35180-Article Text-85931-1-10-20191129
35180-Article Text-85931-1-10-20191129
198
Vina Dwi Tristiani / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
199
Vina Dwi Tristiani / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
200
Vina Dwi Tristiani / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro budaya Cina, Jawa, Arab dan Eropa
dengan hasil data berupa alat musik yang diciptakan oleh Dewi Indah guna
Gambang Semarang, notasi dan iringan kebutuhan pentas serta sebagai sarana
Tari Gambang Semarang serta makna hiburan bagi warga Kota Semarang. Ciri
yang terkandung didalamnya. khas ragam gerak berupa ngeyek,
Wawancara kelima dengan narasumber ngondhek, nggenjot, dan jalan tepak serta
penari Gambang Semarang, Khoirul bentuk tangan linggar ini menjadikan
Bariyah (21) yang dilakukan di Fakultas perbedaan yang membuat peneliti
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro semakin tertarik untuk mengupas nilai
dengan hasil data meliputi teknik tari keindahan Tari Gambang Semarang
yang digunakan, kriteria penari, garapan Dewi Indah. Iringan yang
kepenarian, serta alasan mengapa tertarik digunakan yaitu perpaduan dari lagu
mempelajari Tari Gambang Semarang. Gado-gado Semarang dan Gambang
Teknik dokumentasi yang dilakukan oleh Semarang. Komunitas GSAC berdiri
peneliti yaitu pengambilan dokumentasi sejak 21 November 2012 dengan tujuan
dalam bentuk foto dan video baik saat untuk meneruskan, mengenalkan,
melakukan wawancara dengan mengembangkan dan melestarikan
narasumber, proses latihan rutin serta kesenian Gambang Semarang yang
pertunjukan Tari Gambang Semarang. merupakan bentuk akulturasi nyata
Analisis data yang dilakukan adanya percampuran berbagai macam
peneliti menggunakan teori Adshead budaya. Visi misi dari GSAC adalah
yaitu, dengan mengamati, memahami, kembali mendekatkan Gambang
melakukan interpretasi serta melakukan Semarang sebagai identitas Kota
evaluasi terhadap objek kajian Tari Semarang kepada masyarakat. Misi yang
Gambang Semarang dan menarik telah dilakukan adalah mementaskan
kesimpulan. Uji keabsahan data yang pertunjukan Gambang Semarang di
dilakukan menggunakan tiga teknik beberapa kampung di Kota Semarang.
triangulasi, yaitu triangulasi sumber Pementasan tersebut cukup kuat untuk
untuk membuktikan kebenaran antara menarik penonton dari awal persiapan
narasumber untuk menghasilkan data hingga pementasan berakhir. Hal tersebut
yang kredibel, triangulasi teori yang didukung oleh pernyataan Tri Subekso,
berguna untuk membandingakan data wawancara pada tanggal 30 April 2019,
yang didapatkan di lapangan dengan sebagai berikut:
teori yang digunakan serta triangulasi
teknik yaitu berbagai macam teknik “…GSAC mulai didirikan
pengambilan data berupa observasi, pada tanggal 21 November 2012.
wawancara serta dokumentasi. Nah, apa yang melatarbelakangi
pendirian GSAC ini adalah bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN ini salah satu merupakan bentuk
Sejarah Komunitas Gambang Semarang kegelisahan dari kami, melihat
Art Company bahwa Kesenian Gambang
Gambang Semarang Art Company Semarang mendekati kepunahan.
merupakan salah satu komunitas diantara Karena satu-satunya Grup Gambang
tiga komunitas yang berkecimpung dalam Semarang yang masih ada, dimana
kesenian Gambang Semarang. ketuanya Pak Jayadi sudah
Komunitas Gambang Semarang Art meninggal dan tidak ada penerusnya.
Company atau GSAC ini Nah, padahal dari kami ada hasrat
mengembangkan kesenian dan yang besar untuk melestarikan dan
menitikberatkan pada nilai aktual dan mengembangkan kesenian ini lagi.
kreativitas. Setiap pertunjukan, Gambang Visi misi kami adalah, kami ingin
Semarang Art Company selalu kembali…”
membawakan Tari Gambang Semarang
dan Tari Goyang Semarang sebagai Sejarah Tari Gambang Semarang
identitasnya. Tari Gambang Semarang Tari Gambang Semarang karya
merupakan akulturasi berbagai macam Dewi Indah termasuk dalam tari kreasi
201
Vina Dwi Tristiani / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
kerakyatan yang digarap pada tahun awal, pola inti dan pola akhir. Dewi
1999. Proses garap awal Tari Gambang mengungkapkan bahwa tidak ada
Semarang ini bermula dari penelitian pembagian pola tertentu diaganggap
Dhanang Respati Puguh tahun 1999 semua bagian tari adalah satu kesatuan
mengenai penataan kesenian Gambang yang utuh.
Semarang yang dimana Dewi Indah Elemen pertunjukan menurut
terlibat sebagai tim dari penelitian Maryono (2015:52-71) meliputi tema,
Penataan Kesenian Gambang Semarang. gerak, rias dan busana, iringan, tata
Tari Gambang Semarang ini adalah teknik pentas dan pelaku. Tema dari Tari
tarian yang sudah ditata sedemikian rupa Gambang Semarang adalah pergaulan
dan diangkat dari gerak tubuh Nyonya dan kegembiraan. Sesuai dengan ragam-
Sam dan Heny yang dahulunya terkenal ragam gerak yang hadir dalam tarian,
erotis hingga menimbulkan kecemasan Tari Gambang Semarang ini cocok
apabila gerakan tersebut tidak dikontrol. digunakan sebagai tari hiburan,
Heny sendiri merupakan generasi Penggambaran kegembiraan dapat dilihat
penerus dari Nyonya Ong Sam Nio atau dari ekspresi penari serta lirik pada
dikenal dengan panggilan Nyonya Sam iringan Tari Gambang Semarang sebagai
yang dahulunya hanya sebagai penikmat berikut:
kemudian menjadi penerus. Melalui
penelitian tersebut ditatalah sebuah gerak “…sambil menyanyi, jongkok berdiri
tari yang indah namun tidak kaki melintang
meninggalkan gerakan khas dari Heny Aduh, sungguh jenaka waktu mereka
yaitu ragam gerak ngeyek, ngondhek, genjot tari berdendang
kemudian ditambahan ragam gerak Bersuka ria, gelak tertawa semua
tangan linggar oleh Dewi Indah serta orang karena
tidak menimbulkan kesan keerotisan. Hati tertarik, grak grik si tukang
Ragam gerak tangan nglinggar yaitu ujung kendhang
ibu jari dan jari telunjuk disatukan Empat penari membikin hati
membentuk lingkaran, kemudian ketiga menjadi senang
jari yaitu jari tengah, jari manis dan jari Aduh, itulah dia malam gembira,
kelingking dibuka keluar dengan posisi gambang semarang…”
renggang. Linggar berasal dari kata
“lingkaran” dan “tiga”. Dewi Bentuk garap Tari Gambang
mengartikan linggar sebagai bentuk Semarang dengan tema pergaulan dan
pengendalian emosi diri manusia. Makna kegembiraan ini juga diangkat dari nilai
pengendalian emosi tersebut diambil dari sosial masyarakat Kota Semarang yang
beberapa pentas Gambang Semarang senang bercanda, berkumpul dan grapyak.
pada zaman dahulu yang apabila tidak Atmosfer atau susasana kegembiraan
ditata, mampu menimbulkan efek negatif tarian dapat tangkap dan dirasakan oleh
bagi penikmatnya. Tari Gambang penonton.
Semarang memiliki makna berupa Tari Gambang Semarang memiliki
pengendalian diri emosi manusia. ciri khas ragam gerak berupa ngondhek,
ngeyek dan genjot serta tidak lupa pula
Estetika Tari Gambang Semarang ragam gerak linggar yang menjadi
Bentuk perbedaan dengan tarian Semarangan
Djelantik (1999: 21) menyebutkan lainnya. Ngondhek adalah gerak putaran ke
bahwa bentuk adalah sebuah kumpulan kanan dan ke kiri yang memiliki lintasan
titik yang apabila dikumpulkan akan menyerupai angka delapan. Ngeyek adalah
tercipta sebuah pola, begitu pula tari yang gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri
tersusun dari berbagai macam gerak. secara patah-patah. Genjot yaitu gerakan
Bentuk tari meliputi pola dan elemen tubuh yang memegas ke atas dan ssecara
pertunjukan. Pola pertunjukan dalam tari bersamaan menggerakkan pinggul ke
memiliki beberapa istilah, seperti Maju kanan dan ke kiri. Kemudian ragam gerak
beksan, beksan dan mundur beksan. tangan linggar yaitu ujung ibu jari dan jari
Adapula yang menggunakan istilah pola telunjuk disatukan membentuk lingkaran,
202
Vina Dwi Tristiani / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
kemudian ketiga jari yaitu jari tengah, jari khas dari identitas Kota Semarang. Alat
manis dan jari kelingking dibuka keluar musik yang digunakan yaitu kendhang,
dengan posisi renggang. Ragam gerak boning, gambang kontra bass, gambang
lainnya yaitu menthang asta ngayuh lampah, melodi, kecrek, demung, saron, peking, gong
ukel geol, sikap, lampah menthang nimbang kempul, dizi, gu zheng, yangqin, erhu dan
asta, nimbang asta, sangga nampa ngayuh chong hu. Perpaduan alat musik Cina dan
lampah, ngendhap, gertak, lampah ngayuh Jawa adalah bentuk nyata daanya
nimbang asta, ngombak, lampah ngriyak akultrasi dari kedua budaya yang ada di
ngawe asta, linggar berputar dan heniing. Kota Semarang. Alat musik gamelan
Menurut penilaian mengenai aspek gerak Jawa yang digunakan menggunakan
yang ditinjau dari segi ruang, tenaga dan rancakan kijingan dan bunga ceplok sebagai
waktu Tari Gambang Semarang memiliki simbol untuk mengingatkan manusia
keindahan dari gerak yang dinamis, mengenai kehidupan selanjutnya. Nada
namun tidak menghilangkan kesan kenes yang digunakan pada iringan adalah nada
serta sigrak yang dapat dilihat permainan diatonis.
tempo iringan yang digunakan. Tata teknik pentas yang digunakan
Tata rias yang digunakan pada meliputi tata panggung, tata suara dan
Tari Gambang Senarang meliputi tata rias tata cahaya pada Tari Gambang
wajah, yang meggunakan rias formal Semarang idealnya menggunakan
dengan menciptakan kesan cantik, panggung berbentuk proscenium yang
anggun, segar dan menawan. Kesan cukup luas dan menampung adanya
tersebut muncul dari pemilihan warna penari serta pemusik dalam pertunjukan.
eyeshadow yang cerah sehingga mampu Penataan cahaya menggunakan lampu
membuat mata penari terlihat gembira, general serta tata suara berupa pengeras
pemilihan blush on yang merona serta suara. Mengingat bahwa pertunjukan
pemilihan warna lipstik merah yang Kesenian Gambang Semarang adalah
mampu membuat penonton tertarik pertunjukan kerakyatan, maka cenderung
menikmati Tari Gambang Semarang. berbaur dengan masyarakat.
Tata rias rambut Tari Gambang Semarang Pelaku Tari Gambang Semarang
menggunakan sanggul yang berbentuk terdiri dari penari dan pemusik. Tari
menyerupai tumpeng segitiga dan sanggul Gambang Semarang, ditarikan oleh empat
kadhal menek yang dihiasi dengan manik- penari perempuan yang memiliki postur
manik berwarna emas, aksesories berupa tubuh yang sama, tidak terlalu mencolok
ronce melati, sirkam, minthi dan tusuk cina. baik tinggi maupun berat badan dan
Dari berbagai pendukung tata rias rambut berusia 19-22 tahun. Kemampuan penari
maka nilai keindahan tata rias rambut harus seimbang untuk mencapai titik
Tari Gambang Semarang merupakan keharmonisan, baik wiraga, wirama, wirasa
gambaran keadaan geografis serta nilai dan wirupa. Pemusik Gambang Semarang
filosofis yang dianut oleh masyarakat berusia berkisar 20 hingga 80 tahun. Nilai
Semarang dan saling terkait antar keindahan penari dan pemusik terlihat
unsurnya. Tata rias busana yang saat melakukan pertunjukan Gambang
digunakan yaitu berupa kebaya encim, Semarang.
jarik bermotif burung merak dan pohon
bambu dengan hiasan manik-manik, slepe Isi
dan tothok, sampur serta aksesoris Djelantik (1999:59)
giwang¸kalung. Penggunaan jarik bermotif mengungkapkan bahwa isi atau makna
burung merak dan pohon bambu memiliki sebuah karya dapat ditangkap langsung
makna sebagai permohonan do’a dan oleh pengamatnya melalui beberapa aspek
keagungan diantaranya, ide, suasana, pesan. Isi yang
Iringan Tari Gambang Semarang terkandung dalam Tari Gambang
merupakan penggabungan dua iringan Semarang meliputi ide, suasana dan
Gado-gado Semarang dan Empat penar. pesan. Ide penciptaan tari berawal dari
Penggabungan dua iringan penelitian yang dilakukan oleh Dhanang
dilatarbelakangi bahwa kedua lagu untuk menata kembali kesenian Gambang
tersebut sudah menjadi legenda dan ciri Semarang dan menciptakan karya tari
203
Vina Dwi Tristiani / Jurnal Seni Tari 8 (2) (2019)
204