 (3^4), yaitu dengan menggunakan 4 variabel ekstraksi yang masing-masing memiliki 3 level.
Variabel yang dipelajari pada percobaan ekstraksi adalah suhu, konsentrasi cyanex 272, nisbah volume organik
terhadap volume aqueous (O/A), dan waktu kontak. Sementara itu, pada proses stripping dipelajari pengaruh variasi
nisbah A/O terhadap persen stripping Fe. Konsentrasi Ni dan Co dalam fasa aqueous diukur dengan menggunakan
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Hasil percobaan ekstraksi menunjukkan bahwa semua variabel
ekstraksi yang diuji memiliki pengaruh yang signifikan terhadap faktor pemisahan Nikel dan kobalt, dengan
kontribusi tertinggi adalah nisbah O/A sebesar 11,39%, diikuti suhu proses sebesar 13,14%, waktu kontak sebesar
10,51%, dan konsentrasi Cyanex 272 sebesar 10,90%. Kondisi optimum percobaan ekstraksi dicapai pada suhu
25±2°C, nisbah O/A 2, konsentrasi Cyanex 272 20% dan waktu kontak 5 menit, dengan persen ekstraksi kobalt
95.935%, persen ekstraksi nikel sebesar 97,86%, DCo sebesar 11,79885877, DNi sebesar 22,8827, serta Co-Ni
sebesar 0.515623396. Sementara, kondisi optimum percobaan stripping Co menggunakan asam sulfat diperoleh
pada pada suhu kamar, nisbah O/A 2, dan waktu stripping 10 menit dengan persen stripping CO 87,82%.
Keywords : MHP, Nikel, Kobalt, Ekstraksi Pelarut, Cyanex 272, TBP, Metode Taguchi, Anova
I. Pendahuluan bumi bagian utara, sementara endapan bijih laterit
Nikel adalah unsur kimia yang ada di dalam tabel biasanya terdapat di belahan bumi beriklim tropis
periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. (Mudd, 2009). Indonesia sebagai salah satu negeri
Nikel ini mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan beriklim tropis memiliki cadangan bijih nikel laterit
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan yang sangat besar (Antam., 2012). Cadangan bijih
dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat nikel laterit dunia di negara-negara lain yang memiliki
membentuk baja tahan karat yang keras (alloyed cadangan bijih nikel laterit yang besar diantaranya
steel). Nikel adalah satu logam bermanfaatnya untuk adalah New Caledonia, Indonesia, Australia, Kuba,
berbagai kebutuhan antara lain untuk produksi Amerika Serikat dan Brazil. Negara indonesia salah
stainless steel, nonferrous alloys/superalloys, satu pemilik cadangan nikel yang besar seharusnya
electroplating, koin, baterai dan katalis (Kuck., 2012). dapat menjadi produsen material yang berbasis nikel
Delapan tahun abad pertama, meningkatnya seperti baja tahan karat dan baja paduan nikel lainnya
pertumbuhan dalam konsumsi dan produksi nikel. (Barkas., 2011).
Proyek-proyek baru awalnya banyak di negara-negara Bijih nikel telah lama diproses melalui jalur
berkembang seperti di negara-negara BRIC. Tetapi proses pirometalurgi untuk menghasilkan ferronikel
secara bersamaan, para ilmuwan menyimpulkan atau nikel matte (Voermann., 2004). Sedangkan proses
bahwa efek kedepannya akan terjadi pemanasan pengolahan bijih laterit dapat dilakukan dengan
global (> 90%) yang menyebabkan sebagian besar menggunakan metode hidrometalurgi, seperti proses
kenaikan suhu sejak 1950. Faktor ini menunjukkan Caron, proses high pressure acid leaching (HPAL),
masa depan di mana pembangunan berkelanjutan dan proses atmospheric pressure acid leaching
menjadi perhatian utama industri pertambangan dan (APAL) (Kyle., 2010). Penggunaan metode
metalurgi. Menanggapi hal itu perlu suatu hal untuk hidrometalurgi ini memiliki keunggulan, yaitu
mempertahankan operasi berbiaya rendah yang menghasilkan produk utama yang jauh lebih murni
memenuhi target produksi tetapi tetap menjaga dibandingkan dengan penggunaan metode
lingkungan (Dr. Sam Marcuson.,2009). pirometalurgi. Dari ketiga contoh proses dari metode
Nikel ditemukan di alam dalam bentuk sulfida hidrometalurgi tersebut, proses APAL merupakan
dan oksida. Jumlah cadangan nikel dunia sekitar 72% proses yang dipandang lebih ekonomis untuk
berada dalam batuan oksida yang biasa disebut laterit diaplikasikan dalam skala industri dibandingkan kedua
dan sisanya batuan sulfida. Namun demikian, hanya proses lainnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
sekitar 42% dari total produksi nikel dunia bersumber tekanan atmosferis dalam prosesnya sehingga
dari bijih laterit (Dalvi dkk., 2004). Hingga saat ini kebutuhan energi dan biaya operasional proses ini
produksi nikel terus meningkat seiring dengan rendah (McDonald dkk., 2008). Energi proses menjadi
semakin meningkatnya permintaan dunia industri. hal yang sangat krusial, karena harga energi (listrik
Akan tetapi, permasalahan yang akan dihadapi di dan batubara sangat tinggi).
masa mendatang adalah jumlah cadangan nikel sulfida Proses yang dipilih yaitu atmosferic leaching,
yang semakin menipis (Norgate dkk., 2010). solvent Extraction dan Electrowinning. Pada
Sumber logam nikel yang terdapat di alam dalam prosesnya, pengolahan limonit dilakukan
bentuk endapan bijih sulfida dan endapan bijih laterit. menggunakan jalur hidrometalurgi untuk
Endapan bijih sulfida biasanya terdapat di belahan mendapatkan nikel kobalt dengan menambahkan
pelarut H2SO4, H2SO4 Cyanex 272 dan Versatic untuk produk setengah jadi dijual sebelum pemurnian di
memisahkan nikel dan kobalt dari pengotor logam yg langkah berikutnya. Kandungan MHP sekitar 39% Ni
lainnya yang selanjutnya akan diproses dan 4,8% Co.
Electrowinning untuk mendapatkan nikel murni. MHP selanjutnya diproduksi menjadi nikel sulfat
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan kobalt sulfat dengan menggunakan natrium oksida
signifikansi pengaruh dan persen kontribusi setiap (NaOH) sebagai presipitator baik tahap I dan tahap II.
parameter percobaan ekstraksi pelarut terhadap faktor Pada tahap pertama proses pengendapan nikel / kobalt
pemisahan nikel, kobalt dan besi dengan Metode hidroksida, natrium hidroksida atau susu kapur akan
ANOVA, memahami kondisi optimum ekstraksi diadopsi sebagai presipitan untuk membuat ~ 90%
pelarut pemisahan nikel, kobalt dan besi dengan nikel/kobalt dalam larutan mengendapkan. Setelah
menggunakan Metode Taguchi, Mempelajari pengendapan tahap pertama, bubur akan dikirim ke
parameter proses solvent stripping terhadap persen pengental untuk bentuk padat-cair pemisahan. Luapan
kobalt dan nikel.. pengental tahap pertama akan dikirim ke nikel / kobalt
tahap kedua sistem pengendapan dan susu kapur akan
II. Tinjauan Pustaka diadopsi sebagai presipitan. Setelah pengendapan,
a) Nikel bubur akan mengalami penebalan dan pemisahan.
Bijih nikel secara umum dapat diperoleh melalui
Bagian dari aliran bawah akan digunakan sebagai benih
pembentukan di alam berdasarkan kondisi geologis
kristal dan sisanya akan dikembalikan ke prosedur
dari negara bersangkutan, yakni: bijih nikel jenis
pencucian daur ulang untuk mengumpulkan nikel,
sulfida dan bijih nikel jenis oksida. Bijih nikel jenis
kobalt, dan lainnya.(T Gultom and A Sianipar., 2019)
sulfida banyak terdapat di negara-negara sub tropis
c) Leaching
seperti Canada, Rusia, Eropa Utara, dan Australia.
Leaching atau lixivation adalah tahapan pertama
Sedangkan bijih jenis oksida terdapat di negara tropis
dari proses hidrometalurgi dan memiliki peran utama
seperti Indonesia, Filipina, Papua Nugini, Brazil,
dalam proses ekstraksi. Berbagai larutan asam yakni
Afrika Barat, Meksiko dan negara-negara Amerika
asam sulfat, nitrat dan asam klorida atau kombinasi dari
Tengah (Mudd., 2009).
satu sama lain dengan atau tanpa zat pengokisidasi yang
Indonesia merupakan negara yang memiliki
sesuai dapat melarutkan sebagian besar dari unsur
cadangan bijih nikel oksida yang cukup tinggi, sekitar
logam yang akan diekstraksi dari pengotor lainnya.
12-15 % cadangan nikel oksida dunia seperti
Proses ini sudah menjadi aplikasi industry mineral dan
ditunjukan pada gambar 2.2 (Xinfang, 2008).
logam.
Cadangan oksida tersebut banyak terdapat di
d) Solvent Extraction
Indonesia bagian timur seperti pulau Sulawesi,
Logam yang dilarutkan harus dipisahkan untuk
Maluku dan kepulauan sekitar daerah kepala burung
mendapatkan produk yang dimurnikan. Pemisahan ion
Papua Barat.
logam didasarkan pada perbedaan sifat termodinamika
b) MHP
dari masing-masing logam. Logam terlarut biasanya
Pengendapan nikel / kobalt dalam endapan
dipisahkan menggunakan ekstraksi pelarut, pertukaran
campuran hidroksida (MHP) dengan pengaturan pH 7-8
ion, adsorpsi karbon, presipitasi, dan ultra filtrasi.
dalam dua tahap pengaturan pH. Nikel / kobalt yang
Solvent Extraction adalah proses umum untuk
dicampur dalam endapan hidroksida digunakan sebagai
logam konsentrat selektif. Solvent Extraction dilakukan
menggunakan ekstraktan organik yang dilarutkan dalam Hydroxide Precipitate (MHP) yang telah memiliki
fase organik. Fasa organik mengandung logam terlarut kadar nikel sekitar 30%. Rangkaian percobaan ini
atau kompleks ion logam. Jadi, dua cairan digunakan, diawali dengan preparasi sampel MHP yang
maka istilah ekstraksi cair-cair. Fasa berair dan organik dilanjutkan dengan pelindian di dalam larutan H 2SO4
tidak dapat bercampur satu sama lain. Namun, ada 2M. Kondisi pelindian mengacu pada hasil penelitian
beberapa kehilangan fase organik dalam fase air yang sebelumya. Ekstraktan yang digunakan dalam proses
sering kurang dari 15 ppm. Fase organik mengandung ekstraksi pelarut dalam penelitian ini adalah Cyanex
ekstraktan dan pengencer. Pengencer secara efektif 272 dengan diluen berupa kerosin. Pengukuran
mengencerkan ekstraktan. konsentrasi logam Nikel, Cobalt dan besi dilakukan
Pengencer biasanya terdiri dari parafin, nafta dan dengan menggunakan AAS di Lab
aromatik alkil. Pengencer diperlukan untuk Hidroelektrometalurgi, FTTM-ITB
memfasilitasi pemompaan, pemrosesan, dan
pengendapan ekstraktan, yang seringkali kental dan
sulit untuk dikelola tanpa pengencer. Pengencer juga
membantu mendistribusikan ekstraktan lebih efektif
dalam tetesan fase organik. Pengencer secara efektif
memperluas keberadaan ekstraktan pada antar muka
tetesan. Ekstraksi pelarut dilakukan menggunakan
mixer. Pencampur mendispersi fasa organik dalam fasa
berair sebagai tetesan kecil. Tetesan kecil meningkatkan
kinetika ekstraksi

III.Metode Penelitian
Serangkaian percobaan dilakukan untuk
menentukan kondisi optimum ekstraksi pelarut tahap
ekstraksi pemisahan Ni dengan menggunakan Metode
Taguchi dan mengidentifikasi signifikansi pengaruh
berbagai variabel terhadap faktor pemisahan
menggunakan ANOVA. Sementara pada proses
stripping, percobaan dilakukan dengan memvariasikan
nisbah A/O untuk mendapatkan kondisi stripping co
yang optimum. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini merupakan produk dari proses bijih nikel
dipanaskan terlebih dahulu melalui proses roasting
untuk menghilangkan kadar air di dalamnya. Setelah
kadar air hilang, bijih nikel kemudian diolah
menggunakan bahan kimia asam sulfur dalam proses
Leaching untuk memisahkan kandungan logam
lainnya. Proses tersebut menghasilkan Mixed
Gambar 3.1 Metode Penelitian mengetahui konsentrasi pada komposisi kimia yang
terbaca, seperti yang dintujukan pada Table 4.2.
Pengujian XRF menggunakan sampel bijih nikel yang
telah dihaluskan hingga 100 mesh, dilakukan di
. Laboratorium ITB.
IV. Hasil Penelitian Table 4.1 Hasil uji XRF MHP
a) Penentuan Kadar Air Dalam Bijih MHP
No. Component Result mass
Penentuan kadar air dalam bijih MHP dilakukan 1 Na2O 1.160 %
dengan cara menentukan pengurangan berat dari berat 2 MgO 4.190 %
3 Al2O3 16.50 %
awal dan akhir dari tiga sampel yang telah dikeringkan 4 SiO2 7.960 %
melalui proses ovening pada temperature 100oC 5 SO3 20.900 %
selama ±2 jam. Proses ovening dilakukan untuk 6 Cl 0.0685 %
7 K2O 0.149 %
mengurangi kadar air hingga ±80% dalam bijih. 8 CaO 2.460 %
Berdasarkan hasil pengujian penentuan kadar air 9 Cr2O3 0.291 %
10 MnO 1.330 %
didapat rata-rata 80%.
11 Fe2O3 1.760 %
12 Co2O3 0.703 %
13 NiO 41.200 %
14 CuO 0.233 %
15 ZnO 0.670 %
16 Rh2O3 0.491 %

Gambar 4.1 Sampel MHP dilakukan proses ovening

b) Pengujian XRF Sampel Bijih MHP


Analisis komposisi sampel bijih nikel dilakukan
dengan menggunakan XRF (X-Ray Fluorescent) yaitu
analisa secara kualitatif dan kuantitatif.
c) Proses Leaching
Proses pelindian bijih MHP dilakukan di
Workshop Pak Soleh Puri Melia Garden, Jl, Kolonel
Masturi, Jambudipa, Kec.Cisarua, Kab.Bandung
Barat. Proses pelindian menggunakan alat Hotplate
Stirrer dengan kecepatan pengadukan 200 rpm,
menggunakan larutan H2SO4 2M, suhu 55°C, dengan
Gamba
waktu 2 jam. Setelah proses pelindian selesai, residu
r 4.2 Bijih MHP dilakukan pengujIan XRF
dipisahkan dari larutan hasil pelindian dengan
Analisa kaualitatif dilakukan untuk mengetahui
menggunakan corong dan kertas saring, sehingga
komposisi kimianya yang terdapat dalam bijih MHP.
diperoleh larutan umpan untuk percobaan ekstraksi
Sedangkan analisa kuantitatif dilakukan untuk
pelarut.
Gambar 4.5 Larutan hasil Leaching dilakukan proses
Filtrasi

Analisa kadar Ni, Co dan Fe hasil dari proses


Leaching/pelindian (filtrat) dilakukan menggunakan
pengujianAAS(Atomic Absorption
Spectrophotometry) yang diperoleh dalam satuan g/L.
Gambar 4.3 Pemanasan larutan H2SO4
Pada pengujian ini data sampel duplo ditentukan
terlebih dahulu nilai avarege masing-msing sampel.
Dari hasil analisa tersebut dapat ditentukan %recovery
Ni, Co dan Fe seperti ditunjukan pada Tabel 4.2.
Pengujian AAS dilakukan di Laboratorium ITB,
Bandung.
Tabel 4.2 Data AAS dan % recovery Ni, Co dan Fe

Hasil AAS Percobaan Pelindian


Volum
Eleme AAS Dilutio Konsentrasi
e Awal
n (Ppm) n (gpl)
(ml)
Ni 187.9689 1000 187.9689 30
Co 1.7243 10 0.017243 30
Fe 4997.3009 10 49.973009 30
Gambar 4.4 Proses Leaching
Data kadar Ni, Co dan Fe dari Tabel 4.2 diperoleh dengan
Setelah pelindian selesai, dilakukan filtrasi perlakuan yang berbeda terhadap masing-masing sampel.
menggunakan corong dan kertas saring untuk
memisahkan larutan hasil pelindian dan residu d) Proses Solvent Loading
pelindian yang tidak larut. Larutan hasil filtrasi (PLS) Percobaan ekstraksi pelarut dilakukan dengan
yang diperoleh ditampung sementara pada botol menyiapkan larutan Cyanex 272 dengan
sampel berukuran 1 liter, kemudian dilakukan analisis mencampurkan TBP dan kerosin. Larutan aqueous
pada PLS untuk mengetahui konsentrasi besi dan nikel yang digunakan pada tahap ekstraksi adalah PLS hasil
terlarut dengan menggunakan Atomic Absorption pelindian. Volume larutan aqueous yang dikontakkan
Spectrophotometer (AAS). dengan larutan organik adalah 20 ml. Proses ekstraksi
dilakukan dengan pengadukan larutan umpan dan
ekstraktan menggunakan batang pengaduk magnetik
pada kecepatan 250 rpm untuk setiap percobaan yang
terdapat pada matriks ortogonal Taguchi pada Tabel
3.2.
konsentrasi Ni terlarut dengan AAS. Proses Solvent
Loading ini dilakukan duplo untuk memverivikasi
hasil percoabaannya. Massa logam terlarut yang
terekstraksi ke dalam fasa organik diperoleh dari
Gambar 4.6 Proses loading selisih massa logam di dalam larutan aqueous sebelum
Percobaan Persen Ekstraksi (%) ekstraksi dan setelah ekstraksi.
Fe Ni Co Hasil dari setiap percobaan ekstraksi berupa persen
1 99.929% 97.632% 34.347%
ekstraksi besi kobalt dan nikel, koefisien distribusi
2 99.924% 98.078% 36.383%
3 99.933% 97.950% 65.954% besi, koefisien distribusi kobalt dan koefisien
4 99.922% 97.973% 88.537% distribusi nikel serta faktor pemisahan antara kobalt
5 99.921% 97.782% 96.981% dan nikel yang masing-masing disajikan secara
6 99.930% 97.856% 95.407%
berturut turut pada Tabel 4.3, Tabel 4.4, dan Tabel 4.5.
7 99.928% 97.873% 96.862%
8 99.928% 97.877% 96.341% Tabel 4.3 Persen ekstraksi besi kobalt dan nikel dari
9 99.919% 97.843% 94.186% hasil percobaan ekstraksi

Setelah percobaan ekstraksi selesai, larutan


Tabel 4.4 Koefisien distribusi besi kobalt dan nikel dari
aqueous dan larutan organik dipisahkan dengan
hasil percobaan ekstraksi
menggunakan corong pemisah (separatory funnel) 125
mL. Percobaan Koefisien Distribusi
DFe DNi DCo
1 2822.421 82.618 1.046944
2 1331.561 51.034 0.572126
3 753.4028 23.935 6.039896
4 1289.262 48.422 8.043499
5 642.7536 22.042 16.469788
6 2868.26 91.308 451.288723
7 701.0697 23.012 15.458039
8 2795.547 92.218 67.416441
9 1297.644 45.377 20.338661

Tabel 4.5 Faktor pemisahan kobalt dan nikel dari hasil


percobaan ekstraksi

Gambar 4.7 Pemisahan menggunakan Separatory


funnel

Larutan aqueous hasil ekstraksi, diencerkan


menggunakan campuran aquadest dengan H2SO4
0,5M untuk selanjutnya dilakukan pengukuran
konsentrasi terlarut dan diencerkan kembali
menggunakan air distilasi untuk menganalisis
Percobaa βCo-Ni
n 1 2
1 0.0138297 0.0116160
5
2 0.0117657 0.0106734
3 0.0112433 0.5156234
4 0.1367673 0.1930832
2
5 0.6287927 0.8653340
1
6 0.2198743 9.7815631
Perhitungan Signifikansi Pengaruh dan Persen 8
Kontribusi Variabel Percobaan Ekstraksi terhadap 7 0.6909415 0.6521477
6
Faktor Pemisahan kobalt dan nikel. Penentuan
8 0.3810716 1.0862942
signifikansi pengaruh dan besarnya persen kontribusi 8
variabel pada percobaan ekstraksi pelarut tahap 9 0.2369431 0.6670572
ekstraksi dapat dilakukan dengan menentukan
3

perhitungan Sum of response dan total Sum of nilai Sum of response yang diperoleh adalah 0.57.

response terlebih dahulu pada setiap data faktor Sementara total Sum of response diperoleh dengan

pemisahan kobalt dan nikel, dilanjutkan dengan menjumlahkan semua nilai Sum of response dari setiap

perhitungan dengan analisis varians (ANOVA). variabel dan level percobaan. Hasil perhitungan Sum

Perhitungan Sum of response dan Total Sum of of response untuk setiap variabel pada setiap level,

response pada Data Faktor Pemisahan nikel dan dan total Sum of response terhadap Co-Ni disajikan

Kobalt Sum of response dihitung dengan cara pada Tabel 4.6.

menjumlahkan setiap respon (hasil) pada suatu Tabel 4.6 Hasil perhitungan Sum of response

variabel di level yang sama. Sebagai contoh, pada faktor pemisahan kobalt dan nikel

variabel suhu operasi di level 25±2°C, diperoleh


faktor pemisahan Co dan Ni (Co-Ni) sebesar Perhitungan Signifikansi Pengaruh dan Persen Kontribusi

0.013829747; 0.011616053; 0.011765693; Pengaruh Variabel dengan ANOVA Setelah dilakukan

0.010673397; 0.011243337; 0.515623396, sehingga perhitungan Sum of response dan total sum of response,
kemudian dilakukan perhitungan signifikansi pengaruh dan
Level Variabel Sum of response
persen kontribusi variabel percobaan terhadap faktor
βCo-Ni
25 0.57 pemisahan besi dan titanium menggunakan Metode ANOVA.

40 11.83 Secara berurutan perhitungan yang dilakukan meliputi

55 3.71 perhitungan degree of freedom (DOF), sum of square (SS),


5% 1.70 mean square (MS), dan rasio varians (F) menggunakan
10% 2.98 formula yang sudah disajikan. Selanjutnya signifikansi
20% 11.43
pengaruh tiap variabel ditentukan berdasarkan nilai F
½ 11.49
1 1.26 minimal. Nilai F minimal ditetapkan dengan melihat
2 3.36 kombinasi pembilang (DOF variabel) dengan penyebut (DOF
5 menit 2.42 error). Pada analisis faktor pemisahan nikel dan kobalt nilai
10 menit 11.37
20 menit 2.32
Total Sum of
16.11
Response
DOF variabel adalah 2 dan DOF error adalah 9,
sehingga variabel akan signifikan jika nilai F pada
variabel tersebut lebih besar dari 4,26 (berdasarkan
Tabel F probabilitas 0,05 yang disajikan pada
Lampiran B). Sementara, persen kontribusi variabel
dihitung dengan membandingkan sum of square tiap
variabel dengan total sum of square dikalikan 100%. Tabel 4.9 Hasil perhitungan rata-rata S/N
Hasil perhitungan signifikansi pengaruh dan persen untuk faktor pemisahan nikel dan kobalt pada masing-
kontribusi variabel percobaan ekstraksi pelarut tahap masing level variabel percobaan
ekstraksi terhadap faktor pemisahan nikel dan kobalt.  Variabel S/N LB
Tabel 4.7 Hasil analisis varians terhadap faktor 25±2°C -37.671
pemisahan nikel dan kobalt 40°C -9.682
55°C -6.452
Variabel DOF Seq SS Adj SS Adj F Kontribusi
5% MS -19.171
Penentuan Kondisi Optimum Kondisi optimum Suhu 2 11.23 10%11.23 5.62-15.922
1.0 13.14%
9
ekstraksi pelarut tahap ekstraksi ditentukan Konsentrasi 2 9.32 20%9.32 4.66-18.712
0.9 10.90%
menggunakan analisis Taguchi dengan melakukan Cyanex 272 1/2 -18.010
1
Nisbah O/A 2 9.74
1 9.74 4.87 0.9
-21.693 11.39%
perhitungan nilai signal to noise ratio (S/N) 36 pada 5
Waktu kontak 2 8.99 2 8.99 4.49-14.101
0.8 10.51%
setiap level variabel percobaan ekstraksi. Dalam 8
5 menit -16.960
Error 9.00 46.21 46.21 5.13 1.0 54.05%
penelitian ini diinginkan faktor pemisahan kobalt dan 10 menit -17.550
0
nikel setinggi mungkin sehingga perhitungan yang Total 17.00 20 menit
85.50     -19.294
1.0 100.0%
9
digunakan adalah S/N larger the better sesuai dengan
formula. Hasil perhitungan S/N larger the better untuk
Untuk mendapatkan grafik optimum pada proses
faktor pemisahan kobalt dan nikel serta hasil rata-rata
loading dilakukan mengunakan aplikasi minitab
nilai S/N masing-masing level variabel
dengan hasil kosentrasi 20%, O/A 2 dan waktu 5
ditabulasikan masing-masing pada Tabel 4.8 dan
menit adalah proses yang optimum pada penelitian ini.
Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil perhitungan S/N untuk faktor


pemisahan S/N larger- nikel dan
Percobaan
the Better
kobalt
1 -38.007
2 -39.031
3 -35.974
4 -16.036
5 -2.861
6 -10.148
7 -3.469
8 -5.874
9 -10.013
Gambar 4.9 Grafik Optimum Solvent Loading
Berdasarkan hasil perhitungan untuk penentuan
kondisi optimum ekstraksi yang disajikan gambar 4.1,
diperoleh kondisi yang menghasilkan Co-Ni paling
tinggi adalah pada suhu 25±2°C, konsentrasi Cyanex
20%, nisbah O/A 2, dan waktu kontak 5 menit. Dari
hasil percobaan yang telah dilakukan percobaan pada
kondisi optimum kita dapatkan tabel 3.10.
Tabel 4.10 Hasil percobaan ekstraksi pada kondisi
optimum
Parameter Optimum

e) Proses Solvent Stripping Suhu Konsentrasi Nisbah O/A Waktu


Cyanex 272
Percobaan stripping dilakukan untuk memperoleh 25°C 20% 2 5 menit

nikel dan kobalt dalam fasa aqueous. Percobaan %Ekstraksi Co 95.935%

stripping dilakukan menggunakan larutan organik %Ekstraki Ni 97.862%


DCo 11.798859
hasil ekstraksi pelarut pada kondisi optimum yang
DNi 22.883
menghasilkan nilai faktor pemisahan nikel dan cobalt
ΒCo-Ni 0.515623
tertinggi. Percobaan stripping dilakukan dengan
mengontakkan 20 ml larutan organik hasil ekstraksi V. Kesimpulan
pada kondisi optimal dengan air distilasi pada nisbah 1. Berdasarkan hasil semua variabel ekstraksi yang
A/O ½, 1 dan 2 sehingga diperoleh kondisi stripping diuji memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
yang selektif. Percobaan stripping dilakukan faktor pemisahan kobalt dan nikel, dengan
bervariasi selama 10, 20 da 30 menit dengan kontribusi tertinggi adalah nisbah O/A sebesar
kecepatan putaran 250 rpm pada suhu 25± oC. Larutan 11.39%, diikuti suhu operasi sebesar 13.14%, waktu
aqueous dan larutan organik hasil stripping dipisahkan kontak sebesar 10.51%, dan konsentrasi Cyanex 272
menggunakan separatory funnel. sebesar 10.90%.
Kondisi terbaik stripping Co dengan 2. Persen ekstraksi kobalt dan nikel berpengaruh
menggunakan air didistilasi pada nisbah O/A 2 dengan dengan meningkatnya suhu yang mengindikasikan
waktu kontak 10 menit, kecepatan putaran 250 rpm bahwa reaksi ekstraksi Co dengan Cyanex 272 dan
Run %Rata - rata
dan pada suhu 25±2°C Ni dengan CYANEX 272 merupakan reaksi
stripping
yang 1 -3.77% menghasilkan endotermik.
persen 2 -4.88% stripping Co 3. Peningkatan konsentrasi ekstraktan dari 5% menuju
sebesar 3 -20.85% 87,82%. 10% meningkatkan persen ekstraksi nikel hingga
Tabel 22.74% 4.11 Hasil mencapai level rata-rata 97% dan ekstraksi kobalt
4
percobaan Proses Solvent hingga mencapai level rata-rata 96%. Untuk
5 34.03%
Stripping peningkatan lebih lanjut konsentrasi cyanex 272 dari
6 87.82%
10% menuju 20% cenderung tidak lagi berpengaruh
7 -6.29%

8 -12.22%

9 -21.40%
signifikan terhadap peningkatan persen ekstraksi Sudbury, Ontario, Canada, August 2009.
nikel dan kobalt. 7. Antam Tbk, 2012, Feasibility study of blast
4. Kondisi optimum ektraksi pelarut tahap ekstraksi furnace for limonite processing, Jakarta.
untuk pemisahan kobalt dan nikel menggunakan 8. J. Barkas, Nickel and Stainless Steel: prospects
Cyanex 272 diperoleh pada suhu 25±2°C, and challenges, SBB World Steel Raw Materials
konsentrasi Cyanex 20%, nisbah O/A 2, dan waktu Conference, Bali, 2011.
kontak 5 menit, dengan persen ekstraksi nikel 9. N. Voermann, T. Gerritsen, Developments in
97,86%, persen ekstraksi kobalt sebesar 95.535%, furnace technology for ferronickel production,
DNi sebesar 22.8827, DCo sebesar 11,79885811, Proceedings of 10th International Ferroalloys,
serta faktor pemisahan kobalt dan nikel sebesar 2004, p.455-465.
0.515623396. 10. Kyle J, Nickel Laterite Processing Technologies
5. Kondisi terbaik stripping Fe dengan menggunakan – Where to Next?. ALTA 2010
air didistilasi pada nisbah O/A 2 dengan waktu Nickel/Cobalt/Copper Conference, Perth, 24-27
kontak 10 menit, kecepatan putaran 250 rpm dan Mei 2010.
pada suhu 25±2°C yang menghasilkan persen 11. McDonald, RG dan Whittington, BI.
stripping Co sebesar 87,82%. Atmospheric Acid Leaching of Nickel Laterites
Review Part II Chloride and Biotechnologies.
VI. Reference Hydrometallurgy 2008; 91: 56-69.
1. Kuck, PH. Nickel. U.S. Geological Survey, 12. Mulshaw S, Gardner M, Metals Market Service,
Mineral Commodity Summaries 2012. Longterm Outlook: Nickel, 2011, p.1-26.
2. Dr. Sam Marcuson is vice-president, business 13. Xinfang J, Ferro-nickel / NPI Production from
improvement for Vale Inco Limited, Laterite, Presentation of Tsingshan Holding
Mississauga, ON, Canada. This article was Group, 2008.
adapted from a plenary speech made at the CIM 14. Chen TT, Dutrizae JE, Krause E, Osborne R,
Conference of Metallurgists held August 2009 in Mineralogical Characterization of Nickel
Sudbury, Ontario. Laterites from New Caledonia and Indonesia,
3. Dalvi AD, Bacon WG dan Osbourne RC. The Proceeding of International Laterite Nickel
Past and the Future of Nickel Laterites. Inco Symposium 2004, p.79-99.
Limited, Ontario, Canada 2004; p. 27. 15. Habashi F, Handbook of Extractive Metallurgy:
4. Norgate, T dan Jahanshahi. Low Grade Ores – Nickel, Wiley-VCH, 1997, p. 715-790.
Smelt, Leach or Concentrate? Minerals 16. Solihin, Pengolahan Bijih Laterit Nikel Kadar
Engineering 2010; 23:65-73. Rendah dengan Proses Hidrometalurgi, Seminar
5. J.M. Duke, 1990, Mineral Deposit Models: Nasional Teknoin (2011) A-118-121.
Nickel Sulfide Deposits Of The Kambalda Type, 17. T Gultom and A Sianipar, High pressure acid
Canadian Mineralogist Vol. 28 p. 379-388. Leaching: a newly introduced technology in
6. G.M. Mudd, Nickel Sulfide Versus Laterite: The Indonesia, IOP Publishing, 2019.
Hard Sustainability Challenge Remains, 18. Thillier C, Weda Bay Feasibility Study: Geology
Proceeding of “48th Annual Conference of and Resources, Weda Bay Eramet. 2009.
Metallurgists”, Canadian Metallurgical Society, 19. Habashi F, Extractive Metallurgy Vol 1:
Kinetics, 1970.
20. Perez N, Electrochemical and Corrosion, Kluwer
Academic Publishers, 2004.
21. Canterford, J.H., 1986. Acid Leaching of
chromite-bearing nickeliferous laterite from
Rockhampton, Queensland. Proceedings of the
Australasian Institute of Mining and Metallurgy,
291, pp. 51–56.
22. Gjelsvik, N., Torgersen, J.H., 1983. Method of
acid Leaching of silicates. US Patent 4,367,215.
23. Büyükakinci E, Topkaya Y, Extraction of nickel
from lateritic ores at atmospheric pressure with
agitation Leaching, Hydrometallurgy 97 (2009)
33–38.
24. Free, Michael L.”Hydrometallurgy
Fundamentals and Applications”.United States of
America, 2013, P 218-223.
25. Crundwel Frank K, Michael S. Moats, Venkoba
R, Timothy G.R, William G.D.” Extractive
Metallurgy of Nickel, Cobalt and Platinum-
Group Metals”Oxford, Amsterdam, The
Netherlands, 2011.
26. Topayung, Daud.” Pengaruh Arus Listrik Dan
Waktu Proses Terhadap Ketebalan Dan Massa
Lapisan Yang Terbentuk Pada Proses
Elektroplating Pelat Baja”. Program Studi
Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado.2011.
27. Mayasari, A. I., Wuryandari, T., & Hoyyi, A.
Optimalisasi Proses Produksi yang Melibatkan
Beberapa Faktor dengan Level yang Berbeda
Menggunakan Metode Taguchi. Jurnal Gaussian,
2004. 3(3), 303-312.
28. Yang, K., Design for Six Sigma: Roadmap to
Product Development, McGraw-Hill, 2nd
Edition, no. August, 2016

Anda mungkin juga menyukai