MEMBACA SASTRA
SKL 2.2
Pengetahuan dan Pemahaman
Mengidentifikasi
Memaknai
Aplikasi
Menginterpretasi
Menggunakan
Penalaran
Membandingkan
Menunjukkan bukti
Menganalisis
Menanggapi/ Mengomentari
Merefleksi
Mengevaluasi
Memvariasikan
MATERI
mengidentifikasi dan memaknai kata simbolik/majas/kias dalam karya sastra
memaknai isi tersurat dalam karya sastra
menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen/novel (konflik, sebab konflik, akibat konflik, amanat, nilai-nilai)
membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra (berdasarkan gaya, tema, unsur)
menganalisis hubungan antarbagian karya sastra
membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
mengaitkan isi dengan kehidupan saat ini
menilai keunggulan/ kelemahan karya sastra
meringkas isi karya sastra
Teks 2
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono, dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
"Saya heran pada dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri," kata Tono kepada
Udin. Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan Tono. Udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan Tono itu tidak
panting. Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau menerka teka-tekinya.
"Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri," jawab Udin merasa jengah.
Ternyata jawaban Udin masih juga salah. Menurut Tono, dosen yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab
takut kursinya diambil orang lain."
Mendengar pernyataan Tono, Udin menanyakan apa hubungan antara menjadi dosen dan pejabat.
"Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain," ungkap Tono.
2
(1) Matahari sedang mencium lembah-lembah gunung ketika aku terbangun di pagi itu. (2) Aku terpaku menikmati
pemandangan desa yang sungguh menawan takkan kutemukan semua ini di hiruk pikuknya kota. (3) Penduduk desa yang
masih bersahaja, saling senyum dan bertegur sapa. (4) Mereka bersama-sama turun ke sungai. (5) Sungai yang airnya masih
jernih jauh dari tercemar.
Nilai sosial dalam kutipan cerpen tersebut adalah ...
A. Pemandangan alam desa yang sangat indah di pagi hari.
B. Pegunungan yang masih diselimuti awan.
C. Kehidupan desa yang bersahaja dengan penduduknya yang ramah.
D. Sungai-sungai di desa yang masih jernih jauh dari pencemaran.
E. Hiruk pikuk kota yang tidak ditemukan di desa.
15. Keterkaitan isi kutipan novel tersebut dengan kehidupan sehari-hari adalah...
A. Merapikan buku berdekatan dengan tumpukan baju.
B. Merasakan sakit hati saat kita membaca surat.
C. Ketidakmampuan melupakan hal buruk dalam kehidupan.
D. Melupakan masalah dengan bekerja di tempat lain.
E. Pengalaman baru akan menghapus kenangan lama manusia SMA/MA IPS
16. Bukti nilai morai saling memberi semangat, berusaha, dan berdoa dalam kutipan novel tersebut terdapat pada kalimat
bernomor....
A. (1) dan (3)
B. (2) dan (6)
C. (3) dan (6)
D. (4) dan (5)
E. (6) dan (7)
17. Bukti latar suasana kecemasan dalam kutipan novel tersebut terdapat pada kalimatbemomor....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (3) dan (6)
E. (6) dan (7)
5
Tak cukup itu saja, Pak Jaman tak segan-segan membantu para tetangganya yang mengalami kesulitan. Sering
didapati ia memberikan bantuan dalam bentuk barang, uang, ataupun tenaga, ketika tetangganya kesulitan dan membutuhkan
bantuan. Wajar kalau kemudian semua warga kampung menyukai dan menghormati beliau dengan perangainya yang baik.
Kutipan 2
“Mak hendak pulang, Nak. Sudah seminggu, nanti pisang Emak ditebang orang, karet pun sayang tak disadap,” lontar
Mak Inang di pagi yang tak bisa ia tahan lagi. Ia benar-benar tak ingin berlama-lama di ibukota yang sungguh aneh baginya.
Sesungguhnya, Mak Inang pun aneh dengan orang-orang yang saban hari, saban minggu, saban bulan, dan saban tahun
datang mengadu nasib ke kota ini. Apa yang mereka cari di rimba bernyamuk ganas? Mak Inang tak bisa menghabiskan
pikiran itu pada sebuah jawaban. Mak Inang ingin segera pulang.
(Dua Wajah Ibu, Guntur Alam)
6
Fellicium decipiens. Konfigurasi ini menguntungkan bagi burung-burung kecil cantik dan aduhai yang diciptakan untuk selalu
menjaga jarak dengan manusia.