Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN MEDIA KAT

Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Kesehatan Gigi Dan Mulut


Suku Anak Dalam

Disusun Oleh:

Nia Riski Putri (N1A118004)

Wini Melianza (N1A118008)

Dian Meisafitri (N1A118022)

Vivia Paramitha (N1A118038)

Refli Yulisda Irma (N1A118145)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
BAB 1

1. Tinjauan Pustaka
a. Permainan Tradisional

Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, begitu


pula dengan tingkat kecerdasan dan cara belajar yang beda-beda. Pada
umumnya cara belajar anak dengan melalui sebuah permainan, karena dengan
melakukan permainan anak mampu memaksimalkan kemampuannya dari
beberapa aspek, diantaranya bahasa, sosial, kognitif, fisik dan moralnya.
(Mutiah, 2010)

Bermain merupakan cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan


tentang segala sesuatu. Bermain akan menumbuhkan anak untuk melakukan
eksplorasi, melatih pertumbuhan fisik serta imajinasi, memberikan peluang
yang luas untuk berinteraksi dengan orang dewasa dan teman lainnya,
mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah kata-kata, serta
membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar yang sangat menyenangkan.
Model bermain peran efektif untuk dijadikan model bimbingan dalam
mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. (Ahman,
1998:12)

Aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak telah menstimulasi


munculnya beragam permainan yang diperuntukkan bagi mereka. Secara
umum kita dapat mengklasifikasikanya ke dalam dua jenis yaitu permainan
modern dan permainan tradisional. Fenomena efek negatif permainan modern
telah mengarahkan suatu pemikiran untuk kembali lagi ke dasar (back to
basic) untuk lebih memperkenalkan anak-anak usia dini pada jenis permainan
tradisional. Menurut Sukirman (2004), permainan tradisional merupakan
unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan
kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional anak ini juga
dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri khas pada
suatu kebudayaan tertentu. Permainan tradisional mempunyai nilai-nilai
positif untuk pengembangan sikap sosial anak. Beragam permainan tradisional
mampu menjadi media untuk mengoptimalkan berbagai kecerdasan, yang
meliputi kecerdasan kognitif, kecerdasan sosial, kecerdasan musikal,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan spiritual hingga
mengajarkan berbagai nilai positif dan menyehatkan badan. (Achroni, 2012:
6)

b. Gobak Sodor

Permainan tradisional diduga cocok digunakan dalam mengembangkan


kecerdasan dan interaksi sosial pada anak salah satu permainan tradisional di
Indonesia adalah permainan gobak sodor. Hasil penelitian Kurniati (2011)
menunjukkan bahwa permainan anak tradisional dapat mestimulasi anak
dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling
berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri,
mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta
menghargai orang lain. Menurut Nur (2013) memaparkan bahwa permainan
tradisional dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam membantu
mengembangkan keterampilan emosi dan sosial anak.

Istilah permainan gobak sodor dikenal di daerah Jawa, khususnya daerah


Jawa Tengah. Beberapa artikel menyebutkan bahwa asal kata gobak sodor
merupakan serapan dari bahasa Inggris “go back to the door” yang berarti
kembali lagi ke pintu, yang sesuai dengan pola permainan gobak sodor. Di
beberapa daerah lain seperti di Kepulauan Natuna dikenal dengan sebutan
permainan galah, sementara di daerah Kepulauan Riau lainnya dikenal dengan
sebutan galah panjang. Di daerah Riau Daratan permainan galah panjang
dikenal dengan sebutan cak bur atau main belon. Sedangkan di daerah Jawa
Barat dikenal dengan nama galah asin atau galasin. Nama gobak sodor berasal
dari kata gobak dan sodor yang berarti bergerak dengan bebas (gobak) dan
tombak (sodor).

Menurut Ariani (1997:104) awal mula kemunculan permainan ini diilhami


oleh kepelatihan prajurit kraton yang sedang melakukan perang-perangan
yang biasanya dilakukan di alun-alun, dan menjadi cikal bakal dari permainan
gobak sodor yang kita ketahui saat ini. Terlepas dari semua sejarah tersebut,
permainan gobak sodor adalah permainan tradisional yang merupakan
permainan kelompok/grup yang terdiri dari dua kelompok.Jumlah peserta
permainan gobak sodor harus genap/seimbang, harus sesuai dengan jumlah
garis melintang pada area permainan.

Permainan gobak sodor memiliki manfaat yang penting untuk


perkembangan anak baik perkembangan kognitif, afektif, atau psikomotor
anak. Menurut Hasanah dan Hardiyanti (2016:71) mengatakan “ketika anak
bermain gobak sodor secara tidak langsung anak belajar mengatur stategi
untuk mengecoh lawan. Selain itu, anak juga dapat memperhitungkan dan
memprediksi apa yang akan terjadi atas strategi yang telah dibuat”. Turangan
dan Reza (2016:83) berpendapat “nilai-nilai karakter dalam permainan gobak
sodor seperti melatih kejujuran, meningkatkan kepatuhan, melatih kerjasama,
bertanggung jawab, kerja keras, mengembangkan kemampuan berpikir, kritis,
dan inovatif serta melatih ketangkasan”.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Febrianto (2019) dalam jurnal “Peran
Permainan Tradisional Betengan Dan Gobak Sodor Dalam Membentuk
Karakter Sosial Siswa” diperoleh hasil permainan gobak sodor baik untuk
membentuk karakter disiplin, kerja keras, sportif, komunikatif, kerjasama,
tanggungjawab dan kejujuran. Penelitian lainnya yang dilakukan
Listyaningrum (2018) dalam “Pengaruh Permainan Tradisional Gobak Sodor
Terhadap Sikap Sosial Siswa Kelas III SDN 01 Manguharjo Kota Madiun.”
berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemanfaatan permainan tradisional gobak sodor
berpengaruh terhadap sikap sosial siswa kelas III SDN 01 Manguharjo Kota
Madiun tahun pelajaran 2017/2018. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya peningkatan sikap siswa yang diukur melalui angket dilihat dari
perbedaan kelas eksperimen yang diberi perlakuan pemanfaatan permainan
tradisional gobak sodor dengan nilai tertinggi 89 dan terendah 60, sedangkan
kelas kontrol dengan yang tidak diberi perlakuan pemanfaatan permainan
tradisional gobak sodor dengan nilai tertinggi 82 dan terendah 58.
c. Kesehatan Gigi Dan Mulut

Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dijaga


kebersihannya. Menurut WHO dalam Andreas Winardi (2012), kebersihan
atau kesehatan gigi dan mulut adalah praktek melakukan penjagaan kebersihan
dan kesehatan mulut dengan cara menyikat dan melakukan flossing untuk
mencegah timbulnya problem pada gigi. Perawatan gigi sejak dini sangat
penting dilakukan karena banyak anak menderita karies atau lubang pada gigi.

Dibutuhkan untuk menanamkan gosok gigi pada anak sejak usia dini, agar
menjadi kebiasaan yang terbawa sampai anak dewasa. Menggosok gigi
dengan teratur hingga bersih dapat membantu membersihkan sisa makanan
dan plak gigi serta mencegah kerusakan gigi (karies gigi), penyakit gusi dan
nafas berbau.

1) Penyebab Kerusakan Gigi

Kerusakan gigi banyak terjadi pada anak-anak, menurut Lisa Fals (2015)
hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:

a. Malas untuk menyikat gigi. Anakanak memang belum terbiasa untuk


sikat gigi, tapi bukan berarti membiarkan gigi mereka tidak
dibersihkan. Orang tua harus mengajarkan bagaimana cara menyikat
gigi anak dengan benar, membiasakan, dan memberi pengertian akan
dampak buruk jika tidak menyikat gigi.
b. Makan makanan manis dan lengket yang berlebihan. Mungkin ini bisa
menjadi penyebab utama gigi berlubang pada anak-anak, karena
mereka memang suka dengan makanan manis. Itu dikarenakan
makanan manis merupakan kesukaan kuman-kuman yang berada di
mulut.
c. Tidur setelah makan. Ini tidak akan menjadi masalah jika sebelum
tidur anak-anak menyikat giginya, tetapi jika tidak maka akan menjadi
salah satu penyebab gigi berlubang. Setelah makan kondisi mulut akan
bersifat asam, sehingga membutuhkan air liur yang banyak untuk
menetralisir kondisi asam tersebut. Pada saat tidur, air liur yang
diproduksi oleh mulut tidak terlalu banyak.
d. Waktu menyikat gigi yang tidak tepat. Kebiasaan kita adalah menyikat
gigi saat mandi, baik itu mandi pagi atau sore. Yang paling tepat ialah
menyikat gigi setelah makan.
e. Sering mimun yang bersoda. Soda memiliki tingkat keasaman yang
tinggi, yang menyebabkan terjadinya demineralisasi pada gigi, yang
selanjutnya akan membentuk lubang pada gigi.

2) Cara Merawat Kesehatan Gigi Dan Mulut

Menurut Rumah Sakit MH Thamrin Purwakarta (2016) menuliskan bahwa


ada beberapa cara untuk merawat kesehatan gigi dan mulut anak, yaitu:

a. Sikat Gigi yang Tepat


Gunakan sikat gigi anak yang memiliki bulu sikat yang lembut. Hal ini
untuk melindungi gusi dan berfokus pada daerah-daerah kecil sehingga
mereka dapat membersihkan dengan benar. Selain itu karakter kartun
yang lucu pada sikat gigi dapat membuat anak menyukai menyikat
gigi.

b. Cara Menyikat
Pastikan untuk mengajari anak anda cara menyikat yang benar.
Gerakan perlahan dan memutar pada seluruh bagian permukaan gigi.
Jangan terlalu keras dalam menyikat, karena dapat melukai gusi anak
yang masih lemah.

c. Pasta Gigi
Gunakan pasta gigi khusus untuk anak yang memiliki rasa yang
mereka sukai. Biarkan mereka memilih sendiri rasa yang menjadi
favorit mereka seperti coklat, es krim, strawberry, dan buah lainnya.
Rasa pasta gigi yang yang enak baik dalam memotivasi anak untuk
terus menyikat giginya.
3) Cara Menyikat Gigi Dengan Baik Dan Benar

Gosok gigi adalah cara paling mudah untuk menjaga kesehatan gigi
dan mulut. Akan tetapi banyak orang yang menyepelekan pentingnya
gosok gigi. Terdapat cara-cara untuk menggosok gigi dengan baik dan
benar (Jennifer Lucinda, 2013):

a. Ambil sikat dan pasta gigi, peganglah sikat gigi dengan cara sendiri
(yang penting nyaman untuk dipegang), oleskan pasta gigi di sikat gigi
yang sudah dipegang.
b. Sikat gigi (gigi depan dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan
dan naik turun. Kenapa harus pelanpelan karena biasanya orang yang
menyikat gigi secara kasar, akan mengakibatkan gusi lecet dan
berdarah.
c. Langkah selanjutnya gosok bagian gigi sebalah kanan dan kiri. Cara
pengaplikasian hampir sama dengan menyikat gigi depan, yaitu gosok
perlahan dengan irama naik turun. Jika susah mengosok naik turun
bisa menggosok biasa namun dengan durasi lebih lama, karena
mengosok dengan cara naik turun walaupun pelan-pelan akan lebih
cepat menghilangkan sisa makanan yang tertempel.
d. Setelah selesai menggosok area gigi bagian kanan, kiri dan depan,
maka langkah selanjutnya adalah membersihkan/ menyikat gigi bagian
dalam (gigi geraham). Usahakan sikat dengan cara pelan-pelan namun
kotoran tak ada yang tertinggal karena biasanya plak kuning terjadi di
area ini jika gosok giginya tidak bersih. Caranya, gunakanan ujung
bulu sikat untuk menjangkau area gigi geraham dengan sedikit tekanan
sampai ujung sikat sedikit melungkung
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Untuk membantu Suku Anak Dalam lebih memperhatikan
kebersihan individu dan untuk membantu Suku Anak Dalam
menerapkan hidup sehat secara mandiri.
2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk membantu Suku Anak Dalam mengetahui kebersihan
gigi dan mulut yang harus dilakukan setiap hari
2. Untuk membantu Suku Anak Dalam mengetahui cara-cara
merawat kebersihan gigi dan mulut
3. Untuk membantu Suku Anak Dalam mengingat langkah-
langkah kebersihan gigi dan mulut yang harus dilakukan secara
mandiri
3. Manfaat

Adapun manfaat dalam penelitian ini di antaranya :

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khusunya


pengalaman langsung saat turun lapangan, dapat mengetahui apa yang
benar-benar dibutuhkan Suku Anak Dalam dan bagaimana penerapan
yang tempat dalam memberikan informasi kesehatan.
2. Bagi komunitas adat terpencil, membantu komunitas adat terpencil
untuk lebih mengetahui tentang kebersihan gigi yang harus diterapkan
dikehidupan sehari-hari.
3. Bagi puskesmas, dapat membantu dalam memperbaiki masalah
kesehatan yang ada di Komunitas Adat Terpencil.
BAB 2

1. Alat Dan Bahan

Sebuah kapur dan lapangan yang berbentuk persegi panjang. Kemudian


antar garis panjang ditarik garis melintang sehingga terbentuk beberapa
persegi panjang. Setelah itu tarik garis tengah yang tegak lurus dengan garis
melintang sehingga akan terbentuk banyak petak yang sama besar. Garis ini
disebut garis sodor.

Gambar. Bentuk lapangan permainan Gobak Sodor

Selanjutnya yang dibutuhkan adalah kertas yang telah diisi dengan


berbagai tantangan dan petanyaan. Dan juga satu set perlengakapan gosok gigi
yaitu pasta gigi dan sikat gigi sebanyak 8 buah.

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penyuluhan kesehatan gigi yang


nantinya akan menjadi pertanyaan dan tantangan di permainan tersebut yaitu
materi tentang kesehatan gigi sebagai berikut:

a. Cara gosok gigi yang baik dan benar


b. Hal apa saja yang dapat merusak gigi
c. Berapa kali sikat gigi dalam sehari
d. Barapa lama waktu menyikat gigi
e. Bagaimana cara merawat gigi
2. Cara Melaksanakan

Permainan ini dimainkan oleh dua regu yang terdiri dari regu penjaga dan
regu penyerang adapun cara melaksanakan permainan ini adalah sebagai
berikut:

1) Sebelum dilakukannya permainan gobak sodor dilakukan penyuluhan


terlebih dahulu tentang kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak
SAD yang akan bermain.
2) Sebelum permainan dimulai diadakan undian untuk menentukan pihak
penjaga dan pihak penyerang, yang menang undian menjadi pihak
penyerang dan yang kalah menjadi pihak penjaga dan 1 orang
mahasiswa menjadi pendamping di setiap kelompok.
3) Setiap permain dari pihak penjaga harus menempati garisnya masing
masing yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan kedua kakinya
harus berada di atas garis. Sedangkan bagi pihak penyerang harus
bersiap-siap untuk memasuki ruangan atau petak-petak.
4) Permainan dimulai setalah wasit membunyikan peluitnya.
5) Setiap pemain dari regu penyerang harus berusaha untuk dapat
melewati garis depan yang dijaga oleh regu penjaga, yaitu dengan jalan
menghindari tangkapan atau sentuhan dari pihak penjaga. Sedangkan
setiap pemain dari pihak penjaga berusaha untuk dapat menangkap
atau menyentuh pemain dari pihak penyerang dengan tangan, dengan
ketentuan kedua kakinya harus tetap berada di atas garis atau salah
satu kakinya berada di atas garis sedang kaki yanglainya boleh
terangkat.
6) Permainan dinyatakan salah apabila:
a) kedua kaki ke luar dari garis samping lapangan.
b) mengganggu jalannya permainan.
7) Pergantian/bertukar tempat setelah wasit membunyikan pluit setelah:
a) setelah seorang pemain dari pihak penyerang kena sentuh oleh
pihak penjaga
b) terjadi kesalahan dari pihak penyerang (kedua kakinya keluar dari
garis samping lapangan atau mengganggujalannya permainan)
c) apabila dalam waktu 2 menit tidak terjadi perubahan posisi.
8) Setiap pemain dari pihak penyerang yang dapat melewati garis depan
ke belakang mendapatkan 1 point, di garis belakang inilah yang akan
diberikan pertanyaan dan tantangan tentang kesehatan gigi dan mulut
pada anak-anak SAD. Jika penyerang tersebut dapat melewati penjaga
dari garis belakang ke depan dan dapat menjawab tantangan yang telah
diberikan maka tim tersebut mendapat 1 point.
9) Lamanya permainan dari dua babak, masing-masing 10 menit. 

3. Uji Coba Yang Dilaksanakan

Pada penyuluhan kali ini analisis data yang digunakan adalah analisis data
kuantitatif dengan perhitungan Deskriptif Statistik dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan anak-anak Suku Anak Dalam tentang
kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah penyuluhan.

No Intervensi Sebelum (%) Sesudah (%)


.
1. Mempraktekan cara
menggososk yang baik dan
benar
2. Mengetahui apa-apa saja yang
dapat merusak gigi
3. Mengetahui cara merawat gigi
4. Mengetahui lama waktu
menyikat gigi yang baik
5. Mengetahui berapa kali
menyikat gigi dalam sehari
6. Kemauan untuk menyikat gigi
setiap harinya
DAFTAR PUSTAKA

Achroni, Keen. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui


Permainan Tradisonal. Jogjakarta: Javalitera

Ahman. (1998). Efektifitas bermain peran sebagai model bimbingan dalam


mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Jurnal
penelitian, 3 (2)

Andreas Winardhi. 2012. Kesehatan Gigi dan Mulut. Di unduh di


http://andreaswinardhi.blogspot.co.id/2012/10/kesehatan-gigi-danmulut.html
pada tanggal 15 Maret 2021.

Ariani, C. dkk. 1997. Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat


Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hasanah, N., dan Hardiyanti, P. (2016). Pengembangan Anak Melalui Permainan


Tradisional. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Jennifer Lucinda. 2013. Cara Menggosok Gigi yang Benar. Di unduh di


http://trik-tipssehat.blogspot.co.id/2013/07/caramenggosok-gigi.html pada
tanggal 15 Maret 2021.

Lisa Fals. 2015. Gigi Anak Rusak, Keropos, Berlubang, Apa Penyebabnya?. Di
unduh di http://sakitgi2.blogspot.com/2015/06/gigi-anak-rusak-
keroposberlubang-apa-penyebabnya.html pada tanggal 15 Maret 2021.

Listyaningrum, D. 2018. Pengaruh Permainan Tradisional Gobak Sodor Terhadap


Sikap Sosial Siswa Kelas III SDN 01 Manguharjo Kota Madiun.
Gulawentah: Jurnal Studi Sosial. Vol. 3, No. 2, hal 108-112, ISSN 2528-
6293.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Nur, Haerani. 2013. Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional.


Jurnal Pendidikan Karakter. Vol. 3. No. 1 (87-94).

RS. Thamrin Purwakarta. Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak. Di unduh
di http://thamrinhospitalpurwakarta.com/index.php/new/346-kesehatangigi-
anak pada tanggal 15 Maret 2021.

Sukirman. 2004. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.


Turangan, L. W., & Reza, F. (2014). Seni Budaya dan Warisan Indonesia
Olahraga & Permainan. Jakarta: PT Aku Bisa.

Anda mungkin juga menyukai