Anda di halaman 1dari 14

KOREOGRAFI TARI RANGGAWIS KARYA

SUSIATI
Ratih Tri Andini
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Jalan Ki Hajar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Dwiyasmono
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Abstract
Ranggawis dance is a dance creation by Banyumasan which is based on
Lengger and Jaipongan which have been developed. This research reveals two
problems, namely how is the process of creating Ranggawis dance works? and how
the form of the choreography of the Ranggawis dance works.
This study uses an interpretive descriptive method with a choreographic
approach. To dissect the problem of the process of creating the dance work, Alma
Hawkins' theory is used to dissect the problem of choreographic form using the theory
of Sri Rochana Widyastutiningrum and Dwi Wahyudiarto.
The results showed: The process of creating the Ranggawis dance went through
three stages, including; exploration, improvisation, composition. The source of the
movement of the Ranggawis dance uses a combination of various movements of the
Lengger dance, Jaipong dance, and Surakarta style dance.
In terms of presentation, the Ranggawis dance is based on the lengger and
jaipongan dances. The pattern of cultivating the motion is based on dance
movements from two regions, namely Sundanese and Banyumas dances. The dance
music used is a set of gamelan calung and drums. The make-up used is beautiful
make-up, while the clothes used are Lengger dance clothes which have been
developed according to the pattern of working on the dance movements.

Keywords: Ranggawis dance, process, choreography

PENDAHULUAN yang dilakukan secara bersama dan


Tari Ranggawis merupakan nama kompak maka akan terwujud suatu
atau judul tari yang mengambil dari kekuatan untuk berhasil dalam suatu
beberapa potongan suku kata yaitu "Ra" tujuan. (Susiati, Wawancara 22
dari kata rampak, "Ngga" dari kata September 2019)
Purbalingga, dan "Wis" adalah Karya tari yang berdurasi 7 menit
Wisanggeni. Arti dari rampak ialah ini disajikan dalam bentuk pertunjukan
gambaran kekompakan suatu tari dan musik dengan jumlah penari
kelompok, Purbalingga merupakan ganjil (5, 7, 9) dan ditarikan oleh penari
tempat di mana gambaran masyarakat sanggar Wisanggeni yang mana
tersebut, sedangkan Wisanggeni adalah merupakan siswa-siswi SMA. Pada
tempat atau sanggar dimana Susiati susunan gerak bagian pertama
memvisualisasikan karya-karyanya. merupakan penyusunan gerak tari
Maka, Ranggawis diartikan sebagai Sunda atau Jaipong. Gerak selanjutnya
suatu karya yang menjadi gambaran yaitu pengembangan gerak tari Lengger
tentang kekompakan, kesatuan, dan
kebersamaan, karena segala sesuatu
1
Banyumas berupa sekaran-sekaran1. Karya tari Ranggawis pertama kali
Antara sekaran yang satu dengan yang dipentaskan di Gelanggang Olahraga
lain terdapat gerak penghubung yang Purbalingga sebagai pembuka acara
dinamakan keweran/sindet. Pada Purbalingga Fair pada tanggal 19
bagian terakhir, gerak tari Ranggawis Desember 2018 dalam rangka Hari Jadi
mengacu pada gerak tari Banyumas Kabupaten Purbalingga yang ke-188.
yang telah mengalami sentuhan kreasi, Pada tanggal 6 Juli 2019 ditampilkan
dan menambah kesan gagah atau dalam acara Borobudur International
maskulin. Art and Performance Festival 2019 di
Musik yang digunakan adalah Candi Borobudur. (Susiati, Wawancara
calung, yakni sebuah alat musik yang 22 September 2019)
terbuat dari bambu wulung dan alat Tari Ranggawis dalam
musik kendang. Seperti yang dijelaskan koreografinya menampilkan gerak tari
Budiono Heru Satoto: Lengger Banyumasan dengan
Yang khas dari tarian pengembangan baik dalam volume
lengger/ronggeng Banyumasan gerak, lintasan, dan dinamika. Pada
adalah tidak diiringi oleh gamelan sajian gerak lenggeran, Susiati
dari logam, tetapi oleh calung, memadukannya dengan gerak-gerak
yakni instrumen gamelan yang Jaipongan.
seluruhnya dibuat dari bambu Hal ini dikarenakan koreografer
wulung baik gambang, saron, gong, berkeinginan menghilangkan kesan
maupun suling, kecuali kendhang merendahkan2 yang terlanjur diberikan
(gendang) yang tetap terbuat dari oleh masyarakat pada tari Lengger
kayu dan kulit sapi (Budiono Heru Banyumas (Susiati, Wawancara 22
Satoto, 2008:218). September 2019).
Elemen suara yang terdapat pada Eksotis dalam Kamus Besar
karya ini diantaranya vokal dari sinden Bahasa Indonesia yaitu, sesuatu yang
dan suara alat musik instrumen memiliki daya tarik khas karena belum
Banyumas. Dalam gagasan ini Susiati banyak dikenal umum. Menurut Susiati
bekerja sama dengan Wendo Setiyono selaku koreografer, arti eksotis dalam
sebagai penata musik calung di sanggar karyanya yaitu sesuatu yang memiliki
Wisanggeni Purbalingga. Busana yang daya tarik khas tetapi tidak diekspos
dikenakan pada tari ini juga tak lepas secara vulgar. Dalam karya ini selalu
dari konsep atau gagasan kreatif bermain tempo cepat dan lambat,
koreografer. Busananya menggunakan dengan volume gerak yang besar dan
busana khas pada tari Lengger maksimal, hal tersebut memang sudah
Banyumas yang mendapat sentuhan lama tertanam dalam tradisi lenggeran
kreasi, dan menggunakan sampur yang dan juga memang sudah menjadi
dikalungkan di leher. Bagian bawah konsep gerak yang divisualisasikan oleh
menggunakan kain dan di bagian atas Susiati.
menggunakan mekak, di bagian Hal ini dipertegas oleh Murgiyanto
bawahnya berbentuk rok panjang yang bahwa karya tari yang melakukan
longgar dan didesain untuk pencarian dan pengembangan gerak
memudahkan dalam bergerak. Bagian yang belum terpola dapat dikatakan
kepala memakai sanggul modern, dan sebagai penciptaan. Karya tari yang
menggunakan rias cantik. menggunakan perbendaharaan yang

1 Sekaran
adalah pola gerak yang berbeda dari gerak memberi pengaruh negatif pada lawan jenis yang
yang satu dengan gerak lain (Agus Tasman, 1996:10) menontonnya. Pengaruh negatif tersebut
2
Maksud merendahkan yang dikatakan Susiati ditimbulkan oleh gerak-gerak tari Lengger yang
adalah tari Lengger dianggap oleh masyarakat erotis, bahkan ada yang seronok.
2
sudah ada dikatakan penyusunan atau Pengalaman berkesenian dalam
penataan tari (Murgiyanto, 1993:40). seni tari menjadi bekal bagi Susiati
Dari pernyataan tersebut, bahwa tari yang digunakan untuk menyusun dan
Ranggawis termasuk dalam menciptakan karya-karyanya. Susiati
perbendaharaan gerak yang berarti adalah seorang seniman tari yang lahir
penyusunan, karena tari Ranggawis pada tanggal 11 Februari 1982 di
dalam vokabuler geraknya mengambil Banjarnegara. Susiati merupakan
dari gerak yang sudah ada yaitu gerak anak kedua dari lima bersaudara.
Lengger dan Jaipongan. Ayahnya bernama Amirudin Al Rasum
Untuk mengungkap proses bekerja sebagai wiraswasta bengkel
penciptaan dan bentuk koreografi, dan ibunya bernama Kapri bekerja
penulis menggunakan teori pertama sebagai ibu rumah tangga. Lingkungan
mengenai koreografi tari yang keluarga Susiati bukan dari keturunan
berhubungan dengan konsep keluarga seniman (Amirudin,
penciptaan, dan proses penciptaan. wawancara 17 Desember 2020).
Pendeskripsian proses penciptaan tari Sekarang ia tinggal di Perumahan
Ranggawis menggunakan landasan Griya Abdi Kencana, Jalan Sekar
pemikiran dari Alma M. Hawkins pada Cempaka No. 16 RT 03/RW 09
bukunya Mencipta Lewat Tari (1990: 27- Purbalingga Wetan, Kabupaten
47). Alma M. Hawkins mengungkapkan Purbalingga bersama suaminya Wendo
bahwa suatu karya tari melalui Setiyono dan 2 orang anak laki-
tahapan-tahapan pencarian proses lakinya. Susiati memulai semuanya
kreatif yang meliputi eksplorasi, dari hobinya yaitu menari. Tahun 1989
improvisasi, dan komposisi. Susiati menempuh pendidikan formal
Sebagaimana disebutkan di dalam di SD Negeri 3 Karangjati Susukan-
tahapan eksplorasi terdapat unsur- Banjarnegara. Semasa duduk di
unsur seperti berpikir, berimajinasi, bangku Sekolah Dasar, Susiati sudah
merasakan dan merespon. aktif mengikuti berbagai kegiatan di
Landasan teori berikutnya yang sekolah. Pada tahun 1995 melanjutkan
digunakan untuk menguraikan sekolah di SMP N 2 Purworejo Klampok
masalah bentuk koreografi tari Banjarnegara. Pada tahun 1997,
Ranggawis, peneliti menggunakan teori Susiati melanjutkan sekolah ke SMK 3
bentuk menurut Widyastutieningrum Banyumas dengan mengambil jurusan
dalam bukunya berjudul Sejarah Tari Seni Tari.
Gambyong; Seni Rakyat Menuju Istana Sekitar tahun 1998, Susiati
mengungkapkan bahwa: terlibat sebagai penari dalam lomba
Bentuk fisik terdiri dari penari, tari Tayub di Surakarta dalam acara
gerak, karawitan, tata rias, Bengawan Solo Fair mewakili
properti, tata busana, dan tempat Kabupaten Banyumas dan berhasil
pementasan. Elemen-elemen meraih juara 1 se-Jawa Tengah.
tambahan berupa struktur sajian, Setelah lulus SMKI melanjutkan kuliah
properti, dan pola lantai (2011:45- di Jurusan Tari di STSI Surakarta,
50). Susiati mendapat pengalaman
Konsep bentuk fisik tersebut bisa berkesenian. Pengalaman itu
digunakan untuk membahas unsur didapatkan dari mata kuliah dan di
pembentukan dalam tari Ranggawis. luar perkuliahan, mata kuliah teori
juga bermanfaat untuk menambah
SUSIATI DAN SANGGAR wawasan mengenai kesenian secara
WISANGGENI luas. Susiati selain belajar tari
Banyumas juga mempelajari tari
A. Latar Belakang Susiati daerah lain seperti tari Jawa, Bali, dan
3
Sunda. Mata kuliah Koreografi pun ia Gidro, tari Rongtek, tari Gambyong Siji
dapatkan di bangku perkuliahan. Lima, tari Ranggawis.
Susiati mempunyai sikap yang selalu Hal ini sesuai dengan pendapat
terbuka dan tidak malu dengan apa Murgiyanto bahwa koreografer dalam
yang ia punyai, sehingga mengungkapkan ekspresinya
pengalamannya selalu bertambah. diwujudkan dalam sebuah susunan
Lewat pengalaman itulah motivasi gerak yang menghasilkan karya tari.
untuk memperdalam studi tari Ekspresi tersebut diwujudkan dengan
semakin kuat. Seorang penari atau kebenaran, keberanian, dan tanggung
koreografer memang harus memiliki jawab atas ekspresinya (Murgiyanto,
sikap terbuka, seperti yang dijelaskan 2004:45).
Sal Murgiyanto bahwa seorang penata Melalui karya tarinya dapat
tari harus memiliki sikap yang terbuka diamati dan dilihat seberapa jauh
(Murgiyanto, 1996:6) keterampilan, pengalaman, wawasan,
Selama di bangku perkuliahan, dan kedalaman jiwa seorang
Susiati terlibat sebagai penari dalam koreografer dalam membuat karya.
pentas Wayang Suket keliling 7 SMA di Sebuah karya tari sebagai hasil
Jakarta dengan Dalang Ki Slamet ekspresi pada dasarnya merupakan
Gundono tahun 2000, sebagai penari transformasi pribadi dari sebuah
dalam karya tari Potret karya Rini rangsangan emosional yang khas dari
Endah Sulistyowati di Esplanade pencipta atau yang bersifat orisinil
Singapura tahun 2003, lalu sebagai (Murgiyanto, 1993:16). Pernyataan
penari Reog Ponorogo dalam rangka tersebut memberi penjelasan bahwa
Grebeg Suro di Ponorogo dan dalam pengalaman berkesenian yang dimiliki
rangka mengisi acara GWF di Bali Susiati menunjukan ekspresi atau ciri
tahun 2004. khas diri penciptanya yang
Tahun 2005, Susiati berorientasi pada nuansa
melaksanakan tugas akhir yang Banyumasan.
diselenggarakan oleh Jurusan Tari di
STSI Surakarta dengan mengambil B. Terbentuknya Sanggar
jalur karya koreografi yang berjudul Wisanggeni
tari Indang, dibantu oleh beberapa Sanggar Wisanggeni merupakan
temannya dalam menggarap iringan salah satu sanggar yang berdiri di
tarinya. Berbagai pengalaman dan Kabupaten Purbalingga terbentuk
prestasi yang diraih Susiati selama pada tahun 2006. Sanggar Wisanggeni
menempuh kuliah di STSI sangatlah berkonsentrasi pada bidang seni tari
banyak, sehingga membuatnya dan karawitan. Pembentukan Sanggar
semakin bersemangat dalam berkarya Wisanggeni bermaksud untuk
dan berkesenian (Susiati, Wawancara memberikan wadah bagi generasi
14 Desember 2020). penerus yang memiliki bakat di bidang
Setelah Susiati menyandang gelar seni agar dapat berkembang dengan
Sarjana Seni dari Sekolah Tinggi Seni optimal.
Indonesia Surakarta, kemudian ia Adapun tujuan yang ingin dicapai
menjadi seniman di Purbalingga. Di adalah:
samping itu, Susiati bersama 1. Menggali, melestarikan, membina
suaminya mendirikan sanggar tari dan mengembangkan kesenian
yang diberi nama Sanggar Wisanggeni tradisi;
tahun 2006. Berikut beberapa karya- 2. Meningkatkan apresiasi seni
karya tari yang digarap oleh Susiati tradisi bagi peserta/siswa sanggar
yaitu tari Ngoser, tari Lenggasor, tari khususnya dan umumnya kepada
masyarakat; dan
4
3. Seni tradisi terus berkembang di berhubung anggotanya juga dari
kalangan generasi muda sehingga kalangan pelajar. Wendo juga
anak muda tidak asing terhadap mengidolakan Wisanggeni yang dalam
seni budaya sendiri, bahkan cerita pewayangan Wisanggeni adalah
menjadi penghayat seni yang pada anak dari Arjuna yang dalam berfikir
akhirya seni tradisi tetap diminati dia cekatan dan memakai akal dalam
kaum muda dan tidak akan punah berperang (Wendo, Wawancara 14
ditelan jaman. Desember 2020).
Sanggar Wisanggeni dalam Catatan prestasi sanggar
melaksanakan Visi, Misi dan tugas Wisanggeni dari tahun 2010:
serta tanggungjawabnya senantiasa 1. Maret 2010 : Duta Seni
berazaskan Pancasila dan Undang Kabupaten Purbalingga di
Undang Dasar 1945 sebagai landasan Anjungan Jawa Tengah
operasional. 2. Juni 2010 : Gelar Seni
Visi Sanggar Wisanggeni Budaya Pekan Produk Kreatif
Purbalingga adalah: diJakarta
1. “Remaja adalah generasi penerus 3. Agustus 2010 : Juara I
yang harus memiliki semangat dalam Festival Seni Tingkat
mengembangkan dan Provinsi Jawa Tengah di
melestarikan seni budaya daerah”. Semarang
2. “Seni tradisi memiliki spectrum 4. Agustus 2010 : Juara III
nilai budaya, nilai kebatinan yang dalam Parade Seni HUT Jawa
mencakup etika (moral) dan Tengah di Semarang
estetika (rasa keindahan) yang tak 5. Juli 2011 : Juara II
terpisahkan”. dalam Festival Tari Unggulan
Misi Sanggar Wisanggeni Jawa Tengah di Semarang
Purbalingga adalah: 6. Oktober 2011 : Festival
1. Memberikan kesempatan kepada Bambu Nusantara V di Bandung
siswa untuk mengembangkan 7. September 2011 : 12 Penyaji
bakatnya melalui bimbingan dan Terbaik dalam Parade Tari
latihan. Nusantara di Jakarta
2. Memberikan motivasi kepada para 8. April 2012 : Juara I
siswa untuk berkreativitas dengan Tingkat Nasional dalam Gelar Seni
memberikan kesempatan dan Budaya dan Pariwisata di Jakarta
ajang untuk mengekspresikan 9. Mei 2012 : Juara I
kreativitasnya melalui pergelaran dalam Festival Tari Unggulan di
/ pementasan. Semarang
3. Dengan kegiatan sebagai mana 10. Mei 2012 : Penampil
terurai pada item a dan b, maka Terbaik I pada Pameran Gebyar
akan tercipta apresiasi masyarakat Wisata dan Budaya Nusantara di
terhadap seni tradisi, sehingga Jakarta Convention Center
akan muncul rasa cinta yang 11. Agustus 2013 : 12 Penyaji
diharapkan akan tertanam rasa Terbaik dan 6 Penata Musik
handarbeni terhadap seni tradisi Terbaik dalam Parade Tari
warisan budaya bangsa yang Nusantara di TMII Jakarta
memiliki nilai adi dan luhur
sebagai identitas jati diri bangsa. PROSES PENCIPTAAN TARI
Nama Wisanggeni diambil dari RANGGAWIS KARYA SUSIATI
tokoh pewayangan yang bernama
Wisanggeni. Mengapa Wisanggeni, A. Ide Penciptaan Tari Ranggawis
karena Wisanggeni adalah jiwa muda,
5
Ide penciptaan sebuah karya akulturasi budaya dalam lingkup seni
seni (tari) dapat diperoleh dari berbagai tari.
pengalaman berkesenian maupun Tari Ranggawis disusun
kreativitas seseorang seperti menggunakan pola gerak yang terdapat
keikutsertaan berpartisipasi dalam pada tari Lengger dan tari Jaipongan
sebuah karya seni sebagai pelaku yang telah dikembangkan dan disusun
maupun penggarap. Salah satu karya menjadi tari Ranggawis. Hal ini
dari sekian banyak karya yang disusun dipertegas oleh Murgiyanto bahwa
Susiati yaitu tari Ranggawis, adanya karya tari yang melakukan pencarian
suatu ide baru dalam karya ini yang dan pengembangan gerak yang belum
gerak tarinya merupakan perpaduan terpola dapat dikatakan sebagai
ragam gerak tari Banyumasan dan tari penciptaan, sedangkan karya tari yang
Sunda (Susiati, Wawancara 14 menggunakan perbendaharaan yang
Desember 2020). sudah ada dikatakan sebagai
Tari Ranggawis memiliki penyusunan atau penataan tari
perbedaan dengan tari Lengger lainnya, (Murgiyanto, 1993:40). Dari pernyataan
hal ini tampak pada bentuk geraknya. tersebut, bahwa tari Ranggawis
Pada tari Ranggawis di dalamnya termasuk dalam perbendaharaan gerak
terdapat perpaduan antara Lenggeran yang berarti penyusunan, karena tari
dan Jaipongan. Bagian pertama yaitu Ranggawis vokabuler geraknya
Jaipongan, bagian kedua disebut mengambil dari gerak yang sudah ada
Lenggeran, dan bagian akhir yaitu gerak Lengger dan Jaipong.
merupakan perpaduan Silat bernuansa
maskulin. Dilihat dari pola dan volume B. Tahap Penggarapan
geraknya besar dengan ekspresi datar. Proses penggarapan karya tari ini
Silat disajikan sebagai bagian tari berjalan kurang lebih selama empat
penutup karena Susiati ingin bulan. Bulan pertama diawali pada
memadukan unsur Sunda sebagai tanggal 4 September 2018 merupakan
gerak bagian akhir. proses mandiri yaitu proses
Hal ini menurut pandangan atau penjelajahan tubuh dan pencarian
pendapat Susiati bahwa tari Banyumas gerak. Bulan kedua tanggal 10 Oktober
merupakan perpaduan rasa gerak 2018 mulai membagi garapan menjadi
antara gerak tari Solo, Yogyakarta, dan beberapa bagian dengan vokabuler
Sunda yang menghasilkan rasa yang gerak yang didapat dari hasil proses
khas yaitu rasa Banyumasan (Susiati, sebelumnya. Bulan ketiga mulai
Wawancara 14 Desember 2020). merangkai gerak menjadi satu
Kenyataan ini dapat dimengerti dari kesatuan karya yang utuh dan mulai
letak geografis Banyumas yang di menggabungkan dengan iringan yang
sebelah barat berbatasan dengan sudah disusun. Bulan keempat
daerah Sunda sementara itu di sebelah merupakan pemantapan segala
timur berbatasan dengan Yogyakarta rangkaian garap dan iringan agar
dan Surakarta. Adanya unsur-unsur menjadi satu rasa dan harmonis.
gerak di luar gerak Banyumas selain Penjelasan tahap penggarapan karya
karena faktor geografis juga karena tari Ranggawis dijabarkan peneliti
pengalaman dari koreografer itu menggunakan pendapat Alma Hawkins
sendiri. Selain pengalaman pribadi, dalam buku Mencipta Lewat Tari
kepekaan gerak diperlukan untuk terjemahan Y. Sumandiyo Hadi tahun
dapat mengenali dan mencermati 1990 yang meliputi eksplorasi,
keindahan bentuk sebuah karya tari. komposisi, improvisasi serta dipadukan
Pengaruh-pengaruh gerak di luar gerak dengan pendapat Sri Rochana
Banyumas dapat dikatakan sebuah Widyastutiningrum dan Dwi
6
Wahyudiarto dalam buku Pengantar Selain gerak sembahan ada juga
Koreografi tahun 2014. gerak penghubung keweran singgetan
yang dibuat sangat berbeda dengan
1. Eksplorasi karya sebelumnya maupun pada tari
Eksplorasi merupakan tahap awal Lengger Banyumas yang lain.
pencarian gerak dalam menggarap Perubahan alur gerak karya tari
visual karya tari. Eksplorasi adalah Ranggawis disesuaikan dengan
bagian dari proses mengcompose atau kebutuhan suasana. Setelah
menyusun tari juga merupakan proses melakukan eksplorasi gerak kemudian
untuk mencari bentuk gerak dengan ia minta bantuan kepada suaminya
menjelajahi semua organ tubuh serta untuk membuatkan pola kendhangan
keruangan (Sri Rochana dan Banyumasan sesuai dengan gerak yang
Wahyudiarto, 2014:60). ia susun. Langkah selanjutnya
Pada tahap ini, Susiati memadukan gerak dengan musik
mengembangkan pola vokabuler gerak tarinya.
tari gaya Banyumasan yang dipilih
dengan metode eksplorasi sesuai 2. Improvisasi
dengan kebutuhan karya tari. Dalam Improvisasi merupakan langkah
hal ini juga tidak menutup selanjutnya yang dilakukan oleh
kemungkinan muncul vokabuler gerak koreografer dalam menyusun karya tari
yang lain karena imajinasi dan Ranggawis. Dalam hal ini dilakukan
intepretasi dari ide konsep karya tari improvisasi gerak guna menyesuaikan
Ranggawis. suasana dan rasa yang diinginkan.
Langkah awal yang dilakukan Improvisasi mempunyai ciri adanya
adalah melakukan eksplorasi gerak spontanitas(Sri Rochana dan
yang berdasarkan tari Lengger Wahyudiarto, 2014:74). Improvisasi
Banyumasan yang telah dikembangkan dilakukan tidak serta merta merubah
diantaranya yaitu entrakan, kosekan, gerak yang ada, namun lebih kepada
geolan ke dalam bentuk gerak patah- menyesuaikan alur gerak yang
patah, agar berbeda dengan Lengger dibutuhkan dalam karya tari. Proses
Banyumas lainnya. Kemudian ia juga improvisasi adalah bernilai khas karena
melakukan eksplorasi dengan ia menerangkan imajinasi elemen
menggunakan tari Sunda yaitu tari esensial dalam aksi kreatif. Proses ini
Jaipongan. disebut membuat komposisi (Sri
Eksplorasi dalam proses Rochana dan Wahyudiarto, 2014:75).
penggarapan karya tari Ranggawis Improvisasi yang dilakukan oleh
untuk menjajagi aspek bentuk dan koreografer menimbulkan atau
tekhnik yaitu ketrampilan dan kualitas memunculkan gerak-gerak yang
gerak serta aspek isi atau makna tari. berbeda. Improvisasi diartikan sebagai
Dalam mewujudkan makna penemuan gerak secara kebetulan atau
komunikatif, eksplorasi dengan spontanitas, walaupun gerak-gerak
berkolaborasi dengan pemusik yang pernah dipelajari atau ditemukan
dilakukan. Selanjutnya eksplorasi sebelumnya, tetapi ciri spontanitas
gerak yang dilakukan berupa menandai hadirnya improvisasi
penjelajahan berbagai macam bentuk (Hadi,2003:70).
gerak yang mengacu pada tari Gerakan yang hadir pada proses
Jaipongan. Motif-motif gerak lenggeran improvisasi salah satunya yaitu motif
dan jaipongan dipilih dikarenakan gerak sembadha kiri yang terdapat
Susiati mengenal dekat dengan kedua pada tari Jaipongan dikembangkan
gaya tersebut. menjadi lebih banyak motif gerak dan
sigrak, dikembangkan menjadi gerak
7
sembahan yaitu pentang asta, sembah, Setelah melakukan eksplorasi,
dilanjut dengan gerak sembadha improvisasi, hal terakhir yang
dilakukan dengan level rendah kaki kiri dilakukan Susiati adalah komposisi
di depan kaki kanan, badan rendah (composing). Komposisi merupakan
kepala serta pandangan menghadap ke penggabungan dari seluruh desain atau
bawah. rencana dalam tari. Buku Pengantar
Selain itu, ada juga gerak kepret Koreografi menjelaskan tentang
yang terdapat pada tari Jaipong komposisi, bahwa:
dikembangkan menjadi gerak kosekan Kebutuhan membuat komposisi
entrak yaitu badan rendah jongkok lahir dari hasrat manusia untuk
dengan lutut dibuka lalu tangan kepret memberi bentuk kepada apa yang
ditambah dengan gerak putar badan ditemukan. Spontanitas masih
serta hentakan pundak, kaki kiri penting, tetapi perlu ditambah
diangkat siku-siku dan badan entrak. dengan proses pemilihan,
Gerak bukaan gibas yang biasa pengintegrasian dan penyatuan
terdapat pada tari jaipongan (Sri Rochana dan Wahyudiarto,
dikembangkan atau ditambah dengan 2014:75).
tangan kiri di atas kepala ukel ngrayung Proses komposisi berjalan
gibas dan tangan kanan trap cethik. bersamaan dengan setiap latihan yang
Penambahan lainnya dengan sembadha dilakukan Susiati. Susiati mulai
kiri rendah lalu berdiri dengan tangan menggabungkan rangkaian gerak
bukaan gibas kanan lalu geol dengan iringan yang telah disiapkan.
dilanjutkan bukaan gibas kiri hentak. Penggabungan iringan dimulai pada
Bagian gerak ini disebut Cagah Geol. tanggal 25 November 2018 di Sanggar
Gerakan tersebut ia terapkan pada Wisanggeni. Dalam proses ini tentunya
bagian awal. Di bagian akhir Susiati dilakukan penyesuaian kembali dengan
memilih untuk menggunakan motif musik. Tidak menutup kemungkinan
gerak yang sigrak dan volume gerak bahwa rangkaian gerak yang telah
lebar dengan ekspresi wajah dingin disusun mengalami pengurangan dan
maskulin. Salah satunya motif di bagian penambahan disesuaikan dengan
akhir yaitu malang kerik nantang ke iringan tersebut. Dari gerak- gerak yang
arah samping, bahu di gerakkan naik sudah ditemukan , kemudian disusun
dan turun, dengan posisi kaki kuda- gerak awal sampai akhir. Berbagai
kuda mendhak. pertimbahan prinsip bentuk selalu
Proses improvisasi ini dilakukan diperhatikan untuk membentuk
berdasarkan imajinasi dan pemilihan kesatuan yang utuh. Pertimbangan ini
gerak yang kemudian disusun menjadi meliputi urutan, pengulangan,
sebuah tarian yang mempunyai harmoni, keragaman, kontras, transisi,
struktur penyajian yang sistematis. keseimbangan, dan klimaks
Setelah itu pemilihan musik tari (Murgiyanto, 1992:19)
berdasarkan gerak yang telah ia susun.
Musik tari yang dipilih yaitu Lancaran KOREOGRAFI TARI RANGGAWIS
Senggot Slendro, Lancaran Bendrong KARYA SUSIATI
Kulon Slendro, dan Lancaran Slendro
Manyuro, serta penambahan unsur A. Bentuk dan Struktur Sajian Tari
rampak kendang, agar masyarakat Ranggawis
mendapatkan sajian tari dan musik Bentuk dapat dikatakan sebagai
yang baru dan variatif. organisasi dari kekuatan-kekuatan
sebagai hasil dari struktur internal dari
3. Komposisi tari (Widyastutieningrum, Sri Rochana
dan Dwi Wahyudiarto, 2014:70).
8
Berbicara tentang bentuk tentu rupa. Gerak yang tegas dan kuat
tak lepas dengan struktur gerak, sebab mendominasi di bagian akhir tari
struktur dapat membantu menciptakan Ranggawis. Gerak malang kerik trap
bentuk. Redclife Brown dalam cethik dan dengan langkah yang lebar
penelitian Supriyanto mendefinisikan menjadi salah satu bagian dari gerak -
struktural sebagai seperangkat tata gerak tegas tersebut.
hubungan di dalam kesatuan
keseluruhan (Supriyanto, 1997:58). B. Elemen Koreografi Tari
Tari Ranggawis mempunyai tiga Ranggawis
buah pola baku kesatuan gerak tari, 1. Gerak
yaitu: 1) Bagian Awal, 2) Bagian Gerak merupakan medium utama
Tengah, 3) Bagian Akhir. dari penggarapan sebuah karya tari.
1. Bagian Awal Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang
Bagian awal tari Ranggawis diungkapkan dengan gerak-gerak yang
memadukan gerak lengger dan gerak ritmis dan indah (Soedarsono,
dasar tari jaipong yang dikembangkan. 1978:16). Gerak dalam tari merupakan
Adapun motif geraknya meliputi gerak yang dihasilkan dari tubuh
nangreu, rumbai, kepret, ngaplek, manusia sebagai medium atau bahan
sembada, bukaan gibas dan gerak tari baku utama dari sebuah karya tari
sunda lain yang dimodifikasi (Widyastutieningrum dan
sedemikian rupa dengan penambahan Wahyudiarto, 2014:36).
gerak dasar lengger sebagai selingan Patokan pada tari Lengger
atau pola isian. Banyumas sebenarnya memiliki
Ragam gerak tari sunda yang aturan yang baku yaitu entrakan,
dimaksud merupakan gerak yang kosekan, geolan, dan seblak sampur.
sudah memiliki nama serta pola-pola Walaupun ada aturan baku, namun
gerak yang dapat digunakan dalam aturan tersebut tidak ketat. Aturan
meyusun sebuah tarian, seperti : gerak yang tidak ketat tersebut memberi
sembada pada tari jaipong dengan ruang bagi koreografer untuk
sembah pada tari Ranggawis, sembada mengembangkan gerak baku tari
pada gerak jaipong memiliki selingan Lengger sesuai dengan kemampuan
gerak bahu yang ke bawah level sedang, kepenarian dan kenyamanan dalam
sedangkan pada gerak sembah melakukan gerak. Tari Lengger
Ranggawis memiliki gerak sembada Banyumas memiliki beberapa ciri,
ditambah selingan ukel kembar dengan diantaranya sikap tangan sapit urang,
level rendah. goyang pinggul atau geol, sikap kaki
2. Bagian Tengah seperti gaya Surakarta putri
Bagian tengah tari Ranggawis (mendhak), dan geraknya kenes.
menggunakan gerak lengger garapan Aturan gerak dan sikap pada tari
dengan motif geraknya antara lain jalan Ranggawis dapat dikelompokan
gipyak, geol kibas, sekaran 1 kibasan menjadi aturan gerak kepala, tangan,
trap hentak, keweran singgetan, badan, dan kaki. Ada tiga sikap kepala
sekaran 2 laku miring, keweran pada tari Lengger, yaitu pancak gulu,
singgetan, sekaran 3 geol, keweran coklek, toleh. Ketiga sikap tersebut juga
singgetan, sekaran 4 patahan, keweran dilakukan dalam tari Lengger. Volume
singgetan, sekaran 5 laku limbeyan, dan gerak kepala seperti pancak gulu,
keweran gerak peralihan. nyoklek, dan toleh cenderung lebih
3. Bagian Akhir besar dibandingkan tari gaya
Bagian akhir tari Ranggawis Surakarta Putri.
merupakan motif silat sundaan yang Sikap dan gerak tangan pada tari
dikreasikan koreografer sedemikian Ranggawis juga tidak jauh berbeda
9
dengan sikap dan gerak tangan pada Menurut Sumadiyo Hadi dalam
tari gaya Surakarta putri. Sikap tangan buku Aspek-aspek Koreografi
pada tari Ranggawis yaitu supit urang, Kelompok, sebuah karya tari memiliki
jari telunjuk menekuk setengah, ibu motif gerak. Di dalam motif gerak
jari menekuk menempel pada telapak terdapat gerak penghubung dan gerak
tangan, jari tengah, manis, dan pengulangan. Gerak penghubung
kelingking tegak lurus. Selain sikap adalah motif gerak yang digunakan
supit urang,telapak tangan juga untuk menghubungkan dari motif
menggunakan sikap tangan ngithing gerak satu ke motif gerak yang lainnya,
yang ada pada tari gaya Surakarta. sedangkan gerak pengulangan adalah
Sikap badan pada tari Ranggawis motif gerak yang dilakukan lebih dari
selalu tegap (ndegeg). Sikap tegap yang satu kali (diulang) dalam sebuah sajian
dimaksud adalah dada dibusungkan karya tari (Hadi,2003: 47-49).
kedepan, perut dikempiskan, tulang Penyajian tari Ranggawis diawali
belakang tegak lurus, bahu datar dan dengan motif gerak sembah level
membuka. Sikap badan tersebut rendah. Pada motif tersebut terbentuk
dipertahankan selama menari dari atas pola sembah rendah dengan posisi
awal hingga akhir. Dalam keadaan badan rendah menghadap bawah,
bergerak atau tidak bergerak, sikap tangan kanan menthang dan tangan
badan tersebut harus dipertahankan. kiri nekuk di depan dada yang
Sikap kaki pada tari Ranggawis merupakan pola gerak pokok,
yaitu mendhak. Mendhak adalah ditambah pola gerak hentakan bahu
tungkai kaki merendah dengan dan kepala gedeg yang merupakan
tekukan lutut dengan tungkai atas gerak variasi, dan pola gerak ukel
terbuka. Gerak kakinya cenderung tangan yang merupakan gerak
besar dan menggunakan kaki yang selingan. Motif gerak simpuh dilakukan
volumenya besar, hal ini pada akhirnya pada awal penyajian tari Ranggawis
bagian kaki menggunakan kain yang sebagai wujud bekti kepada leluhur
memungkinkan kaki bergerak dengan dan mengucapan rasa syukur kepada
volume besar atau lebar. Tuhan Yang Maha Esa. Selain gerak
Gerakan tari lengger tersebut sembada, terdapat juga gerak selut/
memiliki gerak baku yang kemudian penthangan asta, entrak, singgetan,
dikembangkan oleh koreografer karena jalan gipyak, geol kibas, sekaran 1
ingin membuat garapan tari Lengger kibasan trap hentak, keweran
yang berbeda dari sebelumnya, singgetan, sekaran 2 laku miring,
sehingga pada garapan ini sudah keweran singgetan, sekaran 3 geol,
banyak pengembangan- keweran singgetan, sekaran 4 patahan,
pengembangan. Vokabuler gerak yang keweran singgetan, sekaran 5 laku
digarap koreografer masih bernuansa limbeyan, keweran, gerak peralihan,
gerak Banyumasan biasanya disebut dan silat
dengan sekaran. Vokabuler pokok Pola penggarapan tari Ranggawis
pada gerak tari Ranggawis meliputi: masih mempertahankan pola-pola
gerak Jaipong kembangan, masuk gerak yang ada pada pola tari Lengger,
gerak lenggeran jalan gipyak, geol gerak -gerak yang ada pada tari
kibas, sekaran 1 kibasan trap hentak, Ranggawis seperti lumaksana,
keweran singgetan, sekaran 2 laku sembahan, seblak sampur, keweran,
miring, keweran singgetan, sekaran 3 geolan, lembeyan dan lainnya digarap
geol, keweran singgetan, sekaran 4 dengan volume gerak diperbesar dan
patahan, keweran singgetan, sekaran 5 tregel jelas di setiap entrakan tubuh,
laku limbeyan, keweran, gerak bertujuan untuk membedakan dengan
peralihan, dan silat. pengembangan karya yang lain.
10
dalam kategori komposisi kelompok
2. Penari besar, karena pada tari Ranggawis
Penari adalah sarana yang penting terdapat jumlah penari lebih dari empat
untuk terwujudnya suatu karya tari yang dapat disebut dengan komposisi
karena penari memiliki tubuh sebagai kelompok besar. Susiati lebih sering
instrumen atau alat yang di dalamnya menggunakan jumlah penari ganjil
memiliki kemampuan dalam contohnya : lima, tujuh, sembilan
menyampaikan suatu tari. Seperti yang bahkan lebih dan berjenis kelamin
dikemukakan oleh Sal Murgiyanto perempuan. Oleh karena menurut
dalam bukunya yang berjudul Ketika koreografer, jumlah ganjil lebih
Cahaya Merah Memudar dinyatakan memudahkan koreografer dalam
bahwa: membuat posisi atau pola lantai. Selain
penari merupakan seorang yang itu, penjelasan mengenai jumlah penari
berangkat dalam memperagakan dapat dipertimbangkan untuk
atau melaksanakan karya, penari menggarap motif-motif menuju
merupakan materi plastis yang kelompok, seperti serempak,
sangat berharga bagi pengkarya selangseling, bergantian, simetris dan
sebab dengan penari yang asimetris. Tari Ranggawis didukung
cemerlang atau dengan alat-alat oleh sembilan penari dengan tujuan
ekspresi yang baik, maka ide untuk menguasai panggung
seorang pengkarya akan pertunjukan yang cukup lebar. Dengan
diwujudkan seorang gemilang pula sembilan penari maka pola lantai yang
(Murgiyanto, 1993:14). digarap oleh Susiati terkesan rapi dan
Tari Ranggawis disajikan secara ramai.
berkelompok. Sumandiyo Hadi
menyebutkan bahwa pengertian 3. Musik Tari
koreografi kelompok merupakan Menurut Sumandiyo Hadi musik
komposisi yang ditarikan lebih dari dalam tari memiliki fungsi sebagai
satu penari atau bukan tari tunggal ilustrasi pendukung suasana, sebagai
(solo dance), sehingga dapat ditarikan iringan ritmis gerak tarinya, atau dapat
duet (dua penari), trio (tiga penari) dan juga dikatakan adanya kombinasi di
seterusnya. Penentuan jumlah penari antara keduanya, sehingga muncul
dalam suatu kelompok dapat keharmonisan (Hadi, 2003:88). Selain
diidentifikasi sebagai komposisi itu, musik tari juga berfungsi sebagai
kelompok kecil dan komposisi penambah nilai estetik tari dan
kelompok besar (Hadi, 2003:2-3). penyemarak. Seperti yang disampaikan
Seperti yang dikemukakan oleh Sri oleh Soedarsono bahwa musik tari
Rochana dan Wahyudiarto dalam buku tidak hanya digunakan sebagai iringan
Pengantar Koreografi bahwa: saja, namun musik di dalam sebuah
Koreografi kelompok adalah tarian merupakan satu kesatuan yang
komposisi yang ditarikan lebih dari tidak dapat dipisahkan (Soedarsono,
satu penari, sehingga dapat pula 1977:46).
berbentuk dua orang (duet), tiga Instrumen musik yang digunakan
orang (trio), empat orang (kwartet) pada sajian tari Ranggawis adalah
dan seterusnya. Penentuan jumlah musik calung Banyumasan. Calung
penari dalam komposisi kelompok adalah seperangkat alat musik
sifatnya sangat relatif, tergantung tradisional yang berasal dari wilayah
dari maksud garapan dari tarinya Banyumas. Alat musik ini terbuat dari
(2014:91). bambu dan dimainkan dengan cara
Oleh karena itu, dari penjelasan di dipukul. Seperangkat calung terdiri
atas tari Ranggawis bisa dimasukan ke dari : kendang, gambang barung,
11
gambang penerus, slenthem, kenong, keseluruhan di harapkan memberikan
kempul (Slamet dan Supriyadi, kesan tegas namun tetap memiliki
2007:62). Perpaduan iringan musik keagungan. Tari Ranggawis selain
calung dengan gerak tari memberikan menampilkan keindahan gerak dan
kesan yang harmonis. pola lantai yang bervariasi, juga
Iringan atau musik tari yang diperindah dengan rias dan busananya.
digunakan dalam tari Ranggawis ini Busana dalam seni pertunjukan
yaitu : Pada bagian awal tari tari adalah bukan sekedar berguna
menggunakan Lancaran Senggot Laras sebagai penutup tubuh penari, tetapi
Slendro Pathet Sanga, Pada bagian merupakan pendukung desain
tengah (Lenggeran) menggunakan keruangan yang melekat pada tubuh
Lancaran Bendrong Kulon Laras Slendro penari (Murgiyanto, 1992:109).
Pathet Sanga, Pada bagian akhir tari Busana yang digunaka pada tari
menggunakan Lancaran Slendro Ranggawis menggunakan busana yang
Manyuro (Wendo Setiyono, wawancara berpijak pada tari Lengger Banyumas
14 Desember 2020). yang mendapat sentuhan kreasi.
Busana yang digunakan mekak, kain
4. Tata Rias dan Busana jarik, sampur.
Peranan rias dan busana harus
menopang sajian tari. Adapun dalam 5. Tempat Pementasan
pernyataan yang diungkapkan oleh Tari Ranggawis biasa dipentaskan
Slamet MD dalam bukunya Menari Di menggunakan panggung proscenium,
Atas Politik dan Terpaan Zaman: sangat besar kemungkinan ditemukan
...riasan yang digunakan berupa berbagai macam variasi pola lintasan
riasan yang mempertegas gerak tarinya. Bagian panggung yang
garisgaris wajah dengan menjadi titik fokus adalah bagian
penebalan-penebalan yang terdiri panggung tengah. Penari dapat lebih
dari penebalan alis, kelopak mata, fokus dengan arah hadap dan
bagian tulang pipi, hidung dan pandangannya, karena panggung
bibir yang memberi kesan cantik. prosenium dapat dilihat dari satu arah
Penggunaan rias yang cantik dari arah depan penonton. Selain itu,
bertujuan agar menarik perhatian tari Ranggawis juga biasa dipentaskan
penonton (Slamet MD, 2015:137). di arena pendopo. Namun pada saat itu
Pernyataan tersebut menjelaskan tari Ranggawis pernah dipentaskan di
bahwa seorang penari melakukan area terbuka berupa lapangan terbuka
riasan yang mempercantik dengan menggunakan berbagai arah
penampilannya dengan memakai hadap, sehingga tari ini bisa
berbagai alat make up untuk menarik dipentaskan di berbagai panggung
perhatian penonton. Alat make up yang dengan arah hadap yang disesuaikan
digunakan dalam rias pada umumnya oleh koreografer.
antara lain pelembab, alas bedak,
bedak tabur, eye shadow, rouge, pensil 6. Pola lantai
alis dan tambahan bulu mata. Tata rias Pola lantai merupakan lintasan
yang digunakan dalam tari Ranggawis gerak yang dilalui penari tari
adalah rias cantik. Ranggawis. Pola lantai memudahkan
Busana lengkap dari atas yaitu : penari dalam menentukan dimana
sanggul modern sedikit meruncing harus bergerak dan melakukan gerak.
dengan accesories cenhung, gelang, Secara garis besar terdapat dua pola
kalung, giwang, mekak, kain yang dasar pola lantai yaitu garis lurus dan
sudah dibentuk, rapek, cancut, sampur, garis lengkung. Pola garis dasar pada
lagging, stagen, sabuk, yang
12
lantai ada dua yaitu garis lurus dan adalah suatu garis yang dibuat oleh
garis lengkung (Soedarsono,1976:21). property yang digerakan sehingga
Karakter pola lantai dalam membentuk kelanjutan gerak, setelah
garapan Ranggawis cukup bervariasi. pusat dari badan itu terhenti. Contoh
Pola lantai berbentuk kontras, ketika penari menyeblakkan sampur ke
melengkung memberi kesan ceria, dan arah belakang maka, ketika penari
segar. Kemudian Pola lantai berbentuk berhenti gerak sampur akan
asimetris, segitiga, siku-siku memberi melanjutkan gerak penari dengan
kesan tegas, dan jelas. melayang ke atas dan kemudian jatuh
Formasi atau gawang tersebut kembali.
dibentuk dengan arah garis lantai atau
pola lantai melingkar, garis lurus ke PENUTUP
depan, ke belakang, dan ke samping. Tari Ranggawis adalah tari kreasi
Perpindahan tempat atau arah pada Banyumasan yang berpijak pada
tari Ranggawis ini menggunakan Lengger Banyumasan dan Jaipongan.
beberapa bentuk gerak seperti Beberapa karya Susiati yang menjadi
melangkah ke depan, ke samping, srisig ciri khasnya yaitu berlatar belakang
ke depan dan ke belakang. Bentuk nuansa Banyumasan yang tidak lepas
gerak melangkah ke depan misalnya dari wawasan dan pengalaman Susiati
laku mlebu, sedangkan melangkah ke sebagai penari maupun koreografer.
samping gerak bukaan sabetan. Tahapan-tahapan yang
dilakukan Susiati dalam membuat
7. Property karya tari Ranggawis meliputi
Perlengkapan dalam tari atau eksplorasi, improvisasi dan komposisi
dance property adalah perlengkapan (menyusun seluruh rangkaian proses).
yang tidak termasuk dalam kostum, Tari Ranggawis disusun oleh Susiati
tidak termasuk pula perlengkapan dengan konsep kenes dan geraknya
panggung, tetapi merupakan tegas patah-patah dalam bentuk tari
perlengkapan yang ikut ditarikan oleh kelompok putri. Secara keseluruhan
penari (Soedarsono, 1997:58) sumber gerak tari Ranggawis
Property dibedakan menjadi dua menggunakan perpaduan ragam gerak
yaitu dance property dan stage Lengger Banyumasan dan ragam gerak
property. Dance property adalah suatu Jaipongan yang telah digarap oleh
alat yang digunakan pada saat menari, Susiati pada segi tempo dan volume,
sedangkan stage property adalah sehingga menghasilkan gerakan yang
peralatan yang berada di atas berbeda dan variatif.
panggung yang tidak digunakan untuk Struktur tari Ranggawis dapat
menari. dibagi menjadi tiga buah pola baku
Dalam tari Ranggawis karya kesatuan gerak tari yaitu, bagian awal,
Susiati ini tidak menggunakan stage tengah, dan akhir. Pada bagian awal
property atau property yang ada di atas tari Ranggawis merupakan perpaduan
panggung. Akan tetapi tari ini ragam gerak lengger dan ragam gerak
menggunakan sampur sebagai dance jaipongan. Pada bagian tengah atau
property. Sampur yang digunakan inti berisi gerak-gerak lenggeran yang
dalam tari Ranggawis sudah bersifat kenes. Pada bagian penutup
seperangkat dengan kostum dan jenis Susiati mengkreasikan dengan gerak
sampur yang digunakan dalam tari gerak tegas dan kuat seperti silat.
Ranggawis adalah sampur gombyok. Koreografi tari Ranggawis
Sampur ini berfungsi sebagai disusun menggunakan elemen-elemen
pembentuk desain atas berupa desain pendukung di antaranya : gerak,
“tertunda”. Desain garis “tertunda” penari, musik, rias dan busana, tempat
13
pementasan, pola lantai. Alat musik Soedarsono, R. M. 1977. Tari-tarian
yang digunakan terdiri dari Indonesia 1. Proyek
seperangkat calung Banyumasan Pengembangan Media
beserta kendhang. Tata rias Kebudayaan Direktorat Jendral
menggunakan tata rias cantik. Kebudayaan, Departemen
Busananya menggunakan busana Pendidikan dan Kebudayaan.
Lengger Banyumas misalnya yang ___________________1997. Pengantar
dikembangkan. Karya tari Ranggawis Pengetahuan dan Komposisi Tari.
didukung juga dengan pola lantai yang Yogyakarta: Akademi Seni Tari
dikembangkan oleh Susiati dengan Indonesia.
berbagai variasi. __________________.2002. Seni
Pertunjukan Indonesia di Era
DAFTAR PUSTAKA Globalsasi. Yogyakarta: Gadjah
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek- Mada Univeristy Press.
aspek Dasar Koreografi Sunaryadi. 2003. Lengger: Tradisi dan
Kelompok. Yogyakarta: eLKAPHI Transformasi. Yogyakarta:
Haryono, T., S, Murgiyanto., R.M, Yayasan Lentera Budaya.
Soedarsono., E, Supriyanto. Tohari, Ahmad. 1982. Ronggeng Dukuh
2014. “Empat Koreografer Tari Paruk. Jakarta: Gramedia.
Indonesia Periode 1990 – 2008” Widyastutieningrum, Sri Rochana.
Jurnal Panggung, Vol.24. 2007. Tayub di Blora Jawa
Surakarta: ISI Press. Tengah Seni Pertunjukan Ritual
Heru Satoto, Budiono. 2008. Kerakyatan. Surakarta: ISI
Banyumas Sejarah, Watak, dan Press.
Bahasa. Yogyakarta: LKIS _______________________________. 2011.
Pelangi Aksara. Sejarah Tari Gambyong; Seni
M.D, Slamet. 2016. Melihat Tari. Rakyat Menuju Istana.
Surakarta: ISI Press Surakarta: ISI Press.
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi Widyastutieningrum, Sri Rochana dan
Pengantar Dasar Komposisi Tari. Dwi Wahyudiarto. 2014.
Yogyakarta: Akademi Seni Tari Pengantar Koreorafi. Surakarta:
Indonesia. ISI Press.
__________. 1992. Koreografi. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

14

Anda mungkin juga menyukai