Perdata Internasional
Perdata Internasional
NPM : 010114176
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW karena berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas Hukum Perdata Internasional. Tugas
ini dimaksudkan untuk menyempurnakan salah satu tugas mata kuliah yang
dibimbing oleh dosen yang bernama Anyuta Mursini S.H., M.H . Kita sering
mendengar tentang Hukum Perdata, namun, hukum perdata pun tidak hanya
mencakup mengenai lingkup Nasional saja namun juga terdapat lingkup
Internasio nya. Pada kenyataannya masih banyak orang yang belum memahami
tentang Perdata Internasional dan apa saja pembahasan disalamnya,
Tugas ini sesungguhnya dibuat sebagai pemenuhan tugas Hukum Perdata
Internasional yang dibuat secara lebih ringkas namun juga menyuluruh. Dalam
pembuatan serta penyusunan tugas ini mungkin masih banyak kesalahan, baik
dalam segi bahan, pembahasan, tampilan maupun tehnik. Tapi kami telah
mengusahakan yang terbaik dalam penyusunan dan penyelesaiannya. Akhir kata
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya. Kami
dengan senang hati menerima kritik, saran dan pendapat yang bersifat
membangun guna meningkatkan kualitas materi kami lebih baik lagi.
Bogor, Mei 2017
Daftar Isi
A. Renvoi (Penunjukan Kembali)
Merupakan suatu teori yang terdapat dalam Hukum Perdata Internasional
dimana seringkali juga disebut dengan penunjukan kembali. Renvoi atau
penunjukan kembali ini akan timbul apabila terdapat keanekaragaman warna
sistim HPI. Seperti yang kita tahu bahwa setiap Negara Nasional di dunia
mempunyai sistim HPI nya sendiri-sendiri. Salah satu persoalan penting
berkenaan dengan status personil ialah apakah status personil itu ditentukan
menurut prinsip Nasionalitas atau prindip domisili. Berhubungan dengan
adanya dua sistim yang berbeda ini, maka timbullah masalah Renvoi.
Renvoi memiliki hubungan dengan beberapa teori yaitu :
1. Kualifikasi
Renvoi memiliki hubungan yang erat dengan persoalan kualifikasi.
Hubungan erat tersebut ialah Renvoi juga dapat dianggap sebagai
kualifikasi yaitu mengenai kualifikasi hukum asing. Bagaimana cata untuk
mengkualifikasikan, mendefiniir atau mengklasifikasikan istilah hukum
asing tersebut. hal itu merupakan pokok persoalan dari Renvoi maupun
masalah kualifikasi seringkali dibicarakan secara bersamaan dan kedua-
duanya merupakan bagian dari ajaran pokok HPI atau basic theories
(Allgemeine Lehren) HPI.
Kualifikasi merupakan bentuk penyalinan atau translation mengenai
fakta-fakta yang ada didalam istilah-istilah hukum. Dimana fakta-fakta
tersebut dimasukkan kedalam kotak-kotak hukum, kelas-kelas, ruang-
ruang atau kamar-kamar atau bagian-bagian hukum yang sudah tersedia.
Kembali kepada Renvoi, seperti yang dikatakan diatas bahwa Renvoi
merupakan kualifikasi mengenai hukum asing dimana apa yang diartika
dengan hukum asing itu. Jika sistim HPI menunjuk kepada berlakunya
hukum asing, apakah berarti bahwa hukum intern dari Negara
bersangkutan yang harus diberlakukan atau lebih luas lagi, juga termasuk
didalam penunjukan kaidah-kaidah HPI nya
2. Istilah
Renvoi atau Penunjukan kembali memiliki banyak istilah yang
digunakan dari zaman dahulu hingga sekarang yaitu Renvoi au premier
degree atau partial or single renvoi (Perancis), Ruckverweisung, Renvoi
ersten Grades (Jerman), Remission remitting, reference back remittal
(Inggris, USA), rinvio indrieto (Italia), terugwijzing, terugverwijzing
(Belanda).
3. Renvoi dan sifat assosiasi dari HPI
Masalah renvoi ini memiliki hubungan erat dengan persoalan prinsioil,
apakah HPI merupakan hukum yang supra nasional, maka tentunya tidak
ada tempat untuk renvoi. Kaidah-kaidah HPI yang termauk sistim tata
tertib supra nasional mempunyai kekuatan hukum dengan tidak
menghiraukan apakah pembuat Undang-Undang Nasional mengoper atau
menolak renvoi kaidah-kaidah HPI menurut pandangan ini berasal
daripada tata tertib hukum yang yang lebih tinggi dari pembuat Undang-
Undang Nasional. Maka HPI yag bersifat supra nasional inilah yang selalu
berlaku.
4. Kontroversi renvoi
Dalam masalah renvoi ini terdapat beberapa kelompok yang
mendukung maupun menolak adanya renvoi. Kelompok yang
menamakan dirinya sebagai anti renvoi berpendapat bahwa
a. doktrin renvoi merupakan tidak logis atau illogical karena apabila kita
menerima renvoi akan terjadi suatu penunjukankembali secara terus
menerus dengan tidak henti-henti nya reffering back at infinitum
hingga akan terjadi inextricable circle, circulus vituosus, vicieuze
elrkel, vicious circle, Internasionale pingpong atau so Soiegel-kabinet,
dan yang lainnya. Dimana arti dari semua ini adalah tidak aka nada
suatu penyelesaian karena terus menerus akan seperti orang main
pingpong karena bolanya terus dan tidak akan putus.
b. Renvoi merupakan bentuk penyerahan kedaulatan legislatif yang
merupakan virtual capitulation dari kaidah-kaidah HPI (choice of
law’s rules) seolah-olah kita merekapitulasi kaidah-kaidah nasional
untuk kaidah-kaidah asing. Kaidah-kaidah asing mengantikan kaidah
sendiri (souvereinitas hukum sendiri dibahayakan).
c. Renvoi membawa ketidakpastian hukum sehingga apabila diterima
maka penyelesaian HPI akan menjadi samar-samar dapat berjalan
kesegala jurusan (ambiguous) dan tidak kokoh, tidak stabil (belum
uitgebalanceered). Dengan demikian maka secara teoritis dan praktis
akan diperoleh kesulitan-kesulitan kalau kita menerima renvoi
tersebut.
1. Sepasang suami istri yang menikah sebelum tahun 1870 yang berdomosili di
malta (Jajahan Inggris)
2. Setelah pernikahan mereka pindah ke ajasair ( jajahan perancis ) &
memperoleh perancis
3. Suami membeli sebidang tanah di perancis
4. Setelah suami meninggal si istri menuntut ¼ bagian dari hasil tanah ( usufruct
right )
5. Perkara diajukan dipengadilan perancis (aljasair)
Dari fakta tersebut diatas terlihat titik taut ( connecting factors ) antara
lain :
1. Inggris (malta) adalah Locus Celebrationis (tempat diresmikannya
perkawinan dengan demikian hukum yang berlaku adalah hukum dimana
perkawinan itu diresmikan) sehingga hukum inggris relevan ( sesuai ) =
(tptdupas) sebagai lex loci celebrationis (menjadi hukum dari tempat
diresmikanya suatu perkawinan )
2. Perancis ( aljasair ) adalah hukumnya relevan sebagai
Domisilli (lex domicilli)adalah hukum dari tempat kediaman seseorang
Nasionalitas (lex patriae) pasal 16 AB
Hukum dari tempat seseorang menjadi warga Negara
Situs benda (lex situs) pasal 17 AB
Hukum dari tempta dimana suatu benda berada
Locus Forum (Lex Fori)
Hukum dari tempat kejadian yang menyelesaikan perkara
Cara Penyelesaian Perkara Kasus anton vs bartolo melibatkan 2 sistim
hukum yaitu : Ketentuan HPI perancis & ketentuan HPI inggris
Sedangkan kedua ketentuan ini terdapat kesamaan sikap yakni sbb
1. Masalah pewarisan tanah harus diatur oleh hukum dari tempat dimana
tanah berada atau terletak (pasal 17 AB) asas lex rei sitag
Pasal 16, 17 AB berlaku didunia
2. Hak-HAK seorang janda yang timbul/lahir karena perkawinan
(matrimonial right = hukum janda ) harus diatur berdasarkan hukum dari
tempat para pihak berdomisili pada saat perkawinan diresmikan (asas lex
loci celebrationis)
B. Buku
Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia. Prof.Dr. S. Gautama S.H.
C. Lain-lain
https://rennymagdawiharnani.wordpress.com/sih/hukum-perdata-
internasional-hpi/
A. Renvoi
Penunjukan kembali aray penunjukan lebih lanjut oleh kaidah HPI oleh
kaidah HPI lex fori. Penunjukan diarahkan ke kaidah HPI asing yang dianggap
relefan dengan perkara yang sedang dihadapi. Agar perkara dapat diputuskan
dengan cara yang seharusnya perkara diadili. Agar tercipta keseragaman
dalam penyelesaian perkara HPI.
B. Ketertiban Umum
Seberapa jauh pengadilan memperhatikan, mentaati, dan mengakui
berlakunya hukum asing/hak-hak yang diperoleh. Hak-hak yang diperoleh
dapat dikesampingkan dengan alasan demi ketertiban umum. Jika
pemberlakuan hukum asing/hak-hak yang telah diperoleh dapat menimbulkan
akibat-akibat berupa pelanggaran terhadap sendi-sendi pokok hukum
setempat. Semua kaidah hukum setempat yang dibuat untuk melindungi
kesejahteraan umum harus didahulukan. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip
keadilan yang mendasar. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik.
Bertentangan dengan tradisi yang sudah mengakar.