Anda di halaman 1dari 2

Bacalah teks anekdot berikut ini dengan saksama.

Kemudian, kerjakan soal-soal berikut ini


dengan tepat !
Kampanye
Pada suatu siang yang terik di sebuah lapangan, sebuah panggung didirikan. Panggung
tersebut rencananya akan digunakan untuk kampanye salah satu parpol yang mencalonkan
wakilnya untuk menjadi kepala desa. Simpatisan yang berkumpul sangat banyak.
Tak lama kemudian acara pun dimulai.
“Bapak—bapak dan ibu-ibu sekalian. Kita tahu bahwa kini desa kita tercinta ini bisa
dibilang tertinggal dibandingkan desa-desa tetangga,” sang calon Kades memulai.
“Salah satu penyebabnya adalah karena akses jalan ke kampung ini tidak bagus.”
“Kalau saya terpilih nanti . . .,” belum selesai sang calon berkata, para simpatisan
tampak gaduh. Mereka meneriaki nama calon kesayangannya dan menyanyikan yel-yel
dengan suara keras. Melihat peristiwa itu pembawa acara berkata,” Harap Bapak dan Ibu
sekalian tenang ya. Jangan memotong pidato Bapak.” Massa simpatisan pun kembali
tenang.
“Kalau saya terpilih nanti, saya akan memperbaiki sarana jalan dan membangun
jembatan.”
Tiba-tiba seorang simpatisan dengan suara keras bertanya,” Tapi, Pak, di desa kita tidak
ada sungai. Jadi, buat apa membangun jembatan? Mau dibangun di mana?”
Sang calon pun tercekat dengan pertanyaan itu. Untuk menutupi kesalahannya, ia pun
berkata. “Kalau begitu kita bangun jembatan sekaligus sungainya. Setuju!??”
“Setuju!!”
Pada siang yang terik itu sang calon terus-menerus mengikrarkan janji muluknya

1. Teks tersebut digolongkan sebagai teks anekdot, mengapa? Beri alasan


Teks tersebut dapat digolongkan menjadi anekdot karena teks tersebut terbukti
lucu,jenaka,membingungkan atau membuat para pembaca pelu berpikir kuat untuk
memahaminya
2. Identifikasi struktur isi teks anekdot yang tersaji! Tunjukkan bagian teks yang berupa
abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan koda!( teori bisa dicari di buku atau internet)
Abstraksi =Pada suatu siang yang terik di sebuah lapangan, sebuah panggung didirikan.
Panggung tersebut rencananya akan digunakan untuk kampanye salah satu parpol yang
mencalonkan wakilnya untuk menjadi kepala desa. Simpatisan yang berkumpul sangat
banyak.
Orientasi = Tak lama kemudian acara pun dimulai.
“Bapak—bapak dan ibu-ibu sekalian. Kita tahu bahwa kini desa kita tercinta ini bisa
dibilang tertinggal dibandingkan desa-desa tetangga,” sang calon Kades memulai.
“Salah satu penyebabnya adalah karena akses jalan ke kampung ini tidak bagus.”
“Kalau saya terpilih nanti . . .,” belum selesai sang calon berkata, para simpatisan
tampak gaduh. Mereka meneriaki nama calon kesayangannya dan menyanyikan yel-yel
dengan suara keras. Melihat peristiwa itu pembawa acara berkata,” Harap Bapak dan Ibu
sekalian tenang ya. Jangan memotong pidato Bapak.” Massa simpatisan pun kembali
tenang.
Krisis= “Kalau saya terpilih nanti, saya akan memperbaiki sarana jalan dan membangun
jembatan.”
Reaksi= Tiba-tiba seorang simpatisan dengan suara keras bertanya,” Tapi, Pak, di desa kita
tidak ada sungai. Jadi, buat apa membangun jembatan? Mau dibangun di mana?”
Sang calon pun tercekat dengan pertanyaan itu. Untuk menutupi kesalahannya, ia pun
berkata. “Kalau begitu kita bangun jembatan sekaligus sungainya. Setuju!??
Koda= “Setuju!!”
Pada siang yang terik itu sang calon terus-menerus mengikrarkan janji muluknya
3. Tunjukkan peristiwa unik yang terdapat dalam teks anekdot!
Seorang calon kepala desa ingin membangun jembatan di suatu desa, namun di desa
tersebut, tidak ada sungai. Karena tidak ada sungai di desa itu, calon kepala desa itu
berencana membangun jembatan beserta sungainya.
4. Kemukakan makna anekdot yang Anda baca!
Calon kepala desa menyatakan sindiran dan kritikan terhadap apa yang terjadi di desa
tersebut yang bersangutan dengan kepala desa sebelumnya.
5. Temukan konjungsi yang digunakan dalam teks di atas, kemukakan fungsi konjungsi
tersebut!
1. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif berfungsi menghubungkan dua atau lebih klausa yang memiliki derajat
Contoh : dan, lagipula, lagi, serta
2. Konjungsi Pertentangan
Menghubungkan dua kalimat sederajat, tetapi mempertentangkan kalimat tersebut.
Biasanya posisi kalimat kedua lebih penting dibandingkan kalimat pertama.
Contoh : tetapi, sebaliknya, padahal, melainkan, sedangkan, akan tetapi, namun.
3. Konjungsi Syarat (Konjungsi Kondisional)
Menjelaskan jika terjadinya suatu hal disebabkan adanya syarat-syarat yang terpenuhi.
Contoh: Jika, jikalau, apabila, kalau, asalkan, bilamana.

Anda mungkin juga menyukai