Dalam dokumenter keduanya sering digunakan dan terkadang dalam batas-batas yang kabur (grey
area)
Dramatic Storytelling
Biasanya lebih mengacu ke character-driven stories:
1. Cerita tentang seseorang yang mengundang simpati
2. Tentang seseorang yang menginginkan sesuatu dengan sangat
3. Sesuatu itu biasanya sulit, tetapi mungkin dilakukan, didapat ataupun dicapai.
4. Dalam prosesnya cerita disampaikan dengan tujuan; dampaknya secara maksimal
menggugah emosi ataupun partisipasi penonton.
5. Cerita semestinya diakhiri dengan tuntas dan memuaskan (ini tidak berarti harus happy
ending)
Seseorang adalah protagonis di mana cerita berpusat, yang memiliki misi untuk dituntaskan sampai
akhir cerita. Terkadang sentral character tidak mesti seseorang; bisa juga kota, kampung, benda,
binatang, dan lain-lain. Pentingnya menemukan sentral character untuk titik berangkat penceritaan
akan membuat topik-topik yang kompleks akan lebih mudah dikelola dan lebih mudah dipahami
penonton.
Worthy Opponent
a. Film yang baik bisa menunjukkan goal yang pantas dari protagonis; sehingga dibutuhkan
lawan yang layak atau pantas juga.
b. Problem umum dari para pembuat film, mereka seringkali melihat faktor lawan hanya dari
satu sisi atau dimensi saja; kalau hero-nya baik maka opponent-nya pasti buruk.
Tangible Goal
Kesulitan utama adalah memformulasikan goal yang mungkin dicapai; ini berarti cara terbaik adalah
meletakkannya pada posisi sesuatu yang kongkret dan realistis. “Fighting racism” atau
“Penyembuhan Kanker” atau “Menumbuhkan kesadaran akan penyakit” mungkin tidak salah, tetapi
tidak cukup spesifik sebagai sebuah objective cerita.