Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN KERJA TIM FARMASI DAN TERAPI

(TFT)
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID
PALEMBANG

RUMAH SAKIT ISLAM AR-RASYID PALEMBANG


Jl. HM Saleh No. 2 KM 7 Sukarami Palembang
Telp. 0711-5610503 / Fax. 0711-5610502
E-Mail rs.ar.plm@gmail.com
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID PALEMBANG
Jl. HM. Saleh No. 02 KM 7 Palembang
Telepon (0711) 5610503 Fax. (0711) 5610502 Email : rs.ar.plm@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID PALEMBANG
NO : /KEP/G-17/RSAR/III/2021

TENTANG

PEDOMAN KERJA TIM FARMASI DAN TERAPI (TFT)


RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID PALEMBANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID PALEMBANG,

Menimbang : a. Bahwa untuk menghasilkan pelayanan medik sesuai


standar diperlukan pemilihan obat yang rasioanal dan
cost effective
b. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan medik di
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid terutama mutu Pelayanan
Obat dan Bahan Habis Pakai perlu dibuat Pedoman Kerja
Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
b. Bahwa berdasarkan butir a dan b maka dipandang perlu
ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Islam Ar Rasyid Palembang

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit

3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 72 tahun 2016


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

4. Keputusan Walikota Palembang Nomor


153/KPTS/DINKES/2017 Tentang Perizinan Rumah
Sakit Islam Ar Rasyid

5. Keputusan Walikota Palembang Nomor


152/KPTS/DINKES/2017 Tentang Klasifikasi Rumah
Sakit Islam Ar Rasyid
6. Keputusan Walikota Palembang Nomor
153/KPTS/DINKES/2017 Tentang Ijin Operasional
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid

7. Surat Keputusan Direktur No. 377/KEP/G-


4/RSAR/XII/2019 tentang Struktur Organisasi Rumah
Sakit Ar Rasyid

8. Surat Keputusan Yayasan Ar-Rasyid Nomor


017/SK/YAR/VII/2019 tentang Perpanjangan Jabatan
Direktur Rumah Sakit Islam Ar Rasyid Palembang

9. Surat Keputusan Yayasan Ar Rasyid Nomor


065/SK/YAR/XII/2019 tentang Pengangkatan Direktur
Operasional

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Ar Rasyid
Palembang tentang Pedoman Pelayanan Kafarmasian
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid Palembang

Kedua : Pedoman Kerja Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah


Sakit Islam Ar Rasyid sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini

Ketiga : Keputusan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan, dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dan perubahan akan dilakukan perubahan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan : Palembang
Pada Tanggal : 29 Maret 2021
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid Palembang

KOL. CKM(P). dr. Toni Siguntang, Sp.THT


KL,MARS
NBP. 17580396
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat di rumah sakit merupakan suatu proses yang memerlukan


penanganan yang perlu diatur dan dikendalikan dalam upaya mencapai outcome
Rumah Sakit yang optimal. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) sebagai tim yang
mempunyai kewenangan dalam menentukan kebijakan penggunaan obat dan
langsung bertanggung jawab di bawah Direktur, memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya penggunaan obat yang rasional sesuai d engan panduan
penatalaksanaan klinis terkini. Pedoman pelayanan TFT disusun sebagai acuan
dalam proses penentuan kebijakan dan pelaksanaanya bagi setiap kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan obat diseluruh bagian di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid
sesuai pedoman akreditasi yang tertuang dalam bab Manajemen dan Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.

B. Tujuan Pedoman

A. Tujuan Umum

Tersedianya pedoman pelayanan TFT di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid


sesuai dengan standar manajemen dan penggunaan obat

B. Tujuan Khusus

Pelayanan TFT di rumah sakit dikelola sedemikian rupa dengan tujuan :


1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan standar obat yang berkualitas.
2. mempertahankan dan meningkatakan mutu penyelenggaraan kegiatan TFT
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
peraturan perundang-undangan.
3. Memastikan peran setiap tenaga kesehatan dalam setiap proses peresepan
dan penggunaan obat, pemberian obat sesuai waktu yang dibutuhkan,
memastikan ketepatan regimen dan dosis obat yang diresepkan dokter,
kejelasan instruksi penggunaan obat, mencegah masalah-masalah yang
berkaitan dengan obat (DRP) demi memberikan outcome terapi.yang
berkualitas, meminimalkan treatment yang tidak diperlukan dengan
memperhatikan biaya terapi.
4. Memastikan peran tenaga kesehatan dalam mencapai sasaran keselamtan
pasien yang ditetapkan di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid, terutama berkaitan
dengan obat-obatan yang perlu diwaspadai (High Alert Medication).
C. Ruang lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pelayanan TFT yaitu pada level penentuan kebijakan dalam
penggunaan obat di rumah sakit dan turut berperan dalam sebagian dari
pengelolaan dan penggunaan obat dalam siklus pengelolaan obat (Drug
Management Cycle). Siklus pengelolaan obat secara menyeluruh dilakukan oleh
instalasi Farmasi.
TFT mempunyai peran dalam siklus pengelolaan obat sebagai berikut

1. Seleksi

2. Peresepan

3. Pemberian obat pada pasien

4. pemantauan

D. Landasan Hukum

1. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit.
3. Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika.
4. Undang-undang nomor 5 Tahun 2009 tentang Psikotropika.
5. Undang-undang nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek
Kedokteran.
6. Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
7. Peraturan menteri kesehatan nomor 1691 Tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
tahun 2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di
rumah sakit.
BAB II

ORGANISASI TIM FARMASI DAN TERAPI


(TFT)

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) disusun agar dapat mencapai visi, misi dan
tujuan dari penyelenggaraan TFT. TFT dibentuk berdasarkan kaidah organisasi yang
miskin struktur dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan
tanggung jawab secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid dapat dimanfaatkan secara optimal.

A. Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Ar


Rasyid
Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Ar Rasyid (terlampir)

Struktur Organisasi TFT Rumah Sakit Islam Ar Rasyid

Ketua TFT

Sekretaris TFT

AnggotaTFT

B. Uraian Tugas

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dipimpin oleh ketua dan didukung oleh sekretaris dan
anggota yang terdiri dari para dokter yang mewakili spesialisasi sebagai representatif dari
dokter di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid, apoteker pendamping sebagai representatif
apoteker, perawat dari bidang keperawatan sebagai representatif perawat, ketua komite
mutu dan direktur rumah sakit.
Uraian tugas dari tim farmasi dan terapi masing- masing dideskripsikan sebagai berikut:

1. Uraian Jabatan Ketua Tim Farmasi dan Terapi (TFT)

1. NAMA JABATAN : Ketua TFT


2 JENIS DAN KEDUDUKAN
a. Jenis Jabatan : Struktural
b. Atasan Langnsung : Direktur
c. Bawahan : 1. Sekretaris TFT
Langsung 2. Anggota TFT

3 HUBUNGAN KERJA
a. Internal : 1. Direktur RSI Ar Rasyid
2. Direktur Operasional Superviso
3. Pelayanan Medis Supervisor
4. Penunjang Medis Dokter Spesialis
5. Dokter Umum
b. Eksternal : Ketua Yayasan
4 TUGAS POKOK : Mengkoordinasi kegiatan TFT bertanggung jawab d
kepada Direktur. n
5 TANGGUNG JAWAB : 1. Bertanggung jawab atas terselenggaranya
pengobatan yang rasional di Rumah Sakit
Islam Ar Rasyid
2. Bertanggung jawab atas penggunaan obat di
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid

6 URAIAN TUGAS 2) Menjamin terselenggaranya tugas Tim Farmasi


: 1.
dan Terapi sesuai dengan kebijakan Direktur
rumah sakit.
2. Menetapkan jadwal rapat Tim Farmasi dan
Terapi untuk membahas tentang kebijakan,
2. penetapan prosedur, maupun aturan- aturan
berkaitan obat.
3. Mengkoordinir pengembangan, penyusunan
3. Formularium Rumah Sakit.
7 WEWENANG : 1. Pemimpin jalannya organisasi Tim Farmasi dan
Terapi.
2. Memberi masukkan atau rekomendasi kepada
pimpinan rumah sakit dalam menetapkan
kebijakan penggunaan obat di RSI Ar Rasyid.
8 PERSYARATAN JABATAN
a. Pendidikan Formal : Dokter Umum
2. Uraian Tugas Sekretaris TFT

1. NAMA JABATAN : Sekretaris TFT


2 JENIS DAN KEDUDUKAN
d. Jenis Jabatan : Struktural
e. Atasan Langsung : Ketua TFT
f. Bawahan Langsung : -
3 HUBUNGAN KERJA
c. Internal : 1. Direktur RSI Ar Rasyid
2. Direktur Operasional
3. Ketua TFT
4. Supervisor Pelayanan Medis
5. Supervisor Penunjang Medis
6. Dokter Spesialis
7. Dokter Umum
b. Eksternal : Ketua Yayasan
4 TUGAS POKOK : Mendukung ketua untuk mengkoordinasi dan
menyiapkan rancangan program kegiatan TFT dan
mengelola pertemuan secara strategis dalam upaya
mewujudkan pengobatan rasional dan bertanggung
jawab kepada Tim Farmasi dan Terapi.

5 TANGGUNG JAWAB : 1. Bertanggung jawab atas terselenggaranya


pengobatan yang rasional di Rumah Sakit
Islam Ar Rasyid.
2. Bertanggung jawab atas penggunaan obat di
Rumah Sakit Islam Ar Rasyid.

6 URAIAN TUGAS : 1. Mengatur persiapan dan penyelenggaraaan rapat


Tim Farmasi dan terapi.
2. Menyiapkan dan memberikan semua bahan rapat
yang dibutuhkan.
3. Mencatat semua hasil keputusan dalam rapat dan
melaporkan pada direktur rumah sakit.
4. Mengarsip dokumen kesekretariatan dan
pendistribusian surat.
5. Melaksanakan tugas kesekretariatan lainnya

5
7 WEWENANG : Memberi masukan atau rekomendasi kepada ketua
dalam mengusulkan ke pimpinan untuk menetapkan
kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit Islam
Ar Rasyid
8 PERSYARATAN JABATAN
a. Pendidikan Formal : Apoteker

C. Kualifikasi Sumber daya Manusia (SDM)

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian dan keperawatan
kualifikasi SDM dan komite farmasi dan terapi meliputi

No SDM Keterangan
1 Ketua Tim Farmasi dan Terapi Dokter
2 Sekretaris TFT Apoteker Kepala Instalasi Farmasi RS
3 Dokter spesialis Semua dokter yang mewakili spesialis
4 Apoteker Apoteker instalasi farmasi
5 Perawat Kepala bidang perawat/ manajer keperawatan
D. Tata Hubungan Kerja

Hubungan tata kerja antara Komite Farmasi dan Terapi dengan gugus tugas
lain sebagai berikut :
1. Seleksi obat yang akan masuk formularium dilakukan secara
kolaboratif antara dokter-dokter yang terwakili oleh Ketua KSM (Komite
Staf Medis), apoteker yang merupakan representative dan manajemen
instalasi, serta representative perawat dari bidang keperawatan yang mewakili
perawat
2. Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya bagian di rumah sakit yang
memiliki kewenangan sesuai perundang-undangan dalam mengelola
perbekalan kesehatan sesuai dengan kebijakan satu pintu. Obat yang
dipergunakan di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid dikelola sesuai kebijakan satu
pintu yang ditetapkan Undang- Undang, yaitu dikelola oleh Instalasi Farmasi.
3. Resep yang ditulis dokter dilayani oleh Instalasi Farmasi untuk pasien
dari berbagai unit pelayanan (Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, dan
IGD).
E. Tata Laksana Pelayanan

1. Seleksi
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah tim yang bertanggung jawab dalam
menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan obat di rumah sakit. TFT
memiliki kewenangan dalam melakukan seleksi obat sampai dengan evaluasi,
edukasi dan monitoring yang berkaitan dengan staf medis dan manajemen rumah
sakit, dan meninjau kebijakan serta prosedur tentang semua aspek penggunaan obat
di rumah sakit. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit Islam Ar Rasyid
ditetapkan dengan SK Direktur Rumah Sakit Islam Ar Rasyid. Anggota TFT terdiri
dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit Islam
Ar Rasyid, Apoteker Kepala instalasi Farmasi, Apoteker staf instalasi Farmasi
yang ditunjuk, Kepala bidang Keperawatan, dan dapat ditambah dengan tenaga
kesehatan lain yang terlibat dalam manajemen dan penggunaan obat.
Obat yang digunakan untuk pengobatan pasien di Rumah Sakit Islam Ar
Rasyid melalui proses seleksi untuk memastikan aspek kualitas, keamanan,
kemanfaatan dan biaya obat (keterjangkauan). Hasil seleksi berupa Formularium
harus disesuaikan dengan perubahan.
Seleksi obat memperhatikan evident Based dan mutu obat yang dinyatakan
dengan data evident, sertifikat Current Good Manufacturing practice (C-
CGMO), sertifikat CPOB, evaluasi distributor dan sertifikat lain, duplikasi zat aktif
obat, dan keterjangkauan harga obat. Proses revisi formularium dilaksanakan sesuai
mekanisme yang disepakati antara ketua, sekretaris, dan seluruh anggota FT. Revisi
formularium dilaksanakan setiap tahun. Demi menjamin pengendalian nilai
persediaan obat, maka ditetapkan kriteria obat yang masuk dalam formularium
terdiri dari 1 obat generik, 3obat me too dan jika penggunaan obat tertentu sangat
tinggi, dimungkinkan atau maksimal jumlah produk per item zat aktif adalah 4 obat
me too dan 1 obat generik bila obat original tidak dikehendaki masuk formularium.
Dalam masa berlaku formularium, bila ada penemuan baru yang menyangkut
efektivitas keamanan obat (ESO), dimungkinkan dilakukan penambahan dan
pengurangan obat. Kriteria penambahan atau pengurangan obat dari formularium
mengikuti mekanisme yang disepakati dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi,
dipimpin oleh ketua TFT. Mekanisme dituangkan dalam SPO. untuk mensukseskan
gerakan patient safety, maka proses seleksi harus memperhatikan masalah look
alike and sound alike (LASA) demi mencegah medication error pada tahapan yang
sedini mungkin. Obat LASA harus dikendalikan keberadaannya. Apoteker Rumah
Sakit Islam Ar Rasyid harus mengkomunikasikan temuan baru dalam pelayanan
yang berkaitan dengan identifikasi obat LASA. Untuk pasien JKN Tanggungan
PT. BPJS, obat yang digunakan untuk pengobatan pasien berdasarkan
Formularium nasional yang sudah diseleksi oleh tim ahli dan digunakan secara luas
untuk pasien JKN seluruh Indonesia. Ada mekanisme pengawasan penggunaan
obat dan kesesuaiannya terhadap formularium Rumah Sakit Islam Ar Rasyid.
Masalah yang timbul selama penerapan formularium pada tahun berjalan
akan menjadi bahan evaluasi pada proses revisi formularium tahun mendatang.
Apabila dokter memberikan obat diluar formularium untuk kasus khusus, demi
kesembuhan pasien atau pertimbangan finansial tertentu, obat tersebut akan
diadakan dengan sistem pembelian khusus. Assement untuk penetapan kekhususan
kasus pasien dilakukan oleh apoteker klinis dan atau Kepala Instalasi Farmasi.
Ketentuan pembelian obat diluar formularium ditetapkan dengan SPO

2. Peresepan (Ordering) dan telaah (transcribing)

Pelayanan obat berdasarkan resep yang sah sesuai dengan jenis, kekuatan,
jumlah dan bentuk sediaan sesuai yang tertulis. Resep rawat jalan yang diterima
adalah resep internal Rumah Sakit Islam Ar Rasyid (Poliklinik, IGD, Rawat Inap)
dan resep rumah sakit lain /umum yang karena mengingat
kepentingan/keselamatan pasien harus diberikan, atas persetujuan kepala instalasi
Farmasi. Resep dianggap sah apabila mencantumkan data pasien secara lengkap,
jenis, kekuatan, jumlah obat secara lengkap dan informasi khusus seputar
penggunaan obat Ketentuan penulisan resep yang lengkap/ditetapkan pada
Pedoman Pelayanan. Untuk obat-obat tertentu yang membutuhkan data berat badan
atau Body Mass Index (BMI), seperti pada resep anak dan resep pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, maka pada lembar resep harus dicantumkan data tersebut,
untuk mengatisipasi upaya penyalahgunaan obat narkotik dan psikotropika, maka
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ar Rasyid tidak menerima resep narkotik dan
psikotropika dari dokter luar Rumah Sakit Islam Ar Rasyid. Dokter penulis resep
memberi tekanan penulisan resep tertentu yang ditengarai look a like and sound
a like (LASA) dengan obat lain. Ketentuan akan tata cara penulisan yang
menjamin keamanan pelayanan diatur pada Pedoman Pelayanan. Penulisan resep
narkotik seperti Durogesic patch, morphin, fentanil dan petidin hanya oleh
dokter spesialis anestesi atau dalam keadaan tertentu dimana dokter spesialis
penanggung jawab pasien tidak bisa dihubungi, resep narkotika tertentu ditulisoleh
dokter IGD dan disetujui untuk dilayani oleh apoteker. Jika ada resep bermasalah
yang berhubungan dengan keabsahan resep harus dirujuk kepada dokter penulis
resep atau apoteker yang bertugas. Permintaan obat rawat inap ditulis oleh dokter
yang merawat (DPJP) atau dokter Penanggung jawab rawat inap pada lembar
resep. Permintaan obat melalui telepon harus segera diikuti dokumen permintaan
secara tertulis sebagai dasar pelayanan resep. Dalam keadaan khusus, dimana
pasien membutuhkan obat tambahan, maka dokter penanggungjawab rawat inap
diperkenankan menuliskan permintaan obat untuk pemakaian sampai dengan saat
visit dokter berikutnya. Termasuk obat narkotika dan psikotropika.Setiap dokter
baru harus diperkenalkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk diminta contoh
tanda tangan dan paraf. Contoh tanda tangan dan paraf disosialisasikan kepada
seluruh petugas pelayanan farmasi. Permintaan obat dan perbekalan kesehatan bisa
dilakukan perhari atau sesuai kebutuhan pasien menurut dokter yang merawat,
dituliskan pada resepatau kartu obat.Selama dirawat, satu pasien memiliki satu
kartu obat yang mencatat semua obat yang dipergunakan sejak masuk sampai
keluar rumah sakit. Jika obat yang tertulis dalam resep adalah obat diluar
formularium, maka untuk obat dengan zat aktif sama, diganti dengan obat yang
tersedia (lain pabrik) dengan melaluin proses konfirmasi pada dokter
penanggungjawab. untuk Zat aktif berbeda, dikomunikasikan dengan dokter
penulis resep, apakah bisa diganti dengan obat yang sesuai formularium atau jika
kondisi mengharuskan, bisa dibelikan di apotik rekanan (jalur pengadaan non
formularium). Resep dari IGD atau resep CITO harus didahulukan terutama jika
berisi sediaan injeksi atau alat alat kesehatan yang akan segera digunakan.
Pengembalian obat (retur) akan diterima apabila pasien alergi terhadap obat
tersebut, pasien meninggal, penghentian penggunaan obat yang secara klinis tidak
mendukung terapinya lagi dengan persetujuan dokter penulis resep.Obat yang
dikembalikan pasien dapat diterima jika memenuhi syarat & kemasan dalam
blister (bukan los), belum mencapai waktu kadaluwarsa, kondisi fisik obat (bukan
racikan) masih baik.
Bagi pasien peserta JKN, jenis obat yang dilayani sesuai Formularium
nasional (Fornas). Jika untuk kepentingan pasien, bisa menggunakan obat standar
Formularium nasional. Selanjutnya jika kondisi mengharuskan penggunaan obat
selain ketentuan di atas maka kebutuhan obat dapat dilayani dengan persetujuan
dokter pengendali sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit Islam Ar Rasyid.
Kompetensi profesi terkait pelayanan resep harus selalu dibangun, terutama dalam
aspek menterjemahkan tulisan dokter sebelum resep dilayani. Pola-pola penulisan
resep dokter yang rentan menyebabkan medication error dicatat dan
dikomunikasikan dalam forum khusus bersama bidang pelayanan medis. Data yang
ada dianalisa bersama sebagai dasar penetapan prosedur penulisan resep yang
aman. Jika tulisan dokter pada resep sulit dibaca, petugas harus meminta
pertimbangan dari petugas lain. Jika tetap tidak terbaca, demi mencegah KTD
maka petugas harus menghubungi dokter penulis resep. Dalam hal dokter sulit
dihubungi, maka petugas farmasi harus mengkomunikasikannya kepada perawat di
ruang perawatan terkait dan melihat berkas rekam medis pasien.

3. Pemberian obat kepada pasien atau Administrasi

Penyerahan obat di farmasi rawat jalan dilakukan oleh apoteker atau tenga
teknis kefarmasian (TTK) yang kompeten. Dalam keadaan belum terpenuhinya
jumlah apoteker sesuai standar yang ditetapkan pemerintahan, maka tugas
penyerahan obat bisa dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian ( TTK) yang
kompeten. Hanya apoteker dan TTK yang telah memiliki SIPA dan SIKTTK yang
bisa menjalankan praktek kefarmasian di instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Ar
Rasyid. Penyerahan obat harus disertai informasi yang jelas, lengkap tanpa
melanggar etik farmasi maupun kedokteran, mengarah pada terwujudnya kepatuhan
pasien. Pelayanan konsultasi obat dilaksanakan oleh apoteker untuk kepentingan
pasien atau jika pasien menghendaki. Obat diserahkan kepada pasien melalui
proses kontrol di beberapa tahap dispensing di farmasi untuk memastikan
kebenaran obat resep disertai informasi penggunaan obat. Pasien yang
mendapatkan warfarin, obat dengan alat khusus, ibu hamil dan menyusui perlu
mendapatkan penjelasan khusus oleh apoteker untuk memastikan penggunaan yang
benar dan aman. Proses konseling harus didokumentasikan dan dimonitor
pencapaian sasaran mutu berdasarkan standar yang ditetapkan.semua pencatatan
dilaksanakan sebagai dokumentasi proses layanan untuk kepentingan pelaporan
dan pengambilan keputusan manajemen. Sistem informasi manajemen di Rumah
Sakit Islam Ar Rasyid dikembangkan untuk meningkatkan validitas hasil laporan
dan efisiensi sumber daya di rumah sakit.petugas kesehatan lain (dokter, perawat
,dll) membutuhkan informasi/edukasi. Tentang obat dan perbekalan farmasi
lain, maka apoteker dan tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab untuk
menjalankan fungsi tersebut. Program edukasi diharapakan akan
meningkatkan mutu layanan patient safety dan meningkatkan kepuasan pasien.
Dalam keadaan jumlah apoteker belum memenuhi standar, maka pemberian obat
parenteral dan non parenteral di ruang perawatan pasien dilaksanakan oleh perawat.
Kompetensi perawat yang dapat melakukan pemberian obat ini ditetapkan oleh
bidang perawatan. Obat-obat High Alert yang tersedia di ruang perawatan adalah
obat dalam konsentrasi yang aman untuk digunakan.Pemberian obat high alert
tertentu oleh perawat yang kompeten dapat didampingi oleh apoteker, untuk
memastikan keamanan penggunaannya. Pelayanan informasi obat harus tersedia
selama obat digunakan dirumah sakit merupakan syarat akreditasi. Standar
Pelayanan Farmasi rumah sakit menetapkan Pelayanan informasi obat (PIO) salah
satu syarat penyelenggaraan farmasi rumah sakit.

4. Pemantauan (monitoring)

Apoteker bertanggung jawab memperhatikan diagnosa dan kebutuhan khusus


pasien pada saat melakukan assessment respon pasien setelah mendapatkan
pengobatan dan apabila diperlukan mengusulkan intervensi. Apoteker secara
proaktif melakukan assessment terhadap problem pengobatan yang dihadapi pasien
dan assesmen lain dalam hal :
a. Ketepatan terapi dari regimen pengobatan pasien.
b. Duplikasi terapi dan kesalahan dari regimen pengobatan pasien.
c. Ketepatan dosis pengobatan, meliputi ; rute, metode dan frekuensi pemberian
d. Tingkat ketaatan pasien terhadap regimen obat yang diresepkan
e. Interaksi obat-obat; obat-makanan, obat-penyakit obat-data lab
f. Efek samping obat dan efek merugikan lain akibat penggunaan obat
g. Interaksi alergi

Efek yang tidak diharapkan yang berkaitan dengan obat (Drug Related
Problem/ DRP) harus dimonitor, dicatat pada rekam medik pasien dan jika termasuk
dalam kriteria KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera)
harus dilaporkan menggunakan form yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Ar Rasyid
segera setelah kejadian diidentifikasi (maksimal 2 x 24 jam). Apoteker berkolaborasi
dengan perawat (selama jumlah apoteker klinik diruang perawatan belum memenuhi
standar) bertanggung jawab melakukan proses monitoring, pencatatan dan pelaporan
KTD, KNC secara periodik dianalisa dan diambil tindakan perbaikan sistem
untukmeminimalkan angka kejadian.

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk :


1. Memastikan proses pelayanan selaras dengan upaya pencapaian visi dan misi
Instalasi Farmasi, terlaksana sesuai lingkup layanan yang sudah ditetapkan yang
harus senantiasa dikembangkan sesuai kebutuhan pasien dan perkembangan sistem
kesehatan yang berlaku.
2. Memastikan Continuous improvement : pengembangan, implementasi, evaluasi,
update rencana dan aktivitas untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan lingkup layanan
di Instalasi Farmasi.
3. Untuk memastikan pengembangan proses penggunaan obat yang amandan efektif.
4. Memastikan kecukupan sumber daya baik sumber daya manusia maupun financial
untuk memenuhi ketentuan kebutuhan pelayanan farmasi yang optimal.
5. Memastikan bahwa pelayanan farmasi kepada pasien dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yang berlakudan standar pelayanan kefarmasian.

14
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai