(TFT)
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID
PALEMBANG
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID PALEMBANG
NO : /KEP/G-17/RSAR/III/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Ar Rasyid
Palembang tentang Pedoman Pelayanan Kafarmasian
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid Palembang
Ditetapkan : Palembang
Pada Tanggal : 29 Maret 2021
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid Palembang
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Ruang lingkup pelayanan TFT yaitu pada level penentuan kebijakan dalam
penggunaan obat di rumah sakit dan turut berperan dalam sebagian dari
pengelolaan dan penggunaan obat dalam siklus pengelolaan obat (Drug
Management Cycle). Siklus pengelolaan obat secara menyeluruh dilakukan oleh
instalasi Farmasi.
TFT mempunyai peran dalam siklus pengelolaan obat sebagai berikut
1. Seleksi
2. Peresepan
4. pemantauan
D. Landasan Hukum
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) disusun agar dapat mencapai visi, misi dan
tujuan dari penyelenggaraan TFT. TFT dibentuk berdasarkan kaidah organisasi yang
miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan
tanggung jawab secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid dapat dimanfaatkan secara optimal.
Ketua TFT
Sekretaris TFT
AnggotaTFT
B. Uraian Tugas
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dipimpin oleh ketua dan didukung oleh sekretaris dan
anggota yang terdiri dari para dokter yang mewakili spesialisasi sebagai representatif dari
dokter di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid, apoteker pendamping sebagai representatif
apoteker, perawat dari bidang keperawatan sebagai representatif perawat, ketua komite
mutu dan direktur rumah sakit.
Uraian tugas dari tim farmasi dan terapi masing- masing dideskripsikan sebagai berikut:
3 HUBUNGAN KERJA
a. Internal : 1. Direktur RSI Ar Rasyid
2. Direktur Operasional Superviso
3. Pelayanan Medis Supervisor
4. Penunjang Medis Dokter Spesialis
5. Dokter Umum
b. Eksternal : Ketua Yayasan
4 TUGAS POKOK : Mengkoordinasi kegiatan TFT bertanggung jawab d
kepada Direktur. n
5 TANGGUNG JAWAB : 1. Bertanggung jawab atas terselenggaranya
pengobatan yang rasional di Rumah Sakit
Islam Ar Rasyid
2. Bertanggung jawab atas penggunaan obat di
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid
5
7 WEWENANG : Memberi masukan atau rekomendasi kepada ketua
dalam mengusulkan ke pimpinan untuk menetapkan
kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit Islam
Ar Rasyid
8 PERSYARATAN JABATAN
a. Pendidikan Formal : Apoteker
Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian dan keperawatan
kualifikasi SDM dan komite farmasi dan terapi meliputi
No SDM Keterangan
1 Ketua Tim Farmasi dan Terapi Dokter
2 Sekretaris TFT Apoteker Kepala Instalasi Farmasi RS
3 Dokter spesialis Semua dokter yang mewakili spesialis
4 Apoteker Apoteker instalasi farmasi
5 Perawat Kepala bidang perawat/ manajer keperawatan
D. Tata Hubungan Kerja
Hubungan tata kerja antara Komite Farmasi dan Terapi dengan gugus tugas
lain sebagai berikut :
1. Seleksi obat yang akan masuk formularium dilakukan secara
kolaboratif antara dokter-dokter yang terwakili oleh Ketua KSM (Komite
Staf Medis), apoteker yang merupakan representative dan manajemen
instalasi, serta representative perawat dari bidang keperawatan yang mewakili
perawat
2. Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya bagian di rumah sakit yang
memiliki kewenangan sesuai perundang-undangan dalam mengelola
perbekalan kesehatan sesuai dengan kebijakan satu pintu. Obat yang
dipergunakan di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid dikelola sesuai kebijakan satu
pintu yang ditetapkan Undang- Undang, yaitu dikelola oleh Instalasi Farmasi.
3. Resep yang ditulis dokter dilayani oleh Instalasi Farmasi untuk pasien
dari berbagai unit pelayanan (Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, dan
IGD).
E. Tata Laksana Pelayanan
1. Seleksi
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah tim yang bertanggung jawab dalam
menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan obat di rumah sakit. TFT
memiliki kewenangan dalam melakukan seleksi obat sampai dengan evaluasi,
edukasi dan monitoring yang berkaitan dengan staf medis dan manajemen rumah
sakit, dan meninjau kebijakan serta prosedur tentang semua aspek penggunaan obat
di rumah sakit. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid
ditetapkan dengan SK Direktur Rumah Sakit Islam Ar Rasyid. Anggota TFT terdiri
dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit Islam
Ar Rasyid, Apoteker Kepala instalasi Farmasi, Apoteker staf instalasi Farmasi
yang ditunjuk, Kepala bidang Keperawatan, dan dapat ditambah dengan tenaga
kesehatan lain yang terlibat dalam manajemen dan penggunaan obat.
Obat yang digunakan untuk pengobatan pasien di Rumah Sakit Islam Ar
Rasyid melalui proses seleksi untuk memastikan aspek kualitas, keamanan,
kemanfaatan dan biaya obat (keterjangkauan). Hasil seleksi berupa Formularium
harus disesuaikan dengan perubahan.
Seleksi obat memperhatikan evident Based dan mutu obat yang dinyatakan
dengan data evident, sertifikat Current Good Manufacturing practice (C-
CGMO), sertifikat CPOB, evaluasi distributor dan sertifikat lain, duplikasi zat aktif
obat, dan keterjangkauan harga obat. Proses revisi formularium dilaksanakan sesuai
mekanisme yang disepakati antara ketua, sekretaris, dan seluruh anggota FT. Revisi
formularium dilaksanakan setiap tahun. Demi menjamin pengendalian nilai
persediaan obat, maka ditetapkan kriteria obat yang masuk dalam formularium
terdiri dari 1 obat generik, 3obat me too dan jika penggunaan obat tertentu sangat
tinggi, dimungkinkan atau maksimal jumlah produk per item zat aktif adalah 4 obat
me too dan 1 obat generik bila obat original tidak dikehendaki masuk formularium.
Dalam masa berlaku formularium, bila ada penemuan baru yang menyangkut
efektivitas keamanan obat (ESO), dimungkinkan dilakukan penambahan dan
pengurangan obat. Kriteria penambahan atau pengurangan obat dari formularium
mengikuti mekanisme yang disepakati dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi,
dipimpin oleh ketua TFT. Mekanisme dituangkan dalam SPO. untuk mensukseskan
gerakan patient safety, maka proses seleksi harus memperhatikan masalah look
alike and sound alike (LASA) demi mencegah medication error pada tahapan yang
sedini mungkin. Obat LASA harus dikendalikan keberadaannya. Apoteker Rumah
Sakit Islam Ar Rasyid harus mengkomunikasikan temuan baru dalam pelayanan
yang berkaitan dengan identifikasi obat LASA. Untuk pasien JKN Tanggungan
PT. BPJS, obat yang digunakan untuk pengobatan pasien berdasarkan
Formularium nasional yang sudah diseleksi oleh tim ahli dan digunakan secara luas
untuk pasien JKN seluruh Indonesia. Ada mekanisme pengawasan penggunaan
obat dan kesesuaiannya terhadap formularium Rumah Sakit Islam Ar Rasyid.
Masalah yang timbul selama penerapan formularium pada tahun berjalan
akan menjadi bahan evaluasi pada proses revisi formularium tahun mendatang.
Apabila dokter memberikan obat diluar formularium untuk kasus khusus, demi
kesembuhan pasien atau pertimbangan finansial tertentu, obat tersebut akan
diadakan dengan sistem pembelian khusus. Assement untuk penetapan kekhususan
kasus pasien dilakukan oleh apoteker klinis dan atau Kepala Instalasi Farmasi.
Ketentuan pembelian obat diluar formularium ditetapkan dengan SPO
Pelayanan obat berdasarkan resep yang sah sesuai dengan jenis, kekuatan,
jumlah dan bentuk sediaan sesuai yang tertulis. Resep rawat jalan yang diterima
adalah resep internal Rumah Sakit Islam Ar Rasyid (Poliklinik, IGD, Rawat Inap)
dan resep rumah sakit lain /umum yang karena mengingat
kepentingan/keselamatan pasien harus diberikan, atas persetujuan kepala instalasi
Farmasi. Resep dianggap sah apabila mencantumkan data pasien secara lengkap,
jenis, kekuatan, jumlah obat secara lengkap dan informasi khusus seputar
penggunaan obat Ketentuan penulisan resep yang lengkap/ditetapkan pada
Pedoman Pelayanan. Untuk obat-obat tertentu yang membutuhkan data berat badan
atau Body Mass Index (BMI), seperti pada resep anak dan resep pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, maka pada lembar resep harus dicantumkan data tersebut,
untuk mengatisipasi upaya penyalahgunaan obat narkotik dan psikotropika, maka
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ar Rasyid tidak menerima resep narkotik dan
psikotropika dari dokter luar Rumah Sakit Islam Ar Rasyid. Dokter penulis resep
memberi tekanan penulisan resep tertentu yang ditengarai look a like and sound
a like (LASA) dengan obat lain. Ketentuan akan tata cara penulisan yang
menjamin keamanan pelayanan diatur pada Pedoman Pelayanan. Penulisan resep
narkotik seperti Durogesic patch, morphin, fentanil dan petidin hanya oleh
dokter spesialis anestesi atau dalam keadaan tertentu dimana dokter spesialis
penanggung jawab pasien tidak bisa dihubungi, resep narkotika tertentu ditulisoleh
dokter IGD dan disetujui untuk dilayani oleh apoteker. Jika ada resep bermasalah
yang berhubungan dengan keabsahan resep harus dirujuk kepada dokter penulis
resep atau apoteker yang bertugas. Permintaan obat rawat inap ditulis oleh dokter
yang merawat (DPJP) atau dokter Penanggung jawab rawat inap pada lembar
resep. Permintaan obat melalui telepon harus segera diikuti dokumen permintaan
secara tertulis sebagai dasar pelayanan resep. Dalam keadaan khusus, dimana
pasien membutuhkan obat tambahan, maka dokter penanggungjawab rawat inap
diperkenankan menuliskan permintaan obat untuk pemakaian sampai dengan saat
visit dokter berikutnya. Termasuk obat narkotika dan psikotropika.Setiap dokter
baru harus diperkenalkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk diminta contoh
tanda tangan dan paraf. Contoh tanda tangan dan paraf disosialisasikan kepada
seluruh petugas pelayanan farmasi. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan bisa
dilakukan perhari atau sesuai kebutuhan pasien menurut dokter yang merawat,
dituliskan pada resepatau kartu obat.Selama dirawat, satu pasien memiliki satu
kartu obat yang mencatat semua obat yang dipergunakan sejak masuk sampai
keluar rumah sakit. Jika obat yang tertulis dalam resep adalah obat diluar
formularium, maka untuk obat dengan zat aktif sama, diganti dengan obat yang
tersedia (lain pabrik) dengan melaluin proses konfirmasi pada dokter
penanggungjawab. untuk Zat aktif berbeda, dikomunikasikan dengan dokter
penulis resep, apakah bisa diganti dengan obat yang sesuai formularium atau jika
kondisi mengharuskan, bisa dibelikan di apotik rekanan (jalur pengadaan non
formularium). Resep dari IGD atau resep CITO harus didahulukan terutama jika
berisi sediaan injeksi atau alat alat kesehatan yang akan segera digunakan.
Pengembalian obat (retur) akan diterima apabila pasien alergi terhadap obat
tersebut, pasien meninggal, penghentian penggunaan obat yang secara klinis tidak
mendukung terapinya lagi dengan persetujuan dokter penulis resep.Obat yang
dikembalikan pasien dapat diterima jika memenuhi syarat & kemasan dalam
blister (bukan los), belum mencapai waktu kadaluwarsa, kondisi fisik obat (bukan
racikan) masih baik.
Bagi pasien peserta JKN, jenis obat yang dilayani sesuai Formularium
nasional (Fornas). Jika untuk kepentingan pasien, bisa menggunakan obat standar
Formularium nasional. Selanjutnya jika kondisi mengharuskan penggunaan obat
selain ketentuan di atas maka kebutuhan obat dapat dilayani dengan persetujuan
dokter pengendali sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit Islam Ar Rasyid.
Kompetensi profesi terkait pelayanan resep harus selalu dibangun, terutama dalam
aspek menterjemahkan tulisan dokter sebelum resep dilayani. Pola-pola penulisan
resep dokter yang rentan menyebabkan medication error dicatat dan
dikomunikasikan dalam forum khusus bersama bidang pelayanan medis. Data yang
ada dianalisa bersama sebagai dasar penetapan prosedur penulisan resep yang
aman. Jika tulisan dokter pada resep sulit dibaca, petugas harus meminta
pertimbangan dari petugas lain. Jika tetap tidak terbaca, demi mencegah KTD
maka petugas harus menghubungi dokter penulis resep. Dalam hal dokter sulit
dihubungi, maka petugas farmasi harus mengkomunikasikannya kepada perawat di
ruang perawatan terkait dan melihat berkas rekam medis pasien.
Penyerahan obat di farmasi rawat jalan dilakukan oleh apoteker atau tenga
teknis kefarmasian (TTK) yang kompeten. Dalam keadaan belum terpenuhinya
jumlah apoteker sesuai standar yang ditetapkan pemerintahan, maka tugas
penyerahan obat bisa dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian ( TTK) yang
kompeten. Hanya apoteker dan TTK yang telah memiliki SIPA dan SIKTTK yang
bisa menjalankan praktek kefarmasian di instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ar
Rasyid. Penyerahan obat harus disertai informasi yang jelas, lengkap tanpa
melanggar etik farmasi maupun kedokteran, mengarah pada terwujudnya kepatuhan
pasien. Pelayanan konsultasi obat dilaksanakan oleh apoteker untuk kepentingan
pasien atau jika pasien menghendaki. Obat diserahkan kepada pasien melalui
proses kontrol di beberapa tahap dispensing di farmasi untuk memastikan
kebenaran obat resep disertai informasi penggunaan obat. Pasien yang
mendapatkan warfarin, obat dengan alat khusus, ibu hamil dan menyusui perlu
mendapatkan penjelasan khusus oleh apoteker untuk memastikan penggunaan yang
benar dan aman. Proses konseling harus didokumentasikan dan dimonitor
pencapaian sasaran mutu berdasarkan standar yang ditetapkan.semua pencatatan
dilaksanakan sebagai dokumentasi proses layanan untuk kepentingan pelaporan
dan pengambilan keputusan manajemen. Sistem informasi manajemen di Rumah
Sakit Islam Ar Rasyid dikembangkan untuk meningkatkan validitas hasil laporan
dan efisiensi sumber daya di rumah sakit.petugas kesehatan lain (dokter, perawat
,dll) membutuhkan informasi/edukasi. Tentang obat dan perbekalan farmasi
lain, maka apoteker dan tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab untuk
menjalankan fungsi tersebut. Program edukasi diharapakan akan
meningkatkan mutu layanan patient safety dan meningkatkan kepuasan pasien.
Dalam keadaan jumlah apoteker belum memenuhi standar, maka pemberian obat
parenteral dan non parenteral di ruang perawatan pasien dilaksanakan oleh perawat.
Kompetensi perawat yang dapat melakukan pemberian obat ini ditetapkan oleh
bidang perawatan. Obat-obat High Alert yang tersedia di ruang perawatan adalah
obat dalam konsentrasi yang aman untuk digunakan.Pemberian obat high alert
tertentu oleh perawat yang kompeten dapat didampingi oleh apoteker, untuk
memastikan keamanan penggunaannya. Pelayanan informasi obat harus tersedia
selama obat digunakan dirumah sakit merupakan syarat akreditasi. Standar
Pelayanan Farmasi rumah sakit menetapkan Pelayanan informasi obat (PIO) salah
satu syarat penyelenggaraan farmasi rumah sakit.
4. Pemantauan (monitoring)
Efek yang tidak diharapkan yang berkaitan dengan obat (Drug Related
Problem/ DRP) harus dimonitor, dicatat pada rekam medik pasien dan jika termasuk
dalam kriteria KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera)
harus dilaporkan menggunakan form yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Ar Rasyid
segera setelah kejadian diidentifikasi (maksimal 2 x 24 jam). Apoteker berkolaborasi
dengan perawat (selama jumlah apoteker klinik diruang perawatan belum memenuhi
standar) bertanggung jawab melakukan proses monitoring, pencatatan dan pelaporan
KTD, KNC secara periodik dianalisa dan diambil tindakan perbaikan sistem
untukmeminimalkan angka kejadian.
14
LAMPIRAN