Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

PENATALAKSANAAN ASPEK PSIKOSOSIAL DAMPAK


PANDEMI COVID-19 PADA ANAK DAN REMAJA

Disusun oleh:
Wendell Sebastian Sulaeman (01073190066)

Pembimbing:
Dr. dr. Agnes Tineke Waney R., Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


PERIODE JUNI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SANATORIUM DHARMAWANGSA
TANGERANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 5

2.1 Definisi Psikososial .......................................................................................................... 5

2.2 Penyakit COVID-19 Pada Anak dan Remaja .................................................................. 6

2.3 Dampak Psikososial COVID-19 Pada Anak atau Remaja ............................................. 12

2.4 Penatalaksanaan Dampak COVID-19 Terhadap Aspek Psikososial Anak dan Remaja 15

BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus oleh karena kasih-Nya penulis diberi

kekuatan sehingga mampu menyelesaikan referat ini. Referat yang berjudul “Penatalaksanaan

Dampak COVID-19 Terhadap Aspek Psikososial Anak dan Remaja” ditulis untuk memenuhi

persyaratan akademik kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa. Penyusunan referat ini

memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin berterima

kasih kepada:

1. Dosen Pembimbing Dr. dr. Agnes Tineke Waney R., Sp.KJ, yang telah

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis

2. Orangtua dan teman teman yang telah mendukung dan memberi semangat

dalam penulisan referat ini

3. Semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih jauh dari kata

sempurna. Karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi kelanjutan

referat ini. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat menjadi sarana informasi yang bermanfaat

di bidang ilmu pengetahuan dan masyarakat umum.

Jakarta, 1 Maret 2021

Penulis

Wendell Sebastian Sulaeman

3
BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit COVID-19 atau yang dikenal dengan infeksi virus SARS Cov-2 merupakan suatu
penyakit yang pada mulanya ditemukan di Wuhan, di Negara Cina pada tanggal 31 Desember
2019. COVID-19 dinyatakan sebagai kegawatdaruratan global oleh WHO pada tanggal 31 Januari
2020 dan kemudian pada tanggal 11 Maret dinyatakan sebagai pandemi global yang menjadi
keprihatinan dari banyak Negara terutama Indonesia hingga saat ini.1

Hingga saat ini, COVID-19 telah memberikan banyak pengaruh terhadap banyak aspek
kehidupan manusia sejak muncul pertama kalo baik dari segi kesehatan dan juga perekonomian.
Bedasarakan sisi kesehatan tentunya hingga saat ini COVID-19 di Indonesia mencapai 157.039
kasus aktif dengan kasus konfirmasi dengan total 1.329.074 orang, kasus sembuh 1.136.054 dan
kasus meninggal sebanyal 35.981 orang. Dalam hal perekonomian tentunya dengan keberadaan
protocol-protokol kesehatan guna mencegah infeksi atau penularan lebih lanjut, menyebabkan
berbagai perekonomian di Indonesia menjadi mengalami hambatan terutama dalam hal finansial.2

Kesehatan seseorang bukan hanya dinilai secara fisik namun juga bedasarkan kondisi
kesehatan psikologis/ psikososialnya. Bedasarkan literature-literatur yang dikemukakan oleh
UNICEF, COVID-19 memberikan efek yang bersifat long-term atau jangka yang panjang dalam
hal kesejahteraan, keselamatan dan masa depan anak-anak terutama dalam hal ini di Indonesia.
Hal-hal yang dimaksud juga termasuk didalamnya adalah masalah gizi, edukasi, dan perlindungan
anak. Bedasarkan Kemenkes Republik Indonesia, juga mengatakan bahwa dengan adanya
protocol-protokol kesehatan yang tujuannya mengurangi infeksi dan penularan lebih lanjut, di satu
sisi dapat menyebabkan terjadinya kekerasan, pelecahan, dan penelantaran anak yang
memungkinkan kesehatan psikososial anak terganggu. Dalam hal ini, alasan penyebab utama
semua ini dapat terjadi adalah dengan adanya peningkatan stress pada orang dewasa yang dapat
berujung kepada kekerasan pada rumah tangga. Oleh karena itu, Kemenkes RI dan UNICEF yang
bekerja sama dengan WHO juga menghimbau mengenai pentingnya meningkatkan kesadaran akan
keadaan psikososial anak yang perlu diedukasi ke masyarakat untuk mencegah terjadinya
gangguan psikososial pada anak seperti stress, depresi serta ketakutan yang dapat berdampak pada
aktivitas sehari-hari dan di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan penanganan untuk
mencegah hal-hal tersebut.3

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Psikososial
Psikososial berasal dari kata “Psikologi” dan”Sosial” yang diartikan sebagai proses
perkembangan psikologis baik secara mental maupun emosional ( termasuk didalamnya
pikiran, perasaan dan perilaku) seseorang dalam usaha penyesuaian dirinya dengan
lingkungan dan pengalamannya (Eksternal).
Apek Psikososial didalam perkembangan maturitas seseorang dikemukakan oleh
teori dari Erik Erikson yang terbagi menjadi beberapa tahapan penting bedasarkan masa-
masa kritis bedasarkan umur yang berhubungan.
Teori ini dibagi menjadi 8 tahapan penting antara dijelaskan pada tabel sebagai
berikut.
Stage Usia Krisis Orang yang berperan Tugas Penting
(Tahun)
Infancy 0-1 Trust Vs. Ibu, Pengasuh Belajar untuk mempercayai ibu atau
Mistrust orang lain
Toddler 1-3 Autonomy Vs. Orangtua Kemandirian peningkatan kontrol
Shame and fungsi tubuh terhadap kegiatan
Doubt
Early 3-6 Initiative Vs. Keluarga Mampu menunjukkan kekuatan dan
Childhood Guilt control akan dunia melalui permainan
langsung dan interaksi sosial lainnya
Middle 6-12 Industry vs Sekolah dan Peningkatan kegiatan fisik, jiwa
Childhood Inferiority tempat tinggal kompetitif, mengatasi hubungan
dengan otoritas yang lebih tinggi

Nyeri
Adosesence 12-18 Identity Vs. Role Teman Sejawat Independen dari keluarga, pengaruh
Confusion dan role model kuat dari rekan, aktif secara seksual,
mulai memilih tujuan hidup

5
Young 18-40 Intimacy Vs. Lawan jenis Mempunyai rencana terhadap
Adult isolation hidupnya, memilih pasangan, memilih
pekerjaan untuk hidupnya
Middle 40-65 Generativity Vs. Keluarga Membentuk rencana untuk generasi
Years Staganation besar/jauh dan selanjutnya, memiliki tujuan hidup,
institusi merawat dan membimbing orang lain

Later Years 65+ Integrity Vs. Siapapun yang Life review, mencari kepuasan,
Despair memberikan rasa menciptakan tujuan saat pension,
dibutuhkan membagikan pengetahuan dan
penerimaan akan kematian
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson 4

2.2 Penyakit COVID-19 Pada Anak dan Remaja


2.2.1. Etiologi
Penyakit COVID-19 pada dasarnya berasal dari agen etiologi yang
disebabkan dan dikenal dengan SARS-Cov 2. Virus SARS-Cov 2 merupakan
virus yang berasal dari famili coronaviridae dengan karakteristik Positive-Sense
RNA. Pada dasarnya, family coronaviridae dapat menginfeksi mamalia, namun
khusus untuk SARS-Cov2 hanya menginfeksi manusia. SARS-Cov 2 memiliki
3 tipe yaitu tipe A, B, dan C.1

2.2.2. Transmisi dan Rute Infeksi


Transmisi COVID-19 dapat dimediasi atau terjadi melalui penularan
respiratory droplet dengan berbagai macam cara seperti dari batuk, pilek, bersin,
atau kontak dengan droplet. Droplet yang masuk melalui sistem respirasi
pertama yakni hidung akan menempel pada membrane mukosa dan tidak
menuntup kemungkinan juga pada membrane mukosa seperti mata dan mulut.
Sesaat setelah masuknya virus kedalam membrane mukosa, virus akan
mengeluarkan toksin dan menetralisir antibodi yang bersikulasi pada tubuh

6
manusia dan menyebabkan infeksi pada sistem respirasi bergantung nantinya
kepada masa inkubasi yang berkisar 4-10 hari. Target utama dari infeksi
COVID-19 adalah dengan mengincar reseptor ACE-2 yang terdapat pada paru-
paru dan sebagian besar tubuh. hal ini akan menyebabkan banyak manifestasi
lainnya selain dari pada manifestasi respirasi yang salah satu diantaranya yang
menjadi perhatian penting adalah dari manifestasi sistemik melalui vaskular. 1

2.2.3. Manifestasi Klinis


Bedasarkan klasifikasinya, anak merupakan seseorang yang berusia < 18
tahun. Keterkaitkannya sangat erat pada klasifikasi pada penyakit COVID-19
pada orang dewasa yakni antara lain dapat dibagi menjadi sebagai berikut. 1
i. Status pasien sebelum pemeriksaan laboratorium konfimasi
1. Orang dalam Pemantauan (ODP)
Anak dengan demam >38oC ATAU riwayat demam ATAU gejala
gangguan sistem pernafasan seperti pilek/sakit tenggorokan/ batuk,
tanpa gejala pneumonia
DAN
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memenuhi salah satu riwayat
berikut.
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area terjangkit
di indonesia
2. Pasien dalam pengawasan (PDP)
Seorang anak yang mengalami anatara lain
a. Demam >38oC atau ada riwayat demam
DAN
b. Batuk/pilek/nyeri tenggorokan
ATAU
c. Pneumonia bedasarkan gejala klinis dengan atau tanpa
pemeriksaan radiologis

7
DAN
d. Pada 14 hari terakhir sebelum gejala timbum, tinggal di
negara terjangkit atau berpergian ke Negara terjangkit
ATAU
e. Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19
ATAU
f. Mengunjungi atau dirawat di faskes yang berhubungan
dengan pasien konfrimasi COVID-19
ii. Status Pasien setelah pemeriksaan laboratorium konfirmasi
1. Kasus Probable
PDP yang diperiksan COVID-19 tetap inkonklusif atau seorang
dengan hasil konfirmasi (+) untuk human corona non-COVID 19
2. Kasus Konfirmasi
Anak yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil laboratorium (+)
iii. Kontak Erat
Merupakan anak yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan
atau berkunjung (bercakap dalam radius 1 meter selama minimal 15 menit
dengan PDP, kasus probable atau terkonfirmasi)
1. Anak yang termasuk kontak erat adalah :
a. Anak tinggal serumah dengan kasus
b. Anak yang berada dalam satu ruangan dengan kasus
c. Anak yang berpergian dalam satu alat transportasi dengan
kasus
2. Kontak erat dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Resiko rendah
Bila kontak dengan kasus PDP
b. Resiko Tinggi
Bila kontak dengan kasus konfrimasi atau probabel
2.2.4. Diagnosis 1
i. Anamnesis

8
Gejala dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu sistemik, saluran nafas dan
gejala lainnya. Sebagian dari penderita dapat memberikan gambaran
asimtomatik.pada dasarnya gejala yang sering ditemukan adalah
 Demam
 Mengigil
 Nyeri otot
 Nyeri tenggorokan
 Batuk dan pilek
 Berkurangnya kemampuan indera penciuman atau dan pengceapan
 Diare
 Distress nafas (Respiratory Distress)

ii. Pemeriksaan Fisik


 Kondisi umum kompos mentis hingga letargi
 Desaturasi (< 92% SpO2)
 Demam denagn peningkatan laju nafas
 Napas cuping hidung
 Sianosis
 Retarksi subcostal atau interkostalis
 Suara paru ronki dan wheezing
 Pembesaran tonsil

iii. Pemeriksaan Penunjang


 Darah
o Darah rutin lengkap
o CRP
o Pro kalsitonin
o Fungsi hati, fungsi ginjal, laktat
o AGD
o Glukosa

9
o Elektrolit
 Pencitraan
o Foto toraks AP/Lateral
o CT toraks
 Mikrobiologis (Metode RT PCR)
o Swab nasofaring dan orofaring
o sputum
 Pemeriksaan lainnya

2.2.5. Tatalaksana 1
i. Algoritma Tatalaksana
Bedasarkan Panduan Klinis Tatalaksana COVID-19 pada Anak menurut
IDAI pada 19 Maret 2020, menetapkan bahwa tatalaksana pada pasien
anak/remaja dengan COVID-19 bergantung kepada gejala yang dimiliki oleh
pasien itu sendiri. Alur diagnosis untuk COVID-19 itu sendiri dapat dibagi
bedasarkan kontak dan area. Alur algoritma yang dipilih memiliki peran yang
berujung kepada tujuan yang sama dan menjadi preferensi dokter yang
bertanggung jawab untuk menggunakannya dengan bijak. Antara lain sebagai
berikut.

10
Gambar 2. Alur tatalaksana COVID-19 bedasarkan Area

Gambar 3. Alur Tatalaksana COVID-19 bedasarkan kontak.

Isolasi dirumah pada pasien dengan COVID 19 merujuk kepada


isolasi yang berada dilingkungan rumah dengan menerapkan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih Sehat) dengan mempertimbangkan dan menerapkan
lingkungan yang ramah anak disertai dengan asupan nutrisi yang adekuat.
Perihal pengambilan sampel Swab akan dilakukan pada hari ke- 1 dan hari
ke-14.

ii. Tatalaksana Umum dan Khusus


Pada tatalaksana Umum Pasien anak dan remaja hendaknya diisolasi
di rumah dengan juga memberikan nutrisi yang adekuat dan asupan cairan
yang cukup. Pemberian obat-obatan lainnya dapat diberikan secara
simtomatik. Antibiotic diperlukan apabila ada indikasi tanda-tanda infeksi
bakterial yang dapat tumpang tindih dengan gejala COVID-19. 1
Jika Pasien terkonfirmasi COVID-19 (+) maka tatalaksana umum
diberikan ditambah dengan adnaya tatalaksna khsus berupa oksigen terapi,
nutrisi, dan cairan, isolasi tekanan negatfi, pemberian ampisilin atau

11
seftriakson serta oseltamivir. Rawat ICU direkomendasikan pada pasien
1
yang mengalami gagal nafas dan membutuhkan ventilator atau syok.

2.3 Dampak Psikososial COVID-19 Pada Anak atau Remaja


Pada masa pandemik tentunya, COVID-19 dapat menyebabkan gangguan
psikososial pada berbagai kalangan dan tidak luput diantaranya terjadi pada anak atau
remaja. Meskipun belum ada penelitian yang secara mendalam membahas mengenai hal
ini yang membahas secara sistematis, namun beberapa penelitian terkait pandemik
menunjukkan adanya dampak yang buruk terhadap kesehatan mental atau psikososial anak
dan remaja. Pada bulan Maret-Agustus 2020, anak-anak menjalani masa karantina dengan
berdiam diri dalam lingkungan baik dalam asrama, rumah dan lain sebagainya yang
merupakan hasil dari implementasi pemerintah untuk social distancing, stay at home, work
from home, study from home, dan online class. Hal ini berguna untuk menjalankan
pembatasan interaksi fisik untuk memperlambat dan mencegah penyebaran COVID-19
lebih lanjut. Setelah pandemik COVID-19 berjalan, bencana akan berubah menjadi non
alam dengan menyebabkan persoalan anak menjadi lebih kompleks yang diduga
disebabkan oleh penerapan bedasarkan Undang-undang no 6 tahun 2018 mengenai
karantina dan kesehatan dan implementasi kebijakan pemerintah. Hal yang dimaksud disini
adalah stay at home. Hal ini tentunya akan menyebabkan perubahan pola kebiasaan
seseorang terutama anak dan remaja dari sebelumnya yang sering bertatap muka baik
dalam pembelajaran maupun bukan pembelajaran hingga akhirnya sudah dilarang oleh
pemerintah untuk menjalankan kegiatan yang sebelumnya dapat dilakukan. Pada dasarnya,
Anak dan remaja tidak diperbolehkan bertemu dengan orang banyak dan keluar rumah
tanpa menggunakan masker dengan tujuan tertentu dan penting. Kebijakan-Kebijakan ini
disamping memberikan dampak positif untuk mencegah penyebaran, secara tidak langsung
juga memberikan dampak negatif berupa membuat anak menjadi lebih cenderung bosan,
jenuh dan bahkan hingga stress. Kondisi Stress ini dapat berakibat kepada jangka panjang
yang tentunya membuahkan dampak yang buruk bagi kesehatan psikososial anak. 5,6,7
Pada anak-anak hal ini dapat menyebabkan ansietas, serangan panic, depresi,
gangguan mood. Semua hal ini diduga dimulai dengan adanya efek negatif dari stress itu
sendiri. Pada penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa anak berumur 3-6 tahun lebih

12
cenderung akan memiliki keterikatan yang kuat/ clinginess dan ketakutan akan anggota
keluarga yang terkena COVID-19 dibandingan anak yang berusiah 6-18 tahun. Disamping
itu, ansietas yang terbentuk akan menyebabkan disrupsi pada edukasi, aktivitas fisik dan
kesempatan untuk bersosialisasi. Tidak adanya jam sekolah menyebabkan rutinitas yang
terganggu, kebosanan dan berkurangnya ide inovatif sehingga akan menyebabkan
berkurangnya performa akademik dan aktivitas ekstrakulikuler. Ada banyak dugaan yang
menyatakan sehabis selesainya pandemi nantinya, anak akan cenderung menolak untuk ke
sekolah. Begitu pula yang terjadi pada remaja, stress akan menimbulkan kecemasan
sebagai perilaku instiktif untuk bertahan yang akan nantinya memiliki kecenderungan
menggunakan akses internet lebih banyak sehingga menyebabkan perilaku kompulsif dan
melihat konten yang tidak baik. Pada akhirnya dipercaya dapat menimbulkan kekerasan
seksual maupun fisik seperti bullying.8
Pada anak dengan kebutuhan khusus (autism, attention deficit hyperactivity
disorder, cerebral palsy, disabilitas belajar, keterlambatan perkembangan, dsb). Dengan
tertutupnya sekolah khusus anak berkebutuhan khusus tentunya anak dapat mengalami
kekurangan akses untuk mendapatkan materi dan grup belajar yang menyebabkan kesulitan
interkasi dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial dan perilaku yang
penting, yang berujung kepada regresi terhadap perilaku yang sebelumnya sebagai hasil
dari relaps nya gejala sebelumnya.9
Selain itu dengan adanya karantina mandiri terkadang dapat terjadinya separasi
dengan orang tua baik pada anak maupun remaja. Pada kondisi ini, anak dan remaja
tentunya membutuhkan perhatian yang khusus karena memiliki predileksi untuk
mengalami gangguan psikososial. Terutama terjadi pada anak-anak pada fase awal yang
membutuhkan Trust dari orang tua nya. Anak atau remaja akan cenderung mengalami rasa
sedih, cemas/ansietas, ketakutan akan kematian, ketakutan akan kematian orang tua yang
diisolasi di rumah sakit. Distress yang dialami perlu dimengerti oleh pengasuh sebagai
ketakutan emosional yang dapat mengacu kepada perilaku yang berbahaya.8,9
Pada anak dan remaja yang disebut dengan istilah underprevilage tentunya juga
akan menyebabkan gangguan. Pada masa karantina ini akan terjadi baik hal tersebut
merupakan Pemutusan Hak Kerja (PHK), tidak bekerja, tidak mendapatkan upah/gaji. Hal
ini akan berujung kepada frustasi didalam keluarga yang dapat menyebabkan beragam

13
konflik dan berujung kepada kekerasan baik secara seksual maupun non seksual/fisik
kepada anak dan remaja. Hal ini tentunya harus diingat akan berujung kepada depresi,
ansietas, dan bahkan bunuh diri.8,9
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI)
melalui swaperiksa yang terdapat pada situs resmi PDSKJI, menyatakan bahwa tren
masalah psikologis didalam 5 bulan pandemic awal di Indonesia ternyata sebanyak 64.8%
mengalami masalah psikologis dari hasil survey tersebut dengan cemas sebesar 65% ,
depresi 62% dan 75% trauma. PDSKJI juga menyatakan bahwa masalah psikologis
terbanyak ditembukan pada kelompok usia 17-29 tahun dan > 60 tahun yang mana
memenuhi kriteria kelompok umur usia remaja hingga dewasa muda pada kelompok 17-
29 tahun. Selama pandemi ini juga PDSKJI melalui survey sebanyak 4010 swaperiksa,
terdapat 1725, sebanyak 44% memiliki pemikiran untuk bunuh diri saja. Terlebih lagi
didalam survey ini pada bulan akhir di agustus mengalami kenaikan persentase pemikiran
untuk bunuh diri. Sehingga pada remaja kecendrungan pemikiran ini dapat ditarik
kesimpulan angkanya cukup tinggi dan perlu diperhatikan lebih lagi mengenai masalah
tersebut. Berikut terlampir hasil survey swaperiksa dari PDSKJI antara lain sebagai berikut.

14
Gambar 4. Hasil Survey PDSKJI melalui swaperiksa10

2.4 Penatalaksanaan Dampak COVID-19 Terhadap Aspek Psikososial Anak dan


Remaja
Bedasarkan IASC (Inter-Agency Standing Committee) mencanangkan istilah
DKJPS (Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial) di Indonesia yang berkontribusi
bersama Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam upaya
mangatasi situasi kedaruratan dengan adanya COVID-19. Psikososial dan kesehatan jiwa
sebagai aspek yang penting tentunya dikaji dan memerlukan pendekatan-pendekatan yang
sesuai dengan kondisi yang dialami oleh setiap kelompok usia, dalam hal ini adalah anak
dan remaja. Panduan IASC ini pada awalnya perlu dimengerti bahwa menganjurkan agar
berbagai tingkatan intervensi diintegrasikan dengan kegiatan respon wabah yang terbagi
15
bedasarkan Piramida prioritas dan juga tenaga kesehatan yang perlu melakukan intervensi
pada pasien. Berikut adalah Piramida prioritas intervensi untuk DKJPS.11

Gambar 5. Piramida Intervensi untuk DKJPS.10


Menurut IASC, pesan dan kegiatan untuk membantu anak-anak menghadap stress
selama wabah COVID-19 terdiri dari beragam intervensi. Antara lain sebagai berikut.10
1. Anak-anak biasanya akan merasa lega jika dapat mengungkapkan dan
mengkomunikasikan perasaan tidak nyaman dan tiap anak memiliki cara yang
berbeda.
 Bantulah anak mencari cara positif mengungkapkan perasaan tidak enak
seperti amarah, takut, dan kesedihan seperti misalnya dengan menggambar
dan bermain.
2. Dorong terciptanya lingkungan yang sensitif dan peduli di sekeliling anak.
3. Ingat bahwa emosi anak-anak sering terpengaruh oleh orang dewasa yang
dianggap penting bagi hidup mereka. Cara orang dewasa menanggapi krisis ini
sangatlah penting.
 Orang dewasa perlu mengelola baik emosi sendiri dan tetap tenang
 Mendengarkan kekhawatiran anak dan lembut berbicara serta menghibur
anak

16
 Jika sesuai usia berikan pelukan anak dan sering mengatakan kata-kata
kasih sayang
4. Jika memungkinkan buat kesempatan bermain dan bersantai bagi anak
5. Pastikan anak tetap dekat orang tua dan atau keluarga atau pengasuh
 Jika harus dipisahkan dari pengarsuh utama, pastikan anak diberi asuhan
alternatif dan petugas social atau yang setara sering menengok keadaan
anak
6. Jika anak terpisah dari pengasuhnya pastikan kontak tetap sering dilakukan (video,
panggilan telepon, dsb) dan anak ditenangkan
7. Sebisa mungkin tetap jalankan rutinitas dan jadwal yang ada atau bantu membuat
aktivitas baru di lingkungan yang baru seperti belajar, bermain, dan bersantai.
8. Berikan fakta yang sedang terjadi dan informasi yang jelas sesuai dengan
kebutuhan anak tentang cara mengurangi resiko infeksi dan tetap aman dalam
bahasa yang mudha dimengerti dan demonstrasikan infromasi tersebut.
9. Jangan berspekulasi tentang rumor atau informasi yang belum pasti dekat anak
10. Berikan informasi yang telah terjadi atau mungkin terjadi dengan cara
menenangkan, jujur meninjau sesuai umurnya
11. Dukung orang dewasa atau pengasuh dengan kegiatan untuk anak selama
isolasi.karantina
Kegiatan yang dapat diberikan adalah
 Permainan mencuci tangan dengan lagu
 Cerita rekan tentang penjelajahan virus dalam tubuh
 Jadikan Pembersih dan disinfeksi rumah permainan menyenangkan
 Gambar virus/mikroba yang kemudian diwarnai
 Jelaskan APD (Alat Pelindung Diri) kepada anak agar menjadikan
kebiasaan mereka dan tidak takut menggunakan atau melihat APD.

Beberapa tanda yang dapat menjadi pertanda bahwa anak memiliki distress
psikososial dan membutuhkan penanganan dapat berupa kesulitan makan dan tidur, mimpi
buruk, menarik diri atau terlalu agresif, mengeluhkan nyeri pada perut atau kepala tanpa
sebab yang jelas, memiliki ketakutan dan takut ditinggal sendiri, manja dan dependen,

17
manifestasi ketakutan yang baru, antusiasme bermain berkurang, menjadi cenderung sedih
dan menangis daripada biasanya tanpa alasan yang jelas.

Bedasarkan UNICEF dalam “Psychosocial Support for Children during COVID-


19” cara bagi tenaga kesehatan maupun keluarga atau orang tua untuk membantu anak
dan remaja menghadapi kondisi stress selama pandemi COVID-19. Terdiri dari 3 aspek
penting yaitu 12 :

1. Listen
 Memberikan kesempatan anak untuk membicarakan apa yang mereka
sedang rasakan.
 Mendorong anak untuk mencoba membagikan kekhawatirannya serta
bertanya
2. Comfort
 Menggunakan “cara” sederhana untuk memberikan rasa nyaman dan
tenang kepada anak
 Contoh kegiatan dapat berupa menceritakan cerita, bernyanyi,
bermain, memberikan pujian yang sering untuk meningkatkan percaya
diri anak
3. Reassure
 Meyakinkan anak bahwa mereka akan dijaga dan tetap aman
 Memberikan informasi yang adekuat dari sumber yang dapat
dipercaya.

Pada dasarnya, UNICEF juga memberikan beberapa poster yang dapat menjadi
ringkasan dari apa yang sebenaranya pengasuh atau orang tua dapat berikan. Poster-poster
ini dapat menjadi acuan baik bertujuan memberikan poin-poin penting apa saja yang perlu
diingat bagi orang tua ataupun pengasuh.

18
Gambar 6. Poster UNICEF 11

19
Pada modul UNICEF juga mengatakan bahwa dengan adanya pandemic,
kecendrungan anak dan remaja untuk mengakses medial social melalui internet tentunya
akan meningkat. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar terjadi. Namun tidak perlu
ditakutkan akan adanya hal-hal negatif yang terjadi pada anak melalui media social selama
pandemic, dengan syarat orangtua atau pengasuh tetap memperhatikan apa yang diakses
oleh anak dan remaja. UNICEF menerapkan “5 Golden Rules to #STAYSAFE online”
antara lain sebagai berikut.11

Gambar 7. Cara mengakses media sosial selama pandemic UNICEF

Bedasarkan KEMENKES RI tahun 2020 juga mengeluarkan pedoman DKJPS pada


pandemic COVID-19. Dukungan yang diberikan harus mencakup 4 hal dasar anak yaitu
hak hidup, hak tumbuh kembang, hak mendapatkan perlindungan dan hak untuk
berpatisipasi. Oleh karena itu DKJPS juga harus mencakup beberapa hal lainnya. Antara
lain sebagai berikut 13,14

1. Kesehatan fisik pada Anak dan remaja


a. Kegiatan yang bersifat positif yang dapat berupa

20
i. menjelaskan agar tidak kontak atau jaga jarak dengan orang atau
keluarga yang diduga atau sudah memiliki gejala COVID-19.
ii. Disarankan agar jangan pernah menakut-nakuti.
iii. Segera memberi tahu jika sudah memiliki gejala yang mengarah ke
COVID-19 juga harus diajarkan.
iv. Menjelaskan mengenai APD dan mempraktekannya
b. Orang tua memberikan panutan dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat melalui :
i. Istirahat cukup
ii. Berolahraga teratur
iii. Makan dengan nilai gizi seimbang
iv. Rajin mencuci tangan
v. Tetap bersosialisasi dengan teman dan anggota keluarga melalui media
social
2. Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada anak dan remaja secara umum
a. Ajak anak berbicara denagn tenang dan penuh kasih sayang dan beri
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan isi pikiran
b. Memberikan pujian dan motivasi
c. Fasilitasi interaksi anak dengan teman-temannya melalui media sosial
d. Bantu melakukan hobi yang disukai
e. Hindari segala bentuk kekerasan fisik, psikologis dan sosial
f. Melakukan pengawasan pada penggunaan media sosial
g. Melakukan kegiatan relaksasi atau peragangan
h. Melakuakn olahraga dengan kondisi di sekitar rumah
i. Membuat jadwal kegiatan harian untuk elajar dan bersantai
j. Kenali tanda-tanda masalah kejiwaan dan psikososial
3. Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada anak yang isolasi di rumah
a. Anak sebaiknya dekat dengan orang tua dan keluarga mereka, jika terpaksa
berpisah gunakan media social
b. Orang tua membantu anka menemukan cara positif untuk mengekspresikan
perasaannya

21
c. Tetap mendampingi dan mempertahankan komunikasi
4. Dukungan kesehatan jiwa da psikososial pada anak yang mendapatkan perawatan di
Rumah Sakit
a. Anak dan remaja mendapat surat rujukan dari Puskesmas atau RS untuk
diisolasi di RS dan keluarga memberitahukan kepada RT dan RW setempat
b. Anak dan remaja dirwata di RS sebagai PDP harus mendapatkan dukungan
psikologis dalam bentu dan melalui media apapun
c. Menenankan pikiran dan perasaan anak melalui media sosial
5. Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada anak yang orang tuanya dirawat di RS
a. Keluarga memberitahukan ke RT dan RW setempat bahwa orang tua
mendapat rujukan untuk dirawat di RS
b. Saat dirawat, dapat ditunjuk pengganti pengasuh selama orang tua dirawat
guna mengawasi aktivitas
c. Jika memungkinkan orang yang ditunjuk berupa keluarga atau asisten rumah
tangga yang sudah dikenal dekat
d. Bila diperlukan dapat meminta bantuan tetangga
6. Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada anak yang orang tuanya meninggal
karena COVID-19
a. Saat salah satu orang tua meninggal, anak tidak dapat ikut memandikan orang
tuanya
b. Mengantar ke pemakaman harus dibatasi
c. Orang tua tunggal harus memberikan penenangan kepada anak dan remaja
d. Jika kedua orang tua telah meninggal, yang mengambil peran sebagai orang
tua adalah bagian dari keluarga atau sanak saudara terdekat.

22
BAB III

KESIMPULAN
Pandemi COVID-19 merupakan suatu situasi yang menyebabkan beragam masalah
didalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya menyebabkan gangguan didalam dunia
kesehatan namun juga menyebabkan banyak hal seperti gangguan secara finansial,
ekonomi. Kesehatan dalam kasus ini banyak sekali menjadi perbincangan sehari-hari
selama pandemi COVID-19 yang dimana Indonesia setiap harinya mengalami kenaikan
jumlah kasus. Pada kondisi ini, tentunya kesehatan perlu diperhatikan, diantaranya bukan
hanya kesehatan secara fisik/sistem, namun juga kesehatan secara psikologis/psikososial.
Dalam masa pandemi ini, Pemerintah mencanangkan peraturan untuk social distancing dan
karantina mandiri di rumah. Tentunya hal ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran
infeksi COVID-19, disamping hal baik ini, tentunya memiliki hal buruk dengan
memberikan stress yang tinggi kepada berbagai kalangan, diantaranya adalah anak dan
remaja yang digolongkan oleh UNICEF,WHO, dan KEMENKES RI sebagai golongan
masyarakat yang rentan mengalami gangguan psikososial di masa pandemi ini.
Dampak yang ditimbulkan sangat beragam dan bergantung kepada sub-golongan
pada anak dan remaja itu sendiri, namun mayoritas disebabkan oleh karena limitasi
aktivitas yang menyebabkan stress pada anak dan remaja. Beberapa hal yang dapat terjadi
seperti kekerasan secara seksual dan nonseksual pun juga dapat terjadi pada masa ini.
Sehingga diperlukan pengertian yang baik dan cara menanggulangi hal tersebut pada anak
dan remaja.
Berbagai lembaga seperti UNICEF, WHO, IASC, dan KEMENKES memberikan
banyak cara untuk mencegah dan memberikan penatalaksanaan pada berupa DKJPS pada
anak dan remaja sesuai dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Panduan-panduan ini
dapat membantu orang tua dan pengasuh untuk mengerti kebutuhan psikososial anak agar
hendaknya dapat menjaga kondisi mental dan emosi anak dan remaja agar tidak mengalami
gangguan atau gangguan berlanjut. Panduan yang dituliskan pada makalah ini terdapat dari
3 lembaga dan yang mana saja dapat diikuti mengingat mempunyai dasar yang sama.
Namun UNICEF dengan memiliki 3 prinsip utama berupa listen, comfort, dan reassure
yang nantinya dapat dikembangkan menjadi perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan
kondisi anak dan remaja.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panduan Klinis Tata Laksana COVID-19 pada Anak.
Indones Pediatr Soc [Internet]. 2020;33. Available from: https://www.idai.or.id/about-
idai/idai-statement/panduan-klinis-tata-laksana-covid-19-pada-anak

2. WHO int. WHO COVID-19 Dashboard [Internet]. 2021 [cited 2021 Mar 3]. p. 1.
Available from: https://covid19.who.int/table

3. A Snapshot UNICEF ’ S APPROACH TO MENTAL HEALTH DURING COVID-19 IN


EAST ASIA AND THE PACIFIC.

4. Elvira sylvia D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ke-2. Elvira SD, Hadiskanto
G, editors. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.

5. Masyah B. Pandemi Covid 19 terhadap Kesehatan Mental dan Psikososial. Mahakan


Noursing [Internet]. 2020;2(8):353–62. Available from: http://ejournalperawat.poltekkes-
kaltim.ac.id/index.php/nursing/article/view/180/74

6. Tuwu D, Bahtiar B, Supiyah R, Upe A. Pemberian Dukungan Psikososial Pada Anak


Yang Mengalami Gangguan Di Era Pandemi Covid-19. J Publicuho. 2020;3(3):394.

7. Sari MN, Ramadhian MR. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Akibat Penyakit ,
Kerusakan , dan Personality and Behavioural Disorders due to Disease , Damage , and
Brain Dysfunction in A 45 Years Old Men. J Medula. 2016;6:83–7.

8. Singh S, Roy D, Sinha K, Parveen S, Sharma G, Joshi G. Impact of COVID-19 and


lockdown on mental health of children and adolescents: A narrative review with
recommendations. Psychiatry Res [Internet]. 2020;293(September):113429. Available
from: https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113429

9. Shah K, Mann S, Singh R, Bangar R, Kulkarni R. Impact of COVID-19 on the Mental


Health of Children and Adolescents. Cureus. 2020;(September):4–12.

10. 5 Bulan Pandemi Covid 19 [Internet]. Swaperiksa. [cited 2021 Mar 12]. Available from:
http://pdskji.org/home

11. MHPSS Reference Group. Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial Wabah

24
Covid. Iasc. 2020;(Feb):1–20.

12. UNICEF. Psychosocial Support for Children during COVID-19. Child Line India Found.
2020;2–5.

13. Dukungan P, Jiwa K, Psikososial DAN, Covid- P. Buku Pedoman DKJPS pada pandemi
COVID-19 (1). 2020;

14. Kemenkes. Protokol Layanan DKJPS Anak dan Remaja Pda Masa Adaptasi Kebiasaan
Baru Pandemi COVID-19. 2020;41. Available from:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/COVID-19/Buku-Protokol-
Dukungan-Kesehatan-Jiwa-Dan-Psikologi-DKJPS-AR-2020.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai