1. Alur Maju
Alur maju, yakni suatu alur yang peristiwa ditampilkannya secara
kronologis, maju, secara berurutan dari tahap awal, tahap tengah,
sampai dengan tahap akhir cerita. Biasanya alur ini sering digunakan
oleh sih penulis pemula, dengan membuat cerita menggunakan alur
ini maka bisa terbangun kebiasaan menulis bagi mereka sebab jika
menggunakan alur ini tidak terlalu sulit dalam mengarang atau
membuat sebuah cerita.
Contohnya :
Misalnya cerpen itu awalnya menceritakan tentang seorang anak kecil
dan berkembang / berakhir saat dia sudah remaja.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : √10 Sistem
Alat Reproduksi Wanita Beserta Fungsi Dan Bagiannya
2. Alur Mundur
Alur mundur, adalah suatu alur yang ceritanya dimulai dengan
penyelesaian. Alur ini sering ditemui pada sebuah cerita yang
memakai setting waktunya pada masa lampau. Sih penulis yang
memakai alur ini haruslah pintar-pintar dalam menyusun ceritanya
agar tidak membuat pembacanya menjadi kebingungan.
Contohnya :
cerita tentang seorang mantan veteran yang membayangkan kisah
hidupnya di masa muda.
3. Alur Campuran
Alur campuran adalah suatu alur yang diawali dengan klimaks dari
cerita, yang kemudian melihat lagi masa lalu atau masa lampau dan
diakhiri dengan sebuah penyelesaian dari cerita tersebut. Alur ini akan
mudah digunakan dalam pembuatan cerita, jika sih pengarang cerita
mengerti cara mengatur plot ceritanya.
Contohnya :
bisa di ambil dari cerita The Bourne Identity, di mana cerita diawali di
tengah-tengah, saat Jason Bourne tidak ingat siapa dirinya.
Penahapan Plot Menurut Pandangan Klasik
2.Tahap Tengah
Tahap tengah sebuah cerita sering juga disebut sebagai tahap
tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah mulai dimunculkan
pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin
menegangkan, hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau
klimaks.
a. Konflik eksternal
Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia
dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi
menjadi dua macam. Konflik elemental, yaitu konflik yang terjadi
akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam; manusia
lawan alam.
Misalnya saja konflik yang timbul akibat adanya banjir besar, gempa
bumi, gunung meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi
disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang
muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia.
konflik sosial bisa terjadi antara manusia lawan manusia atau manusia
lawan masyarakat. Misalnya saja berupa masalah penindasan,
peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap adat
lama, dsb.
b. Konflik Internal
Konflik Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa
seorang tokoh cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia.
Manusia lawan dirinya sendiri. Misalnya saja konflik yang terjadi
akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan
yang berbeda, harapan-harapan dan masalah-masalah lainnya.
3.Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan
peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari
klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah
atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks.
Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua:
penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka.
1. Plausibilitas (Keterpercayaan)
Plausibilitas memiliki pengertian suatu hal yang dapat dipercaya
sesuai dengan logika cerita. Plot sebuah cerita harus memiliki sifat
plausibel atau dapat dipercaya oleh pembaca. Pengembangan cerita
yang tak plausibel dapat membingungkan dan meragukan pembaca.
Suspense (Kekurangpastian)
Suspense memiliki pengertian pada adanya perasaan semacam kurang
pasti terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang
menimpa tokoh protagonis atau yang diberi simpati oleh pembaca.
Sebuah cerita yang baik tentunya harus mampu membangkitkan rasa
ingin tahu pembaca.
Suprise (Keterkejutan)
Plot sebuah cerita yang menarik tidak saja harus mampu
membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, tetapi juga mampu
memberika kejutan atau ketakterdugaan.
Kesatupaduan
Kesatupaduan memiliki pengertian keberkaitan unsur-unsur yang
ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan
acuan, yang mengandung konflik atau pengalaman kehidupan yang
hendak disampaikan. Ada benang merah yang menghubungkan
berbagai aspek cerita sehingga seluruhnya dapat terasa sebagai satu
kesatuan yang utuh dan padu.