Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEBUNGHATTAN

“PEMIKIRAN BUNG HATTA TENTANG


KEMERDEKAAN”

Kelompok 3
Gita Ariya Maharani 2010015111014
Amelke Fitria 2010015111023
Sandy Akbar 2010015111045
Muhammad Mahadir 2010015111050
Muhammad Ilham Dzurrahim 2010015111055

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


MATAKULIAH KEBUNGHATTAAN
UNIVERSITAS BUNGHATTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mohammad Hatta, merupakan tokoh paling berpengaruh di Indonesia. Beliau
memiliki berbagai macam pemikiran dan tujuan untuk membangun negara yang
damai dan tentram dari penindasan dan penjajahan. Pola pikir Hatta yang sangat
luas akan bangsa ini sudah ada sejak ia masih kecil, hingga ia bersekolah di
Belanda, dan membangun gerakan untuk kemerdekaan Indonesia. Pergerakan
perjuangan tersebut tetap di gaungkan hingga, beliau menjadi Wakil Presiden
Pertama di Indonesia. Dikarenakan pemikiran Hatta ini, maka menjadi landasan
untuk perjuangan anak muda untuk generasi sekarang. Lantas bagaimana
perjalanan Hatta selama ini untuk memperjuangan Kemerdekaan Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana perjalanan Bunghatta dalam Pergerakan Kemerdekaan Indonesia
di tanah belanda?
b. Bentuk Perjuangan Bunghatta setelah kembali ke Tanah Air
c. Peristiwa apa saja yang terjadi selama Hatta menentang kebijakan Belanda

C. TUJUAN
Tujuan peembahasan ini adalah untuk mengetahui seberapa pentingnya sosok
Hatta bagi indonesia, dan memberikan jiwa Nasionalisme yang tinggi untuk
membangun negara Indonesia kembali, supaya tidak terpecah belah, dan
memberikan semangat akan keyakinan, bahwasanya harapan dapat terkabul.
BAB II
ISI
A. SEMANGAT KEMERDEKAAN MOH HATTA DI BELANDA

a. Perhimpunan Indonesia
Di Belanda ketika itu sedang ada gerakan organisasi yang bernama
Indische Vereniging (perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908), yang
awalnya merupakan organisasi sosial, tetapi kemudian beralih menjadi
organisasi politik yang pada 1924. Lalu Indische Vereniging berganti nama
menjadi Indonesische Vereeniging atau lebih kita kenal dengan “Perhimpunan
Indonesia”.
Pada tahun 1926, Mohammad Hatta menjadi ketua Perhimpunan
Indonesia, yang dimana ketika pidato penerimaannya, Hatta menyuarakan
masalah penjajahan merupakan sifat sekarah pihak Barat untuk mendapat
keuntungan dengan cara memanfaatkan hasil negri jajahan mereka.
Selama masa kepemimpinan Hatta di PI, banyak perubahan untuk maju.
Mulai dari penerbitan majalah, Hindia Poetra. Pada tahun 1924, majalah
Hindia Poetra berganti nama menjadi Indonesia Merdeka, majalah ini
banyak berisi saran dan kritikan terhadap Pergerakan Nasional di
Indonesia. Pada tahun yang sama Hatta mewakili PI dalam Kongres
Demokrasi Internasional, untuk perdamaian di Bierville, Prancis. Pada
kongres tersebut Hatta mampu meyakinkan para negara lain, untuk
memanggil “Indonesia” bukan “Hindia Belanda”. Pada Delegation
Asiatique, Hatta menyampaikan resolusi yang dimana berisi tentang
kebebasan atau hak untuk setiap negara merdeka.
Setahun setelah itu, Hatta dan beberapa rekannya di PI di tangkap
karena tuduhan organisasi terlarang. Namun setahun setelah di penjara
mereka di bebaskan karena ada 3 orang kuasa hukum dari belanda yang
membantu Hatta atas tuntutan tersebut.
b. Kongres Liga Internasional
Perjuangan Hatta tidak sampai disitu saja, ketika selepas dari penjara,
Hatta, mengikuti Kongres Liga Internasional yang pertama. Hasil dari
kongres ini adalah membentu komisi yang dimana bertugas untuk,
memantau pulau Jawa dan Sumatera. Lanjut kepada Kongres Liga
Internasional yang ke-2, yang dimana kondisi kongres mulai goyah yang
dimana, pemecatan beberapa tokoh termasuk Hatta, yang dimana dituding
sebagai reformis nasional. Hatta menulis sebuah catatan yang berisi
tentang, ketidak mampuan kongres untuk mewujudkan cita cita untuk,
kemerdekaan bangsa yang tertindas dari jajahan.

c. Liga Wanita Internasional

Usaha Mohammad Hatta memperkenalkan Indonesia di Eropa tidak


berhenti disitu saja. Ia berpidato tentang Indonesia pada Liga Wanita
Internasional untuk perdamaian dan kemerdekaan yang diadakan di
Gland, Swiss. Dalam pidato itu Mohammad Hatta mengemukakan
penderitaan rakyat Indonesia karena penajajahan. Dalam pidatonya ini,
Hatta lebih menjelaskan pergerakan nasional, hambaatan yang dialami
dari pihak Belanda, dan cita-cita kemerdekaan.

B. SEMANGAT KEMERDEKAAN HATTA DI INDONESIA


a. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia
Perjuangan Hatta di tahan air tidaklah semulus yang dikira, dikarenakan
perbedaan pola pikir Hatta dan Soekarno. Pandangan Hatta tentang gerakannya
yang non-koperasi dengan pihak Belanda yang berarti, Hatta menolak duduk di
dewan perwakilan yang dibuat oleh kolonial. Lalu terjadi perdebatan di Indonesia
yang dimana Hatta ditawarkan menjadi anggota Parlemen Belanda. Akan tetapi
Hatta menolak dan kekeh akan pendiriannya, akan tetapi pemberitaan di
Indonesia sudah mengatakan Hatta menerima kedudukan tersebut, hingga PNI
dan Soekarno menuduh Hatta tidak konsisten dan non-kooperatif.
Pada tahun 1927 yang dimana Soekarno aktif dalam lembaga PPPKI
(Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia), yang
dimana Hatta kembali berbeda pikiran dengan Soekarno dengan menegaskan,
bahwasanya PPPKI tidak begitu penting dalam perjuangan bangsa Indonesia, dan
Hatta juga mengkritik PNI yang belum berhasil mebuat kader, melainkan
mengutamakan penggalangan massa.

b. Terbentuknya PNI baru


Pada tahun 1930, yang diamana Soekarno tertangkap oleh belanda, dan pada
1931, PNI dibubarkan oleh Sartono. Partai PNI berganti nama dengan Partai
Indonesia, dan Soekarno juga bergabung dengan partai tersebut. Pada tahun yang
sama pengikut Hatta mendirikan Golongan Merdeka atau Pendidikan Nasional
Indonesia, yang dimana dikenal dengan PNI baru.
Hatta yang dimana sudah meraih studinya di Belanda, datang kembali ke
indonesia dengan memberi kursus kader pada Djakarta dan Bandung setiap tiga
kali dalam satu minggu. Hingga Hatta membawa ini ke ranah Minang, yang
dimana Hatta menyampaikannya di ceramah ceramah, hingga pihak Kolonial
Belanda menjatuhkan sanksi kepada Hatta untuk tidak bersuara kepada beberapa
tempat yang sudah di tandai. Hatta tetap tetap menyerukan PNI baru kebeberapa
penjuru hingga di terima disana.

C. SEMANGAT KEMERDEKAAN HATTA SELAMA MASA


PEMBUANGAN

a. Awal Mula Pengasingan


Pada tahun1934, Belanda menaruh kecurigaan kepada PNI baru yang
dimana Belanda mengangap gerakan ini bertujuan untuk gerakan nasionalis
lebih berbahaya dari agitasi massa. Belanda mengambil tindakan dengan cara,
menahan Hatta dan beberapa anggota PNI baru. Hatta dan para tahanan
lainnya di asingkan di Tanjung Periok, selama disana para pengasingan di
awasi oleh para militer belanda.
Semenjak di tahan dengan pengawasan dari belanda, Hatta mulai
mencari kegiatan dengan menulis dan bercocok tanam, Hatta yang memiliki
jiwa nasionalis yang tinggi, pernah di tawari oleh belanda untuk bekerja sama
dengan kolonial dengan segala ancaman, Hatta tetap tegar akan pendiriannya
dan tidak mau bekerja sama dengan kolonial, hingga didalam pengasingan
Hatta juga memberi pendidikan soal politik.

b. Hidup Di Perasingan
Pada 1936 Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira. Banda
memberikan lingkungan hidup yang lebih damai bagi Hatta, walaupun masih
dalam pembuangan. Ia pun tidak terlalu terpaksa bercocok tanam selama di
Banda. Selama hidup di perasingan Hatta selalu menulis bulanan, tulisan
tulisan ini di tulis dengan bahasa belanda dengan ditujukan untuk orang
golongan atas.
Pada awal tinggal disana belanda memperingati untuk menghindari 2
orang ini yang dikenal dengan “Kaum Merah”. Namun karena budi pekerti
dan hati yang baik, para masyarakat mulai mereka berdua di lingkungan
tersebut.
Hatta juga tertarik dalam kegiatan pendidikan. la menggabungkan diri
dengan Sjahrir untuk mengajar kelas anak-anak yang lebih besar, termasuk
anak- anak Dr. Tjipto dan dua orang lulusan MULO dari Minangkabau, yang
dikirim supaya belajar di bawah bimbingan Hatta. Namun, setiap kali ada
gagasan untuk mengembangkan kegiatan pengajaran mereka menjadi sebuah
sekolah nasionalis.

D. SEMANGAT KEMERDEKAAN HATTA DI PENDUDUKAN JEPANG


Pada saat Perang Pasifik, Belanda mampu dipukul mundur oleh
Jepang. Ketika itu jepang berusaha untuk bergabung bersama indonesia untuk
merebut hati rakyat Indonesia. Maka dari itu Jepang memanggil beberapa
tokoh nasional yang terpilih. Karena Hatta memiliki jiwa nasional yang
sangat tinggi, ketika Hatta berpidato di lapangan Ikada, Hatta melanturkan
sebuah pidato yang membuat kecurigaan pihak jepang terhadap Hatta.
Kekecewaan Hatta terhadap Jepang mulai timbul yang dimana
beberapa negara di luar indonesia seperti , Filiphina sudah merdeka,
sedangkan Indonesia masih dijanjika. Kekecewaan ini di ungkapkan Hatta
kepada Aoki, yangdimana Hatta meminta untuk pengibaran kembali Bendera
Merah Putih dan kembali menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu
nasional.

Perjuangan untuk kemerdekaan itu kemudian dipusatkan pada Pusat


tenaga Rakyat (POETRA) yang dipimpin oleh empat serangkai: Soekarno
sebagai pemimpin besar, Hatta sebagai direktur jendral, Ki Hadjar
Dewantara sebagai kepala bagian pengajaran, dan K.H. Mas Mansyur dari
Muhammadiyah sebagai kepala bagaian keselamatan masyarakat.
Pemerintah Jepang mengharapkan tugas Poetra dapat meruntuhkan sekutu
dan menambah hasil bumi. Poetra sendiri memiliki cita-cita kemerdekaan
Indonesia sebagai tujuan pokok bangsa. Disamping itu, Poetra berusaha juga
mengubah sistem pendidikan warisan Belanda menjadi sistem yang lebih
cocok untuk Indonesia dan Hatta juga turut memberikan sumbangan pikiran
dalam hal ini.

E. MENUJU KEMERDEKAAN INDONESIA

a. BPUPKI
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) dibentuk pada 28 Mei 1945, badan ini bertugas untuk menyusun
semua persiapan kemerdekaan Indonesia.
Hatta berperan dalam empat hal yaitu soal dasar Negara, soal bentuk

Negara, soal hak asasi, dan soal ekonomi.

Dalam hal yang pertama, Hatta tidak terlalu banyak berbicara, yang

banyak berlawanan pendapat ketika itu adalah Soekarno di satu pihak dan

Abdul Kahar Muzakir serta Wacid hasjim di pihak lain terutama soal pidato

Soekarno tentang Pancasila tanggal 1 Juni.24 Tetapi pertemuan pada 22 Juni

yang mengumpulkan beberapa orang anggota BPUPKI terutama panitia-9

(panitia yang beranggotakan sembilan orang yang bertugas untuk

merumuskan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945)

yang menghasilkan Piagam Jakarta.

Dalam hal bentuk Negara, Hatta dikenal sebagai pendukung Negara

serikat atau federasi, tetapi ia tidak mengemukakannya di dalam sidang.

Dalam hal daerah-daerah , Hatta mengemukakan perlunya otonomi luas bagi

daerah, apalagi dengan ribuan pulau yang tersebar serta suku yang sangat

beragam. Soal ketiga yang menyangkut hak-hak asasi, Hatta berhadapan

dengan pihak-pihak yang terpengaruh oleh perang duinia ke-2. Soekarno

termasuk didalamnya yang tidak suka dengan hak-hak asasi tersebut karena

mengandung paham individualism dan liberalisme. Hatta memiliki

pandangan bahwa hal-hal yang mendasar dari hak- hak asasi perlu masuk ke

dalam UUD. Menurutnya, hak-hak asasi tidak ada hubungannya dengan

individualisme atau liberalisme. Pada akhirnya pendapat Hatta diterima

sidang dan dimasukan dalam Pasal 27 UUD 1945.

b. Rengasdengklok
Kabar dari Terauchi ini tentu saja membawa kegembiraan bagi

bangsa Indonesia tak terkecuali para tokoh Indonesia. Perang Pasifik sudah

berakhir dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu. Mengenai kekalahan

jepang ini, Hatta dan Soekarno mendapat kabar dari Sjahrir, pihak Jepang

sendiri tidak memberitahukan tentang hal ini. Sjahrir yang selama

pendudukan Jepang lebih banyak menyendiri, dan dikabarkan bekerja di

bawah tanah menghubungi Soekarno dan Hatta untuk mengusulkan agar

segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa harus berunding

dengan panitia persiapan. Hal ini ditolak oleh Soekarno maupun Hatta yang

merasa tidak dapat mengesampingkan panitia persiapan.

Rapat panitia awalnya akan diselenggarakan pada 16 Agustus, akan

tetapi pada hari itu Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa dengan paksa

oleh para pemudaantara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh yang telah

mendengar desas-desus menyerahnya Jepang atas sekutu. Peristiwa yang

dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok ini dimaksudkan untuk

menghindarkan kedua tokoh ini dari pengaruh Jepang dan mendesak agar

segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Pada akhirnya para pemuda

yang mamaksa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengkolok pun membawa

kembali kedua tokoh ini kembali ke Jakarta pada 16 Agustus malam.


Rapat Panitia Persiapan langsung diadakan malam itu juga di rumah

Admiral Maeda di Jalan Imam Bonjol yang akhirnya menghasilkan teks

proklamasi yang didikte Hatta dan ditulis oleh Soekarno. Teks ini disetujui

oleh Panitia. Menjelang subuh panitia bubar untuk berkumpul kembali di

Jalan Pegangsaan Timur No.56, tempat tinggal Soekarno, untuk menghadiri

Proklamasi Kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan pun dikumandangkan di

Pegangsaan Timur kira-kira pukul sepuluh pagi. Hatta hadir disana

mendampingi Soekarno yang membacakan Teks Proklamasi. Halaman depan

rumah Soekarno pun penuh dengan kerumunan massa yang berkumpul untuk

menjadi saksi sejarah. Kabar mengenai proklamasi ini memang sudah

tersebar luas dari mulut ke mulut.


BAB III
KESIMPULAN

Kiprah Hatta di bidang politik dimulai tahun 1921 saat menetap di

Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air

yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah

merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi

organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi

Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan

Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia

(PI). Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun

1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua

PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan

dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.Pada tahun 1932, Hatta

kembali ke Indonesia dan membangun PNI-Baru bersama Sutan Syahrir. Namun,

akibat kegiatan politiknya tersebut, tiga tahun kemudian beliau dibuang ke Digul,

Banda Naira, dan Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, ia dibebaskan dan ikut

memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan PPKI. Selama Perang Kemerdekaan, ia

pernah menjadi perdana menteri merangkap menteri pertahanan.

Hatta memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik

Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta memproklamasikan Indonesia

Merdeka. Dan Hatta menjadi Wakil Presiden pertama di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai