Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK ORANG TUA PEMAKSA

DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI


TERHADAP HASIL BELAJAR ANAK

Disusun Oleh :
Nama : Retno Tri Wibawati
NIM : 20505241048
Kelas :B

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memilih program studi kuliah merupakan satu hal yang sangat krusial bagi
anak. Pilihan program studi di perguruan tinggi menentukan sebagian
besar masa depan anak. Namun sayangnya, banyak mahasiswa yang
merasa salah memilih program studi dan terjebak di pilihan yang salah
tersebut. Sebuah penelitian oleh Ina Liem di Country Manager La Trobe
(Australia) terhadap 50 responden menyatakan 50% dari mahasiswa yang
diwawancarai mengaku salah memilih program studi. Mereka merasa
program studi yang dipilih tidak sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuan yang mereka miliki. Hal tersebut mempengaruhi motivasi
belajar, sehingga hasil yang didapat pun kurang maksimal.

Dalam memilih program studi, mahasiswa tidak bisa lepas dari keputusan
orang tua mereka. Beberapa orang tua ada yang memaksa anaknya untuk
memilih program studi tertentu dan mengabaian minat dan bakat anak
serta mengedepankan keinginan dan ambisi para orang tua. Hal ini terjadi
karena adanya pola asuh otoriter yang seharusnya sudah ditinggalkan
mengingat sekarang adalah era demokrasi. Pemilihan program studi
seharusnya didiskusikan bersama dan memberi kebebasan memilih
berdasarkan minat dan bakat si anak. Dengan demikian, anak akan bisa
merasa nyaman dalam belajar sehingga tumbuh motivasi dan berpotensi
mendapat hasil yang lebih optimal.

Mahasiswa yang memilih program studi karena terpaksa seringkali


ketakutan akan mengecewakan orang tuanya sehingga tidak bisa
mengutarakan pendapatnya serta tidak bisa mengungkapkan minat
sebenarnya. Mereka terjebak di antara menjadi anak baik dan
membanggakan orang tua dan menjadi seorang mandiri yang bebas
mempunyai pilihan. Hasilnya, mereka memiliki dua jalan keluar, yaitu
tetap melanjutkan kuliah dengan optimal untuk membanggakan orang tua
mereka dengan hati tertekan atau mengabaikan kuliah karena tidak bisa
beradaptasi dengan program studi yang tidak diminati. Weiten (1995:215)
menjelaskan bahwa manusia memiliki dua respon dalam beradaptasi, yaitu
respon menghadapi (fight) dan respon menghindar (flight)

Oleh karena itu, karena adanya tekanan psikologis yang dihadapi para
mahasiswa oleh orang tuanya, penulis ingin mengetahui apakah hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik yang dicapai oleh
mahasiswa yang ada dalam situasi tersebut.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah yang
ditimbulkan jika orang tua memaksakan pilihan program studi perguruan
tinggi kepada anaknya, antara lain:
1. Mahasiswa kurang termotivasi dalam belajar karena program studi
yang dipilih tidak sesuai dengan bakat dan minatnya.
2. Mahasiswa menjalankan studi dengan batin tertekan demi memenuhi
keinginan orang tuanya.
3. Mahasiswa mengabaikan kuliah karena tidak bisa beradaptasi dengan
program studi.
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini membahas mengenai dampak orang tua pemaksa dalam
memilih program studi terhadap hasil belajar mahasiswa. Pengambilan
data dilakukan dilakukan terhadap dua orang, yang pertama adalah
mahasiswa FK UNS berinisial ASS dan mahasiswa ITB berinisial
MDL.
D. Rumusan Masalah
1. Apa itu program studi?
2. Mengapa ada sebagian orang tua yang memaksa anaknya dalam
memilih program studi?
3. Apa saja dampak yang timbul jika anak dipaksa dalam memilih
program studi?
4. Bagaimana cara mahasiswa beradaptasi dengan pilihan program studi
yang tidak mereka sukai?
5. Apa yang memotivasi mahasiswa untuk mendapat nilai bagus?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari orang tua
pemaksa dalam memilih program studi terhadap perolehan hasil belajar
mahasiswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang dampak menjadi oranng tua pemaksa
terhadap hasil belajar anaknya.
2. Sebagai pengetahuan dan petunjuk orang tua agar tidak menerapkan
pola asuh otoriter terhadap anak sehingga mau menghargai dan
mendengarkan pendapat anaknya.
3. Bagi pembaca diharapkan dapat menyadari pentingnya mengutamakan
demokrasi dan musyarwarah terutama di lingkungan keluarga.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi Program Studi


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan
Tinggi menyebutkan program studi ialah kesatuan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajara tertentu dalam
satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi dan/atau pendidikan vokasi.
Program studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu
kurikulum serta ditujukan supaya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum.
Kurikulum pendidikan tinggi dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan kajian, pelajaran, serta cara penyampaian dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-
mengajar di perguruan tinggi.

B. Definisi Hasil Belajar


Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006) hasil belajar ialah hasil yang dicapai
dalam bentuk angka-angka skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap
akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh mahasiswa pada ujian akhir menjadi
acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Lain halnya dengan Hamalik (2008), menurutnya hasil belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku di diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan yang dimaksud dapat diartikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari pada
sebelumnya.
Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor seperti yang dikemukakan oleh
Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar
meliputi faktor jasmaniah dan psikologis.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
C. Definisi Paksaan
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia paksaan dapat diartikan sebagai
kekerasan; dengan keharusan (yang tidak harus dikerjakan), mengharuskan
(orang) melakukan sesuatu yang diinginkan oleh yang memaksa; menyuruh orang
dengan kekerasan. Dengan begitu paksaan adalah apa yang dipaksakan. Subekti
(1987: 23) menyatakan bahwa paksaan yang dimaksud adalah paksaan rohaniah,
yang berarti memaksa secara psikologis, bukan secara jasmaniah (fisik).
Faktor-faktor orang tua memaksa anaknya dalam memilih program studi adalah
sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter.
2. Anak yang tidak dapat mengungkapkan perasaannya karena kurangnya
komunikasi.
3. Asumsi bahwa pilihan orang tua adalah pilihan terbaik tanpa
mempertimbangkan factor lain yang bisa berpengaruh.
4. Pengalaman orang tua yang sukses setelah mengambil program studi tertentu
dan berharap anak dapat mendulang sukses yang sama dengan jalan yang
sama.

D. Hasil Penelitian Sebelumnya


R. Damar Adi Hartaji telah melakukan penelitian mengenai faktor yang
menyebabkan mahasiswa memilih program studi pilihan orang tua. Faktor
tersebut adalah adanya adjustment sehingga mahasiswa menyesuaikan dengan
keinginan dari luar untuk membahagiakan orang tuanya.
Motivasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh dua faktor di antaranya faktor
internal dan eksternal. Faktor internal terjadi ketika terdapat adanya perasaan
belum berhasil, kurang percaya diri terhadap kemampuan akademik dan perasaan
beban terhadap tanggung jawab. Faktor eksternal dipengaruhi adanya dorongan
orang tua, adanya reward, dan dukungan lingkungan kuliah.
BAB III
METODOLOGI

A. Metode Pendekatan Penelitian


Metode yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan studi kasus
untuk menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

B. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah dua orang teman dekat peneliti. Subjek
pertama adalah mahasiswi semester tiga Fakultas Kedokteran Universitas Negeri
Sebelas Maret berinisial ASS berstatus ekonomi menengah atas. Subjek kedua
yaitu mahasiswi semester pertama Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
berinisial MDL yang bestatus ekonomi menengah keatas.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif ini penulis akan mengumpulkan data dengan
cara:
1. Peneiti menggunakan metode wawancara tidak terstruktur dengan cara
bertemu langsung dengan subjek penelitian.
2. Menggunakan metode observasi dengan cara mengamati tingkah laku subjek.

D. Teknik Analisis Data


Tahapan analisis meliputi prosedur sebagai berikut:
1. Membuat transkrip sesuai aslinya berdasarkan hasil wawancara
2. Memberikan penyajian berupa table dan deskripsi pada hasil wawancara
3. Menjelaskan data untuk memperoleh data hasil penelitian menjadi suatu
kesimpulan yang dibuat.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa
subyek pertama (ASS) memilih jurusan sesuai keinginan orang tuanya karena
subjek tidak ingin mengecewakan orang tuanya terutama ibunya yang berprofesi
sama dengan jurusan yang kini dijalani. Subjek pernah mendiskusikan kepada
kedua orang tuanya bahwa ia ingin berkuliah di jurusan filsafat UGM, dalam
kasus ini ibu subjek tidak mengijinkannya karena dinilai tidak menjanjikan di
masa depan.
Selain itu, ASS juga menjalani kuliah di jurusannya karena ia yakin jika akan
sukses di masa yang akan dating seperti ibunya. Akan tetapi, subjek tidak
menikmati perkuliahannya dan kerap kali mencurahkan perasaannya kepada
penulis tentang beratnya beban berkuliah di fakultas kedokteran. ASS pernah
mendapat nilai C di semester kedua pada beberapa mata kuliah hingga ia harus
melakukan perbaikan dan sepat stress saat menjalani ujian akhir semester.
MDL mengambil jalan serupa dengan ASS, ia memilih jurusan farmasi karena
tuntutan orang tuanya dan tidak mau mengecewakan beliau. MDL adalah siswa
yang lulus pada tahun 2019 dan berhasil masuk ke Sekolah Farmasi ITB pada
tahun ajaran 2020/2021, subjek sempat menjalani gapyear. Orang tua MDL
menginginkan semua anaknya menjadi dokter.
MDL yang gagal masuk fakultas kedokteran dua tahun berturut-turut melalui
berbagai jenis seleksi, mulai dari seleksi bersama hingga seleksi mandiri, baik
negeri maupun swasta mendapat lebih banyak tekanan dari orang tua serta
keluarganya. Subjek ingin berkuliah di jurusan desain interior, namun tidak
diizinkan oleh orang tuanya. Berkat satu tahun penuh belajar dengan sungguh-
sungguh, nilai-nilai MDL cukup memuaskan dilihat dari hasil kuis yang
diperolehnya. Ia juga pernah mendapat nilai sempurna saat ujian tengah semester
di mata kuliah Fisika. Subjek MDL sudah mulai menyesuaikan diri dengan
jurusannya dan tetap menjalani apa yang ia lakukan dengan semaksimal mungkin
walaupun bukan di jurusan yang disukai.
Persamaan kasus yang terjadi dapat terlihat bahwa ibu kedua subjek
memaksakan kehendaknya dalam memilih jurusan perkuliahan. Meskipun
keduanya sudah menyampaikan apa yang mereka inginkan, ibu mereka tetap
kukuh dengan pendiriannya. Kedua subjek merasa tidak berdaya karena status
mereka yang hanya sebagai anak yang tidak berdaya menghadapi tuntutan ibunya.
Mereka takut mengecewakan dan gagal apabila tidak menuruti keinginannya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan didapat dua jenis mahasiswa dalam
menghadapi situasi menjalani jurusan secara terpaksa karena tuntutan orang
tuanya. Pertama ASS yang belum/tidak bisa beradaptasi sehingga nilai yang
dicapai cenderung kurang baik. Karenanya ASS pernah mengalami stress dan
kesulitan mengikuti perkulihan.
Kedua yaitu mahasiswa yang berhasil menyesuaikan diri sehingga
mendapat hasil yang cukup memuaskan karena kerja kerasnya. MDL yang
berkuliah di Sekolah Farmasi ITB karena tuntutan orang tuanya dapat
memperoleh hasil belajar yang baik . MDL melewati proses yang panjang dan
menyakitkan untuk sampai di titik seperti sekarang ini.

B. Saran
Sebagai seorang anak memang sebaiknya mengikuti saran yang orang tua
berikan. Namun, jika keinginan kita dan orang tua berseberangan, sebainya
didiskusikan secara kekeluargaan dengan mempertimbangan semua
kemungkinan yang ada.
Sebagai orang tua, sangat tidak dianjurkan menerapkan pola asuh otoriter
terhadap anak. Anak berhak menentukan pilihannya. Anak bukanlah alat
untuk mendulang kebanggaan. Berdiskusi dengan mereka untuk menentukan
pilihan yang akan berdampak besar pada masa depannya secara kekeluargaan
adalah jalan terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartaji, R. Damar Adi. 2012. Motivasi berprestasi pada mahasiswa


yang berkuliah dengan pilihan orang tua. Skripsi. Program Sarjana
Psikologi Universitas Gunadarma. Jakarta
2. Intani, Sofah, Fara., Surjaningrum, R, Endang., 2010. Coping Strategy
pada Mahasiswa Salah Jurusan. Jurnal Psikologi Universitas
Airlangga Surabaya 14(2): 120-121.
3. Muchibi. 2011. Otoritas Orang Tua Terhadap Anak Perspektif Hukum
Islam dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 (Kasus Arumi
Bachsin). Skripsi. Program Sarjana Hukum Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Lampiran Cek Plagiarisme
1. Bab I

2. Bab II

Anda mungkin juga menyukai