mengandung arti together (kebersamaan) dan “Munus”, yang bermakna the gift (memberi)
antara satu sama lain. Maka dapat diartikan bahwa komunitas adalah sekelompok orang yang
saling berbagi dan mendukung antara satu sama lain. Iriantara (2004: 22) mendefinisikan
makna komunitas adalah sekumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu dan biasanya
terkait dengan kepentingan yang sama. Sedangkan menurut Wenger (2004: 4) komunitas itu
adalah sekumpulan orang yang saling berbagi masalah, perhatian atau kegemaran terhadap
suatu topik dan memperdalam pengetahuan serta keahlian mereka dengan saling berinteraksi
secara terus-menerus. Komunitas (community) dalam perspektif sosiologi adalah warga
setempat yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman
perhatian bersama ( a community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi.
Komunitas memiliki banyak makna. Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah kelompok
dari suatu masyarakat atau sebagai sekelompok orang yang hidup di suatu area khusus yang
memiliki karakteristik budaya yang sama. Apapun definisinya, komunitas harus memiliki
sifat interaksi. Interaksi yang ditekankan lebih kepada interaksi informal dan spontan
daripada interaksi formal, serta memiliki orientasi yang jelas. Ciri utama sebuah komunitas
adalah adanya keharmonisan, egalitarian serta sikap saling berbagi nilai dan kehidupan.
Menurut Etienne Wenger (2002: 24). Komunitas mempunyai berbagai macam bentuk dan
karakteristik, diantaranya:
Kita bisa simpulkan bahwa komunitas sebenarnya menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tingal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dan
factor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya,
dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soekanto. 1990).
a. Sama dengan gesellschaft, yakni bentuk tertentu kelompok social berdasarkan rasional,
yang diterjemahkan sebagai masyarakat patembayan dalam bahasa Indonesia. Sementara
kelompok social lain yang masih mendasarkan pada ikatan naluri kekeluargaan disebut
gemain-scaft atau masyarakat paguyuban.
c. Menunjukan suatu tata kemasyarakatan tertentu dengan cirri sendiri (identitas) dan suatu
autonomi (relative), seperti masyarakat barat, masyarakat primitive yang merupakan
kelompok suku yang belum banyak berhubungan dengan dunia sekitarnya.
Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan individu-
individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia hidup
bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan anggota-
anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan
bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan. Emile Durkheim
(1951) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara
mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Cara yang baik untuk mengerti tentang masyarakat adalah dengan menelaah ciri- ciri pokok
dari masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan
bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu:
BANGSA
Masyarakat pun akhirnya berkembang menjadi bangsa. Bangsa (nation ) atau nasional,
nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham kebangsaan, semua istilah tersebut
dalam kajian sejarah terbuktii mengandung konsep-konsep yang sulit dirumuskan, sehingga
para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun sering tidak sependapat
mengenai makna stilah tersebut. Dalam kamus Ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu
“natie” dan “nation”, artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang
memiliki unsur sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bahasa ;
Istilah natie (ation) mulai popular sekitar tahun 1835 dan sering diperdebatkan sehingga
melahirkan berbagai teori tentang bangsa sebagai berikut :
4. Teori Geopolitik
Teori ini bersangkutan dengan Blood and Bosen Theorie ( Teori Darah dan Tanah )
oleh Karl Haushofer yang dianggap sebagai sendi bagi politik imperialisme Jerman,
tetapi digunakan pula oleh kaum nasionalis di Asia, khususnya untuk membela cita-
cita kemerdekaan, persatuan bangsa, dan tanah air. (Rustam E. Tamburaka)
Masyarakat dalam pengertian kebeeradaan suatu negara adalah sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Tidak bisa
dibayangkan jika ada suatu negara tanpa masyarakat. Hal ini mengingat masyarakat atau
warga negara adalah substratum personel dari negara. Istilah negara merupakan terjemahan
dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis).
Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok
masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu Kawasan, dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang
pada galibnya dimiliki oleh suatu negara berdaulat : Masyarakat (rakyat), willayah, dan
pemerintahan yang berdaulat. Ketiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lainnya sepert
adanya konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang oleh Mahfud.M.D. disebut dengan
unsur deklaratif. Sebuah negara harus memenuhi unsur yang telah dijelaskan sebelumnya.
Adapun wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada negara
tanpa batas territorial yang jelas. Dalam konsep negara modern masing-masing batas wilayah
tersebut diatur dalam perjanjian dan perundang-undangan internasional. Sementara itu,
pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk
mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara. Pemerintah, melalui apparat dan alat-
alat negara yang menetapkan hukum, melaksanakan ketertiban dan keamanan, mengadakan
perdasamain dan lainnya dalam rangka mewujudkan kepentingan warga negaranya yang
beragam. Untuk mewujudkan cita-cita negara tersebut dijumpai bentuk-bentuk negara dan
pemerintahan. Pada umumnya, nama sebuah negara identic dengan model pemerintahan yang
dijalankannya, misalnya, negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer atau
presidensial. Ketiga unsur ini dilengkapi dengan unsur negara lainnya, konstitusi.
Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya negara. Hal
ini, bersifat deklaratif, bukan konstitutif sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam
pengakuan negara, yakni de facto dan de jure. Pengakuan de facto ialah pengakuan atas fakta
adanya negara. Pengakuan ini didasarkan adanya fakta bahwa suatu masyarakat politik telah
memenuhi tia unsur utama negara (wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat.
Adapun pengakuan de jure merupakan pengakuan akan sahnya suatu negara atas dasar
pertimbangan yuridis menurut hukum.
Negara sendiri memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum, dalam konsep teori
modern, negara terbagi ke dalam dua bentuk: negara kesatuan (unitarianisme) dan negara
serikat (federasi). Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat,
dengan satu peerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun, dalam
pelaksanaannya negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan yaitu
sentral dan otonomi. Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang
terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat, dan berdiri sendiir. Setelah
menggabungkan diri dengan negara serikat dengan sendirinya negara tersebut melepaskan
Sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada negara serikat. Di samping dua
bentuk ini bentuk negara juga bisa digolongkan ke dalam tiga kelompok: monarki, oligarki,
dan demokrasi.
PERKEMBANGAN FAKTUAL:
Saat ini komunitas yang ada berkembang menjadi suatu kelompok yang biasanya mempunyai
kehidupan yang tujuannya sama. Seiring dengan berkembangnya zaman ditambah dengan
teknologi informasi yang semakin modern membawa komponen yang dibahas (masyarakat,
bangsa, negara, dan komunitas) mengalami perubahan.
Soekanto (1990) bila seseorang tidak sempat menelaah susunan kehidupan masyarakat
misalnya, maka akan muncul suatu pendapat bahwa masyarakat tersebut akan merupakan
masyarakat yang tidak pernah berubah (statis). Apabila pendapat demikian muncul, maka
pandangan itu sebagai pandangan yang sepintas, serta pandangan yang kurang teliti. Sebab
tidak ada suatu masyarakat yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa.
Sedangkan Ankie (1985) berpendapat bahwa tidak ada masyarakat yang berhenti
perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara
lambat atau cepat Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakaan suatu proses
yang terus menerus artinya setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan,
akan tetapi perubahan antara kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama (kompleks)
serta banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Masalah perubahan masyarakat, banyak
ahli yang mendefenisikannya. Misalnya Soekanto (1990) berpendapat bahwa perubahan-
perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma, pola-pola perilaku
organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya. Pendapat tersebut merupakan pendapat secara makro, akan tetapi bila
pendapat tersebut kita terjemahkan ke dalam paradigma makro, maka akan terihat bahwa
perubahan masyarakat tidak selamanya sama (kompleks). Misalnya masyarakat A dan
masyarakat B. Mungkin perubahan masyarakat A sudah berubah pola-pola perilaku
organisaasinya, sedangkan masyarakat B sudah berubah dari norma-norma sosial ataukah
pada kekuasaan dan wewenang. Perubahan antara masyarakat A dan masyarakat B tersebut
juga memiiki faktor yang mempengaruhinya misalnya perubahan yang terjadi pada
masyarakat A tersebut mungkin di sebabkan oleh adanya faktor pendidikan, sedangkan
perubahan yang terjadi pada masyarakat B mungkin di sebabkan oleh faktor ekonomi
maupun kemampuan masyarakatnya dalam mengorganisasikan kelompoknya.
Bisa kita lihat misalnya korelasi antara kebudayaan dan masyarakat saat ini adalah
berkembangnya sifat individualis. Zaman dahulu, orang-orang membentuk kelompok
masyarakat yang saling bergotong royong dalam mencapai tujuan karena memang mereka
berkmpul atas dasar keinginan yang sama. Namun, saat ini bisa kita lihat sendiri tatanan
masyarakat jauh lebih modern segala kebutuhan bisa kita dapatkan karena perkembangan
teknologi dan informasi.
Selanjutnya, negara pun terus berkembang. Saat ini, kita bisa mengetahui bahwa
pemerintahan yang menjadi tonggak sebuah negara berjalan sudah tidak bisa menjalankan
kediktatoran secara membabi-buta. HAM dan rasa aman masyarakat telah membuat sejumlah
negara akhirnya tidak menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuannya.
Banyak yang beralih juga dari yang asalnya berbentuk kerajaan akhirnya melebur menjadi
sebuah pemerintahan yang demokrasi. Kepentingan negara bukan lagi terpaku terhadap
kekuasaan atau pelebaran wilayah, mereka akhirnya lebih mementingan kepuasan dalam
negri sebagai capaian keberhasilan pemerintahannya. Namun, sekali lagi, perkembangan
teknologi menjadi salah satu aktor yang membuat negara terus mengalami perubahan yang
modern. Negara kecil pun saat ini seperti Singapore bahkan memiliki kekayaan dan kemajuan
yang lebih tinggi dibandingkan negara lain di ASEAN. Ini membuktikan bahwa baik
komunitas, masyarakat, bangsa, dan negara saling berhubungan dalam pembentukannya.
Mereka pun merupakan komponen yang kompeks tetapi penting untukkita pelajari. Perlu
diingat juga bahwa setiap komponen tersebut akhirnya mengalami perubahan yang bisa saja
disebabkan karena perkembangan zaman yang menyebabkan beberapa bidang seperti
ekonomi, Pendidikan, sosial dan budaya ikut berubah.
JURNAL UI http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126796-RB13K38p-Peran%20Library-
Literatur.pdf
JURNAL BANGSA DAN NEGARA SCRIBD
https://www.scribd.com/doc/38209181/Konsep-Bangsa-Dan-Negara-Di-Tinjau-Dari-Uu
JURNAL UPI
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111091987031001-
MUSTOFA_KAMIL/pengertian_masyarakat.pdf